VERTIGO
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang
2019
1
I. IDENTITAS
A. PENDERITA
1. Nama (Inisial) : Tn PE
2. Umur : .36 thn
3. Jenis Kelamin :P
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Wiraswasta
6. Status Perkawinan : Menikah
7. Jumlah Anak : 2 orang
8. Pendidikan terakhir : .SMA tamat
9. Alamat lengkap : Jl. Godong Gudo No. 75
RT 08 RW 10
Kecamatan Gudo
Kabupaten Jombang
2
D. INTERAKSI DALAM KELUARGA
Keterangan
Status
Nama Usia Pekerjaan Hubungan Keluarga Domisili
No Sex Perkawinan
(Inisial) (Bln/Th) (deskripsi lengkap) (S, I, AK, AA) Serumah
(TK, K, J, D)
Ya Tdk
1 PE L 36th Wiraswasta S K √
2 U P 34th Pedagang I K √
3 NPPS P 16th Pelajar SMA AK TK √
4 SIBAAS L 10th Pelajar SD AK TK √
3
GENOGRAM (minimal 3 )
60 55 53 50 46 36 34 35 33 31 28 26
Tn. W/ Ny. M/ Ny. Y/ Ny. J/ Ny. A/ Ny. U/ Tn. AS/ Ny. N/ Ny. H/ Ny. R/ Tn. A/ Tn. A/
S1/ PNS SMA/ SMA/ S1/ PNS SMA/ SMA/ SMA/W SMA/ SMA/ SMA/ SMA/ SMA/
/ 7-7,5jt Penjual Penjual / 7-7,5jt Penjual Pedagang iraswast IRT Penjual IRT Usaha Usaha
jajanan/ sepatu/ pakaian/ sayur/ 1- a / 3-4 makanan/ bengkel/ bengkel/
750-1jt 1-1,5jt 1-1,5jt 3jt 1-1,5jt 1-2jt 1-2jt
1 1
6 0
Sdri. N/ An. S/
Pelajar Pelajar
SMA SD
4
5
II. DATA DASAR KESEHATAN
STATUS MEDIS (Klinis)
KU : Pusing berputar
Anamnesis
RPS :
dengan keluhan kepala pusing berputar pusing ±3 jam SMRS, pusing berputar dirasakan
terus menerus. Pusing dirasakan makin berputar jika pasien melakukan perubahan posisi
seperti dari duduk ke berdiri dan saat membuka mata lalu melihat benda disekitarnya
rasanya semakin pusing berputar. Pasien belum memberikan obat apapun untuk
keluhannya. Tidak dirasakan rasa penuh atau berdenging pada kedua telinga, penurunan
pendengaran tidak dirasakan selama serangan. Keluhab disertai rasa mual (+) dan muntah
(+), tidak ada demam sebelumnya(-). Pasien lebih nyaman jika memejamkan kedua
RPsos : Pasien bekerja sebagai pedagang sayur di pasar, bekerja dari pukul
pusing berputar
Pemeriksaan Fisik :
KU : Cukup
GCS : 456
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign:
6
TD : 130/70 mmHg
RR : 20 x/menit
Temp : 36,3oC
Kepala/Leher:
Thoraks:
- Paru-paru
Auskultasi : Vesikuler kanan dan kiri simetris, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Jantung
Abdomen
Ekstremitas : Akral dingin, kering, edema
7
Status Neurologis
Motorik 5/5
5/5
Sensorik dbn
Pem Penunjang :
Darah Rutin
MCV 87 (80-99)
MCH 30 (27-32)
MCHC 34 (31-34g/dl)
RDW 13 (13-16%)
MPV 9 (7,1-9,5um3)
8
PDW 10 (10-18%)
9
UPAYA & PERILAKU KESEHATAN
KETERANGAN
N KOMPONE
URAIAN UPAYA & PERILAKU (RASIONAL ATAU
O N
IRRASIONAL)
1 Promotif - -
2 Preventif Apabila merasa mulai pusing pasien membeli obat di apotik yaitu panadol Rasional
STATUS SOSIAL
NO KOMPONEN KETERANGAN (Deskripsikan dengan lengkap dan jelas)
Ny. U bangun pukul 04.00 untuk shalat subuh, lalu memasak sarapan, setelah itu menyiapkan
1 Aktifitas sehari-hari dagangan sayurnya. Ny U sehari-hari bekerja sebagai penjual sayur, berjualan pukul 07.00 sampai
pukul 15.00. Jarang berolahraga, rekreasi jarang, komunikasi dengan tetangga baik.
2 Status Gizi Ny. 48 tahun
BB: 50
TB: 154
BMI: 18,42 status gizi normal
Kuantitas : 3x/hari menu nasi putih, lengkap dengan lauk, jarang dengan sayur dan buah, menu
bervariasi; Kualitas : kurang baik
Kebiasaan makan : Makan biasanya memasak sendiri
10
Kesesuaian waktu makan : Sesuai waktu
Selera makan : pedas, daging, dan ikan
Konsumsi makanan tertentu : tidak ada
Alergi makanan : tidak
- Pencahayaan : Cukup
11
2 Biologi - Tidak memelihara hewan
- SPAL: air limbah dialirkan ke irigasi perumahan
12
III. DIAGNOSIS HOLISTIK (Lima ASPEK)
Aspek 1:
Aspek personal
Chief complain: Nyeri kepala berputar
Fear : pasien takut jika membuka mata karena akan menambah pusingnya
Wishes/hope : pasien berharap dapat segera sembuh agar dapat beraktivitas kembali
Aspek 2:
Clinical diagnosis : Vertigo susp. Benign Paroxysmal Postional Vertigo
Differential Diagnosis : Meinere syndrom
Aspek 3:
Aspek faktor internal
- Pasien terlalu lelah bekerja
- Jarang berolahraga
- Makan tidak teratur
Aspek 4:
Aspek faktor eksternal
- Masalah psikososial dalam keluarga
- Mudah stress
Aspek 5:
Aspek fungsi sosial
Fungsi sosial : Tingkat 2
13
IV. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF:
14
- Latihan untuk duduk, berdiri kemudiann berjalan
15
V. RESUME KASUS
1. EPIDEMIOLOGI
Benign Paroxysmal Potitional Vertigo (BPPV) disebut sebagai gangguan
vestibular yang umum dikenal; dalam suatu kelompok pasien, onset umur rata-ratanya
adalah 54 tahun, dengan range 11 sampai 84 tahun. Froehling et al. mengestimasikan
bahwa insidennya sebanyak 107 kasus per 100.000 populasi per tahun. Sebuah
penelitian di Jepang pada pasien dengan BPPV saja jika mereka memiliki nistagmus
pada tes Dix-Hallpike ditemukan insidensnya sebanyak 10,7 kasus per 100000 per
tahun. Pada pengalaman sebelumnya, didapatkan adanya hubungan antara BPPV
dengan vestibular neuritis pada 10% pasien dan trauma kepala pada 20% pasien.
Sama halnya, Baloh et al. melaporkan bahwa 15% kasus-kasus BPPV diikuti oleh
neurolabirintitis dan 18% oleh trauma kepala. Namun, pada kebanyakan pasien
BPPV, tidak temukan adanya hubungan tersebut.1,2
II. ETIOLOGI
BPPV merupakan penyakit degenerative yang idiopatik yang sering ditemukan,
kebanyakan diderita pada usia dewasa muda dan usia lanjut. Penyebab utama BPPV
pada orang di bawah umur 50 tahun adalah cedera kepala. Pada orang yang lebih tua,
penyebab utamanya adalah degenerasi sistem vestibuler pada telinga tengah. BPPV
2,10
meningkat dengan semakin meningkatnya usia. . Penyebab lain yang jarang
ditemukan adalah labirintitis virus, neuritis vestibularis, pasca stapedektomi, fistula
perlimfa, dan penyakit meniere. BPPV merupakan penyakit pada semua usia dewasa.
Pada anak belum pernah dilaporkan. 2,10
BPPV terjadi lebih umum pada usia lanjut (Froeling et al, 1991) dan pada orang
yang lebih tua akibat dari degenerasi sistem vestibular telinga bagian dalam. Hal ini
terjadi akibat dari infeksi virus yang mempengaruhi telinga seperti yang menyebabkan
vestibular neurtitis dan penyakit Meniere adalah penyebab signifikan (Batatsouras et
al, 2012). BPPV juga terkait dengan migraine 4. Banyak BPPV yang timbul spontan,
16
disebabkan oleh kelainan di otokonial berupa deposit yang berada di kupula
semisirkularis posterior5,6,7. Deposit ini menyebabkan kanalis semisirkularis menjadi
sensitif terhadap perubahan gravitasi yang menyertai keadaan posisi kepala yang
berubah. Kadang-kadang BPPV terjadi setelah operasi termasuklah operasi gigi, yang
mana penyebabnya berkemungkinan kombinasi berkepanjangan dari posisi terlentang,
atau trauma telinga bagian dalam ketika operasi8,9.
IV. PATOGENESIS
Patomekanisme BPPV dapat dibagi menjadi dua, antara lain :
• Teori Cupulolithiasis
V. PENATALAKSANAAN
• Teori Canalithiasis
17
menyebabkan kupula membelok (deflected), hal ini menimbulkan nistagmus dan
pusing. Pembalikan rotasi waktu kepala ditegakkan kernbali, terjadi pembalikan
pembelokan kupula, muncul pusing dan nistagmus yang bergerak ke arah berlawanan.
Model gerakan partikel begini seolah-olah seperti kerikil yang berada dalam ban,
ketika ban bergulir, kerikil terangkat sebentar lalu jatuh kembali karena gaya
gravitasi. Jatuhnya kerikil tersebut memicu organ saraf dan menimbulkan pusing.
Dibanding dengan teori cupulolithiasis teori ini lebih dapat menerangkan
keterlambatan "delay" (latency) nistagmus transient, karena partikel butuh waktu
untuk mulai bergerak. Ketika mengulangi manuver kepala, otolith menjadi tersebar
dan semakin kurang efektif dalam menimbulkan vertigo serta nistagmus. Hal inilah
yag dapat menerangkan konsep kelelahan "fatigability" dari gejala pusing.11,12
a. Nonmedikamentosa13,14
Edukasi pasien untuk bangun dari tempat tidur secara perlahan-lahan.
Memberitahu pasien tentang latihan Brandt-Daroff untuk latihan di rumah agar
pasien terbiasa dengan beberapa posisi sehingga tidak muncul keluhan pusing
berputar saat berpindah posisi.
b. Medikamentosa
Penatalaksanaan dengan farmakologi untuk BPPV tidak secara rutin
dilakukan. Beberapa pengobatan hanya diberikan untuk jangka pendek untuk
gejala-gejala vertigo, mual dan muntah yang berat yang dapat terjadi pada
18
pasien BPPV, seperti setelah melakukan terapi PRM 15,16. Pengobatan untuk
vertigo yang disebut juga pengobatan suppresant vestibular yang digunakan
adalah golongan benzodiazepine (diazepam, clonazepam) dan antihistamine
(meclizine, dipenhidramin)17. Benzodiazepines dapat mengurangi sensasi
berputar namun dapat mengganggu kompensasi sentral pada kondisi vestibular
perifer. Antihistamine mempunyai efek supresif pada pusat muntah sehingga
dapat mengurangi mual dan muntah karena motion sickness18. Harus
diperhatikan bahwa benzodiazepine dan antihistamine dapat mengganggu
kompensasi sentral pada kerusakan vestibular sehingga penggunaannya
diminimalkan19 .
VI. KOMPLIKASI
Vertigo yang berat menyebabkan penderita mengalami gangguan
keseimbangan yang berat ketika vertigo berlangsung.Akibatnya, jika penderita
tidak mampu mempertahankan posisi / keseimbangannya, penderita dapat
terjatuh dan bukan tidak mungkin dapat mengalami fraktur. Risiko fraktur
meningkat pada penderita lanjut usia. Oleh karena itu, risiko fraktur seperti
compartment syndrome atau emboli pun dapat terjadi20.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC; 2006.
2. Gleadle J. History and examination at a glance. 2nd ed. UK: Blackwell Publishing;
2015.
3. Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Panduan praktis diagnosis & tata
laksana penyakit saraf. Jakarta: EGC; 2016.
4. Lumbantobing SM. Vertigo tujuh keliling. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2017.
5. Lumbantobing SM. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2015.
6. Johnson J, Lalwani AK. Vestibular disorders. In: Lalwani AK. Current diagnosis &
treatment in otolaryngology-head & neck surgery. US: McGraw-Hill; 2017
7. Lustig LR, Schindler J. Ear, nose, & throat disorders. In: Mcphee SJ, Papadakis MA.
Current medical diagnosis & treatment 2017. 49th ed. US: McGraw-Hill; 2017.
8. Baehr M, Frotscher M. Diagnosis topic neurologi duus anatomi, fisiologi, tanda,
gejala. ed 4. Jakarta: EGC; 2016.
9. Li JC, Epley J. Benign Paroxysmal Positional Vertigo [internet]. 2015 [updated ; cited
April 20 2019]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/884261-
overview#a0101.
10. Anonym. The Membranous Labyrinth Of The Vestibular. [online] 2009 [cited 2009
May 30th]. Available from : http://cache-media.britannica.com/eb-media/86/4086-
004-EA855487.gif
11. Rudya Stevani, BPPV B. (Benign Paroxysmal Positional Vertigo). 2018; Available
from: Available from :http://www.drtbalu.com/BPPV.html.
12. Hain TC. Benign Paroxismal Positioning Vertigo.; Available from: Diakses dari :
http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/bppv/bppv.htm.
13. Li J. Benign paroxysmal positioning vertigo.; Available from: Diakses dari :
http://emedicine.medscape.com/article/884261-overview#a0104.
14. D.T. F. Benign Paroxysmal Positional Vertigo., Semin Neurol Journal 2017;29:500-8.
15. Lorne S. Parnes SKA, Jason Atlas. Diagnosis and management of benign paroxysmal
positional vertigo (BPPV). CMAJ. 2013:681-93. Epub SEPT. 30.
20
16. Bhattacharyya N BFR, Orvidas L. Clinical practice guideline: Benign paroxysmal
positional vertigo Journal. American Academy of Otolaryngology–Head and Neck
Surgery Foundation. 2018;139:47-81.
17. Practice Parameter: Therapies for benign paroxysmal positional vertigo (an evidence-
based review). American Academy of Neurology, 2018.
18. Bittar et al. Benign Paroxysmal Positional Vertigo: Diagnosis and Treatment. .
International Tinnitus Journal 2017;16(2):135-45.
19. Leveque et al. Surgical Therapy in Intrctable Benign Paroxysmal Positional Vertigo.
Otolaryngology-Head and Neck Surgery. 2017;136:693-8.
20. Practice Parameter: Therapies for benign paroxysmal positional vertigo (an evidence-
based review). American Academy of Neurology, 2018.
21
Lampiran:
-
22