Anda di halaman 1dari 22

STATUS KEDOKTERAN KELUARGA

VERTIGO

Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang
2019

1
I. IDENTITAS
A. PENDERITA

1. Nama (Inisial) : Ny. U


2. Umur : 34 / thn
3. Jenis Kelamin : P
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Bekerja di Pasar
6. Status Perkawinan : Menikah
7. Jumlah Anak : 2 orang
8. Pendidikan terakhir : SMA tamat
9. Alamat lengkap : Jl. Godong Gudo No. 75
RT 08 RW 10
Kecamatan Gudo
Kabupaten Jombang

B. PASANGAN (Bila sudah menikah atau sudah pernah menikah)

1. Nama (Inisial) : Tn PE
2. Umur : .36 thn
3. Jenis Kelamin :P
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Wiraswasta
6. Status Perkawinan : Menikah
7. Jumlah Anak : 2 orang
8. Pendidikan terakhir : .SMA tamat
9. Alamat lengkap : Jl. Godong Gudo No. 75
RT 08 RW 10
Kecamatan Gudo
Kabupaten Jombang

2
D. INTERAKSI DALAM KELUARGA

Keterangan
Status
Nama Usia Pekerjaan Hubungan Keluarga Domisili
No Sex Perkawinan
(Inisial) (Bln/Th) (deskripsi lengkap) (S, I, AK, AA) Serumah
(TK, K, J, D)
Ya Tdk
1 PE L 36th Wiraswasta S K √
2 U P 34th Pedagang I K √
3 NPPS P 16th Pelajar SMA AK TK √
4 SIBAAS L 10th Pelajar SD AK TK √

3
GENOGRAM (minimal 3 )

Tn. L/ SMP Ny. S/ SMP Tn. S/ SMP Ny. F/ SMP/


90th 85th 49th Penjual sembako/
5 1-1,5jt
8

60 55 53 50 46 36 34 35 33 31 28 26

Tn. W/ Ny. M/ Ny. Y/ Ny. J/ Ny. A/ Ny. U/ Tn. AS/ Ny. N/ Ny. H/ Ny. R/ Tn. A/ Tn. A/
S1/ PNS SMA/ SMA/ S1/ PNS SMA/ SMA/ SMA/W SMA/ SMA/ SMA/ SMA/ SMA/
/ 7-7,5jt Penjual Penjual / 7-7,5jt Penjual Pedagang iraswast IRT Penjual IRT Usaha Usaha
jajanan/ sepatu/ pakaian/ sayur/ 1- a / 3-4 makanan/ bengkel/ bengkel/
750-1jt 1-1,5jt 1-1,5jt 3jt 1-1,5jt 1-2jt 1-2jt

1 1
6 0

Sdri. N/ An. S/
Pelajar Pelajar
SMA SD

4
5
II. DATA DASAR KESEHATAN
STATUS MEDIS (Klinis)

KU : Pusing berputar

Anamnesis

RPS :

Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Muhammadiyah Jombang diantar keluarganya

dengan keluhan kepala pusing berputar pusing ±3 jam SMRS, pusing berputar dirasakan

terus menerus. Pusing dirasakan makin berputar jika pasien melakukan perubahan posisi

seperti dari duduk ke berdiri dan saat membuka mata lalu melihat benda disekitarnya

rasanya semakin pusing berputar. Pasien belum memberikan obat apapun untuk

keluhannya. Tidak dirasakan rasa penuh atau berdenging pada kedua telinga, penurunan

pendengaran tidak dirasakan selama serangan. Keluhab disertai rasa mual (+) dan muntah

(+), tidak ada demam sebelumnya(-). Pasien lebih nyaman jika memejamkan kedua

matanya. Tidak ada riwayat trauma/terjatuh, penurunan kesadaran, kejang.

RPD : Vertigo (+), HT (-), DM (-), Sakit telinga(+)

RPK : HT (-), DM (-)

RPsos : Pasien bekerja sebagai pedagang sayur di pasar, bekerja dari pukul

07.00-14.00 , jika pasien mempunyai banyak pikiran timbul rasa

pusing berputar

Pemeriksaan Fisik :

KU : Cukup

GCS : 456

Kesadaran : Composmentis

Vital Sign:

6
TD : 130/70 mmHg

RR : 20 x/menit

Temp : 36,3oC

Kepala/Leher:

A/I/C/D -/-/-/-, Pembesaran KGB (–)

Faring hiperemi -/-, Tonsil T1/T1

Thoraks:

- Paru-paru

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri

Palpasi : Fremitus simetris kanan dan kiri

Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : Vesikuler kanan dan kiri simetris, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

- Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, murmur(-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Cembung normal,kelainan kulit (-), pelebaran vena (-)

Auskultasi : Bising usus normal

Palpasi :Soefl, nyeri tekan (-)

Perkusi : timpani di semua lapang abdomen

 
 
Ekstremitas : Akral dingin, kering, edema  

CRT < 2 detik, petekie (-)

7
Status Neurologis

N. Pupil Bulat Isokor 3mm/3mm


Cranialis
Reflek Cahaya +/+, Reflek Kornea +/+

Menigeal Kaku Kuduk (-) Brudzinski I (-)


sign

Reflek Eks. Superior : Hoffman -/- Trommer -/-


Patologis
Eks. Inferior : Babinsky -/- Chaddock -/-

Reflek BPR +2/+2 KPR +2/+2


Fisiologis
TPR +2/+2 APR +2/+2

Motorik 5/5

5/5

Sensorik dbn

Pem Penunjang :

Darah Rutin

Hb 12,5 (11,5 – 16,00)

Leukosit 13,100 (4.000 – 11.000)

LED 15/27 (0 – 20)

Trombosit 402,000 (150.000 -450.000)

Hematokrit 36,6 ( 3,7-47%)

Eritrosit 4,20 (3,0 – 6,0)

MCV 87 (80-99)

MCH 30 (27-32)

MCHC 34 (31-34g/dl)

RDW 13 (13-16%)

MPV 9 (7,1-9,5um3)

8
PDW 10 (10-18%)

9
UPAYA & PERILAKU KESEHATAN
KETERANGAN
N KOMPONE
URAIAN UPAYA & PERILAKU (RASIONAL ATAU
O N
IRRASIONAL)
1 Promotif - -

2 Preventif Apabila merasa mulai pusing pasien membeli obat di apotik yaitu panadol Rasional

3 Kuratif Pasien memeriksakan diri ke RS Muhammadiyah Jombang Rasional


Pasien tidak bekerja jika mulai terkena serangan pusing berputar supaya
4 Rehabilitatif Rasional
dapat beristirahat dirumah
Riwayat Sosial, Budaya, Ekonomi, Lingkungan dll

STATUS SOSIAL
NO KOMPONEN KETERANGAN (Deskripsikan dengan lengkap dan jelas)
Ny. U bangun pukul 04.00 untuk shalat subuh, lalu memasak sarapan, setelah itu menyiapkan
1 Aktifitas sehari-hari dagangan sayurnya. Ny U sehari-hari bekerja sebagai penjual sayur, berjualan pukul 07.00 sampai
pukul 15.00. Jarang berolahraga, rekreasi jarang, komunikasi dengan tetangga baik.
2 Status Gizi Ny. 48 tahun
BB: 50
TB: 154
BMI: 18,42  status gizi normal
 Kuantitas : 3x/hari menu nasi putih, lengkap dengan lauk, jarang dengan sayur dan buah, menu
bervariasi; Kualitas : kurang baik
 Kebiasaan makan : Makan biasanya memasak sendiri

10
 Kesesuaian waktu makan : Sesuai waktu
 Selera makan : pedas, daging, dan ikan
 Konsumsi makanan tertentu : tidak ada
 Alergi makanan : tidak

3 Pekerjaan Pasien sebagai pedagang sayur

4 Jaminan Kesehatan Memiliki BPJS

FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN


KOMPONEN
NO KETERANGAN
LINGKUNGAN
- Perumahan & fasilitas : milik sendiri

- Luas bangunan 15 x 20 meter

- Jenis dinding terbanyak : tembok

- Jenis lantai terluas : ubin


1 Fisik
- Sumber penerangan utama : listrik

- Perbandingan ventilasi : setiap ruangan memiliki jendela

- Pencahayaan : Cukup

- Sarana MCK Pribadi : terdapat 3 MCK

11
2 Biologi - Tidak memelihara hewan
- SPAL: air limbah dialirkan ke irigasi perumahan

3 Kimia - Sumber air minum: Air mineral

- Industri : Tidak ada industri di sekitar rumah


4 Sosial Komunikasi antar anggota keluarga baik dan sangat dekat

5 Budaya Hubungan kemasyarakatan sekitar terjalin baik


Ny.U merupakan pribadi yang ramah, dan mampu bersosialisasi dengan baik terhadap keluarga
6 Psikologi
maupun sekitar rumah.
7 Ekonomi Pendapatan Ny.U dalam sebulan ± Rp.3.500.000., dalam sebulan
Luas tanah 18 x 25 m. luas rumah 15 x 20 meter. Status kepemilikan milik sendiri.
8 Ergonomi

12
III. DIAGNOSIS HOLISTIK (Lima ASPEK)

Aspek 1:
Aspek personal
Chief complain: Nyeri kepala berputar
Fear : pasien takut jika membuka mata karena akan menambah pusingnya
Wishes/hope : pasien berharap dapat segera sembuh agar dapat beraktivitas kembali

Aspek 2:
Clinical diagnosis : Vertigo susp. Benign Paroxysmal Postional Vertigo
Differential Diagnosis : Meinere syndrom
Aspek 3:
Aspek faktor internal
- Pasien terlalu lelah bekerja
- Jarang berolahraga
- Makan tidak teratur

Aspek 4:
Aspek faktor eksternal
- Masalah psikososial dalam keluarga
- Mudah stress

Aspek 5:
Aspek fungsi sosial
Fungsi sosial : Tingkat 2

13
IV. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF:

No Aspek Dx Holistik Penatalaksanaan Komprehenship yang dapat dilakukan oleh


(Uraian permasalahan/penyebab maslah kesehatan penderita
berdasarkan tiap aspek)
1 Personal: Promotif:
- Chief complain: Nyeri kepala berputar  Edukasi kepada pasien mengenai penyakit vertigo yang
- Fear: pasien takut jika membuka mata karena akan diderita pasien seperti penyebab dan cara pencegahannya agar
menambah pusingnya tidak terulang kembali.
- Wishes/hope: Pasien berharap dapat segera sembuh  Melakukan edukasi mengenai pentingnya mengurangi stress
agar dapat beraktivitas kembali
 Petugas kesehatan hendaknya lebih sering dalam kegiatan
2 Klinis: Vertigo Susp. Benign Paroxysmal Postional Vertigo promosi kesehatan, misalnya menggunakan pamflet, brosur,
(H81.10) maupun poster tentang vertigo, di tempat umum yang
strategis untuk dibaca masyarakat atau dengan mengadakan
3 Internal: penyuluhan tentang vertigo.
- Pasien terlalu lelah bekerja Preventif:
- Jarang berolahraga - Hindari faktor resiko stress.
- Makan tidak teratur Kuratif:
- Inf RL 14 tpm
- Inj Ondansentron 3x1 amp
4 Eksternal: - Inj Dipenhhydramin 1x1
- Masalah psikososial dalam keluarga - Betahistine 3x6 gr p.o
- Mudah stress
Rehabilitatif:
5 Fungsi Sosial: Fungsi sosial pasien tingkat 2 - Istirahat cukup
- Mengurangi stress
- Latihan untuk membuka mata, melirik keatas, kebawah,
kesamping kiri dan kanan

14
- Latihan untuk duduk, berdiri kemudiann berjalan

15
V. RESUME KASUS

1. EPIDEMIOLOGI
Benign Paroxysmal Potitional Vertigo (BPPV) disebut sebagai gangguan
vestibular yang umum dikenal; dalam suatu kelompok pasien, onset umur rata-ratanya
adalah 54 tahun, dengan range 11 sampai 84 tahun. Froehling et al. mengestimasikan
bahwa insidennya sebanyak 107 kasus per 100.000 populasi per tahun. Sebuah
penelitian di Jepang pada pasien dengan BPPV saja jika mereka memiliki nistagmus
pada tes Dix-Hallpike ditemukan insidensnya sebanyak 10,7 kasus per 100000 per
tahun. Pada pengalaman sebelumnya, didapatkan adanya hubungan antara BPPV
dengan vestibular neuritis pada 10% pasien dan trauma kepala pada 20% pasien.
Sama halnya, Baloh et al. melaporkan bahwa 15% kasus-kasus BPPV diikuti oleh
neurolabirintitis dan 18% oleh trauma kepala. Namun, pada kebanyakan pasien
BPPV, tidak temukan adanya hubungan tersebut.1,2
II. ETIOLOGI
BPPV merupakan penyakit degenerative yang idiopatik yang sering ditemukan,
kebanyakan diderita pada usia dewasa muda dan usia lanjut. Penyebab utama BPPV
pada orang di bawah umur 50 tahun adalah cedera kepala. Pada orang yang lebih tua,
penyebab utamanya adalah degenerasi sistem vestibuler pada telinga tengah. BPPV
2,10
meningkat dengan semakin meningkatnya usia. . Penyebab lain yang jarang
ditemukan adalah labirintitis virus, neuritis vestibularis, pasca stapedektomi, fistula
perlimfa, dan penyakit meniere. BPPV merupakan penyakit pada semua usia dewasa.
Pada anak belum pernah dilaporkan. 2,10

III. FAKTOR RESIKO


Beberapa kasus BPPV dijumpai setelah mengalami jejas atau trauma kepala atau
leher, infeksi telinga tengah atau operasi stapedektomi dan proses degenerasi pada
telinga dalam juga merupakan penyebab BPPV sehingga insiden BPPV
meningkat dengan bertambahnya usia3.

BPPV terjadi lebih umum pada usia lanjut (Froeling et al, 1991) dan pada orang
yang lebih tua akibat dari degenerasi sistem vestibular telinga bagian dalam. Hal ini
terjadi akibat dari infeksi virus yang mempengaruhi telinga seperti yang menyebabkan
vestibular neurtitis dan penyakit Meniere adalah penyebab signifikan (Batatsouras et
al, 2012). BPPV juga terkait dengan migraine 4. Banyak BPPV yang timbul spontan,

16
disebabkan oleh kelainan di otokonial berupa deposit yang berada di kupula
semisirkularis posterior5,6,7. Deposit ini menyebabkan kanalis semisirkularis menjadi
sensitif terhadap perubahan gravitasi yang menyertai keadaan posisi kepala yang
berubah. Kadang-kadang BPPV terjadi setelah operasi termasuklah operasi gigi, yang
mana penyebabnya berkemungkinan kombinasi berkepanjangan dari posisi terlentang,
atau trauma telinga bagian dalam ketika operasi8,9.

IV. PATOGENESIS
Patomekanisme BPPV dapat dibagi menjadi dua, antara lain :

• Teori Cupulolithiasis

Pada tahun 1962 Horald Schuknecht mengemukakan teori ini untuk


menerangkan BPPV. Dia menemukan partikel-partikel basofilik yang berisi kalsiurn
karbonat dari fragmen otokonia (otolith) yang terlepas dari macula utriculus yang
sudah berdegenerasi, menernpel pada permukaan kupula. Dia menerangkan bahwa
kanalis semisirkularis posterior menjadi sensitif akan gravitasi akibat partikel yang
melekat pada kupula. Hal ini analog dengan keadaan benda berat diletakkan di puncak
tiang, bobot ekstra ini menyebabkan tiang sulit untuk tetap stabil, malah cenderung
miring. Pada saat miring partikel tadi mencegah tiang ke posisi netral. Ini
digambarkan oleh nistagmus dan rasa pusing ketika kepala penderita dijatuhkan ke
belakang posisi tergantung (seperti pada tes Dix-Hallpike). KSS posterior berubah
posisi dari inferior ke superior, kupula bergerak secara utrikulofugal, dengan
demikian timbul nistagmus dan keluhan pusing (vertigo). Perpindahan partikel otolith
tersebut membutuhkan waktu, hal ini yang menyebabkan adanya masa laten sebelum
timbulnya pusing dan nistagmus.10,11

V. PENATALAKSANAAN

• Teori Canalithiasis

Tahun1980 Epley mengemukakan teori canalithiasis, partikel otolith bergerak


bebas di dalam KSS. Ketika kepala dalam posisi tegak, endapan partikel ini berada
pada posisi yang sesuai dengan gaya gravitasi yang paling bawah. Ketika kepala
direbahkan ke belakang partikel ini berotasi ke atas sarnpai ± 900 di sepanjang
lengkung KSS. Hal ini menyebabkan cairan endolimfe mengalir menjauhi ampula dan

17
menyebabkan kupula membelok (deflected), hal ini menimbulkan nistagmus dan
pusing. Pembalikan rotasi waktu kepala ditegakkan kernbali, terjadi pembalikan
pembelokan kupula, muncul pusing dan nistagmus yang bergerak ke arah berlawanan.
Model gerakan partikel begini seolah-olah seperti kerikil yang berada dalam ban,
ketika ban bergulir, kerikil terangkat sebentar lalu jatuh kembali karena gaya
gravitasi. Jatuhnya kerikil tersebut memicu organ saraf dan menimbulkan pusing.
Dibanding dengan teori cupulolithiasis teori ini lebih dapat menerangkan
keterlambatan "delay" (latency) nistagmus transient, karena partikel butuh waktu
untuk mulai bergerak. Ketika mengulangi manuver kepala, otolith menjadi tersebar
dan semakin kurang efektif dalam menimbulkan vertigo serta nistagmus. Hal inilah
yag dapat menerangkan konsep kelelahan "fatigability" dari gejala pusing.11,12

a. Nonmedikamentosa13,14
 Edukasi pasien untuk bangun dari tempat tidur secara perlahan-lahan.
 Memberitahu pasien tentang latihan Brandt-Daroff untuk latihan di rumah agar
pasien terbiasa dengan beberapa posisi sehingga tidak muncul keluhan pusing
berputar saat berpindah posisi.

b. Medikamentosa
Penatalaksanaan dengan farmakologi untuk BPPV tidak secara rutin
dilakukan. Beberapa pengobatan hanya diberikan untuk jangka pendek untuk
gejala-gejala vertigo, mual dan muntah yang berat yang dapat terjadi pada

18
pasien BPPV, seperti setelah melakukan terapi PRM 15,16. Pengobatan untuk
vertigo yang disebut juga pengobatan suppresant vestibular yang digunakan
adalah golongan benzodiazepine (diazepam, clonazepam) dan antihistamine
(meclizine, dipenhidramin)17. Benzodiazepines dapat mengurangi sensasi
berputar namun dapat mengganggu kompensasi sentral pada kondisi vestibular
perifer. Antihistamine mempunyai efek supresif pada pusat muntah sehingga
dapat mengurangi mual dan muntah karena motion sickness18. Harus
diperhatikan bahwa benzodiazepine dan antihistamine dapat mengganggu
kompensasi sentral pada kerusakan vestibular sehingga penggunaannya
diminimalkan19 .
VI. KOMPLIKASI
Vertigo yang berat menyebabkan penderita mengalami gangguan
keseimbangan yang berat ketika vertigo berlangsung.Akibatnya, jika penderita
tidak mampu mempertahankan posisi / keseimbangannya, penderita dapat
terjatuh dan bukan tidak mungkin dapat mengalami fraktur. Risiko fraktur
meningkat pada penderita lanjut usia. Oleh karena itu, risiko fraktur seperti
compartment syndrome atau emboli pun dapat terjadi20.

Vertigo hebat juga dapat menyebabkan penderitanya mengalami


muntah. Oleh karena itu, penderita vertigo, terutama usia lanjut, rentan
mengalami dehidrasi jika mengalami vertigo dengan disertai muntah
berlebihan20.
VII. PROGNOSIS
Remisi dapat terjadi spontan dalam 6 minggu, meskipun beberapa
kasus tidak terjadi. Dengan sekali pengobatan tingkat rekurensi sekitar 10-
25% 18.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC; 2006.
2. Gleadle J. History and examination at a glance. 2nd ed. UK: Blackwell Publishing;
2015.
3. Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Panduan praktis diagnosis & tata
laksana penyakit saraf. Jakarta: EGC; 2016.
4. Lumbantobing SM. Vertigo tujuh keliling. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2017.
5. Lumbantobing SM. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2015.
6. Johnson J, Lalwani AK. Vestibular disorders. In: Lalwani AK. Current diagnosis &
treatment in otolaryngology-head & neck surgery. US: McGraw-Hill; 2017
7. Lustig LR, Schindler J. Ear, nose, & throat disorders. In: Mcphee SJ, Papadakis MA.
Current medical diagnosis & treatment 2017. 49th ed. US: McGraw-Hill; 2017.
8. Baehr M, Frotscher M. Diagnosis topic neurologi duus anatomi, fisiologi, tanda,
gejala. ed 4. Jakarta: EGC; 2016.
9. Li JC, Epley J. Benign Paroxysmal Positional Vertigo [internet]. 2015 [updated ; cited
April 20 2019]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/884261-
overview#a0101.
10. Anonym. The Membranous Labyrinth Of The Vestibular. [online] 2009 [cited 2009
May 30th]. Available from : http://cache-media.britannica.com/eb-media/86/4086-
004-EA855487.gif
11. Rudya Stevani, BPPV B. (Benign Paroxysmal Positional Vertigo). 2018; Available
from: Available from :http://www.drtbalu.com/BPPV.html.
12. Hain TC. Benign Paroxismal Positioning Vertigo.; Available from: Diakses dari :
http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/bppv/bppv.htm.
13. Li J. Benign paroxysmal positioning vertigo.; Available from: Diakses dari :
http://emedicine.medscape.com/article/884261-overview#a0104.
14. D.T. F. Benign Paroxysmal Positional Vertigo., Semin Neurol Journal 2017;29:500-8.
15. Lorne S. Parnes SKA, Jason Atlas. Diagnosis and management of benign paroxysmal
positional vertigo (BPPV). CMAJ. 2013:681-93. Epub SEPT. 30.

20
16. Bhattacharyya N BFR, Orvidas L. Clinical practice guideline: Benign paroxysmal
positional vertigo Journal. American Academy of Otolaryngology–Head and Neck
Surgery Foundation. 2018;139:47-81.
17. Practice Parameter: Therapies for benign paroxysmal positional vertigo (an evidence-
based review). American Academy of Neurology, 2018.
18. Bittar et al. Benign Paroxysmal Positional Vertigo: Diagnosis and Treatment. .
International Tinnitus Journal 2017;16(2):135-45.
19. Leveque et al. Surgical Therapy in Intrctable Benign Paroxysmal Positional Vertigo.
Otolaryngology-Head and Neck Surgery. 2017;136:693-8.
20. Practice Parameter: Therapies for benign paroxysmal positional vertigo (an evidence-
based review). American Academy of Neurology, 2018.

21
Lampiran:
-

22

Anda mungkin juga menyukai