Anda di halaman 1dari 4

Nama : Lilik Andriani

NIM : G70118094
Mata Kuliah : Kimia Medisinal
Tugas : Ringkasan 1 Materi Ke-2

Hubungan Struktur, Sifat Kimia Fisika Dengan Proses Absorbsi,


Distribusi dan Ekskresi Obat

Kimia medisinal adalah ilmu pengetahuan yang merupakan cabang ilmu kimia dan
biologi, digunakan untuk memahami dan menjelaskan mekanisme kerja obat pada
tingkat molekul.
Sifat kimia fisika dapat mempengaruhi aktivitas biologi obat oleh karena dapat
mempengaruhi distribusi obat dalam tubuh dan proses interaksi obat-reseptor. Beberapa
sifat kimia fisika yang berhubungan dengan aktivitas biologis antara lain adalah
ionisasi, pembentukan kelat, potensial redoks, dan tegangan permukaan.

1. Ionisasi dan Aktivitas Biologis


Ionisasi sangat penting hubungannya dengan proses penembusan obat ke dalam
membran biologis dan interaksi obat-reseptor. Untuk dapat menimbulkan aktivitas
biologis, pada umumnya obat dalam bentuk tidak terionisasi, tetapi ada pula yang
aktif adalah bentuk ionnya.
 Obat yang Aktif dalam Bentuk Tidak Terionisasi
Sebagian besar obat yang bersifat asam lemah atau basa lemah, bentuk tidak
terionisasinya dapat memberika efek biologis. Hal ini dimungkinkan bila
kerja obat terjadi di membran sel atau di dalam sel. Hubungan pKa dengan
fraksi obat terionisasi (Ci) dan yang tidak terionisasi (bentuk molekul = C u)
dinyatakan melalui persamaan Henderson-Hasselbalch:

Untuk asam lemah :


pKa = Ph + log Cu/Ci
Contoh :
RCOOH ↔ RCOO- + H+
pKa = Ph + log (RCOOH)/(RCOO-)
Untuk basa lemah :
pKa = Ph + log Ci/Cu
Contoh :
RNH3+ ↔ RNH2 + H+
pKa = Ph + log (RNH3+)/(RNH2)

Keterangan :
Cu : fraksi basa yang tidak terionisasi
Ci : fraksi basa yang terionisasi

Perubahan pH dapat berpengaruh terhadap sifat kelarutan dan koefisien


partisi obat. Garam dari asam atau basa lemah, bentuk tidak terionisasinya
mudah diabsorbsi oleh saluran cerna, dan aktifitas biologis sesuai dengan
kadar obat bebas yang terdapat dalam cairan tubuh.
Pada obat yang bersifat asam lemah, dengan meningkatnya pH, sifat ionisasi
bertambah besar, bentuk tak terionisasi bertambah kecil, sehingga jumlah
obat yang menembus membran biologis semakin kecil. Akibatnya
kemungkinan obat untuk berinteraksi dengan reseptor semakin rendah dan
aktifitas biologisnya semakin menurun.
Pada obat yang bersifat basa lemah, dengan meningkatnya pH, sifat ionisasi
bertambah kecil, bentuk tak terionisasinya semakin besar, sehingga jumlah
obat yang menembus membran biologis bertambah besar pula. Akibatnya
kemungkinan obat untuk bereaksi dengan reseptor bertambah besar dan
aktifitas biologisnya semakin meningkat.
Perubahan pH juga berpengaruh terhadap kereaktifan gugus asam atau basa
pada permukaan sel atau dalam sel mikroorganisme. Pada titik isoelektrik,
kation dan anion potensial molekul protein sel, missal gugus amino dan
karboksilat pada alanain, selalu terdapat dalam bentuk ion Zwitter. Dengan
meningkatkan pH atau bertambah basa media, kadara anion sel akan
bertambah besar sehingga meningkatkan aktivitas obat yang bersifat kation
aktif. Sebaliknya, dengan menurunnya pH atau bertambah asam media,
kadar kation sel akan menjadi lebih besar, sehingga meningkatkan afinitas
obat anion aktif.
 Obat yang Aktif dalam Bentuk Ion
Beberapa senyawa obat menunjukkan aktifitas biologis yang makin
meningkat bila derajat ionisasinya meningkat. Seperti diketahui dalam
bentuk ion senyawa obat umumnya sulit menembus membran biologis,
sehingga diduga senyawa obat dengan tipe ini memberikan efek biologisnya
diluar sel.

2. Pembentukan Kelat dan Aktivitas Biologis


Kelat adalah senyawa yang dihasilkan oleh kombinasi senyawa yang mengandung
gugus elektron donor dengan ion logam, membentuk suatu struktur cincin. Gugus-
gugus kimia yang dapat membentuk kelat antara lain adalah gugus amin primer,
sekunder dan tersier, oksim, imin, imin tersubtitusi, tioeter, keto, tioketo, hidroksil,
tioalkohol, karboksilat, fosfonat dan sulfonat.
Sebagai contoh adalah pembentukan kelat antara etilendiamin tetraasetat (EDTA)
dengan ion Ca++

3. Potensial Redoks dan Aktivitas Biologis


Potensial redoks adalah ukuran kuantitatif kecenderungan senyawa untuk memberi
dan menerima elektron.
Hubungan kadar oksidator dan reduktor ditunjukkan oleh persamaan Nernst sebagai
berikut :
Eh = E0 – 0,06/n x log (Oksidator)/ (Reduktor)
Eh = potensial redoks yang diukur.
E0 = Potensial redoks baku.
n = jumlah elektron yang berpindah.
0,06 = tetapan termodinamik pemindahan 1 elektron (30o C)

Reaksi redoks adalah perpindahan elektron dari satu atom ke atom molekul yang
lain. Tiap reaksi pada organisme hidup terjadi pada potensial redoks optimum,
dengan kisaran yang bervariasi, sehingga diperkirakan bahwa potensial redoks
senyawa tertentu berhubungan dengan aktivitas biologisnya.
Pengaruh potensial redoks tidak dapat diamati secara langsung karena hanya
berlaku untuk sistem keseimbangan ion tunggal yang bersifat reversibel, sedang
reaksi pada sel hidup merupakan reaksi yang serentak, termasuk oksidasi ion dan
non ion, ada yang bersifat reversibel adapula yang ireversibel. Hubungan potensial
redoks dengan aktivitas biologisnya secara umum hanya terjadi pada senyawa
dengan struktur dan sifat fisik yang hampir sama. Pada sistem interaksi obat secara
redoks, pengaruh sistem distribusi dan faktor sterik sangat kecil.

4. Aktivitas Permukaan dan Aktivitas Biologis


Surfaktan adalah suatu senyawa yang karena orientasi dan pengaturan molekul pada
permukaan larutan, dapat menurunkan tegangan permukaan. Struktur surfaktan
terdiri dari dua bagian yang berbeda, yaitu bagian yang bersifat hidrofilik atau polar
dan bagian lipofilik atau nonpolar, sehingga dikatakan surfaktan bersifat ampifilik.
Bila surfaktan dimasukkan ke air maka pada permukaan akan teratur sedemikian
rupa sehingga bagian nonpolar, misal rantai karbon, berorientasi ke fase uap,
sedang bagian polar, misal gugus-gugus COOH, OH, NH 2 dan NO2, berorientasi ke
fase air.
Bila surfaktan dimasukkan ke dalam campuran pelarut polar dan nonpolar, maka
pada batas cairan polar dan nonpolar, bagian nonpolar berorientasi ke pelarut
nonpolar, sedang gugus polar berorientasi ke pelarut polar. Pada orientasi ini
terlibat ikatan Van der waal’s, ikatan hidrogen dan ikatan ion dipol.

Anda mungkin juga menyukai