• Pendahuluan
• Teori Penunjang
• Penutup
Latar Belakang
1
Tujuan
2
Metodologi
3
STUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA
SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI
INDONESIA,
GRESIK – JAWA TIMUR
• Pendahuluan
• Teori Penunjang
• Penutup
Rele Arus Lebih
• Rele arus lebih adalah rele yang beroperasi atau mendeteksi adanya
gangguan ketika arus yang mengalir melebihi batas yang diijinkan.
• Rele arus lebih ini dapat berupa rele arus lebih waktu invers (inverse
time overcurrent relay), rele arus lebih waktu tertentu (definite
overcurrent relay), atau berupa rele arus lebih waktu instan
(instantaneous overcurrent relay).
4
Penyetelan Rele Arus Lebih
Rele arus lebih memiliki setelan pickup dan setelan time dial.
• Pickup (Iset) didefinisikan sebagai nilai arus minimum yang
menyebabkan rele bekerja. Pada rele arus lebih, besarnya Iset
ini ditentukan dengan pemilihan tap.
5
Rele Arus Lebih Berarah (DOCR)
• Directional overcurrent relay (DOCR) ini menggunakan hubungan antara
fasa tegangan dan fasa arus untuk menentukan arah gangguan. DOCR ini
akan aktif jika dua kondisi berikut terpenuhi :
- Arus lebih tinggi dari ambang pengaturan;
- Arus gangguan berada pada daerah trip.
• Daerah trip ini ditentukan dari setelan sudut dari koneksi rele yang
menghasilkan torsi maksimum. Setelan sudut ini biasa disebut sebagai
maximum torque angle (MTA).
6
Penyetelan DOCR
• Menentukan batas arus lebih dan titik acuan untuk menentukan sudut
penghasil torsi maksimum (MTA) atau yang biasa disebut polarisasi atau
polarization angle. Yang digunakan sebagai titik acuan ini dapat berupa
arus maupun tegangan. Namun yang biasa digunakan adalah polarisasi
dengan tegangan antar fasa.
• Menentukan pergeseran sudut fasa antara tegangan dengan arus
gangguan atau biasa disebut dengan phase displacement (β). Untuk
menghitung phase displacement ini dapat digunakan persamaan berikut :
β = - tan-1 R/X
Di mana :
R = Resistansi
X = Reaktansi
7
Koordinasi Rele Arus Lebih (1)
• Dalam suatu sistem kelistrikan terdapat susunan rele pengaman
yang terdiri dari rele pengaman utama dan rele pengaman backup.
Antara rele pengaman utama dengan rele pengaman backup ini
harus dikoordinasikan agar menghasilkan sistem proteksi yang
sempurna. Adapun koordinasi ini dilakukan pada setelan pickup dan
time delay dari rele tersebut.
8
Koordinasi Rele Arus Lebih (2)
9
STUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA
SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI
INDONESIA,
GRESIK – JAWA TIMUR
• Pendahuluan
• Teori Penunjang
• Penutup
Sistem Kelistrikan PT. Wilmar
• Sistem Pembangkitan :
- Sumber dari PLN (GI Segara Madu) 5,5 MW
- Steam Turbine Generator (STG) 2 x 15 MW
- Diesel Engine Generator (DEG) 2 x 2 MW (emergency)
• Sistem Distribusi :
sistem distribusi ring yang dioperasikan secara radial dengan
membuka breaker pada titik-titik tertentu.
Tegangan menengah yang digunakan adalah 10,5 kV dan 3,3 kV.
Untuk Tegangan rendah 0,4 kV
• Beban :
Total beban maksimum yang terpasang 32 MW, demand factor 60%,
maka total konsumsi beban sekitar 18 MW.
10
Pengambilan Tipikal Koordinasi
PLN 20 kV
STG 1 STG 2
OCR OCR
OCR
Tipikal 3 OCR
BUS 1 BUS 3
OCR
OCR
BUS 2
Tipikal 2
SUT-RF3-016 SUT-R2-009
OCR
OCR OCR
DEG 1 DEG 2
Tipikal 1
SUT-R1-002 SUT-R1-006 SUT-R2-007 SUT-R3-010 SUT-R3-011 SUT-R4-012 SUT-R4-014 Jetty
PK Crushing PK Crushing
OCR
OCR
SUT-R1-004 FA/GLY&Hydro
Air Comp. WTP&Mesh BD 4 BD 5 Hydrochem Oleo TF Electrolyzer1 Electrolyzer2 Electrolyzer3 Boiler House TF-NKB
OCR
TF-KB Fractionation
Refinery Soap Beading ME Fract. NPK Plant 3.3kV NPK Plant RO/ETP
OCR
MTR
355kW
Cons. Pack Main Office
11
STUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA
SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI
INDONESIA,
GRESIK – JAWA TIMUR
• Pendahuluan
• Teori Penunjang
• Penutup
Hubung Singkat Minimum 30 Cycle
• Hubung singkat minimum adalah hubung singkat yang terjadi ketika
sistem beroperasi pada kondisi suplai beban minimum. Di mana
pada kondisi ini sistem disuplai oleh sumber PLN dan satu STG. Total
daya yang mengalir pada kondisi ini adalah sekitar 18 MW.
12
Hubung Singkat Maksimum 1/2 Cycle
• Hubung singkat maksimum adalah hubung singkat yang terjadi ketika
sistem beroperasi pada kondisi suplai beban maksimum. Di mana pada
kondisi ini kedua STG yakni STG1 dan STG2 beroperasi paralel dengan
suplai dari sumber PLN. Total pembangkitan pada kondisi ini adalah sekitar
35 MW. Pada simulasi hubung singkat maksimum, kedua CB bypass dibuka
dan reaktor seri yang memisahkan ketiga bus sumber dioperasikan.
13
Tipikal Koordinasi 1
• Koordinasi mulai dari Bus NPK Plant 3.3 kV yang terdapat
motor tegangan menengah 355 kW, hingga Bus PLN SS-C.
14
Hasil Plot Existing Tipikal Koordinasi 1 (1)
Lebih baik dinaikkan
di atas full load
ampere trafo
Koordinasi masih
belum tepat
15
Hasil Plot Existing Tipikal Koordinasi 1 (2)
Koordinasi masih
belum tepat
Grading time
masih terlalu
sempit
16
Rekomendasi Resetting Rele Tipikal Koordinasi 1 (1)
• Rele R.NPK.355 (CT Ratio : 100 / 5)
• Time Overcurrent Pickup (Standard Inverse Time)
1,15 × FLA Motor 355kW < Iset < 0,8 × Isc Min. Motor 355kW
1,15 × 88,86 < Iset < 0,8 × 4376 Dipilih Iset = 110 A
• Time Dial
Dipilih waktu operasi (td) = t starting motor = 5 s
= 4,16
• Instantaneous Pickup
Iset > 1,3 × Istarting Motor 355kW
Iset > 1,3 × 6,5 × 88,86 Dipilih Iset = 750,87 A
• Time Delay
Dipilih time delay = 0,1 s
17
Rekomendasi Resetting Rele Tipikal Koordinasi 1 (2)
• Rele R.NPK 3.3kV (CT Ratio : 400 / 5)
• Time Overcurrent Pickup (SIT)
1,2 × FLA secondary TRF-019 < Iset < 0,8 × Isc Min. NPK Plant 3.3kV
1,2 × 437,4 < Iset < 0,8 × 4376 Dipilih Iset = 525 A
• Time Dial
Dipilih waktu operasi (td) = 1,1 s
= 0,91
• Instantaneous Pickup
Iset > 0,8 × Isc Min. NPK Plant 3.3kV
Iset > 0,8 × 4376 Dipilih Iset = 3500,8 A
• Time Delay
Dipilih time delay = 0,3 s
18
Rekomendasi Resetting Rele Tipikal Koordinasi 1 (3)
19
Hasil Plot Resetting Tipikal Koordinasi 1 (1)
20
Hasil Plot Resetting Tipikal Koordinasi 1 (2)
21
Tipikal Koordinasi 2
• Koordinasi mulai dari Bus SUT-R3-011 hingga STG2. SUT-
R3-011 merupakan bus substation yang menyuplai instalasi
DC. Pada bus ini THD cukup tinggi yakni sekitar 30%. Simulasi
aliran arus pada studi harmonisa menunjukkan kenaikan
arus sebesar 5%.
22
Hasil Plot Existing Tipikal Koordinasi 2 (1)
Akan trip ketika
semua beban
beroperasi penuh
Koordinasi perlu
disempurnakan
Grading time
masih terlalu
sempit
23
Hasil Plot Existing Tipikal Koordinasi 2 (2)
Akan trip ketika Reaksi terlalu
generator lama
mengalirkan arus
maksimum
24
Hasil Plot Existing Tipikal Koordinasi 2 (4)
Reaksi terlalu
lama
Setelan instan
kurang maksimal
25
Hasil Plot Existing Tipikal Koordinasi 2 (3)
26
Rekomendasi Resetting Rele padaTipikal Koordinasi 2
• Agar kontinuitas suplai terjaga, diperlukan rele arus lebih
berarah.
DOCR
27
Hasil Plot Resetting Tipikal Koordinasi 2 (1)
28
Hasil Plot Resetting Tipikal Koordinasi 2 (2)
29
Hasil Plot Resetting Tipikal Koordinasi 2 (3)
30
Hasil Plot Resetting Tipikal Koordinasi 2 (4)
30
Tipikal Koordinasi 3
• Koordinasi rele pengaman feeder dari trafo PLN, mulai dari
Bus 2 hingga Bus PLN Incoming.
31
Hasil Plot Tipikal Koordinasi 3
Koordinasi perlu
diperbaiki
Grading time
terlalu sempit
32
Hasil Plot Tipikal Koordinasi 3 (2)
Grading time
terlalu sempit
33
Rekomendasi Resetting Rele pada Tipikal Koordinasi 3
34
Hasil Plot Tipikal Koordinasi 3
35
Hasil Plot Tipikal Koordinasi 3 (2)
36
STUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA
SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI
INDONESIA,
GRESIK – JAWA TIMUR
• Pendahuluan
• Teori Penunjang
• Penutup
Kesimpulan
37
Saran
37
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH