Anda di halaman 1dari 11

TERAPI OKUPASI

Mata Kuliah : Keperawatan jiwa

Dosen Pengampu : Ns. Tri Nurhidayati., S.Kep., M.Med.Ed

Disusun oleh :

Kelompok 2 :

1. Rizka Indah Puspitasari (G2A219011)


2. Mei Yolla Ningrum (G2A219012)
3. Yaser Makatita (G2A219013)
4. Siti Erika Septiani (G2A219014)
5. Putri Wulansari Andriani (G2A219015)
6. Diah Rohana Meta Sari (G2A219016)
7. Lida Woryaningsih (G2A219018)
8. Renny Isnaeni Pebrianti (G2A219019)
9. Dyah Ratna Widhawati (G2A219020)

PROGRAM SARJANA ILMU KEPERAWATAN LINTAS JALUR


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan
manusia yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik, dan budaya serta
bidang-bidang lainnya yang membawa pengaruh tersendiri bagi perkembangan
manusia itu sendiri. Kehidupan yang semakin sulit dan kompleks serta
semakin bertambahnya stressor psikososial akibat budaya masyarakat yang
semakin modern, menyebabkan manusia tidak dapat menghindari tekanan-
tekanan kehidupan yang mereka alami.
Manusia adalah makhluk yang kompleks, karena manusia merupakan
makhluk bio-psiko-sosial dan spiritual (Soewardi, 2002), dimana keempat
faktor tersebut akan berinteraksi secara holistik dan antara faktor yang satu
dengan yang lain akan saling mempengaruhi. Saat keadaan normal, keempat
faktor tersebut dalam keadaan seimbang, tetapi dalam keadaan tidak normal,
keempat faktor tersebut ada yang mengalami gangguan, sehingga untuk
menetapkan gangguan jiwa keempat unsur tersebut harus diperhatikan.
Gangguan jiwa berarti bahwa yang menonjol adalah gejala-gejala yang
patologik dari unsur psikologik. Hal ini tidak berarti bahwa unsur lain tidak
terganggu, sebab yang sakit dan menderita adalah manusia seutuhnya bukan
hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya saja melainkan faktor bio-
psikososial-spiritualnya juga mengalami gangguan.
Tingginya masalah tersebut menunjukkan bahwa masalah kesehatan
jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang besar
dibandingkan dengan masalah kesehatan lainnya yang ada di masyarakat.
Angka gangguan jiwa di Indonesia relatif tinggi, hal ini disebabkan krisis
ekonomi yang berkepanjangan yang telah 3 membuat masyarakat hidup dalam
kecemasan serta bencana alam (Lathifa, 2007).
Gardjito, 2004 mendefinisikan pengobatan dalam ilmu kedokteran
pada saat ini bukan lagi terbatas pada penyakitnya saja, tetapi juga kesehatan
dan kondisi-kondisi lain akibat penyakit, misalnya kecacatan yang dapat
berupa impairment (abnormalitas pada struktur dan fungsi anatomi, fisiologi
atau psikologis), disability (ketidakmampuan dalam melakukan
kegiatankegiatan yang sederhana) dan handicap (kemunduran yang terjadi
pada seseorang sehingga akan membatasi dirinya untuk berperan secara
normal).
Ketidak mampuan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang sederhana
dan kemunduran yang terjadi pada seseorang sehingga akan membatasi dirinya
untuk berperan secara normal yang sering dialami pada pasien skizofrenia,
ketidak mampuan untuk melakukan kegiatan-kegiatan dapat dilatih dengan
okupasi terapi.
Okupasi terapi adalah profesi kesehatan yang merupakan bagian dari
rehabilitasi medik, bertujuan membantu individu dengan kelainan atau
gangguan fisik, mental, maupun sosial, dengan penekanan pada aspek
sensomotorik dan proses neurologis (Nurhaeny, 2010). Hal itu dicapai dengan
cara memfasilitasi, dan mengenalkan lingkungan, sehingga individu mampu
mencapai peningkatan, perbaikan, dan pemeliharaan kualitas hidupnya. Aktif
mengikuti okupasi terapi dapat membuat seseorang menikmati hidup, dimana
pekerjaan dapat mengalihkan perhatian atau pikiran seseorang dari hal-hal
yang kurang menyenangkan, sehingga menjadikan seseorang 4 segar kembali
untuk memikirkan hal-hal yang lain.
Semakin aktif seseorang melakukan pekerjaan, dapat meningkatkan
struktur social, ekonomi, dan komunitasnya, sehingga dia menjadi lebih
nyaman berada ditengah-tengah komunitasnya dan akan memudahkan adaptasi
dengan lingkungan (Tirta, 2008). Secara fisik, pekerjaan membuat seseorang
akan menggerakkan seluruh otot tubuhnya, sehingga tubuhnya akan tetap
sehat. Dari semua hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa aktif bekerja
sangat bermanfaat bagi perkembangan fisik dan jiwa seseorang.
Dalam mengarahkan partisipasi seseorang untuk melaksanakan suatu
tugas tertentu yang telah ditentukan dengan maksud untuk memperbaiki,
memperkuat, dan meningkatkan kemampuan dan mempermudah belajar
keahlian atau fungsi yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan
lingkungannya. Selain itu, juga untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi
atau memperbaiki ketidaknormalan (kecacatan), serta memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan.
Dalam terapi okupasi, perhatian lebih dititik beratkan pada pengenalan
kemampuan yang masih ada, kemudian menaikkan atau meningkatkannya
sehingga mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Tujuan utamanya
adalah membentuk seseorang agar mampu lebih mandiri, tanpa harus
bergantung pada pertolongan orang lain (widodo, 2004).

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi penugasan
kelompok dari mata kuliah Keperawatan Jiwa Lintas Jalur Semarang.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, berikut rumusan masalah yang akan kami
uraikan :
a. Apa pengertian dari terapi rehabilitasi ?
b. Apa saja tujuan terapi rehabilitasi ?
c. Apa saja tahapan-tahapan terapi rehabilitasi ?
d. Apa saja jenis kegiatan terapi rehabilitasi ?
e. Apa pengertian terapi okupasi ?
f. Apa tujuan dari terapi okupasi ?
g. Apa jenis-jenis terapi okupasi ?
h. Apa saja indikasi terapi okupasi ?
i. Bagaimana karakteristik aktivitas terapi okupasi ?
j. Apa saja jenis dari aktivitas terapi okupasi ?
k. Bagaimana proses terapi okupasi ?
l. Bagaimana pelaksanaan terapi okupasi ?
D. Metode Penulisan

E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri atas 3 (tiga) bab, dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN : menjelaskan tentang latar belakang penulisan,
tujuan, rumusan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan
makalah.
BAB II KONSEP DASAR : menguraikan tentang konsep dasar terapi
rehabilitasi Okupasi.
BAB III PENUTUP : berisi kesimpulan dari makalah dan juga saran
BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah tindakan restorasi bagi kesehatan individu yang
mengalami kecacatan menuju kemampuan yang optimal dan berguna baik segi
fisik,mental,sosial,dan ekonomik,di rumah sakitrumah sakit,dan pusat-pusat
rehabilitasi tertentu Rehabilitasi menurut WHO Expert Commitee on Medical
Rehabilitation (1969).

B. Tujuan Rehabilitasi
1. Mengembalikan kemampuan individu setelah terjadinya gangguan
kepada kondisi/tingkatan fungsi yang optimum
2. Mencegah kecacatan yang lebih besar
3. Memelihara kemampuan yang ada/dimiliki oleh pasien
4. Membantu pasien untuk menggunakan kemampuannya. rehabilitasi
untuk proses jangka panjang dimana memerlukan program dan sarana
yang mencukupi.

Keberhasilan dari program rehabilitasi tergantung kepada besarnya motivasi


belajar,pola hidup sebelum dan sesudah sakit dan dukungan dari orang-orang
yag memiliki arti bagi pasien.

C. Tahapan Rehabilitasi
1. Tahap Persiapan
Yaitu usaha mempersiapkan pasien dengan menjalankan kegiatan terapi
okupasional, seleksi, evaluasi, dan latihan kerja dalam berbagai jenis
pekerjaan
2. Tahap Penyaluran/ Penempatan
Merupakan usaha pemulangan pasien ke keluarga, tempat kerja atau
masyarakat dan instansi lain yang berfungsi sebagai pengganti
keluarga, disamping usaha resosialisasi
3. Tahap Pengawasan
Merupakan tindakan lanjut setelah pasien di salurkan ke
masyarakat,dengan mengadakan kunjungan rumah (visit home)
kunjungan tempat kerja (job visit) dan menyelenggarakan perawatan
lanjut (after care),untuk mengetahui perkembangan
pasien,permasalahan yang dihadapi serta cara-cara pemecahannya.

D. Jenis Kegiatan Rehabilitasi


Abroms dalam stuart (2006) menekankan 4 keterampilan penting psikososial
pada klien gangguan jiwa :
1. Orientation
Adalah pencapaian tingkat orientasi dan kesadaran terhadap realita
yang lebih baik.
2. Assertion
Adalah kemampuan mengekspresikan perasaan sendiri dengan tepat.
3. Accuption
Adalah kemampuan klien untuk dapat percaya diri dan berprestasi
melalui ketrampilan membuat kerajinan tangan.
4. Recreation
Adalah kemampuan menggunakan dan membuat aktifitas yang
menyenangkan dan relaksasi

E. Pengertian Terapi Okupasi


Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan
partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan.
Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada
seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk
seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi
dan Purwanto, 2009)

F. Tujuan Terapi Okupasi


Riyadi dan Purwanto (2009) :
1. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi mental
2. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan gerak,
sendi, otot dan koordinasi gerakan
3. Mengajarkan ADL seperti makan, berpakaian, BAK, BAB dan
sebagainya
4. Membantu klien menyesuaikan diri dengan tugas rutin di rumah
5. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan
kemampuan yang dimiliki
6. Menyediakan berbagai macam kegiatan agar dicoba klien untuk
mengetahui kemampuan mental dan fisik, kebiasaan, kemampuan
bersosialisasi, bakat, minat dan potensinya
7. Mengarahkan minat dan hobi untuk dapat digunakan setelah klien
kembali di lingkungan masyarakat.

G. Jenis-Jenis Terapi Okupasi


Menurut Muhaj, 2009:
1. Latihan gerak badan
2. Olahraga
3. Permainan tangan
4. Kesehatan
5. Kebersihan, dan kerapian pribadi
6. Pekerjaan sehari-hari (aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti dengan
mengajarkan merapikan tempat tidur, menyapu dan mengepel)
7. Praktik pre-vokasional, seni (tari, musik, lukis, drama, dan lainlain)
8. Rekreasi (tamasya, nonton bioskop atau drama)
9. Diskusi dengan topik tertentu (berita surat kabar, majalah, televisi,
radio atau keadaan lingkungan).

H. Indikasi Terapi Okupasi


Riyadi dan Purwanto (2009) :
1. Klien dengan kelainan tingkah laku, seperti klien harga diri rendah
yang disertai dengan kesulitan berkomunikasi.
2. Ketidakmampuan menginterpretasikan rangsangan sehingga reaksi
terhadap rangsang tidak wajar.
3. Klien yang mengalami kemunduran.
4. Klien dengan cacat tubuh disertai gangguan kepribadian.
5. Orang yang mudah mengekspresikan perasaan melalui aktivitas.
6. Orang yang mudah belajar sesuatu dengan praktik langsung daripada
membayangkan.
I. Karakteristik Aktivitas Terapi
Riyadi dan Purwanto, (2009):
1. Mempunyai tujuan jelas
2. Mempunyai arti tertentu bagi klien
3. Harus mampu melibatkan klien walaupun minimal
4. Dapat mencegah bertambah buruknya kondisi
5. Dapat memberi dorongan hidup
6. Dapat dimodifikasi
7. Dapat disesuaikan dengan minat klien.

J. Jenis Aktivitas Terapi Okupasi


1. Aktivitas latihan fisik untuk meningkatkan kesehatan jiwa
2. Aktivitas dengan pendekatan kognitif
3. Aktivitas yang memacu kreativitas
4. Training ketrampilan
5. Terapi bermain

K. Proses Terapi Okupasi


1. Pengumpulan data, meliputi data tentang identitas klien, gejala,
diagnosis, perilaku dan kepribadian klien. Misalnya klien mudah sedih,
putus asa, marah.
2. Analisa data dan identifikasi masalah dari data yang telah dikaji
ditegakkan diagnosa sementara tentang masalah klien maupun
keluarga.
3. Penentuan tujuan dan sasaran dari diagnosa yang ditegakkan dapat
dibuat sasaran dan tujuan yang ingin dicapai.
4. Penentuan aktivitas jenis kegiatan yang ditentukan harus disesuaikan
dengan tujuan terapi.
5. Evaluasi kemampuan klien, inisiatif, tanggungjawab, kerjasama, emosi
dan tingkah laku selama aktivitas berlangsung. Dari hasil evaluasi
rencanakan kembali kegiatan yang sesuai dan akan dilakukan. Evaluasi
dilakukan secara periodik, misalnya 1 minggu sekali dan setiap selesai
melaksanakan kegiatan.
L. Pelaksanaan Terapi
Menurut Stuart dan Laraia (2001, dalam Keliat dan Akemat, 2005) :
1. Individual
Dilakukan untuk klien baru masuk, klien yang belum mampu
berinteraksi dengan kelompok dan klien lain yang sedang menjalani
persiapan aktivitas.
2. Kelompok
Klien dengan masalah sama, klien yang lama dan yang memiliki tujuan
kegiatan yang sama. Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah
kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 7 - 10 orang.
Menurut (Riyadi dan Purwanto, 2009):
1) Waktu terapi dilakukan 1-2 jam setiap sesi baik metode individual
maupun kelompok dengan frekuensi kegiatan per sesi 2-3 kali dalam
seminggu.
2) Setiap kegiatan dibagi menjadi 2 bagian
Pertama : ½ - 1 jam yang terdiri dari tahap persiapan dan tahap
orientasi
Kedua : 11/2 jam yang terdiri dari tahap kerja dan tahap terminasi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan tentang materi terapi okupasi diatas dapat kami simpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
Terapi okupasi adalah usaha penyembuhan melalui kesibukan atau pekerjaan
tertentu dengan sasaran atau tujuan yang akan dicapai yaitu : Pemulihan,
pengembangan, pemeliharaan fisik, intelektual, dan sosial. Terapi okupasi
tidak hanya sebatas aktivitas fisik, tetapi mencakup pengembangan intelektual,
social, emosi, maupun kreatifitas.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekuarangan. Untuk
kedepannya penulis akan menjelaskan makalah secara lebih fokus dan detail
dengan sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan
ini penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

'

Anda mungkin juga menyukai