Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Terapi Komplementer Secara Biologis Dengan Cara Diet


Mikrobiotik (Food Combining)
Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komplementer
Dosen : Ns. Sri Kurnia Dewi M.kep

Disusun Oleh:
Kelompok 7
1. Anisa Supartini (34403518
2. enzi amiyati (34403518038)
3. ermi sri nuning s.k (34403518039)

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAHAN KABUPATEN CIANJUR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, karuniaNya
dan inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “terapi komplementer secara biologis dengan cara diet mikrobiotik (food
combining)” yang kami maksudkan untuk melengkapi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan komplementer yang diberikan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai sumber buku dan juga internet, sehingga dapat mempelancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontrubusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasnya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Cianjur, 20 Maret 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut (Almatsier, 2009), kemajuan di bidang teknologi
memberikan pengaruh besar terhadap perubahan gaya hidup termasuk pola
makan masyarakat. Di zaman yang semakin modern ini, gaya hidup serba
cepat dan praktis mengakibatkan banyaknya ragam makanan instan yang
ditawarkan, seperti produk sereal, sari buah, margarine, hingga aneka
produk susu. Banyak orang yang tertarik untuk mengonsumsi makanan
tersebut. Makanan yang dikonsumsi mengandung zat-zat gizi atau unsur-
unsur yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang akan berguna
bila dimasukkan ke dalam tubuh dengan catatan harus seimbang.
Menurut (Wiardani, 2011), pola konsumsi masyarakat saat ini
semakin berubah seiring dengan meningkatnya popularitas berbagai
macam makanan siap saji (junk food). Terjadinya pergeseran pola makan,
di kota-kota besar pada umumnya, dari makanan tradisional ke pola makan
berat yang komposisinya sering terlalu tinggi kalori dan rendah serat
menimbulkan ketidakseimbangan asupan gizi. Ketidakseimbangan asupan
gizi tersebut merupakan faktor risiko yang sumbangannya sangat besar
terhadap munculnya berbagai masalah kesehatan seperti obesitas,
hipertensi, dislipidemia dan penyakit-penyakit metabolic lainnya.
Penelitian oleh Ismail Zadeh pada tahun 2007 mengungkapkan ada
hubungan antara pola konsumsi dengan kejadian sindroma metabolic pada
seseorang.
Menurut (Salim, 2016) dalam Harmandini 2013 mengungkapkan
hasil riset Unilever Food Solutions yang dikemas dalam laporan berjudul
“World Menu Report: seductive Nutrition” bahwa sebanyak 80 persen
konsumen Indonesia menginginkan pilihan menu yang lebih menyehatkan.
Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia
untuk pola makan sehat sudah mulai terbentuk. Hanya saja, pengetahuan
pola makan sehat yang dimiliki oleh tiap individu masih minim.
Kebanyakan orang suka makan tetapi ingin badannya tetap kurus. Padahal,
tubuh kurus bukan berarti sehat. Untuk mengontrol pola makan, kuncinya
bukan dengan mengeliminasi makanan melainkan dengan pengetahuan
akan kapan dan bagaimana mengombinasikan makanan.
Menurut (Gunawan, 2009), saat ini telah dikenal beberapa
modifikasi pola makan yang bertujuan untuk memperoleh kesehatan yang
lebih baik. Diantaranya adalah DASH (Dietary Approaches to stop
Hypertension) untuk hipertensi, Delicious Heart Healthy Recipes oleh
NIH (National Hearth Institusion) yang ditujukan untuk menjaga
kesehatan jantung, diet mediterrean oleh AHA (American Heart
association) serta Food Combining.
Menurut (Gunawan, 2009), bahwa Food Combining merupakan
salah satu modifikasi diet yang mengutamakan keseimbangan zat gizi.
Konsep dari food combining ini pada dasarnya menganggap bahwa usus
manusia memiliki kemampuan terbatas. Pola makan ini dirancang selaras
dengan siklus metabolisme tubuh, supaya proses pencernaan makanan,
penyerapan sari makanan, pemanfaatannya untuk tubuh, serta pembuangan
sampah makanan berlangsung secara efektif dan efesien.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran pembaca dan penulis tentang terapi
komplementer dengan menggunakan cara food combining ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui terapi
komplementer dengan menggunakan cara food combining.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui cara dan prinsip apa saja supaya food
combining bisa berhasil saat dipraktikkan oleh peminat food
combining
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Supaya penulis dapat memperoleh informasi tentang terapi
komplementer dengan menggunakan cara food combining, sehingga
dapat dijadikan referensi tambahan, serta dapat menambah pengetahun
penulis.
2. Bagi Pembaca
Supaya pembaca dapat memperoleh informasi tambahan
tentang terapi komplementer dengan menggunakan cara food
combining, dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan
pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Food Combining


Menurut (Gunawan, 2009) dalam buku Food Combining:
Kombinasi Makanan Serasi bahwa Dokter William Howard Hay, ahli
bedah terkenal di Amerika pada awal tahun 1990an, adalah salah seorang
pengikut yang juga yang mempopulerkan Food Combining. Sebagai
ilmuwan, Hay sudah membuktikan sendiri bahwa tubuh manusia
memang dikaruniai kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri.
Program pola makan untuk kesehatan ini mulanya disebut food
separation (pemisahan makanan) dan sempat dikenal sebagai Hay
System Diet (Hay’S Diet). Dalam perkembangan selanjutnya, pola makan
ini lebih popular dengan sebutan Food Combining.
Menurut (Gunawan, 2009), Food Combining adalah suatu cara
mengatur asupan makanan yang diselaraskan dengan mekanisme alamiah
tubuh, khususnya system pencernaan. Berbeda dengan diet-diet popular
lainnya, Food Combining tetap dapat membuat pelakunya makan enak
sampai kenyang tetapi tubuh semakin sehat dan bahkan ukuran tubuh
menjadi ideal. Efek pola makan ini melancarkan proses pencernaan dan
penyerapan, menyebabkan pemakaian energy lebih efisien, dan
penumpukan zat-zat yang tidak dapat dicerna dan tidak diperlukan tubuh
dapat dihindari. Inilah yang membuat tubuh jadi sehat dan tidak
kelebihan berat badan.

B. Cara Melakukan Food Combining


Menurut (Yuliandari, 2015) dibawah ini tahapan memulai Food
Combining dengan nyaman. Langkah-langkah dibawah ini sifatnya tak
mengikat sesuai dengan kondisi Food Combining masing-masing, yaitu:
1. Persiapan dan Inpeksi Lemari
Food Combining sangat mengharuskan konsumsi banyak buah,
sayur segar, dan bahan pangan sealami mungkin. Jadi siapkan lemari es
anda, isi dengan bermacam-macam buah dan sayur segar. Perlu diingat,
semua buah dan sayur memiliki masa simpan yang tidak terlalu lama.
Anda dapat menghitung kebutuhan harian dan menyesuaikan stok
dengan kebutuhan. Jika memungkinkan pilihlah buah dan sayur
organic, jika tidak tersedia dapat diganti dengan yang ada di pasaran.
Sebaiknya menyeleksi lemari penyimpanan makanan. Singkirkan
makanan, camilan, dan minuman yang kosong nutrisi dan mengandung
berbagai bahan aditif yang tidak berguna bagi kesehatan, misalnya
biscuit cokelat, soda ,dan lain-lain. Sebenarnya, makanan dan minuman
tersebut boleh dikonsumsi sesekali. Namun yang dikhawatirkan pada
tahap awal ini Anda mudah tergoda dan akan memakannya lagi. Maka
akan menyebakan kekacauan program Food Combining Anda.
2. Mulai Dengan Kebiasaan Baik
Setelah lemari Anda sudah aman. Maka mulailah kebiasaan-
kebiasaan baik terkait makan. Perbanyak makan buah dan sayur, cukupi
kebutuhan air tubuh Anda setidaknya 2,5 liter sehari, lalu mulai
membuang kebiasaan-kebiasaan buruk. Berhenti atau minimalkan
dalam konsumsi kopi, teh, minuman bersoda, goring-gorengan, snack
berMSG, aneka cake dan kue-kue. Mulai batasi dengan ketat makan
prosesan seperti bakso, sosis, dan lainnya. Kurangi pola konsumsi
protein hewani secara bertahap. Lakukan kebiasaan ini selama 1-2
minggu.
3. Jeniper plus Sarbu (sarapan buah)
Di awal-awal sarapan buah, mungkin Anda masih
membutuhkan makan buah hingga berkali-kali. Tak masalah asalkan
jenis buah yang dipilih sudah betul seperti manis karena matang
sempurna, berair dan berserat. Pastikan pula mengunyah dengan baik
10-20 kali kunyah untuk buah-buahan.
4. Tambahkan Satu Waktu
Setelah terbiasa dengan sarapan buah, maka bisa menambahkan
satu waktu makan sesuai Food Combining. Silahkan pilih makan siang
atau makan malam, sesuaikan dengan aturan Food Combining. Jika
memilih menu protein, makanlah sejumlah kecil protein hewani dengan
sayuran. Sebaliknya jika memilih menu pati, Anda bisa menikmati nasi
beserta lauk nabati ditemani sayur-sayuran.
5. Food Combining Dengan Total
Setelah mengawali dengan Jeniper dan makan siang hingga
makan malam sesuaikan dengan prinsip Food Combining. Jalani 1-2
minggu dan nikmati, biasanya Anda akan merasakan banyak perubahan
signifikan.
6. Berjuang Naik Kelas
Untuk mencapai manfaat maksimal. Lakukan upaya-upaya yang
mempercepat tubuh Anda mencapai homeostatis, misalnya tambahkan
lagi porsi rawfood yang dikonsumsi. Jika biasanya sayuran mentah
hanya menempati wilayah yang sempit dalam piring Anda, kini coba
menambahkan atau full sayuran mentah kalau bisa.

C. Contoh Menu Food Combining


1. PAGI
1-2 gelas air masak hangat + sedikit air jeruk nipis è pembentuk basa
1-2 gelas jus buah segar  (jeruk, pepaya, nanas, melon, dll) è
pembentuk basa
1 porsi buah segar jika masih lapar (pepaya, mangga, apel, dll) è
pembentuk basa (Apriadji, 2012).
2. KUDAPAN PAGI
1-2 gelas jus buah segar  (jeruk, pepaya, nanas, melon, dll) è
pembentuk basa
1 porsi buah segar jika masih lapar (pepaya, mangga, apel, dll) è
pembentuk basa (Apriadji, 2012).
3. MAKAN SIANG
1 porsi ayam panggang kecap asin (maks. ½ ekor ayam kampung) è
pembentuk asam
1 porsi setup aneka sayuran (wortel & buncis) è pembentuk basa
1 gelas jus sayuran mentah (wortel, mentimun, bit, seledri, dll) è
pembentuk basa (Apriadji, 2012).
4. KUDAPAN SORE
1 gelas jus buah segar atau 1 buah pisang atau 1 gelas susu kedelai è
pembentuk basa
1-2 potong kue kecil atau jajan pasar (asal tidak terlalu sering) è
pembentuk asam (Apriadji, 2012).
5. MAKAN MALAM
1 porsi nasi beras merah è pembentuk asam
1 porsi balado terong è pembentuk basa
1porsi perkedel tahu jamur panggang è pembentuk basa
1 porsi urap aneka sayuran è pembentuk basa
1 gelas jus sayuran mentah è pembentuk basa (Apriadji, 2012).
6. SEBELUM TIDUR
1 gelas jus sayuran mentah (Apriadji, 2012).

D. Prinsip Food Combining


Menurut (Gunawan, Food Combining: Kombinasi Makanan
Serasi (Pola Makan Untuk Langsing dan Sehat), 2009), Pada prinsipnya
pola makan Food Combining adalah salah satu cara termudah untuk
mencapai kondisi homeostasis. Food combining merupakan pola makan
yang berbasis pada tiga hal sederhana, yaitu:
1. Apa yang dimakan
Karbohidrat, protein dan lemak adalah zat-zat gizi yang
paling berperan mengendalikan setiap proses pencemaan Disebut
juga zat gizi makro karena diperlukan dalam jumlah besar.
Sedangkan vitamin dan mineral, yang membantu metabolisme zat-
zat gizi makro, disebut zat-zat gizi mikro karena hanya diperlukan
dalam jumlah kecil, Suatu jenis makanan diklasifikasikan sebagai
karbohidrat, protein, atau lemak jika kandungan unsur gizi minimal
sekitar 20% dari total gizi yang dikandung makanan itu.
Hampir semua makanan mengandung unsur karbohidrat,
protein dan lemak. Namun proporsi setiap unsur tidak sama pada
setiap makanan. Pada setiap jenis makanan umumnya hanya terdapat
satu unsur gizi makro saja yang sangat dominan. Secara ilmiah,
kondisi ini selaras dengan pencernaan manusia yang tidak memiliki
kemampuan mencerna lebih dari satu gizi dominan berbeda pada
Campuran
saat bersamaan. aneka makanan yang unsur-unsur
dominannya berbeda akan mengubah komposisi unsur makanan
secara total. Jan Dries (ahli gizi Belanda) mengklasifikasikan unsur
gizi ke dalam tiga unsur gizi utama yang dalam ilmu gizi umum
dikenal sebagai karbohidrat, protein dan lemak oleh Jan Dries
diuraikan lagi menjadi lima unsur utama yaitugula, pati protein,
asam dan lemak.
Sedangkan menurut (Lebang, 2015) ia menyederhanakan
unsur makanan yang umum tersebut menjadi :
a. Pati
Identik dengan pemberi tenaga serta rasa kenyang yang
instan. Pati yang baik adalah jenis yang masih memiliki zat-zal
gizi alamiah dan minim proses. Dalam bentuk utuhnya, dia
masih mengandung vitamin, serat, enzim, mineral dan subtansi
penting lain yang bisa dimanfaatkan oleh tubuh secara
maksimal.
Pati alami sangat bermanfaat bagi penderita kelebihan
berat badan dan diabetes karena dengan porsi sedikit saja
seratnya cukup membuat rasa kenyang yang lebih lama dan
membantu memperlambat penyerapan gula pada usus halus.
b. Protein
Merupakan pembentuk sel-sel baru tubuh.
Dikelompokkan menjadi protein hewani dan protein nabari
Kandungan asam amino dalam protein adalah unsur utama
pembentuk sel bahan utama pembangunan dan perbaikan
jaringan tubuh, hormon, enzim, dan banyak hal substansial lain
terkait tubuh manusia.
Protein nabati bisa disumbangkan dalam bentuk kacang-
kacangan da polong-potongan. Buah dan sayur pun
menyumbang protein dalam bentuk asam amino sederhana yang
lebih mudah diserap oleh tubuh.
Sayuran kaya akan karbohidrat, serat, vitamin dan
mineral. wama pada sayuran juga mencirikan vitamin yang bisa
diberikan kepada tubuh warna kuning, oranye dan merah
mensuplai beta karoten pembentuk vitamin A, sedangkan warna
hijau melimpahi tubuh dengan zat besi.
Sayuran kaya serat, yang bersifat cukup keras dan padat
mempermudah kera sistem pencenaan terutama kerja peristaltik
(mendorong makanan) pada usus. Jika disajikan segar, sayuran
juga pada memberikan asupan enzim berlumpah sehingga secara
signifikan meringankan sastem cerna karena membuat kerja
organ penghasilenzim tidak perlu bekerja keras.
Kandungan gula dan sifat asam yang sangat rendah
membuat sayuran bersifat netral dan mudah dikombinasikan
dengan makanan lain. Bahkan berkat sifatnya ini, sayuran
mampu menetralisisasi efek buruk dari beragam makanan yang
sejatinya tidak terlali baik untuk tubuh saat dikonsum
bersamaan.
c. Buah
Kandungan dan manfaat buah sama dengan sayuran
mempermudah tubuh mencapai kondisi homeostasisnya. Gula
buah atau fruktosamemasok energi yang cepat bagi tubuh.
Namun harus dikonsumsi secara cermat dan tepet karena gula
buah bersifat merusak protein dan lemak. Kondisi ini
mengharuskan buah dikonsumsi dalam keadaan perut kosong.
Atau beri jarak 15-20 menit sebelum makan. Dan sesudah
makan, sebaiknya tidak menyantap buah hingga 4-5 jam
kemudian Berlaku juga untuk buah yang dibuat sebagai
minuman jus. Buah sangat cepat memberikan energi sekaligus
tidak menguras energi tubuh. Enzim bawaan buah membantu
menguraikan buah sehingga sistem cerna tidak perlu
memprosesnya. Namun, tubuh yang tersuplai energi buah juga
tergolong cepat kehilangan energima. Itu sebabnya buah tidak
dapat dijadikan pengganti menu makan utama, seperti makan
siang dan makan malam karena ketersediaan energi tubuh akan
terganggu dan mengakibatkan metabolisme menjadi tidak
berjalan baik.
2. Waktu makan
Menurut (Gunawan, Food Combining: Kombinasi Makanan
Serasi (Pola Makan Untuk Langsing dan Sehat), 2009), Food Combining
mengacu pada ritme biologis dalam mengatur waktu dan jenis makanan
yang tepat dan sesuai kebutuhan tubuh. Setiap fungsi tubuh mempunyai
irama biologis (eircadian nythm) yang jam kerjanya tetap dan sistematis
dalam siklus 24 jam sehari. Sistem pencernaan sendiri terbagi atas tiga
fase yang ketiganya secara simultan aktif selama 24 jam, tapi pada
waktu-waktu tertentu masing-masing akan lebih intensif dibandingkan
fase-fase lainnya Jika salah satu fase terhambat, fase berikutnya akan ikut
terhambat. Hambatan ini besar terhadap proses metabolism.
Menurut (Lebang, 2015), Siklus sirkadian yang terkait dengan
sistem pencernaan ini berlaku sebagai berikut:
1) Fase cerna atau pencernaan (pukul 12.00-20.00)
Pada fase ini, sistem pencernaan berlaku aktif dalam menerima
makanan yang masuk. Ininlah rentang waktu manusia cenderung lebih
leluasa mengonsumsi makanan. pada waktu ini saat yang tepat untuk
mengkonsumsi makanan padat karena fungsi pencernaan bekerja lebih
aktif setelah pukul 8-9 malam tidak dianjurkan makan makanan padat
lagi karena tidur
2) Fase penyerapan dan asimilasi (jam 8 malam – 4 pagi)
Pada saat tubuh dan pikiran sedang istirahat total atau tidur,
tubuh mulai menyerap, mengasimilasi, mengedarkan zat makanan dan
detoksifikasi. Makan larut malam atau kurang tidur akan menghambat
fase ini karena energy yang ada terbagi untuk mencerna makanan atau
aktivitas yang dilakukan ketika sedang tidak tidur.
Pada fase ini, tubuh memanfaatkan secara maksimal apa yang
dimakan pada waktu sebelumnya. Saat inilah berlangsung penyerapan
zat gizi, sirkulasi zat – zat berguna yang diproses dari makanan,
pergantian sel, perbaiakan jaringan, dan sebagainya. Fase pembuangan
(jam 4 pagi – 12 siang)
Secara intensif tubuh mulai melakukan pembuangan sisa-sisa
makanan dan sisa-sisa metabolisme. Siklus ini paling banyak memakai
energi. Selagi siklus ini berlangsung sebaiknya tidak mengonsumsi
makana berat dan padat karena akan menurunkan intensitas proses
pembuangan, memperlambat proses pencernaaan, dan memboroskan
energi.
Berdasarkan ritme ini, pola makan dalam Food Combining
diatur. Makanan dan kudapan yang bersifat lebih padat
dialokasikan pada waktu siang, sore, dan malam; disesuaikan
dengan kesiapan tubuh dalam menerima makanan yang masuk.
Sementara pagi hari, saat alokasi energy dibutuhkan untuk
fase pembuangan, makanan yang lebih ringan dan mudah diserap
oleh tubuh sangat disarankan. Itulah sebabnya Food Combining
identic dengan pemanfaatan buah segar sebagai bahan baku
makanan untuk sarapan. Sifat buah adalah ringan, mudah dicerna,
tetapi memberikan asupan energy signifikan.
Sarapan buah bagi pemula sebaiknya dilakukan berkala
pukul 06.00 – 11.00. makan perlahan, mengunyah dengan baik,
dan pastikan tercampur air liur. Saat perut terasa kenyang, hentikan
makan. Konsep sama ajuga berlaku saat mengkonsumsi buah segar
dalam bentuk jus. Cara ini efektif mencegah rasa mulas, kembung
dan pusing yang acap terjadi apabila mengkonsumsi buah tergesa-
gesa karena buah tidak tercampur enzim cerna dalam air liur, serta
lonjakan gula darah yang mendadak.
3. Bagaimana memakannya
Menurut (Lebang, 2015), Memformulasikan makanan ke dalam
tiga unsur dasar untuk mempermudah pemahaman Food Combining , yaitu
pati, protein, dan sayur. Perpaduan unsur – unsur tersebut adalah yang
paling utama dari metode diary food ala Food Combining.
Berikut ini kombinasi makanan ideal dalam Food Combining menurut
a. Protein Hewani – Pati (Kombinasi tidak ideal)
Protein hewani apabila dicampur dengan karbohidrat akan
menghasilkan masalah bagi pencernaan manusia. Masing-masing
unsur makanan tersebut memerlukan enzim yang berbeda untuk
diolah oleh tubuh.
Karbohidrat dicerna oleh enzim cerna amylase (terdapat di air liur)
dan protein hewani dicerna oleh enzim pepsin (bekerja begitu
makanan memasuki alat cerna dalam perut). Sayangnya, kedua
enzim ini tidak bias bekerja saat bertemu satu sama lain. Amilase
akan berhenti bekerja sehingga menghasilkan karbohidrat yang
belum terurai sempurna sepanjang proses pencernaan.
Juga dilihat dari sisi waktu cerna atau atau terurai, keduanya
memiliki waktu yang berbeda. Zat-zat dalam protein hewani
cenderung lebih lama terurai daripada karbohidrat. Belum lagi
apabila sumber protein yang dikonsumsi telah mengalami proses
pembuatan yang merusak nilai gizinya, seperti hidangan ayam di
restoran cepat saji, atau daging sapi dalam bentuk burger atau sosis.
Paduan itu bias menimbulkan semacam endapan sisa yang tak
terurai oleh tubuh dengan baik. Endapan ini disimpan dalam usus
besar sebagai pusat penyimpanana zat tidak terpakai dalam tubuh
manusia. Secara akumulatif, endapan ini menumpuk dan sulit
dikeluarkan sehingga mengundang bakteri serta parasite yang akan
menggangu kesehatan secara umum.
b. Protein – Sayuran (kombinasi ideal)
Kombinasi ini ideal dan sangat melengkapi satu sama lain.
Oleh karena itu protein hewani adalah pembentuk asam, sayuran
(terutama segar) sangat melengkapi karena sifatnya sebagai
pembentuk basa. Mengkonsumsi keduanya secara bersama akan
meminimalisasi pengaruh buruk protein hewani terhadap tubuh.
Serat yang terdapat pada sayuran segar bersifat solid sehingga
membantu menguranagi kerumitan tubuh dalam mencerna protein
hewani, setidaknya pergerakan protein hewani dari lambung hingga
usus besar.
Dalam hal ini, sayuran yang tinggi patinya, seperti kentang,
talas, ubi , jagung dan jenis umbi-umbian lain, bukanlah jenis
sayuran yang dianjurkan untuk dapat dipadukan dengan protein
hewani. Sayuran masak dalam bentk proses yang panjang,
tergolong sulit memberikan efek positif komplementer sayuran
terhadap protein hewani, seperti gula pakis, sayur lodeh dan sup
tomat.
Catatan berbeda diberikan kepada protein nabati. Protein ini
tergolong netral, terutama dalam bentuk pasca-fermentasi seperti
tempe karena ringan dalam mencernya. Kandungan lemak pada
protein nabati pun tidak membertkan. Untuk alas an ini protein
nabati tidak tergolong dalam kombinasi tidak ideal bila dipadukaan
dengan pati.
c. Pati – Sayuran (kombinasi ideal)
Sama dengan kombinasi protein – sayuran, serta sayuran
dapat meminimalisasi efek buruk berlebihan dari pati. Serat
sayurana memberikan rasa kenyang sehingga keinginan untuk
mengkonsumsi pati dalam jumlah banyak jadi berkurang. Takaran
dalam mengkonsumsi pati dan sayuran adalah sama.
4. Food Combining Bagi Pemula
Menurut (Gunawan, Food Combining: Kombinasi Makanan Serasi
(Pola Makan Untuk Langsing dan Sehat), 2009) dalam buku Food
Combining: Kombinasi Makanan Serasi bahwa ada tata cara untuk food
combining bagi pemula, yaitu:
a. Sarapan hanya buah (dijus atau dipotong). Porsi sampai cukup
kenyang, tidk berlebihan dan tidak kekurangan. Buah tidak boleh
dimakan sekaligus, tetapi perlahan dan sedikit-sedikit
b. Buah tidak dimakan sesudah/bersamaan protein dan pati. Jika
dimakan sebelum makanan lain, tunggu 10-30 menit sebelum
makanan lain.
c. Protein untuk menu siang dan pati untu makan malam, atau boleh
sebaliknya. Keduanya tidak bias dikonsumsi jadi satu. Tetapi dalam
satu hari kebutuhan protein dan pati tetap harus dipenuhi.
d. Protein sebaiknya satu macam saja , missal ikan atau daging.
Sedangkan pati oleh lebih dari satu, missal nasii dan perkedel
kentang atau nasi dan bakmi goring. Perkedel kentang boleh
memakai sedikit telur. Bola daging juga boleh memakai sedikit
terigu. Kombinasi dua makanan tidak masih bias ditoleransi jika
salah satunya dalam porsi yang jauh lebih kecil.
e. Sayuran harus mendampingi protein dan pati untuk menjaga
keseimbangan asam basa. Porsi sayuran dua atau tiga kali lipat porsi
protein atau pati (kira-kira 75%:25%). Menu sayuran harus termasuk
sayuran mentah, bias lalapan, salad, atau jus sayuran mentah.

E. Manfaat Food Combining


Menurut (Yuliandari, 2015) bahwa pengaturan pola makan Food
Combining, member banyak manfaat. Berikut ini beberapa manfaat yang
telah dibuktikan oleh banyak pelaku Food Combining:
1. Makan Lebih Proporsional
Pola makan sehat yang sudah sangat dikenal dan banyak
dipraktikkan adalah 4 sehat 5 sempurna. Pola makan yang
menganjurkan konsumsi aneka unsure makanan dalam satu kali
sajian. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Pangan
Dunia (FAO), konsumsi buah yang ideal per hari adalah 2-4 porsi
sedangkan sayur 3-5 porsi.
2. Lebih Berenergi
Sarapan buah ala Food Combining sangat membantu
menghemat energy tubuh untuk mencerna. Fruktosa buah yang siap
diserap menjadi sumber energy siap pakai tanpa tubuh harus lelah
mencernanya. Penggunaan energy yang efisien ini membantu tubuh
terasa lebih bugar dan anti mengantuk. Rasa kantuk yang sering
menyerang jika kita memilih menu sarapan konvensional semisal
bubur ayam, nasi goring, nasi uduk, tak akan menyerang para Food
Combiner yang mengonsumsi buah sebagai sarapan. Begitu pula
dengan santapan saat makan siang dan makan malam.
3. Daya Tahan Tubuh dan Masalah Alergi
Alergi secara umum diyakini sebagai masalah bawaan yang
sulit diatasi. Umumnya, penderita alergi hanya menerima pil ampuh
bernama antihistamin untuk mengatasi alerginya lalu di lain waktu
alergi itu terjadi lagi saat sang allergen tak kuasa dihindari. Banyak
pelaku Food Combining yang melaporkan bahwa masalah alergi
mereka sangat berkurang setelah berFood Combining.
4. Penyembuhan dan Perawatan Penyakit
Jika melihat kembali sejarah Food Combining, banyak
penganjur Food Combining yang memulai mengenal Food
Combining berkaitan dengan kondisi sakit. Wiliam Howard Hay
yang dikenal sebagai orang yang mempopulerkan Food Combining,
awalnya mengalami gangguan ginjal lalu sembuh dengan prinsip-
prinsip Food Combining.
5. Berat Badan Ideal, Hanya Bonus.
Food Combining memang bukan pola makan untuk langsing
tapi lebih untuk kesehatan. Namun, ternyata banyak sekali pelaku
Food Combining yang melaporkan penurunan berat badan yang
signifikan. Selain penurunan berat badan, ada juga Food Combiner
yang tadinya bertubuh amat kurus mendapatkan penambahan bobot
sehingga menjadi ideal selama menjalani Food Combining. Hanya
satu hal yang berbeda antara Food Combining dengan metode
penurunan berat badan lainnya yang mayoritas menekankan diet
ketat. Pelaku food combining tak perlu merasa kelaparan karena
asupannya dibatasi, ini membuat mereka lebih nyaman dan biasanya
awet melakukan Food Combining dalam jangka panjang.
6. Kencantikan Kulit
Kulit yang cantik dan awet muda adalah danbaan semua
orang, khususnya kaum wanita. Berbagai cara dari yang murah
hingga jutaan rupiah pun akan dilakukan demi mendapatkannya.
Meski tak semua itu berhasil. Vitamin, mineral, antioksidan, dan
nutrisi lainnya adalah kebutuhan yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan kulit cantik, sehat dan awet muda. Nutrisi tersebut bisa
dipenuhi lewat makanan, suplemen, dan produk perawatan kulit.
Food Combining membantu kita mengatur asupan makanan yang
seimbang. Pola makan ini juga membantu apa yang kita asup
tercerna dan terserap secara optimal sehingga nutrisi bagi kulit juga
akan terpenuhi.
Selain itu, Maslah jerawat dan berbagai problem kulit juga
bisa teratasi dengan Food Combining. Hal ini dikarenakan kulit
sebagai salah satu indicator bagian dalam tubuh, jika seluruh system
tubuh dapat berjalan dengan semestinya maka tak akan
memunculkan peringatan ke permukaan berupa berbagai masalah
kulit termasuk jerawat.
F. Dasar Teori Food Combining
1. Pola makan alami
Pola makan alami yang menjadi dasar FC sebenarnya sudah lama
dikenal manusia.
2. Siklus alami tubuh
fungsi tubuh memiliki irama aktivitas biologi yang bekerja
secara sistematis dalam siklus atau putaran 24 jam tanpa henti.
Pukul 12.00 – 20.00: Pencernaan
Pukul 20.00 – 04.00: Penyerapan
Pukul 04.00 – 12.00: Pembuangan
Siklus pencernaan sangat intensif antara pukul 12.00 (tengah
hari) dan pukul 20.00 (8 malam). Pada siklus ini energi tubuh lebih
banyak dipusatkan ke fungsi pencernaan. Sepanjang siklus ini
merupakan saat yang tepat untuk mengisi lambung dengan makanan
padat. Kalau pada siang hari perut tak terisi, Anda akan merasa
sangat lapar (Apriadji, 2012).
Siklus penyerapan berlangsung sangat intensif antara pukul
20.00 (8 malam) dan pukul 04.00 (dini hari). Sepanjang siklus ini
terjadi proses penyerapan sebagian besar zat-zat makanan yang
sudah tercerna dan pembagian zat-zat makanan ke seluruh bagian
tubuh. Karena itu, tidur terlambat atau makan larut malam dapat
mengurangi pasokan energi yang diperlukan untuk proses
penyerapan. Hambatan pada salah satu siklus dapat mengacaukan
siklus-siklus berikutnya, sehingga Anda akan merasa grogi pada pagi
harinya (Apriadji, 2012). 
Siklus pembuangan sangat intensif terjadi antara pukul 04.00
(tengah hari) dan pukul 12.00 (tengah hari). Pada siklus ini, energi
akan lebih banyak dipakai untuk membantu proses pembuangan.
Banyak orang mengeluh tidak mempunyai nafsu makan pada pagi
hari, tapi tidak menyadari bahwa ini adalah hal sangat alami. Karena
tubuh tengah melalui siklus pembuangan. Tubuh tidak terlalu
membutuhkan makanan padat (misalnya nasi dan daging) yang sulit
dicerna dalam kurun waktu tersebut, malah bisa mengacaukan proses
pembuangan karena kekurangan energi (Apriadji, 2012).

G. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan atau Ketidakberhasilan


Menurut (Yuliandari, 2015) Food Combining bukanlah sekedar
diet, namun lebih ke gaya hidup. Jadi harapannya, food combining dapat
bertahan dilakukan sepanjang hidup kita. Bukan seperti diet kebanyakan
yang antusias diawal lalu mengendur bahkan tak berkelanjutan. Dibawah
ini faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau ketidakberhasilan Food
Combining:
1. Siapkan Tekad
Luruskanlah niat, jangan lupa bahwa Food Combining bukan
semata-mata pola makan supaya tubuh menjadi langsing, bahkan lebih
dari sekedar langsing. Prioritas yang ingin dicapai oleh Food
Combining adalah tubuh menjadi sehat.
2. Penuh Kesadaran
Untuk dapat berFood Combining dengan berkelanjutan tentu
harus dilakukan dengan penuh kesadaran. Bukan sesuatu yang
dipaksakan dari luar diri kita tetapi lebih sebagai pilihan yang telah
diambil dengan penuh kesadaran.
3. Dukungan Komunitas
Membiasakan pola makan dengan Food Combining bukanlah
hal yang mudah, karena sangat berbeda dengan kebiasaan kita
sebelumnya dan kebiasaan lingkungan masyarakat, karenanya carilah
dukungan.
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Food combining adalah metode pengaturan makanan yang
diselaraskan dengan mekanisme alamiah (system pencernaan) tubuh kita.
Efek pola makan ini meminimalkan jumlah penumpukan sisa makanan
dan metabolism tubuh sehingga fungsi pencernaan dan penyerapan zat
makanan menjadi lancer dan pemakaian energy tubuh menjadi lebih
efisien. Food combining mengacu pada ritme biologis dalam mengatur
waktu dan jenis makanan yang tepat dan sesuai kebutuhan tubuh. Pada
prinsipnya, pola makan FC adalah salah satu cara termudah untuk
mencapai angka pH ideal 7,35-7,45 yang dibutuhkan untuk mencapai
kondisi homeostasis. Pola makan FC ini berbasis pada 3 hal sederhana
yaitu apa yang kita makan, waktu makan, dan bagaimana memakannya.

3.2 Saran
Food Combining disebaiknya disesuaikan dengan gaya hidup dan pola
makan masyarakat Indonesia sehingga pola makan yang benar dapat
diselaraskan dengan siklus pencernaan tubuh. Dengan pola makan yang
memanfaatkan naluri alami tubuh ini, kita tidak perlu menghitung kalori,
apalagi porsi makan. Hanya perlu tahu kapan harus makan dan kombinasi
makanan apa yang serasi. Secara alami tubuh akan mencapai dan
mempertahankan berat badan idealnya, kesehatan dan kebugaran tetap
terjaga.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Gunawan, A. (2009). Food Combining: Kombinasi Makanan Serasi (Pola Makan


Untuk Langsing dan Sehat). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gunawan, A. (2009). Food Combining: Kombinasi Makanan Serasi (Pola Makan


Untuk Langsing dan Sehat). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lebang, E. (2015). Food Combining Itu Gampang. Jakarta: Qanita.

Salim, I. N. (2016). Sistem Pendukung Keputusan Food Combining Dengan


Metode Forward Chaining. Jurnal Transformatika, 67.

Wiardani, N. K. (2011). Kejadian Sindroma Metabolik Berdasarkan Status


Obesitas Pada Masyarakat Perkotaan di Denpasar . Jurnal Ilmu Gizi
Volume 2 Nomor 2, 129-138.

Yuliandari, W. (2015). Food Combining: Pola Makan Sehat, Enak dan Mudah.
Jakarta: PT. Kawan Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai