Anda di halaman 1dari 28

177

BAB VI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS PENGELOLAAN

PEMBELAJARAN KIMIA PADA SMA RSBI DI PROVINSI BALI

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pengelolaan pembelajaran kimia

berdasarkan hasil wawancara, yang menonjol adalah faktor pendidik, siswa,

manajemen sekolah dan kepemimpinan, sarana dan prasarana, serta dukungan

masyarakat dan pemerintah. Penjelasan faktor-faktor tersebut diuraikan berikut ini

dilandasi dengan beberapa data pendukung.

6.1 Faktor Guru

Guru di dalam proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting,

seperti yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan bahwa, bagaimanapun

hebatnya kurikulum yang tertulis jika berada ditangan guru yang tidak kompeten

maka kurikulum itu tidak akan bermakna. Peranan guru sangat menentukan untuk

tercapainya kurikulum dan kualitas pendidikan. Keadaan guru yang ada di sekolah

tempat penelitian ditelusuri melalui dokumen, kuisioner dan wawancara. Hasil yang

diperoleh adalah sebagai berikut.

Latar belakang pendidikan guru kimia di lokasi penelitian yang ada dewasa ini

berijazah S1 pendidikan kimia dan dari semua itu 56 % berpendidikan S2 dalam

bidang administrasi pendidikan dan pendidikan sain. Masa kerja cukup bervariasi

dengan rincian 2 orang dengan masa kerja 6-7 tahun, 4 orang dengan masa kerja 14-
178

19 tahun dan 4 orang dengan masa kerja 20-24 tahun. Penilaian oleh kepala sekolah,

pengawas dan guru melalui kuisioner tentang pendidik dan tenaga kependidikan

diperoleh skor rata-rata 4,2 yang berarti kualitasnya dalam katagori baik. Pendalaman

melalui wawancara diperoleh hasil sebagai berikut.

Bagaimana keadaan guru kimia di sekolah ini? (P)

Pertama dari segi guru, kita sudah memiliki tenaga guru yang sesuai dengan
persyaratan, kompetensi, semua guru kan sudah S1, dan ada tiga orang yang
sudah S2, dan tenaga laboran yang sudah S2 (GS1).

Menurut saya sudah mendukung pak, sesuai dengan bidang yang harus
diajarkan (GS2).

Saya sebenarnya salut dengan teman guru disini, dengan keadaan pas-pasan
seperti ini, kita cukup bangga, kita bersaing di propinsi, makanya kita sering
berseloroh, kalau kita punya dana seperti SMA 4 Denpasar, SMA 1 Denpasar,
saya yakin Singaraja bisa lebih unggul daripada mereka. Dengan kondisi
seperti ini masih bisa bersaing. Komitmen guru masih tetap bagus, memang
ada usulan-usulan dan menuntut, itu kan wajar, menurut saya wajar, kalau
tidak mampu memenuhi maksimal, teman-teman disini bisa menerima, artinya
bisa menerima kondisi seperti ini (GS3).

Kalau guru kimia disini semua sudah berpendidikan S1 bidang pendidikan


kimia malah ada yang sedang S2 (GG1).

Status RSBI memberikan tantangan yang lebih tinggi, saya bersama tim di
kimia, menyikapi dengan cara, menyesuaikan dengan apa yang dituntut di
RSBI, misalnya salah satu penekanan dulu pakai bilingual, disini guru-guru
kursus bahasa bilingual dan teman di kimia mencari literatur berbahasa
inggris, kebetulan waktu itu ada teman ke australia, kita minta agar dibawakan
buku buku, termasuk juga ada alumni yang di singapura kita minta buku-buku
yang berbahasa inggris. Walaupun tidak bisa aslinya kan kita fotocopy disini
(GG2).

Masalah tenaga pendidik, untuk teman-teman guru kualifikasi S2 memang


sampai saat ini belum terpenuhi, tapi sudah ada yang S2 (KSG).
179

…yang saya rasakan pertama dari segi kualitas, guru-gurunya semua sudah
profesional mulai dari penggunaan teknologi pakai media pembelajaran,
kemudian fasilitas lab, fasilitas yang lainnya (SS1).

Guru pengajar termasuk menyenangkan dekat dengan murid, seperti bu oka,


kalau kita belum ngerti ibunya terus berusaha ngajar sampai muridnya ngerti,
langkah berikutnya agar lancar, sekarang juga pak sugiantara juga begitu,
enak ngajarnya (SS2).

Kalau guru disini semua ramah, kalau kita tidak mengerti boleh kita langsung
ke lab kimia gitu, misalnya bu saya mau tanya materi ini kurang mengerti ya
kalau kita lihat ibunya tidak sibuk. Kita pun boleh datang ke rumahnya
langsung nanya materi yang belum mengerti (SS3).

Bapaknya bagus mengajar, santai menurut saya bagus, kita juga


mempersiapkan diri dan membaca buku dirumah (SG1)

Bagus mengajar menggunakan power poin, memberikan konsep, memberikan


latihan-latihan, terus kita mengerjakan LKS, kalau ada yang tidak mengerti
dibahas bersama, berdiskusi (SG2).

Berdasarkan data tersebut di atas, ternyata bahwa tenaga pendidik dalam hal

ini guru kimia, memiliki kualifikasi akademik yang sudah sesuai dengan persyaratan

menjadi guru kimia, dan sudah ada yang memiliki kualifikasi akademik S2. Mengacu

pada standar pendidik dalam standar nasional pendidikan bahwa, pendidik harus

memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat

jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah serta, pendidikan anak usia dini meliputi: a) kompetensi pedagogik, b)

kompetensi kepribadian, c) kompetensi profesional, dan d) kompetensi sosial.

Pendidik pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat harus memiliki: a)

kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D.IV) atau sarjana (S1),
180

b) latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan

mata pelajaran yang diajarkan, dan c) sertifikat profesi guru untuk SMA/MA (PP

No.19 Tahun 2005 tentang SNP).

Pengalaman kerja menjadi guru sebagian besar lebih dari 10 tahun.

Pengalaman kerja akan berpengaruh terhadap kemampuan dan keterampilan

seseorang dalam melaksanakan tugas. Kemampuan dan keterampilan yang bagus

menandakan kompetensi seseorang sudah bagus. Menurut Mulyasa (2006)

kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap

yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi juga

diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh

seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan

perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

Pernyataan siswa mengenai guru kimia diantaranya, menyenangkan, sudah

profesional, akrab, bersifat mendidik dan sudah mampu menggunakan ICT dengan

baik. Pernyataan siswa yang demikian sebagai penanda bahwa guru melakukan

kegiatan pembelajaran dengan baik. Pembelajaran yang diharapkan dewasa ini adalah

yang inovatif, yang menyenangkan dan siswa tidak merasakan tertekan secara

psikologis ketika belajar di kelas. Pembelajaran dapat dilakukan dalam berbagai

bentuk maupun cara, seperti yang diungkapkan oleh Gagne dalam Wena (2011: 10)

bahwa pembelajaran yang efektif harus dilakukan dengan berbagai cara dan

menggunakan berbagai macam media pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran,

guru harus memiliki kiat maupun seni untuk memadukan antara bentuk pembelajaran
181

dan media yang digunakan sehingga mampu menciptakan proses pembelajaran yang

harmonis.

Berdasarkan beberapa informasi yang disebutkan di atas dapat dikatakan

bahwa kompetensi guru kimia sudah baik, sehingga mampu melakukan tugas

profesinya sesuai harapan siswa dan publik.

6.2 Faktor Siswa

Keadaan siswa di dalam sebuah sekolah sangat menentukan potret sekolah,

dan senantiasa sebagai indikasi baik buruknya citra sekolah di masyarakat. Prestasi

siswa dalam akademik, olah raga, seni atau prestasi yang lain memberikan dampak

yang positif terhadap sekolah, demikian juga sebaliknya, kenakalan seperti tawuran

yang dilakukan siswa berdampak negatif terhadap sekolah. Berdasarkan hasil

wawancara keadaan siswa SMA RSBI di provinsi Bali dinyatakan oleh beberapa

informan sebagai berikut.

Bagaimana keadaan siswa di sekolah ini, dilihat dari intelektual, motivasi dan
ekonomi? (P).

Siswa sangat siap sekali, dari sisi bahasa, ICT, belajar sangat siap. 90% siswa
sangat siap dengan fasilitas yang harus digunakan di sekolah (GS1).

Siswa berasal seluruh propinsi Bali, ada juga dari luar Bali, tapi presentasenya
kecil, penerimaannya ada dari jalur prestasi dan dengan tes potensi akademik
(TPA) (GS2).

Ya pak motivasinya tinggi sekali, kadang kita dikejar-kejar... ibu-ibu di


internet sudah ada lho bu formulir untuk lomba... yaah kita yang belum
sempat lihat anak-anak sudah tahu duluan pak, karena dia kan banyak punya
waktu. Anak yang aktif kadang jarang beli buku, cari sumber belajar di
182

internet, e. Book kan ada, kebanyakan anak-anak begitu. Jadi mereka motivasi
belajarnya tinggi (GS3).

Pada saat unjuk sain ketika anak bisa mencari sumber energi dari kulit jeruk,
kita bangga pak, karena disana kan memakai konsep-konsep kimia pak. Jeruk
kan asam, jadi baterei yang sudah mati diganti arang di dalamnya dengan kulit
jeruk baterai dapat dipakai lagi. Kadang anak lebih mampu mengaplikasikan
apa yang disampaikan di kelas, sementara kita tidak terbayang (GS2).

Anak-anak pintar menghubungkan konsep yang satu dengan yang lain, dan
juga dengan konsep mata pelajaran lain. Bangga jadinya kita. Jangka
pendeknya kan kelihatan pak. Apalagi karya ilmiah itu banyak tentang kimia
kan, anak-anak ke lab. sendiri, praktik sendiri (GS3).

Kalau dari keadaan input siswanya bagus-bagus, kita diburu dari sekolah-
sekolah SMP pavorit, SMP 1, termasuk juga SMP yang di luar kota, SMP
Tegal lalang, SMP dari Ubud gitu, SMP Sukawati juga. Sebenarnya kalau
dilihat dia itu lebih dekat ke Denpasar, tapi dia sekolah disini (GG1).

Kalau dilihat dari sisi ekonomi keluarganya sangat bervariasi, dari ekonomi
rendah sampai tinggi, rata-rata medium, kalau disuruh menyediakan fasilitas
mampu dia (GG2).

Wawancara yang dilakukan dengan siswa sebagai berikut.

Bagaimana pendapat adik setelah berada di sekolah ini yang berstatus RSBI?
(P).

Ada rasa kebanggaan tertentu diri saya bisa sekolah disini, karena tidak semua
sekolah bisa dapat label RSBI, smansa termasuk sekolah yang terpandang,
walaupun saya berasal dari keluarga biasa-biasa saja (SS1).

Saya sangat cinta dengan smansa, saya sudah tiga tahun disini, bagaimana
perjuangan sekolah ini untuk menjadi RSBI, kita berusah dari nol, ada SOP,
dari jakarta langsung cek kebersihan, seperti yang dibilang pak darta kepala
sekolah dulu, bagaimana sekolah ini anggap sebagai rumah sendiri, kita jaga,
nama baik smansa di luar, sekarang kita sudah dewasa, beda dengan smp
sudah bisa berpikir mana sih yang baik untuk ke depan untuk sekolah kita,
mana yang kurang baik jangan dibawa keluar (SS2).

Setelah sekolah disini, dari pengalaman-pengalaman yang saya rasakan


termotivasi untuk maju, dan bersaing secara sportif di kelas (SG1).
183

Dibandingkan saat SMP, sangat berbeda, disini persaingannya itu ketat sekali,
kita berlomba-lomba untuk memperoleh nilai-nilai yang terbaik, dan ada
pikiran saya harus bisa seperti mereka, saya tidak boleh kalah, paling tidak
saya harus bisa menyamai mereka (SG2).

Merangkum beberapa informasi yang disajikan di atas ternyata siswa yang

masuk ke SMA RSBI, tergolong siswa cerdas dan memiliki motivasi belajar yang

tinggi. Hal ini boleh dikatakan bahwa kompetensi siswa sangat baik dan memiliki

kecendrungan untuk bersaing atau berkompetisi dengan temannya maupun dengan

siswa di sekolah lain. Siswa senantiasa belajar dari inisiatif sendiri, atau siswa

memiliki budaya belajar yang baik. Hilgard dalam Pasaribu (1980: 18) menyatakan

bahwa motivasi adalah suatu keadaan dalam individu yang menyebabkan seseorang

melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan penggunaan

motivasi di dalam pendidikan dan pengajaran akan dapat diharapkan hasil-hasil yang

memuaskan. Wena (2011) mengemukakan bahwa tanpa adanya motivasi belajar

siswa yang tinggi, kiranya sulit bagi guru untuk mencapai hasil pembelajaran yang

maksimal. Motivasi belajar yang tinggi menghasilkan kecakapan yang baik.

Penerimaan siswa di SMA RSBI melalui jalur prestasi dan melalui tes potensi

akademik (TPA). Jalur prestasi maksudnya adalah bagi siswa yang memiliki prestasi

pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP) dapat diterima tanpa melalui testing.

Pada umumnya lulusan SMP yang akan melanjutkan ke jenjang SMA mengikuti TPA

di SMA RSBI yang dilakukan lebih awal dibandingkan pelaksanaan TPA di SMA

yang lain. Para calon siswa SMA cendrung mengikuti TPA di beberapa SMA. Situasi

penerimaan siswa tersebut cendrung SMA RSBI menjaring siswa yang memiliki
184

kecerdasan tinggi, artinya siswa-siswa yang cerdas dan kompeten cendrung diterima

di SMA RSBI. Jadi, dengan demikian bahwa kompetensi siswa di SMA RSBI cukup

baik

6.3 Faktor Model Manajemen Sekolah dan Kepemimpinan

Organisasi pendidikan sebagai lembaga yang cukup besar secara fisik dan

mengemban misi yang besar dan mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,

memerlukan manajemen yang profesional. Manajemen merupakan ilmu dan seni

mengorganisasi dan memimpin usaha manusia, menerapkan pengawasan dan

pengendalian tenaga, serta memanfaatkan bahan alam bagi kebutuhan manusia

(Mulyati, Komariah, 2010: 87). Manajemen meliputi proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi

dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi

yang telah ditetapkan. Dengan demikian, peranan manajemen dalam satuan

pendidikan sangat menentukan tercapainya tujuan yang diinginkan dan sekaligus

menentukan keberhasilan organisasi.

Kepemimpinan pada hakikatnya adalah kemampuan/kecerdasan mendorong

sejumlah orang agar bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang

terarah pada tujuan bersama. Kepemimpinan juga berarti kegiatan mempengaruhi

pikiran, perasaan, sikap dan perilaku orang lain agar melakukan kegiatan/pekerjaan

untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Nawawi, 2003:26). Pengertian tersebut di

atas menekankan bahwa pemimpin perlu memiliki kemampuan dan kecerdasan yang
185

relatif lebih baik daripada bawahannya. Makna kepemimpinan juga menekankan

pelaksanaan suatu kegiatan sangat tergantung pada pikiran, perasaan dan sikap

seseorang terhadap pekerjaan tersebut. Oleh karena itu, kegiatan kepemimpinan harus

dilakukan sebagai suatu usaha untuk mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan

perilaku orang lain agar menjadi positif dan bersedia melaksanakan tugas yang

menjadi tanggungjawabnya.

Untuk mengetahui bagaimana manajemen sekolah diterapkan, dan bagaimana

kepemimpinan kepala sekolah, informasinya digali melalui wawancara yang

dilakukan kepada guru, siswa dan kepala sekolah. Informasi mengenai manajemen

sekolah pada SMA RSBI di provinsi Bali disajikan sebagai berikut.

Apa yang berbeda, dan apa yang berubah yang dirasakan sebelum dan
sesudah RSBI (P).

Perbedaan yang sangat dirasakan yaitu semua bentuk kegiatan menggunakan


SOP, peminjaman alat dalam rangka kegiatan, termasuk jika akan melakukan
praktikum hal ini terkait dengan diterapkan manajemen ISO 2000 (GS1).

Setelah diberlakukan manajemen ISO semua program jalan, kita aja kalau
pinjam sarana prasarana harus melalui prosedur yang ada, pada unit-unit
kerja dengan surat resmi. Misalnya kita sebagai petugas upacara jika tidak
siap harus bersurat, alasannya apa. Tidak ada istilah dibawah tangan, semua
tersurat terkendali, lebih tertib pak, tidak sembarangan menggunakan sesuatu
(GS2).

Program malah ditingkatkan, karena dari segi pengelolaannya terbuka,


sistemnya buttom up, untuk program-program sekolah dari bawah membuat
dulu, bidang kurikulum apa misalnya, apa diperlukan masing-masing,
kesiswaan apa, kemudian baru staf menggodoknya dalam RKKS, kalau dulu
tidak, jika ada dana, langsung wakasek sarana saja yang mengatur guru tidak
ikut, jika ada guru bertanya bagaimana ini pertanggungjawabannya, dijawab
dengan ketus bahwa guru tugasnya mengajar, bukan wewenangnya menanya
seperti itu. (GG1).
186

Ada perubahan kepemimpinan dan komite kebetulan mendukung, sifatnya


open manajemen mengarah ke manajemen ISO, berusaha mengikuti prosedur-
prosedur ISO walaupun belum 100% (GG2).

Pengadministrasian yang teratur, kalau dulu kita kan jarang nulis, kalau
sekarang apa yang kita kerjakan ditulis dilaporkan setiap kegiatan itu. Tertib
administrasi, itu yang khas (GG3).

Bagaimana mengenai kepemimpinan di sekolah ini?

Pak man darta (kasek) yang mampu memberikan motivasi kepada guru-guru,
di awal beliau yang memberikan contoh seperti itu. Contohnya yang begitu
dari pak darta, sehingga kami malu begitu,
Keteladanannya bagus dari beliau, nasehat-nasehatnya juga bagus (GS1,
GS2).

Karena bapak bisa memberikan teladan yang baik, teladannya itu, contoh
masuk jam 7, on time, full time, memang dia duluan datang dari pada kita, dia
dari seririt, saya dari banyuning, dia lebih dulu di sekolah. Misalnya dia
mengajak kita pembersihan, dia mau mencabut rumput, kita masak ndak, kan
malu, dulu waktu lapangan masih banyak kerikil, dia mungut kerikil
ngumpulkan, nah itu. Jadinya terbiasa seperti itu, kalau lembur bekerja, dia
sebelum semua siswa dan guru pulang dia belum pulang, kita baru teet.. sudah
dah ha ha (GS1,GS3).

Bagaimana bapak mengajak guru-guru dalam pengelolaan sekolah ini? (P).

Saya selalu melakukan observasi, dari hasil observasi itu saya berharap
mendapatkan profesionalisme, ketika saya menugaskan seseorang dasar saya
adalah profesionalisme, tidak berdasarkan konsep senior maupun yunior
(KSS).

Jadi begini, sesungguhnya saya ingin sekolah ini menjadi sekolah masyarakat
belajar. Kemudian yang kedua dari konsep profesionalisme ini kita ingin
bekerja secara efisien dan efektif, sesungguhnya sekolah ini fungsinya kan
sebagai pelayan, sebagai ciri kita bisa melayani pelanggan dengan baik
apabila pelanggan itu puas (KSS).

Pertama saya memakai pola keteladanan, jadi saya punya konsep keteladanan
lebih baik dari pada kedinasan, yang kedua saya memakai konsep bahwa
setiap insan di sekolah ini, baik guru maupun murid, tidak ada istilah yang tua
menjadi guru, yang muda menjadi pengikut. Jika yang muda lebih maka yang
muda menjadi guru. Yang selanjutnya sering saya katakan adalah kerjakan
187

apa yang seharusnya anda kerjakan. Sebagai murid belajar yang baik, kalau
guru bagaimana memfasilitasi murid agar anak mau belajar (KSS).

Untuk pengelolaan kita disini untuk program RSBI yang digulirkan dari pusat,
saya menggunakan manajemen ISO, semua kita berangkat dari situ, semua hal
yang kita lakukan ada SOP nya. Sehingga teman-teman yang bekerja
berpegangan pada SOP yang kita sepakati. Nah itu saya lakukan dengan
teman-teman, setiap kegiatan yang kita lakukan masuk dulu ke teman-teman
SOP nya seperti apa baru kita lanjutkan dengan pekerjaan, itu yang terkait
secara umum. Detailnya, setiap teman-teman yang saya tugaskan dia harus
berangkat dari tupoksinya, tupoksi itu terkait langsung dengan program,
program kerja masing-masing. Implementasinya, otomatis pelaku pelakunya
yang terkait kalau tata usaha, tata usaha yang jalan, kalau ke guru, guru yang
jalan. Goal dari RSBI kan meningkatkan kualitas, indikatornya berangkat dari
delapan standar, itu sebagai pijakan kita untuk peningkatan kualitas, apapun
yang kita lakukan ujung-ujungnya meningkatkan ke delapan standar itu
(KSG).

Bagaimana penggalian uang komite dari orang tua siswa itu? (P).

Penggalian dana itu melalui proposal, dari RKKS, kita berangkat dari analisis
kebutuhan, oh ini yang kita butuhkan kita buat programnya, kita lakukan
diskusi, evaluasi dengan pengurus komitenya, kita sepakati, yang layak kita
sampaikan ke publik semua kepada anggota itu itu lewat pertemuan dengan
orang tua siswa, disitu kita sepakati berapa (KSG).

Bagaimana budaya akademik di sekolah ini?

Memang menyikapi budaya akademik itu memang budaya bersaing untuk


dapat prestasi yang diinginkan. Untuk lomba-lomba saya memang membuka
untuk mengikuti setiap lomba, dengan melakukan pembinaan club
(KSG/KSS).

Menurut adik bagaimana pimpinan sekolah disini mengelola sekolah? (P).

Pak darta (kasek), nasehatnya lebih baik keteladanan daripada seribu nasehat.
Misalnya didepan siswa bapaknya mungut sampah, dia tidak menyuruh anak-
anak mungut sampah. Secara tidak langsung kita ikut mungut sampah.
Bapaknya itu ngasi kita keteladanan. Bapaknya itu berprestasi juga, sampai ke
jakarta, bapaknya itu selain pintar di materi fisika beliau juga pintar memanej
dan mengorganisir semua, bapakanya disegani oleh guru-guru, dari
penampilan, bapaknya datang pagi, jadi gini lho sosok kepala sekolah kita
(SS1).
188

Kita meniru yang baik dari bapaknya gitu. Sikap kepemimpinannya beliau
bagaimana, kita bisa tiru dari sana, lalu kita praktikkan ke diri kita, beliau
sebelum memimpin orang lain pasti memanej dirinya sendiri dulu. Beliau juga
menjalin kerjasama dengan singapura, kebetulan waktu ini saya ikut
pertukaran pelajar ke singapura, kita bertukar budaya, bapaknya juga ngajarin
kita hal yang baik kita bawa pulang, hal yang buruk kita buang (SS2).

Program sekolah yaitu program belajar akselerasi itu sangat saya rasakan
belajar sangat maksimal, di dalam program akselerasi sangat membantu kita
dalam pendalaman materi, kalau pelajaran di kelas ketika tidak mengerti kan
di akselerasi ada guru yang lain, kita boleh berinteraksi menanyakan apa yang
belum dimengerti, lebih pada pendalaman materi (SG1).

Kalau kebijakan dulu mungkin terbatas, kalau kebijakan sekarang mungkin


semua siswa bisa mewakili sekolah ini, karena sekolah kita semakin terbuka,
apapun lomba yang ada di daerah, nasional, internasional selalu ikut, kita
semua punya kesempatan (SG2).

Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh beberapa informan ternyata

bahwa, secara umum proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan berjalan dengan baik. Proses yang berjalan ini dirasakan manfaatnya

oleh guru dan siswa dalam upaya mendukung proses pembelajaran. Model

manajemen yang diterapkan adalah manajemen ISO 2000 (International

Stndardization Organization). Prinsip dari manajemen ISO adalah dalam rangka

menghasilkan produk-produk yang mutunya tinggi sesuai dengan selera konsumen.

Upaya menghasilkan produk yang berkualitas tinggi yang harus dilandasi dengan

kualitas proses yang baik pula. Masyarakat modern di dalam abad ke-21 merupakan

abad ilmu pengetahuan dan informasi, menuntut kehidupan bermasyarakat yang

terbuka dan efisien. Dalam keterbukaan ini melahirkan konsumen yang semakin

cerdas sehingga menuntut produk-produk yang berkualitas, pelayanan yang

memberikan kemudahan, kepuasan, kecepatan dan ketepatan. Nilai-nilai dalam


189

masyarakat modern tersebut merupakan imbasan dari tuntutan masyarakat kapitalis

dan masyarakat liberal yang semakin lama semakin komersialistis. Di dalam

masyarakat yang demikian diperlukan standar yang semakin lama semakin

disempurnakan.

Jika dilakukan identifikasi terhadap informasi tersebut dapat dirangkum

menjadi beberapa hal yang prinsip yaitu: keteraturan, keterbukaan dan keteladanan.

Keteraturan dalam hal ini bahwa setiap kegiatan, perencanaan program selalu

didasarkan dengan aturan, dan implementasinya selalu mengikuti aturan yang

ditetapkan melalui SOP. Keterbukaan dalam hal keuangan dan program kerja

membuat guru merasa lebih bergairah dalam melaksanakan tugasnya, dibarengi lagi

dengan melibatkan guru dan komite sekolah dalam pengambilan kebijakan

menimbulkan semangat dalam merealisasi program. Keteladanan yang ditampilkan

oleh pimpinan menjadikan guru, pegawai dan siswa termotivasi untuk berbuat dan

merasa malu jika tidak mampu mengikuti apa yang dilakukan oleh pimpinan. Jadi,

faktor kepemimpinan sangat menentukan kualitas terlaksananya program sekolah.

6.4 Faktor Sarana dan Prasarana

Keadaan sarana dan prasarana yang ada pada SMA RSBI di provinsi Bali

dilihat secara umum lebih lengkap dan lebih bagus dibandingkan dengan SMA

lainnya di Bali. Data keberadaan serta pemanfaatan sarana dan prasarana diperoleh

melalui kuisioner, melalui dokumen, observasi dan wawancara. Hasil yang diperoleh

sebagai berikut.
190

Luas lahan sekolah berkisar 11000 m2-14000 m2 dengan status hak milik

yang terdiri atas beberapa gedung dengan ruangan antara lain: ruang kelas, ruang

perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang

laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang

laboratorium multimedia. Disamping ruang untuk kegiatan pembelajaran juga ada

beberapa ruang untuk pengelolaan dan fasilitas lain yaitu: ruang pimpinan, ruang

guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang

organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi/selasar, ruang TRRC, ruang

server/kontrol IT, ruang kesenian, aula, ruang koperasi/toko, ruang cetak/unit

produksi, ruang arsip, kantin, tempat parkir, ruang keterampilan, rumah penjaga

sekolah, tempat bermain/berolah raga.

Beberapa pendapat yang digali melalui wawancara diperoleh informasi

sebagai berikut.

Bagaimana sarana dan prasarana di sekolah ini dalam mendukung


pembelajaran? (P).

Jika dilihat untuk pembelajaran kimia, fasilitas, sarana prasarana, buku-buku


cukup pak, buku-buku bagi siswa sudah sangat memadai. Siswanya siap,
sarana dan prasarana cukup, guru-gurunya semangat, guru berusaha
memenuhi apa yang diinginkan siswa, yang diharapkan kurikulum (GS1).

Tahun 2000 kan publikasi website, publikasi pakai ICT jadi lebih dikenal
(GS2).

Kalau yang diharapkan dipraktikumkan kita usahakan, alat-alat mencukupi,


kita kasi berkelompok (GS3).

Sarana dan prasarana juga lebih memadai dibandingkan sebelumnya, faktanya


memang bisa, kita dituntut mengkobinasikan proses pembelajaran dengan
sarana yang ada, pakai ICT, lebih menonjol disitu (GG1).
191

Buku ada dan cukup, media pembelajaran ada, kalau saya jika materi tidak
terlalu menekankan konsep sifatnya menghafal, kasi tugas kelompok anak itu
mengumpul power poinkah kita pakai itu (GG2).

Alat-alat laboratorium terbatas, arahnya sudah kesana, tapi belum misalnya


pH meter, atau bahan-bahan untuk praktikum, karena harganya mahal tidak
diprioritaskan itu (GG3).

Bahan juga terbatas walaupun sudah cukup tapi belum sesuai, karena mahal
(GG1).

Kalau sarana tidak masalah, apa teman-teman perlu penambahan pengalaman


praktikum, ini masih saya evaluasi kenapa kok dalam praktikum masalah, apa
memang perlu latihan praktik, mungkin di buku ada sementara kita belum
pernah lakukan, nah ini yang perlu saya garap tahun depan ini (KSG).

Sarana dan prasarana sangat memadai dalam mendukung kegiatan sekolah,


baik akademik maupun non akademik, karena kami menyadari sarana sangat
penting dalam menunjang kegiatan (KSS).

Saya juga bangga memiliki perpusatakaan yang terluas dari sekolah-sekolah


lain (SS1).

Menurut saya, alat-alatnya kadang-kadang terbatas, kita berbanyak makainya


berkelompok, kadang-kadang ada yang rusak, sehingga kelompok, lain harus
bergantian memakainya, tapi sih ndak masalah, secara umum alatnya sudah
memadai pak (SS2).

Menurut saya alat disini sudah termasuk lengkap untuk di Buleleng, tetapi ada
beberapa alat yang rusak mempengaruhi kinerja salah astu kelompok, jadi
kalau ada alat yang harus dipakai bergantian harus menunggu kelompok lain,
jadi perlu waktu (SS3).

Kalau internet disini kan bebas pak kita cuma mendaftar minta ID, free 24 jam
(SS2).

Setahu saya sarana dan prasarana menurut saya sudah cukup terutama dalam
hal TI sudah memadai (SG2, SG3).

Dengan keadaan gedung, ruang kelas, laboratorium, perpustakaan dan yang

lainnya, kemudian dilengkapi dengan peralatan ICT yang sudah sesuai dengan
192

kebutuhan maka, sarana dan prasarana yang ada pada SMA RSBI di provinsi Bali

cukup memadai menunjang kegiatan pembelajaran. Keberadaan sarana dan prasarana

yang sudah memadai ini juga dinyatakan oleh guru maupun siswa, karena dengan

sarana dan prasarana tersebut setiap kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan

kualitasnya bagus. Namun demikian sarana praktikum kimia, terutama alat-alat

laboratorium dan bahan-bahan kimia untuk keperluan praktikum dirasakan kurang

lengkap, diangggap belum memadai untuk melakukan praktikum yang berkualitas.

Keterbatasan alat dan bahan praktikum kimia disebabkan oleh kemampuan sekolah

membeli alat-alat dan bahan kimia terbatas karena harganya mahal. Alat-alat

laboratorium kimia yang ada sebagian besar adalah bantuan dari pemerintah pusat

(dropping dari pusat). Sementara ini dropping alat alat lab dan bahan dari pemerintah

pusat selama tujuh tahun terakhir tidak ada. Kemampuan sekolah untuk menjatahkan

dana untuk keperluan laboratorium kimia sangat terbatas. Sekolah hanya mampu

membiayai untuk penggantain alat-alat yang rusak dan membelikan bahan-bahan

yang dianggap prioritas.

Sarana dan prasarana sangat terkait dengan dana. Keberadaan dana atau

biaya sangat menentukan bergeraknya sebuah sistem organisasi termasuk satuan

pendidikan. Jika hubungannya dengan dana SMA RSBI memperoleh bantuan dana

yang memadai, mendapatkan dana yang cukup dengan peruntukan yang sudah

ditentukan oleh pemberi dana dan memprioritaskan pengadaan alat dan barang pada

kebutuhan utama dan menyesuaikan dengan yang sedang populer di masyarakat atau

di dunia pendidikan, seperti peralatan ICT.


193

Praktikum kimia tampak tidak begitu populer dimata guru, siswa, sekolah

maupun pemerintah. Guru, siswa dan pihak sekolah berpendapat bahwa indikator

keberhasilan sekolah adalah apabila siswa berhasil dalam ujian nasional, berhasil di

dalam lomba-lomba, dan lulusannya bisa diterima di perguruan tinggi negeri.

Indikator yang paling utama sebagai keberhasilan sekolah dan penentu citra sekolah

adalah ujian nasional. Soal-soal ujian nasional lebih banyak menekankan pada teori

dan soal-soal hitungan, sementara soal yang terkait praktikum hampir tidak ada. Hal

ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh pengawas, sebagai berikut.

Dari sisi praktikum apa sudah sesuai antara silabus dengan praktikum yang
dilakukan? (P).

Guru itu harus pintar-pintar apakah program itu bisa dilaksanakan atau tidak,
sesuaikan dengan waktu, apalagi kelas tiga, januari ini sudah habis waktu
sudah mulai untuk mengejar, untuk kegiatan pemantapan, yaa kita masih
prioritasnya ke tes pak/ ke ujian secara umum, karena tuntutan, yang mengetes
orang lain bukan praktikumnya yang di tes, yang dites itu adalah teori dan
latihan soal, kalau memang bagus praktikumnya tapi di bidang teori kurang
karena juga ada hafalan, itu bisa tidak lulus, begitulah situasi jadi saya
maklumi (PWS).

UN jika dikaitkan dengan proses pembelajaran dan program akselerasi yang


dilakukan, apakah menjadi persoalan atau menjadi target atau hal biasa?(P).

Menurut guru disini, ujian nasional merupakan target utama, guru disini
menargetkan semua siswa lulus 100%, dengan nilai memuaskan, dan itu
menjadi tanggung jawab besar untuk kita, dengan keadaan yang sekarang
dengan akselerasi, latihan soal, sudah sangat mendukung untuk kami, artinya
untuk persiapan itu sangat mendalam (SG3).

Sistem yang dibangun oleh pemerintah pusat seperti kebijakan ujian nasional

sebagai penentu utama kelulusan mempengaruhi strategi pembelajaran yang

dilaksanakan di sekolah-sekolah, dan mempengaruhi kebijakan pengadaan sarana dan


194

prasarana. Hal ini tidak sesuai dengan kebijakan diberlakukannya kurikulum berbasis

kompetensi (KBK) dalam implementasinya menjadi kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP). Di dalam KBK disebutkan bahwa standar penilaian pendidikan

terdiri atas penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan

pendidikan dan penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Mulyasa (2008)

mengemukakan ujian nasional merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang

pendidikan untuk menentukan standar mutu pendidikan. Kebijakan tersebut

merupakan keputusan politik atau politik pendidikan yang menyangkut kepentingan

berbagai pihak, bahkan dalam batas batas tertentu dapat dipolitisir untuk kepentingan

kekuasaan. Seharusnya, setiap kebijakan diikuti dengan sub-sub kebijakan lain yang

menunjang pelaksanaan di lapangan, seperti sarana, prasarana, dan laboratorium,

bahkan meningkatkan profesionalisme tenaganya.

Jadi, secara umum sarana dan prasarana yang ada di SMA RSBI di Provinsi

Bali sudah memadai untuk kepentingan kegiatan pendidikan, namun demikian belum

ada keseimbangan dalam hal pengadaan alat-alat laboratorium dan bahan-bahan

praktikum. Alat-alat dan bahan-bahan praktikum keberadaannya sangat terbatas,

karena tidak menjadi prioritas dalam pengadaan sarana dan prasarana.

6.5 Faktor Pemerintah

Pemerintah memberikan perhatian lebih khusus kepada SMA RSBI

dibandingkan dengan SMA yang lain. Pemberian perhatian ini mulai dari pemerintah

pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten. Hal ini dilakukan karena
195

amanat UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, pasal 50 ayat (3) menyatakan

bahwa: Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-

kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk

dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional”. Perhatian

pemerintah terhadap SMA RSBI di provinsi Bali dikemukakan oleh beberapa

informan sebagai berikut.

Bagaimana kebijakan dan perhatian pemerintah terhadap sekolah? (P).

…yang jelas pemerintah kabupaten takut kehilangan aset, karena SMA 1


dianggap aset kabupaten, memang ada bantuan seperti laptop, bantuan ATK
dari kabupaten (GS4).

Dulu sekolah disuruh bikin proposal untuk merencanakan kegiatan, dengan


proposal yang sangat tebal, banyak kegiatan, dengan rencana anggara sekian
M terus berubah hanya menjadi limaratus juta rupiah, ha ha, bantuannya Rp.
500.000.000 di awal, selanjutnya Rp. 300.000.000, selama empat kali,
sekarang hilang, sudah di lepas bantuan RSBI (GS2).

…termasuk melanjutkan program program yang dulu didanai dari pusat, yang
terakhir dapat RP.100.000.000,- dulu malah sempat dapat bantuan Rp.
500.000.000,- dari pusat, itu dipakai untuk pengadaan fasilitas (GG1).

Saya merasakan sekarang sudah agak lama tidak ada pendroppingan alat dari
pusat, kalau dulu ada (GG2).
.
Di awal kita mendapat bantuan dari pusat Rp. 500.000.000,- kemudian
Rp.300.000.000,- setiap tahun selama empat tahun, dari propinsi juga ada
bantuan gedung, dari kabupaten ada bantuan laptop dan ATK (KSS).

Kemarin juga sempat dapat bantuan bangunan, lab, ruang kelas dari propinsi.
Bantuan rehab dari pemerintah daerah kabupaten gianyar kita dapat, sekarang
dari APBD juga kita dapat, dari APBNP juga kita dapat. Bantuan sarana
prasarana juga kita dapat (KSG).

Standar pembiayaan, sementara waktu kita sudah bisa memenuhi, kegiatan


yang harus dilakukan ada juga bantuan dari propinsi, dari pusat juga ada dana
196

blockgrant, dari block grant e-learning juga kita dapat, dan dari komite,
pendukung utama adalah dari komite, untuk kegiatan kita minta bantuan orang
tua siswa melalui komite (KSS/KSG).

Untuk sarana prasarana, memang selain kita sedang membangun ruang kelas
yang reperesentatiflah untuk standar RSBI, karena bangunan lama itu sudah
agak tua, ada resiko, nah itupun bantuan dari daerah dan pusat dan juga dana
pendamping dari komite (KSG).

Bantuan yang diberikan oleh pemerintah sangat bervariasi mulai dari ATK,

laptop, bantuan gedung, bantuan uang untuk kegiatan dan pembinaan. Bantuan

pemerintah berupa dana dan fasilitas sangat dirasakan manfaatnya bagi sekolah dalam

upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan, kualitas proses

pembelajaran dan peningkatan partisipasi dalam mengikuti berbagai lomba.

6.6 Faktor Masyarakat

Masyarakat sekitar sekolah sangat mendukung keberadaan sekolah. Hal ini

dapat dilihat dari segi keamanan, kenyamanan, ketenangan yang dirasakan oleh

sivitas yang ada di sekolah. Demikian pula dukungan orang tua siswa yang

berhubungan dengan pembiayaan penyelenggaraan sekolah sangat besar dirasakan

oleh sekolah, seperti yang dikemukakan sebagai hasil wawancara berikut.

Bagaimana biaya untuk kegiatan sekolah?(P).

Biaya oleh sekolah, melalui uang komite, siswa bayar uang komite (GS1).

Berapa uang komite yang dipungut?

Biaya oleh sekolah, melalui uang komite, siswa bayar uang komite.
Pembayaran antara RP. 250.000 sampai RP.500.000,- dalam bentuk subsidi
silang dia (GS1).
197

Bagaimana orang tua siswa kalau anaknya ikut lomba?(P).

Sangat mendukung pak, misalnya anaknya ikut lomba, orang tua siswa
sanggup membayar uang transport, pendaftaran, kadang yang tidak didanai
oleh sekolah dia bilang ya udah saya biaya sendiri. Jadi semangat orang
tuanya tinggi kalau anaknya ikut lomba (GS2).

Darimana dana untuk melanjutkann program sekolah?(P).

Dana ini dari komite sekolah (GG1).

Termasuk melanjutkan program program yang dulu didanai dari pusat, yang
terakhir dapat 100 juta, dulu malah sempat dapat 500 juta dari pusat, itu
dipakai untuk pengadaan fasilitas (GG2).

Ketika dana dari pusat diputus dengan memanfaatkan dana komite, apa
program dan insentif tetap jalan?(P).

Tetap jalan pak, meningkat lagi (GG1).

Malah ditingkatkan, karena mungkin dari segi pengelolaannya terbuka,


buttom up, untuk program-program sekolah dari bawah membuat dulu, dari
kurikulum apa misalnya, apa diperlukan masing-masing, kesiswaan apa,
kemudian baru staf menggodoknya dalam RKKS, kalau dulu tidak, ada dana
langsung wakasek sarana saja guru ndak ikut, ada guru sedikt bertanya
bagaimana ini pertanggungjawabannya, guru tugasnya mengajar, bukan
wewenangnya menanya seperti itu ha ha…maaf niki (GG2).

Ada perubahan kepemimpinan dan komite kebetulan mendukung (GG3).

Bagaimana masyarakat secara umum terhadap sekolah ini?(P).

Kalau dilihat dari sisi masyarakat, termasuk bagus terutama dari segi
sosialnya, tapi kalau dari finansial sih belum terlihat, artinya masyarakat ikut
menjaga lingkungan disini. Kalau masyarakat gianyar sendiri barangkali
mungkin bangga dengan sekolah ditunjuk sebagai RSBI, statusnya meningkat
(GG1).

Masyarakat senang dengan statusnya meningkat, apa sih RSBI. Sempat nanya,
masyarakat semula mengira sekolah SMA 1 sudah sekolah internasional,
anggapan awal seperti itu, sehingga harapan terhadap sekolah tinggi sekali
(GG2).
198

Ketika mulai masuk apakah ada sumbangan sukarela?(P).

Yaa ada sumbangan sukarela setiap orang tua diwajibkan membayar minimal
1.800.000, ada yang lebih ada yang sampai 5.000.000. Kalau saya bayar SPP
Rp. 250.000, sistem disini bagus memakai sistem subsidi silang kalau ada
yang mampu bayar lebih untuk membantu yang tidak mampu (SS1).

Pak darta bilang orang tua yang tak mampu jangan sampai anaknya yang
pintar batal masuk di SMA 1. Orang tua yang lebih mapan boleh bayar spp
lebih (SS2)

Bagaimana cara memperoleh dana untuk program sekolah?(P).

Penggalian itu melalui proposal, dari RKKS, kita berangkat dari analisis
kebutuhan, oh ini yang kita butuhkan kita buat programnya, kita lakukan
diskusi, evaluasi dengan pengurus komite, kita sepakati, yang layak kita
sampaikan ke publik semua kepada anggota lewat pertemuan dengan orang
tua siswa, disitu kita sepakati (KSG, KSS).

Pendukung utama adalah dari komite, untuk kegiatan yang kita lakukan kita
minta bantuan orang tua siswa melalui komite (KSG, KSS).

Mencermati informasi yang disampaikan di atas bahwa masyarakat sangat

mendukung dan ada rasa bangga memiliki sekolah yang unggul, sehingga secara

psikologis memberikan rasa aman dan nyaman pada penyelenggara sekolah.

Partisipasi yang paling utama yang sangat dirasakan oleh pihak sekolah adalah

bantuan dana dari orang tua siswa melalui komite sekolah. Dana dari komite sekolah

sebagai tulang punggung terlaksananya kegiatan sekolah, termasuk sebagai dana

pendamping.

Dari beberapa faktor yang diuraikan di atas dapat dikelompokkan menjadi dua

faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor guru,

siswa, manajemen sekolah dan kepemimpinan serta sarana dan prasarana. Faktor
199

eksternal yaitu faktor pemerintah dan masyarakat. Jika mencermati faktor internal dan

eksternal yang mempengaruhi kualitas pengelolaan pembelajaran SMA RSBI di

provinsi Bali dapat dirangkum menjadi beberapa komponen utama yaitu: kompetensi,

kompetisi, keteraturan, keterbukaan, keteladanan dan dana atau bisa disingkat

menjadi (k5d). Masing-masing komponen tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan

sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Mulyasa, 2002).

Dalam hal ini kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan

kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya,

sehingga dapat melakukan perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan baik.

Jika mencermati kembali sumber daya manusia yang ada di SMA RSBI ternyata

kepala sekolah, guru dan siswa memiliki kompetensi yang baik.

Kompetisi berarti persaingan, yaitu ada kecendrungan untuk selalu melakukan

persaingan dalam lomba atau kejuaraan. Kecendrungan berpikir yang kompetitif ini

akan menimbulkan perilaku meningkatkan kualitas diri. Peningkatan kualitas diri

agar menjadi yang lebih baik, yang lebih unggul merupakan hal positif dalam rangka

meningkatkan kualitas lembaga tempat dia beraktivitas. Hal ini terjadi pada SMA

RSBI yaitu, siswanya cendrung bersaing, karena kepala sekolah selalu mengarahkan

kepada guru dan siswa agar menjadi yang terbaik, dan demikian pula guru cendrung

berbuat agar kinerjanya lebih baik daripada guru di sekolah lain.

Keteraturan adalah keadaan atau hal yang teratur, arti yang lebih luas bahwa

setiap kegiatan diawali dengan peraturan yang disepakati bersama, selanjutnya


200

peraturan yang telah dibuat ditaati dengan teratur. Dalam implementasi keteraturan di

SMA RSBI yaitu dengan adanya SOP dalam setiap aktivitas, yang menjadikan semua

kegiatan tertata dan teratur. Keteraturan menjadikan orang disiplin, membuat orang

tidak saling pilih kasih, menjadikan kenyamanan dalam bekerja.

Keterbukaan (transfaransi) adalah hal terbuka atau tidak tertutup, dalam

konteks ini keterbukaan bermakna membolehkan orang lain tahu tentang sesuatu

yang diketahui. Dalam sebuah lembaga keterbukaan lebih menekankan pada masalah

keuangan lembaga, jika masalah yang terkait dengan keuangan sifatnya terbuka,

maka cendrung tidak menimbulkan kecurigaan orang lain. Keterbukaan menimbulkan

semangat kerja, ada rasa memiliki dan menjadikan setiap orang berbuat dengan tulus

sesuai kewajibannya. Hal ini terjadi pada SMA RSBI sehingga guru dan pegawai

melakukan aktivitas dengan baik sesuai dengan tugasnya.

Keteladanan yaitu hal yang dapat ditiru atau dicontoh yang bermakna bahwa

kelakuan, sifat, perbuatan baik yang patut ditiru. Sifat dan perilaku yang baik yang

ditampilkan oleh pimpinan kepada bawahan membuat orang menjadi sungkan untuk

berbuat tidak baik. Pimpinan SMA RSBI melakukan hal tersebut yang menjadikan

guru dan siswa mengikuti apa yang dilakukan pimpinannya. Perilaku yang diteladani

diantaranya disiplin, kecendrungan berprestasi, kemauan belajar dan mengerjakan

sesuatu dengan target hasil yang terbaik.

Dana, bermakna uang yang disediakan untuk keperluan, biaya, kesejahteraan

atau yang lainnya. Biaya yang diperoleh SMA RSBI untuk keperluan

penyelenggaraan pendidikan seperti untuk pengadaan sarana dan prasarana, untuk


201

keperluan kegiatan, untuk insentif dan yang lainnya sudah memadai, sehingga

aktifitas dapat berjalan dengan lancar dan baik. Dana tersebut diperoleh dari

pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat melalui komite sekolah.

Keenam komponen tersebut yaitu kompetensi, kompetisi, keteraturan,

keterbukaan, keteladanan dan dana (k5d), sebagai faktor utama yang menyebabkan

kualitas pengelolaan pembelajaran kimia baik, serta pengelolaan pendidikan secara

umum baik. Kondisi ini sejalan dengan teori praktik sosial yang dikemukakan oleh

Bordieu. Bordieu menyatakan rumus yang menerangkan praktik sosial yaitu: (Habitus

x Modal) + Ranah = Praktik (Bordieu, 1984 dalam Harker, 2009).

Habitus adalah struktur kognitif yang memperantarai individu dan realitas

sosial. Individu menggunakan habitus dalam berurusan dengan realitas sosial. Habitus

merupakan struktur objektif yang terbentuk dari pengalaman individu berhubungan

dengan individu yang lain dalam jaringan struktur objektif yang ada dalam ruang

sosial. Habitus diindikasikan oleh skema-skema yang merupakan perwakilan

konseptual dari benda-benda dalam realitas sosial. Dalam tingkah laku seseorang,

penyesuaian diri seringkali terimpilkasikan melalui sense seseorang pada

keberjarakan sosial, atau terimplikasikan dalam sikap-sikap tubuh mereka. Oleh

sebab itu, tempat dan habitus seseorang membentuk basis persahabatan, cinta dan

hubungan pribadi lainnya, dan juga mengubah kelas-kelas teoritis menjadi kelompok-

kelompok real. Menjadi jelas bahwa habitus dapat dipandang bekerja pada tingkat

bawah sadar.
202

Modal merupakan sebuah konsentrasi kekuatan, suatu kekuatan spesifik yang

beroperasi di dalam ranah. Setiap ranah menuntut individu untuk memiliki modal-

modal khusus agar dapat hidup secara baik dan bertahan di dalamnya. Menurut

Bordieu definisi modal sangat luas dan mencakup hal-hal material (yang dapat

memiliki nilai simbolik) dan berbagai atribiut yang tak tersentuh namun, memiliki

signifikansi secara kultural, misalnya prestise, status dan otoritas yang dirujuk

sebagai modal simbolik, serta modal budaya (yang didefinisikan sebagai selera

bernilai budaya dan pola pola konsumsi. Modal budaya dapat mencakup rentangan

luas seperti seni, pendidikan dan bentuk-bentuk bahasa. Modal mesti ada di dalam

sebuah ranah, agar ranah tersebut dapat memiliki arti (Harker, 2009).

Ranah diartikan sebagai jaringan relasi antar posisi-posisi objektif dalam suatu

tatanan sosial yang hadir terpisah dari kesadaran dan kehendak individual. Konsepsi

ranah yang digunakan Bordieu tidak dipandang sebagai ranah yang berpagar di

sekelilingnya melainkan sebagai “ranah kekuatan”. Ranah merupakan ranah

kekuatan yang secara parsial bersifat otonom dan juga merupakan suatu ranah yang di

dalamnya berlangsung perjuangan posisi-posisi. Perjuangan ini dipandang

mempertahankan ranah kekuatan. Posisi-posisi ditentukan oleh pembagian modal

khusus untuk para aktor yang berlokasi di dalam ranah tersebut. Ketika posisi-posisi

dicapai mereka dapat berinteraksi dengan habitus, untuk menghasilkan postur

berbeda yang memiliki suatu efek tersendiri pada ekonomi ‘pengambilan posisi’ di

dalam ranah tersebut.


203

Praktik merupakan suatu produk dari relasi antara habitus sebagai produk

sejarah dan ranah yang juga merupakan produk sejarah. Pada saat bersamaan, habitus

dan ranah juga merupakan produk dari medan daya-daya yang ada di masyarakat.

Dalam suatu ranah ada pertaruhan kekuatan- kekuatan orang yang memiliki banyak

modal dan orang yang tidak memiliki modal. Modal merupakan sebuah konsentrasi

kekuatan, suatu kekuatan spesifik yang beroperasi di dalam ranah. Setiap ranah

menuntut individu untuk memiliki modal-modal khusus agar dapat hidup secara baik

dan bertahan di dalamnya. Di dalam ranah pertarungan sosial selalu terjadi. Mereka

yang memiliki modal dan habitus yang sama dengan kebanyakan individu akan lebih

mampu melakukan tindakan mempertahankan atau mengubah struktur dibandingkan

dengan mereka yang tidak memiliki modal. Bordieu menggunakan atribiut utama

tentang praktik yaitu konsep-konsep tentang otonomi relatif, trajektori personal dan

kelas, dan terutama sifat dasar strategi dan perjuangan posisi-posisi di dalam ranah.

Berlandaskan pemikiran praktik sosial Bordieu, kalau mencermati faktor-

faktor utama yang mempengaruhi kualitas pembelajaran kimia pada SMA RSBI di

provinsi Bali adalah merupakan modal-modal yang sudah dimiliki oleh sekolah.

Kompetensi sebagai modal intelektual, selanjutnya kompetisi, keteraturan,

keterbukaan dan keteladanan sebagai modal sosial dan budaya serta dana sebagai

modal ekonomi sehingga dapat dikatakan “k5d” sebagai modal. Habitus yang dimiliki

oleh masing-masing individu di sekolah berinteraksi dengan berbagai bentuk modal

dalam ranah (sekolah) sehingga praktik sosial dalam hal ini perjuangan posisi atau
204

perjuangan kelas berupa kualitas dapat diraih. Jadi kualitas yang dicapai karena

sekolah memiliki berbagai jenis modal yang memadai.

Anda mungkin juga menyukai