Anda di halaman 1dari 9

Putus Sekolah (Drop-Out) merupakan pemborosan dalam pendidikan.

Masalah berat ini biasanya terdapat dalam


dunia pendidikan dari negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia . Yang dimaksud putus sekolah yaitu
suatu kejadian dimana muridpeserta didik meninggalkan pelajaran di sekolah sebelum menamatkan pelajarannya.
Sangat membahayakan bila putus sekolah tidak segera diatasi khusunya putus sekolah SD! karena putus sekolah
SD sangat rentan dan dapat terjadinya degredasi buta huru". Mengapa # $nak yang putus sekolah sebelum men
%apai "un%tional litera%y akan menjadi buta huru". $dapun mengenai batas ter%apainya "un%tional litera%y
 pendapat di kalangan ahli sangat beragam ! ada yang mengatakan kelas I&! ada yang mengatakan kelas & dan ada
 pula yang mengatakan kelas &I.

$danya putus sekolah maka biaya pendidikan akan menjadi ' kali lebih besar dari pada seharusnya! ini
merupakan pemborosan material"inansial di samping pemborosan human resour%es yang belum dapat
diperkirakan besarnya. Penyelidikan mengenai putus sekolah yang hasilnya dilaporkan oleh *+,SO antara lain
ma. ePnuytiums psuelkkoalna hs epbaalignagi bearniykaukt di pedesaan
 b. Putus sekolah lebih banyak terjadi pada anak yang diasuhdibimbing oleh guru yang tidak /uali"ied
%. 0alau disuatu kelas terjadi banyak anak yang mengulang kelas! di sana akan terjadi tingginya putus sekolah.
d. Putus sekolah akan lebih banyak terjadi pada sekolah-sekolah ke%il.

Mengapa terjadi putus sekolah # menurut penyelidikan yang dilaporkan *+,SO! putus sekolah disebabkan oleh
dua golongan sebab! yaitu 
a. Sebab-sebab yang bersi"at so%ial.
$ngka putus sekolah tinggi karena kondisi so%ial ekonomi masyarakat jelek. 0ondisi so%ial ekonomi yang jelek ini
mempengaruhi 1) masuknya anak menjadi tidak teratur! lamalama akan meninggalkan sekolah sebelum
menamatkannya! 2) penggunaan tenaga kerja anak-anak untuk membantu pekerjaan orang tua sehari-hari! ')
ketidakmampuan orang tua membelikan alat-alat sekolah yang diperlukan oleh anak dan ) sikap spatik atau
 bahkan antipatik orang tua tentang nilaiman"aat bersekolah.

 b. Sebab-sebab yang bersi"at edu%ati" Didakti"metodik.


Yang termasuk kelompok sebab ini ialah 1) keadaan sekolah tidak hidup! guru-guru tidak menyiapkan pelajaran
mereka dengan sebaik-baiknya! 2) kurangnya alat-alat dan perlenkapan sekolah (te3tbooks! alat peraga! dan
sebagainya) ') kurikulum tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar! ) metode mengajar dan e4aluasi
tidak memberikan moti4asi akti4itas belajar anak! 5) system ujian yang kaku tidak memberikan kebebasan
kepada sekolah untuk men%ari pembaharuan-pembaharuan.

Issu terkini dalam dunia pendidikan! tingginya angka putus sekolah disebabkan oleh manajemen yang terlalu
%entralisti% yang kurang memperhatikan keterbatasan kemampuan ekonomi orang tua dan pesertamurid. Seperti
issu pendidikan di Indonesia untuk *jian $khir +asional baik pada jalur sekolah maupun luar sekolah masih
 bersi"at %entralitik (terpusat) dimana nilai kelulusan terpotok dengan besar nilai yang ditentukan dari pusat. 6al ini
yang sangat dirugikan adalah daerah terpe%il atau sekolah-sekolah ke%il yang belum siap menerima semuanya.

7y  $8I9 +$SDI$+:O

http
ttp;;;
;;;..dispendi
ndikka
kkabpr
bprob.
ob.orginde
nde3.php#
php#pilih
ilih<ne;s=mod
=mod<
<yes=aksi<lih
lihat=id<15>
15>

akarta - Pada tahun 2>>5 1?@ negara yang sebagian besar di;akili oleh 0epala Pemerintahan mengikuti
0on"erensi :ingkat :inggi (0::) Milenium Perserikatan 7angsa-7angsa (P77). $genda utama pertemuan
tersebut adalah membahas persoalan kemiskinan yang sangat parah yang masih membebani di banyak negara.

0:: tersebut menghasilkan Deklarasi Milenium yang kemudian dikenal dengan :ujuan Pembangunan Milenium
atau Millennium De4elopment Aoals (MDAs). MDAs dirumuskan dengan tujuan pemenuhan hak-hak setiap umat
manusia dengan pendekatan yang bersi"at inklusi". Oleh karena itu MDAs dapat diterima oleh negara-negara
anggota P77 dan bertanggung ja;ab untuk memenuhi setiap tujuan tersebut.

MDAs memiliki delapan tujuan dan masing-masing tujuan terdiri dari target-target yang memiliki batas
 pen%apaian minimum yang harus di%apai Indonesia pada 2>15. 6al ini bertujuan untuk mempermudah proses
e4aluasi masing-masing target oleh setiap negara.

Delapan tujuan MDAs tersebut adalah pengentasan kemiskinan ekstrim dan kelaparan! pemerataan pendidikan
dasar! mendukung adanya persamaan jender dan pemberdayaan perempuan! mengurangi tingkat kematian anak!
meningkatkan kesehatan ibu! perla;anan terhadap 6I&$IDS! malaria! dan penyakit lainnya! menjamin daya
dukung lingkungan hidup! mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

MDAs menjadi a%uan pembangunan negara-negara anggota P77 termasuk Indonesia. MDAs dijadikan re"erensi
dalam pembangunan Indonesia mulai dari tahap peren%anaan sampai tahap pelaksanaan. Dari delapan tujuan
MDAs tersebut tanpa melemahkan arti tujuan yang lain tujuan kedua pemerataan pendidikan dasar merupakan hal
yang sangat penting. 0arena! ter%apainya tujuan kedua tentang pemerataan pendidikan dasar tersebut akan
mengakselerasi pen%apaian tujuh tujuan lainnya.

Pendidikan akan membentuk pola pikir masyarakat menjadi lebih baik! meningkatkan pengetahuan ;anita tentang
 pentingnya kesehatan ibu hamil! meningkatkan pengetahuan manusia tentang 6I&$IDS! meningkatkan
 pengetahuan tentang pentingnya arti lingkungan yang sehat dan membuat kaum perempuan menjadi terpelajar dan

 berkeinginan untuk ikut berperan serta dalam tatanan kehidupan.


Di samping itu pendidikan akan membuat manusia sadar membutuhkan kerja sama dengan manusia (negara) lain.
Pendidikan juga akan meningkatkan harkat dan martabat manusia sehingga terlepas dari kemiskinan dan
kelaparan.

:ujuan kedua MDAS tentang pemerataan pendidikan dasar menargetkan pada tahun 2>15 semua anak Indonesia!
 baik laki-laki maupun prempuan! akan dapat menyelesaikan pendidikan dasar! tidak ada lagi yang putus sekolah.
*ntuk men%apai tujuan tersebut pemerintah harus bekerja sama dengan seluruh masyarakat Indonesia berusaha
agar tahun 2>15 tidak ada lagi anak-anak Indonesia yang tidak mendapatkan pendidikan dasar.

Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah lama men%anangkan program pemerataan pendidikan. Program Bajib
7elajar (Bajar) @ tahun adalah salah satu bentuk usaha pemerintah Indonesia dalam me;ujudkan pemerataan
 pendidikan bagi seluruh ;arga negara sebagaimana yang diamanatkan oleh **D 1@5.

Program ;ajib belajar @ tahun pada a;alnya merupakan lanjutan dari program ;ajib belajar pendidikan dasar C
tahun (SD) pada tahun 1@?. 0emudian pada tahun 1@@ dire4isi lagi menjadi program ;ajib belajar pendidikan
dasar @ tahun (SD dan S:P). 6al ini berarti anak-anak usia E sampai 15 tahun di;ajibkan untuk mengikuti dan
mendapatkan pendidikan dasar SD dan S:P.

Program Bajar @ :ahun tersebut menjadi kekuatan bangsa Indonesia untuk me;ujudkan tujuan MDAs. +amun!
angka anak putus sekolah setiap tahun mengalami peningkatan %ukup signi"ikan. 7erdasarkan data 7007+ dari
1!E juta ji;a pada 1@@C menjadi 11!E juta ji;a pada 2>>@ lalu. $ngka tersebut didominasi anak-anak usia E-15
tahun yang rata-rata tidak dapat memenuhi ke;ajibannya melanjutkan pendidikan dasar sembilan tahun.

Data tersebut menunjukkan terdapat jalan terjal untuk memenuhi target MDAs tentang pemerataan pendidikan
dasar. Dengan sisa ;aktu 5 tahun lagi (saat ini tahun 2>1>) pekerjaan ini akan menjadi berat jika tidak disikapi
oleh segenap stake holder yang berkaitan dengan pen%apaian program ini.

*ntuk itu perlu disusun upaya-upaya yang dapat dilakukan agar target pen%apaian tersebut dapat terlaksana tepat
;aktu. *paya-upaya tersebut dapat diurai dari apa saja penyebab yang membuat angka anak putus sekolah
semakin tinggi. Salah satu penyebab tingginya angka putus sekolah adalah tempat tinggal yang jauh dari "asilitas
 pendidikan.

$nak-anak miskin dari pedesaan umumnya memiliki kesulitan untuk mendapat pendidikan dasar terutama anak-
anak yang berusia 1'-15 tahun. Setelah menamatkan Sekolah Dasar (SD) mereka dihadapkan pada pilihan berhenti
sekolah karena jarak yang jauh atau membantu orang tua men%ari na"kah.

Menurut data yang dikeluarkan oleh 0ementerian Pendidikan +asional pada tahun 2>>@ sedikitnya terdapat ?'
ribu anak usia SD tidak lagi meneruskan pendidikan. Di antara angka tersebut ada yang berhenti sebelum kelas
C dan tidak melanjutkan ke tingkat SMP.

Salah satu %ara untuk meredam tingginya angka putus sekolah dari tahun ke tahun adalah dengan pembangunan
S:P satu atap. Sebuah sekolah di mana SD dan S:P memakai satu gedung sekolah.

ara ini akan menghemat biaya operasional dan dapat menjangkau daerah-daerah terpen%il. Sekolah seperti ini
sudah berjalan beberapa tahun terakhir. +amun! perlu ditingkatkan jumlah dan kualitas SDM pengelolanya.

$nak-anak yang sudah terlanjur putus sekolah harus segera diatasi dengan program paket $. 6anya saja jumlah
anak yang bisa ditampung pada program paket $ hanya 2>> ribu orang anak. Dari 2>> ribu daya tampung tersebut
hanya mampu diisi oleh 1>> ribu orang anak saja.
6al ini disebabkan oleh banyak "aktor. Di antaranya adalah medan yang ditempuh oleh guru pendamping atau
:utor Paket $ %ukup berat. Pekerjaan menyisir anak-anak putus sekolah sampai ke pedalaman merupakan
 pekerjaan yang tidak mudah. 7elum lagi membujuk mereka agar mau mengikuti program penyetaraan pendidikan
tersebut.

*ntuk itu perlu kerja sama pemerintah daerah agar pen%apaian pemerataan pendidikan ini dapat terlaksana dengan
 baik. Pemerintah daerah harus menyisir sampai ke daerah pelosok! mendata! dan mengajak anak-anak putus
sekolah untuk kembali mengenyam pendidikan melalui program penyetaraan.

Demikian juga dengan program penyetaraan pendidikan untuk tingkat S:P! Paket 7. Peman"aatan keari"an lokal
 juga sangat diperlukan untuk membantu pen%apaian target ini. Perlu dirangsang kembali semangat gotong royong

masyarakat untuk membangun pendidikan! khususnya gedung sekolah dan sarana pendukung lainnya.
Di samping itu laju pertumbuhan penduduk yang sangat %epat harus disikapi dengan pembangunan in"rastruktur
 pendidikan yang seimbang. Seluruh elemen bangsa harus ikut membantu pekerjaan berat tersebut termasuk pihak
s;asta. Di antaranya meningkatkan peran serta s;asta untuk membantu pembangunan pendidikan terutama di
daerah terpen%il.

Setiap perusahaan di;ajibkan menyisihkan laba usahanya dalam bentuk orporate So%ial 8esponsibility (S8).
Salah satu bentuk program yang dapat dilakukan adalah membantu terselenggaranya pendidikan terutama di
daerah terpen%il.

Misalnya dengan memberikan insenti" tambahan untuk guru-guru yang mengajar di daerah terpen%il. Di samping
itu pemberian bea sis;a untuk anak-anak kurang mampu juga akan sangat membantu pen%apaian target MDAs
tentang pemerataan pendidikan dasar.

Fyiaknag p mekeenrjjaadain t ainrgi estu MdaDh Adisp ipkaudla b tearhsuanm 2a> o1l5e ha kseamn tuear aasnaa kle
biahn grisnag parno. gDraemng paenn h%aarpaapian rpaesma etarantgagaunn pge jnad;idaibkan
 bersama ini akan memper%epat pemenuhan target tersebut untuk Indonesia yang lebih baik.

Angka Putus Sekolah Masih Tinggi


8abu! 1' Oktober 2>1> 125>2E BI7
• Pendidikan

 primair online

Ilustrasi

$ngka putus sekolah di jenjang pendidikan dasar hingga saat ini masih tinggi. Sis;a yang putus sekolah di tingkat
SD dan SMP sekitar EC?.@C> orang! terdiri atas 52E.?5> sis;a SD dan 21.11> sis;a SMP.

Meski se%ara nasional angka putus sekolah mengalami perbaikan! di 1@ pro4insi angka putus sekolah di tingkat
SMP masih %ukup tinggi. 6al ini te%ermin dari angka partisipasi kasar untuk tingkat SMP yang di ba;ah
 pen%apaian nasional sekitar @?!11 persen.
$ngka partisipasi kasar ($P0) adalah rasio jumlah sis;a! berapa pun usianya! yang sedang sekolah di tingkat
 pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia di jenjang pendidikan tertentu.

Pen%apaian rata-rata angka partisipasi kasar di jenjang SMPM:s se%ara nasional 2>>@2>1> men%apai @?!11
 persen atau di atas target @5 persen. $rtinya! masih ada sekitar 1!?@ persen penduduk usia SMP yang tidak sekolah.
7erdasarkan data 0ementerian Pendidikan +asional! jumlah sis;a SMP sederajat sekitar 12 juta sis;a.

Sementara anak usia SMP yang tidak menikmati bangku pendidikan SMP! sebagian tersebar di 1@ pro4insi!
termasuk Fa;a 7arat. Pro4insi lainnya adalah Papua 7arat yang $P0-nya E@!5@ persen! +usa :enggara :imur
(E@!@1)! Papua (?@!E)! 0alimantan 7arat (?2!11)! 0alimantan Selatan (?C!EC)! dan 0alimantan :engah (?@!5).
$dapun yang hampir mendekati rata-rata nasional adalah Sula;esi :engah! Aorontalo! Sula;esi 7arat! Sumatera
Selatan! 7anten! ampung! 0alimantan :imur! 7angka 7elitung! Maluku *tara! Sula;esi Selatan! Sula;esi
:enggara! dan Maluku.
Mereka putus sekolah terutama akibat persoalan ekonomi. Selain itu! sekitar @2>.>>> lulusan SD tidak bisa
melanjutkan pendidikan ke SMP dengan beragam alasan. $dapun lulusan SMP yang tidak melanjutkan ke jenjang
SM$ sederajat lebih banyak lagi! yakni sekitar '>!1 persen atau sekitar 1!2C juta sis;a.

Menteri Pendidikan +asional Mohammad +uh mengatakan hal itu saat hadir dalam Seminar +asional
Pramuktamar & Ikatan endekia;an Muslim Indonesia (IMI) yang bertema HMembangun 0arakter 7angsa
Melalui Pendidikan 7ermutu 7erbasis 0arakterH di Fakarta! Selasa (121>2>1>). Saat ini jumlah sis;a SD sekitar
'1!>5 juta orang! sedangkan sis;a SMP 12!C@ juta orang.

Menurut +uh! alasan utama tingginya angka putus sekolah dan tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi karena "aktor ekonomi dan sulitnya akses ke sekolah. 0arena itu! penyelesaian yang dita;arkan
 pemerintah juga harus menja;ab akar masalah yang dihadapi masyarakat. (kmpgit)

http
ttpe
es/-ne;s.%ompendi
ndidikan2>1>
2>1>1>
1>1'
1'angka
ngka-put
putus-sekol
kolah-masih-tingg
tinggii.html
Problem Putus Sekolah yang 0ompleks
9aktor ekonomi bukan penyebab satu-satunya putus sekolah yang masih tinggi.
Senin! 2@ Funi 2>>@! 1CC BI7
8udy 6andoko

(&i4a+e;s +ur%holis ubis) 7,8I:$ :,80$I:

VIVAnews - 9aktor ketidak mampuan membiayai sekolah atau "aktor ekonomi menjadi "aktor penyebab yang
 paling dominan putus sekolah. 0enyataan itu dibuktikan dengan tingginya angka rakyat miskin di Indonesia yang
anaknya tidak bersekolah atau putus sekolah karena tidak ada biaya.

Pendidikan murah atau gratis yang banyak di;a%anakan dan diinginkan kalangan masyarakat! memang akan
menolong jika ditinjau se%ara "aktor ekonomi! namun kebijakan ini harus juga ditunjang dengan kebijakan yang
lain untuk menuntaskan "aktor-"aktor penyebab putus sekolah lainnya. 0arena "aktor ekonomi bukan penyebab
satu-satunya putus sekolah yang masih tinggi.

Penyebab putus sekolah itu ternyata berma%am-ma%am! baik internal maupun eksternal dari diri sis;a sendiri.
$spek internalnya! yaitu tidak ada keinginan atau moti4asi untuk melanjutkan sekolah dalam diri anak. alu
 penyebab eksternalnya adalah selain "aktor ekonomi orang tua yang tidak memungkinkan melanjutkan
sekolah anak-anaknya.

0ondisi orang tua yang tidak begitu memperhatikan pendidikan sang anak atau tidak begitu memahami makna
 penting pendidikan juga menyumbang terhadap kemungkinan putus sekolah sang anak. 9aktor lainnya juga seperti
kondisi keluarga anak yang perhatian orang tuanya kurang juga merupakan penyebab kasus anak putus sekolah.

okasi "asilitas sekolah yang jauh! tidak terjangkau! tenaga pengajar yang kurang juga menjadi "aktor penyebab
 putus sekolah 0emudian "enomena pengaruh dari gaya hidup yang konsumti" dan hedonis juga membuat banyak
anak-anak yang memutuskan untuk meninggalkan bangku sekolah tersebut.

Mereka ini akhirnya terjebak dalam hidup konsumti" dan hedonis serta meninggalkan pendidikannya. Selain itu!
se % ar a u m m d i b e b e r a p a d a e r a h t e )! pola pikir orang tua juga
 b e rp e n g a ruh t e r h a d a p m e l a n j u t k a n
r m a s u k d i 0 a b u p a t e n 0 a y o n g * ta ra
a ta u p u t u s se k o l a h n y a a n a k -a n ak m e
(0 0 *
r ek a .

0arena masih banyak orang tua yang memiliki pola pikir bah;a pendidikan itu dianggap kurang penting!
kemudian juga setengah memaksa anaknya membantu men%ari na"kah! seperti di daerah pedalaman yang
masyarakatnya hidup menggarap lahan pertanian dan jauh dari jangkau "asilitas pendidikan! atau di daerah
kepulauan yang anak-anaknya terpaksa ikut melaut bahkan bekerja di jermal-jermal! ini harus ditangani.

0arena biasanya! jika anak-anak ini sudah terbiasa memegang uang dalam arti menghasilkan pendapatan! maka
mereka akan menganggap pendidikan itu tak penting. 7ahkan se%ara kultural! juga ada orangtua yang memang
tidak ingin anaknya melanjutkan sekolah karena alasan tertentu! ini merupakan sebagian dari "aktor penyebab
anak 
 putus sekolah.

Oleh karena itu! selain menerapkan kebijakan pendidikan murah nan gratis termasuk menyediakan "asilitas
 pendidikan yang terjangkau dan menyediakan tenaga pengajar yang siap sedia untuk terjun berjuang ditempatkan
di mana saja (bukan yang hanya mengejar status P+S kemudian numpuk di daerah perkotaan).
Maka agenda lain yang tak kalah pentingnya! bahkan termasuk sangat penting dalam upaya menekan angka anak
 putus sekolah adalah mengubah pola pikir yang menganggap enteng pendidikan! dan menanamkan pola pikir baru
kepada para orang tua bah;a pendidikan itu penting.

Sosialisasi atau proses penyadaran ini harus terus dilakukan se%ara massi" dan dengan melibatkan setiap elemen
masyarakat dengan sasaran para orang tua peserta didik. Sosialisasi tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak 
 bangsa sekaligus merupakan agenda penyadaran di kalangan orangtua bah;a pendidikan sangat penting untuk
 bekal masa depan anak.

0arena itu! jika sudah ada kebijakan pendidikan yang murah dan gratis! maka "aktor-"aktor lain yang menjadi
 penyebab putus sekolah juga harus disentuh! sebab akan menjadi mubair jika pemerintah dapat menyediakan
sekolah murah dan gratis! tapi belum tentu menjadi jaminan masalah anak putus sekolah bisa teratasi jika "aktor-
"aktor lainnya tak teratasi.

J &I&$ne;s

http
ttpu
urepor
port.4i4ane;s.%omne;sread
eadE>??
E>??-probl
oblemGput
GputusGsekol
kolahGya
hGyangGkom
ngGkompleks

 
Cara Mengatasi Pengangguran, terdapat beberapa alternatif (cara) yang bisa dilakukan dalam
rangka mengatasi masalah pengangguran. Cara ini mengikuti dua pola (jalur), yaitu lewat
jalur demand for labour, dan supply of labour. Upaya mengatasi pengangguran lewat jalur permintaan
tenaga kerja berkaitan dengan penciptaan lapangan kerja baru secara langsung. alur ini biasanya
berhubungan dengan aspek!aspek sebagai berikut "
• #ptimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam (misalnya lahan). $al ini bisa dilakukan
apabila masyarakat diberi peluang (akses) terhadap penguasaan (paling tidak) penggarapan lahan.
%idak hanya sampai di situ, pemerintah pun harus memberikan fasilitasi yang kondusif
agar masyarakat mampu mengelola lahan dengan optimal dan aman karena kepastian hukumnya jelas
•  &kses pada sumber!sumber modal. &kses pada sumber modal sangat menentukan bagi
pengembangan usaha sekaligus kesempatan kerja (sama seperti sumberdaya tanah'lahan). etika
kemudhan!kemudahan diciptakan untuk masyarakat lapisan bawah, dan pembinaan pun dilakukan,
maka dampaknya secara langsung akan dirasakan oleh masyarakat
• Peningkatan inestasi (pembentukan modal, capital formation). *nestasi bisa
bersumber dari pihak internal maupun eksternal. +ari internal bisa didapat lewat pemupukan tabungan
(dana pihak ketiga) masyarakat dan dari eksternal melalui peningkatan arus inestasi (penanaman
modal) dari pihak luar. ila dua sumber ini lancar dan kenaikannya cukup signifikan, maka
dampaknya akan

terasa pada gairah usaha dan otomatis terhadap permintaan tenaga kerja (kesempatan kerja)
• erjasama. erjasama akan sangat bergantung pada kredibilitas pemerintah, situasi
objektif wilayah (peluang pasar, potensi wilayah, keamanan, politik dan kelembagaan yang
mendukung sistem pemerintahan). ila hal ini telah dipastikan kondusif, maka inestor cenderung
siap melakukan kerjasama (pengembangan wilayah), sehingga pada gilirannya berdampak pada
pertumbuhan ekonomi daerah dan kesempatan kerja
• Perluasan pasar. %ahap ini tercipta setelah tahap kerjasama dan arus inestasi masuk ke
suatu wilayah. &rtinya tahap ini sebagai konsekuensi dari e-isting situation yang ada sebelumnya.
Perluasan pasar dapat ditingkatkan dengan beberapa cara diantaranya dengan perbaikan kualitas
(%M), penguatan akses informasi, memahami prilaku pesaing, memahami kehendak buyer dan

lancarnya deliery order system


• Pembinaan usaha. %erdapat ragam upaya yang bisa dilakukan dalam rangka pembinaan
usaha (paket!paket pembinaan usaha sudah banyak tersedia). %etapi yang paling penting dari itu
semua adalah jiwa wirausaha yang dilandasi dengan nilai!nilai transendental yang nampaknya
masih perlu ditingkatkan. &rtinya harus dipahami oleh semua, bahwa segala usaha dan upaya yang
dilakukan, harus ditujukan hanya semata untuk mengabdi kepada %uhan dan bermaksud ingin
memberikan manfaat yang sebesar!besarnya bagi yang lain (manusia dan alam'lingkungan sekitar)
• Pengembangan usaha padat karya (labor intensie). Usaha padat karya adalah jenis
karakteristik usaha yang paling cocok untuk negara berkembang yang memiliki tingkat pertumbuhan
penduduk tinggi. /eperti halnya negara *ndonesia. %etapi bukan berarti kita menolak
semua

teknologi yang terjadi saat ini. %eknologi tetap dibutuhkan, dengan catatan tidak akan mempersulit
(mempersempit) lapangan kerja baru, ramah lingkungan, terjangkau biayanya dan adaptasinya
dapat dengan mudah diserap dan diimplementasi oleh tenaga kerja domestik
• ebijakan pemerintah. /uasana kondusif dapat tercipta karena pemerintah
dan pemerintah daerah melakukan fasilitasi dan memberikan berbagai kemudahan (insentif
ekonomi) bagi pengembangan usaha. erbagai peraturan yang diciptakan bertujuan untuk
memberikan motiasi dan semangat usaha, tidak sebaliknya (menjadikan pengusaha atau kegiatan
usaha menjadi objek penghasilan semata). udaya pendekatan proyek (project oriented) harus
diubah menjadi budaya social benefit. &rtinya semua usaha yang dilakukan pemerintah tidak melulu
profit seeking (memburu laba) dalam rangka mendongkrak economic growth semata, tetapi lebih
jauh dari

itu bagaimana 0kue pertumbuhan1 itu mengalir dan bermanfaat bagi masyarakat kecil yang sekarang
sedang terancam bahaya kelaparan.
/edangkan lewat jalur supply of labor lebih terkait dengan pengembangan sumber daya
manusia (human capital formation). *mplementasi praktis lewat jalur ini, seperti disarankan beberapa ahli
(2eynolds, Masters and Moser, 34567 8hrenberg!/mith, 34557 /udarman +amin, 9::;) adalah dengan
model!model kegiatan sebagai berikut "
Primary and high school education (peningkatan dan penguatan pendidikan dasar dan
menengah).
agaimana caranya supaya kegiatan ini dapat berjalan dengan efektif < iasanya (seharusnya) ini
dilakukan oleh pemerintah. Mekanismenya adalah dengan penyediaan anggaran yang cukup
memadai. %anpa dukungan dari pemerintah, program ini tidak akan berjalan dengan baik, karena
model pendidikan ini bersifat massal. &rtinya harus diikuti oleh semua warga yang telah masuk pada
usia sekolah

College and postgraduate education (kursus!kursus dan pendidikan lanjutan, misalnya Perguruan
%inggi). Pendanaan program ini tidak menjadi kewajiban negara sepenuhnya, tetapi tetap subsidi
anggaran di sektor ini harus diberikan
 %raining proided by employers on the job (pelatihan yang disediakan langsung oleh
perusahaan terkait langsung dengan pekerjaan). Program ini merupakan kebutuhan perusahaan
dalam rangka penajaman wilayah garapan (jobs) yang akan langsung ditangani di perusahaan
yang bersangkutan.
$al ini bisa tidak terkait dengan program subsidi pemerintah. egiatan ini akan beragam sekali
tergantung spesifikasi bidang usaha yang dikembangkan oleh perusahaan
  &ccumulated of skill through continued work e-perience (peningkatan keahlian melalui
pengalaman kerja). eahlian ini tentunya tidak didapat dari bangku sekolah, atau pendidikan
formal lainnya, tetapi

diperoleh melalui pengalaman kerja secara langsung (learning by doing). &kumulasi pengetahuan
sedemikian biasanya memiliki kedalaman yang mantap pada bidangnya dan berkonsekuensi pada
harga yang mahal. /ekarang upaya kearah itu dapat dilakukan dengan melakukan kombinasi antara
pendidikan formal dengan terjun langsung (harus menempuh waktu tertentu) pada bidang usaha yang
relean
 =oernment training programs for displaced or disadantaged workers (pelatihan yang dilakukan
oleh pemerintah dalam rangka mengganti tenaga kerja yang akan pensiun). Program ini bisa
sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mempersiapakan tenaga kerja yang siap
bekerja untuk mengganti tenaga kerja yang akan pensiun. /ebetulnya kondisi yang sama dapat juga
dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mempersiapakan tenaga kerja pengganti yang lebih
produktif dan

semangat baru
 Memberikan fasilitas dan pelayanan kesehatan. >asilitas dan pelayanan kesehatan sangat
diperlukan oleh tenaga kerja, karena akan terkait langsung dengan produktifitas dan semangat
kerja. ahkan secara permanen semua warga seharusnya mendapatakan pelayanan asuransi
yang memadai, tidak hanya tenaga kerja
 Migrasi. Migrasi bisa ditolelir sepanjang disertai beberapa syarat "
 tenaga kerja memiliki keahlian yang memadai sesuai dipersyaratkan di tempat tujuan
mereka bekerja
 tingkat kepadatan penduduk di daerah tujuan masih kondusif,
 sudah tidak ada lagi potensi daerah asal yang bisa dikembangkan

upah yang akan diterima lebih baik daripada di daerah asal
 perlakuan terhadap tenaga kerja di daerah tujuan tidak menyimpang
http"''jalan!pencarianku.blogspot.com'9:3:':?'upaya!mengatasi!pengangguran.html

Anda mungkin juga menyukai