Anda di halaman 1dari 6

INDUKSI MATEMATIKA

A. Pengertian Induksi Matematika


Induksi matematika adalah suatu metode pembuktian deduktif untuk membuktikan
pernyataan matematika benar atau salah. Induksi matematika digunakan untuk
membuktikan pernyataan matematika yang berhubungan dengan bilangan asli bukan
untuk menurunkan suatu formula. Pembuktian induksi matamatika diawali dari sesuatu
yang khusus ke sesuatu yang umum.
Berikut prinsip induksi matematika:
Diberikan adalah suatu pernyataan yang bergantung pada n, maka pernyataan
benar jika memenuhi:
1) Langkah dasar: benar.
2) Langkah induksi: Jika benar, juga benar, untuk setiap k bilangan asli.
3) Kesimpulan: benar.
Contoh :
1  7  13  19   6n  1  3n 2  2n
Buktikan bahwa berlaku untuk setiap n
bilangan asli.
Penyelesaian
1  7  13  19   6n  1  3n 2  2n
Pembuktian bahwa berlaku untuk setiap n
bilangan asli.
Langkah dasar :
n  1 , maka

P  1 1  3  1  2  1
2

,
1  1 benar
Langkah induksi :
n  k , maka

1  7  13  19   6k  1  3k 2  2k
n  k  1 , maka

1  7  13  19   6k  1   6  k  1  1  3  k  1  2  k  1
2

1  7  13  19   6k  1   6k  5   3  k  1  2  k  1
2

Pembuktian

1  7  13  19   6k  1   6 k  5   3  k  1  2  k  1
2

 3k 2  2k  6k  5
 3k 2  6k  3  2k  2
 3  k 2  2k  1  2  k  1

 3  k  1  2  k  1
2

Kesimpulan
1  7  13  19   6n  1  3n 2  2n
Terbukti bahwa untuk setiap n bilangan asli.
B. Penerapan Induksi Matematika
1. Pembuktian pada Barisan Bilangan
Barisan bilangan adalah susunan bilangan yang mempunyai pola aturan
tertentu dengan bilangan berikutnya. Bilangan-bilangan yang membentuk barisan
bilangan disebut suku-suku barisan.
Bentuk umum barisan:

U1 , U 2 , U 3 ,  , U n

Keterangan:
U1 = suku ke-1 barisan
U2 = suku ke-2 barisan
U3 = suku ke-3 barisan

Un = suku ke-n barisan
Contoh:
Buktikan bahwa suku ke-n barisan bilangan 1, 3, 6, 10, 15, 21, 28, …. adalah
1 2
Un 
2
 n  n
.
Penyelesaian
Langkah dasar:
1 2
P  1  U1 
2
 1  1  1
1 2
P  2  U 2 
2
 2  2  3
1 2
P  3  U 3 
2
 3  3  6
1 2
P  4  U 4 
2
 4  4  10
1 2
P  5  U 5 
2
 5  5  15
1 2
P  6  U6 
2
 6  6   21
1 2
P  7  U7 
2
 7  7   28
Langkah induksi:
n = k, maka
1 2
P  k   Uk 
2
 k  k
n  k  1 , maka
1
P  k  1  U k 1   k  1   k  1 
2

2 

P  1 P  2 P  3 P  4 P  5 P  6 P  7
Telah dibuktikan bahwa , , , , , dan ,

P k P  k  1
maka dan juga benar.
Kesimpulan:
Terbukti bahwa suku ke-n barisan bilangan 1, 3, 6, 10, 15, 21, 28, …. adalah
1 2
Un 
2
 n  n
.
2. Pembuktian pada Ketidaksamaan
Pertidaksamaan adalah kalimat terbuka yang menunjukkan tidak sama dengan
atau pernyataan matematika yang menunjukkan perbedaan nilai dua objek atau
lebih. Berikut ini notasi-notasi pertidaksamaan, yaitu:

1) notasi “<” menyatakan lebih kecil, contohnya: x  3  4 .


2) notasi “>” menyatakan lebih besar, contohnya: 4 x  3  4 .
3) notasi “  ” menyatakan lebih kecil atau sama dengan, contohnya: 2 x  1  4
notasi “  ” menyatakan lebih besar atau sama dengan, contohnya:
x  5  6x .
4) notasi “  ” menyatakan lebih besar atau sama dengan, contohnya:
x  5  6x .
Berikut ini merupakan sifat-sifat pertidaksamaan:
1) Jika a < b maka b > a
2) Jika a > b maka

 am  bm , m  0

 ac bc

 a 3  b3

3) Jika a > b dan c > d maka a  c  b  d


4) Jika a > b dan b > c maka a > c
5) Jika a > b > 0 maka

 a2  b2
1 1

 a b
a
0
6) Jika b maka ab  0
a
0
7) Jika b maka ab  0

Contoh:
n 1
Buktikan bahwa n !  2 benar untuk setiap n = 1, 2, 3, ….

Penyelesaian
Langkah dasar:
n = 1, maka
1!  211
1  20
11
Untuk n = 1, benar.
Langkah induksi:
n = k, maka
k !  2k 1
n  k 1 ,

Konsep faktorial
 k  1 !   k  1 k ! , maka kedua ruas dikali  k  1 , sehingga
 k  1 k !   k  1 2k 1  2  2k 1
 2 k 1 1

Dapat disimpulkan bahwa


 k  1 k !  2 k 1 1
.
Kesimpulan:
n 1
Jadi, terbukti bahwa n !  2 benar untuk setiap n = 1, 2, 3, ….
3. Pembuktian pada Keterbagian
Misalkan a dan b adalah bilangan bulat dan b ≠ 0, maka akan terdapat m dan n
bilangan bulat sehingga: a = bm + n dan 0 ≤ n < |b|. Jika n = 0 maka b dikatakan
membagi habis a dan biasa ditulis b | a maka b disebut faktor dari a, sebaliknya jika
n ≠ 0 maka b dikatakan tidak membagi habis a dan biasa ditulis b ∤ a.
Berikut sifat-sifat keterbagian:
1) jika a | 1 maka a = ± 1
2) jika a | b dan b | c maka a | c
3) jika a | b maka a | bc, untuk setiap c bilangan bulat
4) jika c | a dan c | b maka c | (ax + by) , untuk setiap bilangan bulat x dan y
5) a | b dan b | a jika dan hanya jika a = ± b
6) jika m ≠ 0, maka a | b jika dan hanya jika ma | mb
7) jika a | b dan b ≠ 0, maka |a| ≤ |b|.
Contoh:

Diberikan untuk setiap n   , buktikan bahwa 7  5 habis dibagi 2.


n

Penyelesaian
P  n   7n  5
Pembuktian habis dibagi 2.
Langkah dasar:
P  1  71  5  12
habis dibagi 2, benar.
Langkah induksi:
P  k   7k  5
habis dibagi 2, untuk setiap n   .
P  k  1  7 k 1  5

 7  7k   5

 6  7k   7k  5

6  7k   
6 7k  7k  5
dan 7  5 habis dibagi 2, maka
k
Dapat disimpulkan bahwa .

P  k  1
Jadi, habis dibagi 2, benar.
Kesimpulan:

Terbukti bahwa 7  5 habis dibagi 2 untuk setiap n   .


n

Anda mungkin juga menyukai