Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ginjal menjadi salah satu organ tubuh yang sangat penting keberadaannya. Di
dalam tubuh manusia sendiri terdapat dua buah ginjal. Akan tetapi untuk
kebutuhan sehari-hari, sebenarnya manusia hanya membutuhkan satu ginjal
saja. Meski demikian, jika ada satu ginjal yang rusak atau tidak berfungsi
secara normal, maka biasanya akan muncul berbagai masalah kesehatan. Oleh
karena itu, tak heran jika akan ada banyak masalah kesehatan yang terjadi
apabila ginjal mengalami kerusakan. (Ariani,2016)

Penyakit ginjal adalah kelainan yang mengenai organ ginjal yang timbul
akibat berbagai faktor, misalnya infeksi, tumor, kelainan bawaan, penyakit
metabolic atau degeneratif, dan lain-lain. Kelainan tersebut dapat
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal dengan tingkat keparahan yang
berbeda-beda. Klien mungkin merasa nyeri, mengalami gangguan berkemih,
dan lain-lain. Terkadang klien penyakit ginjal tidak merasakan gejala sama
sekali. Pada keadaan terburuk, klien dapat terancam nyawanya jika tidak
menjalani hemodialisa (cuci darah) berkala atau transplantasi ginjal untuk
menggantikan organ ginjalnya yang telah rusak parah. Di Indonesia, penyakit
ginjal yang cukup sering dijumpai antara lain adalah penyakit gagal ginjal dan
batu ginjal (Depkes RI, 2013).

Gagal ginjal kronik menjadi masalah besar dunia karena sulit disembuhkan.
Di dunia prevalensi gagal ginjal kronis menurut ESRD Patients (End-Stage
Renal Disease) pada tahun 2011 sebanyak 2,786,000 orang, tahun 2012
sebanyak 3.018.860 orang dan tahun 2013 sebanyak 3.200.000 orang. Dari
data tersebut disimpulkan adanya peningkatan angka kesakitan pasien gagal
ginjal kronistiap tahunnya sebesar 6% (Fresenius Medical Care AG & Co.,
2013). Sementara itu menurut WHO tahun 2015, pasien gagal ginjal kronik

1
2

yang menjalani hemodialisa diperkirakan mencapai 1,5 juta orang di seluruh


dunia.

Berdasarkan data dari United State Renal Data System (USRDS) pada tahun
2008 didapatkan lebih dari 470.000 orang hidup dengan End Stage Renal
Desease (ESRD), dan setiap tahun terus bertambah lebih dari 100.000 orang
didiagnosa ESRD. Kondisi ini juga terjadi di Indonesia, dari data yang peneliti
dapat di Indonesian Renal Registry pada tahun 2013 jumlah pasien baru yang
menjalani hemodialisis sebanyak 15.128 klien, untuk tahun 2014 klien baru
berjumlah 17.193 dan terjadi peningkatan pada tahun 2015 sebanyak 21.050
klien baru yang menajalani hemodialisis. Jumlah klien ini menurut IRR belum
menunjukkan data seluruh Indonesia akan tetapi dapat menjadikan referensi
dari kondisi pasien PGK saat ini (IRR, 2015).

Hasil survei yang dilakukan oleh Riskesdas (riset kesehatan dasar) pada tahun
2013 0,2% warga Indonesia menderita penyakit gagal ginjal kronik. Di
Indonesia prevelensi penyakit gagal ginjal kronik peringkat pertama adalah
daerah Sulawesi Tengah dengan presentase 0,5%, yang kedua Aceh dengan
presentase 0,4%, yang ketiga Lampung dengan presentase 0,3%, dan
Kalimantan Selatan menduduki urutan ke empat dengan presentase 0,2%.
(Kemenkes, 2013).

Di RSUD Ulin Banjarmasin pada tahun 2016 jumlah klien penyakit gagal
ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis sebanyak 4.038 orang.
Dimana jumlah klien terbanyak terdapat pada bulan September yaitu sebanyak
391 orang, sedangkan jumlah klien terendah terdapat pada bulan Februari
yaitu sebanyak 294 orang. Sedangkan pada tahun 2017 terjadi peningkatan
klien penyakit gagal ginjal kronik sebanyak 4.665 orang yang tercatat dari
bulan Januari sampai dengan November 2017. Yang mana jumlah terendah
sebanyak 392 orang pada bulan Februari dan jumlah tertinggi terdapat pada
bulan September dengan jumlah klien sebanyak 521 orang.
3

Terapi pada pasien Gagal ginjal kronik untuk dapat mempertahankan hidup
adalah hemodialisis, yang bertujuan menghasilkan fungsi ginjal sehingga
dapat memperpanjang kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup
pada penderita gagal ginjal kronik. Terapi hemodialisis adalah suatu
tekhnologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air,
natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat dan zat-zat lain melalui
membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada
ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Sukandar,
2008).

Pasien gagal ginjal menjalani proses hemodialisa 1-3 kali seminggu dan setiap
kalinya memerlukan waktu 2-5 jam, kegiatan ini akan berlangsung terus
menerus sepanjang hidupnya. Pengaturan pola makan atau diet pada penderita
gagal ginjal yang menjalani hemodialisa merupakan anjuran yang harus
dipatuhi oleh setiap penderita gagal ginjal selain terapi dialisis atau cuci darah
(Dewa, 2012).

Hemodialisis merupakan hal yang sangat membantu pasien sebagai upaya


memperpanjang usia penderita. Hemodialisis tidak dapat menyembuhkan
penyakit ginjal yang diderita pasien tetapi hemodialisis dapat meningkatkan
kesejahteraan kehidupan pasien yang gagal ginjal (Anita, 2012).

Status hidrasi yang normal menjadi hal yang sangat penting bagi pasien Gagal
ginjal kronik. Status hidrasi yang melebihi ambang batas yang ditoleransi
(overhidrasi) akan membuat pasien jatuh pada kondisi yang tidak baik.
Besarnya dampak yang ditimbulkan dari adanya overhidrasi terhadap hidup
pasien gagal ginjal kronik membuat hal ini harus ditangani dengan baik. Salah
satu penatalaksanaan yang sering dilakukan di rumah sakit untuk mengatasi
masalah tersebut adalah dengan melakukan program pembatasan intake cairan
(Sulistyaningsih, 2011).
4

Adanya pembatasan intake cairan yang dilakukan pada pasien yang


melakukan hemodialisis, menimbulkan beberapa efek yang paling sering
terjadi, salah satunya adalah timbul rasa haus yang menyebabkan mulut pasien
kering, sehingga pasien akan minum banyak atau berlebihan untuk
mengurangi keluhannya tersebut, terutama pada pasien yang mengkonsumsi
obat-obatan yang membuat membran mukosa kering. Hal ini dikarenakan
dalam kondisi normal manusia tidak dapat bertahan lebih lama tanpa asupan
cairan dibandingkan dengan makanan (Potter & Perry, 2008).

Pada pasien gagal ginjal kronik apabila tidak melakukan pembatasan asupan
cairan, maka cairan akan menumpuk di dalam tubuh dan akan menimbulkan
edema di sekitar tubuh seperti tangan, kaki dan muka. Penumpukkan cairan
juga dapat terjadi di rongga perut (ascites). Kondisi ini akan membuat tekanan
darah meningkat dan memperberat kerja jantung (YGDI, 2008).

Menurut (Anis Ardiyanti 2015) cara untuk mengatasi rasa haus terhadap
pasien gagal ginjal kronik yang menjalankan program pembatasan intake
cairan dengan obat kumur dan menurut ( Lastriyanti 2016 ) mengunyah
permen karet yang rendah gula juga dapat menurunkan rasa haus penderita
gagal ginjal kronik

Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan, peneliti ingin melakukan asuhan


keperawatan dengan intervensi inovasi obat kumur rasa mint dan menguyah
permen karet rasa mint terhadap penurunan rasa haus di Ruang Hemodialisa
RSUD Ulin Banjarmasin
5

1.2 Rumusan Masalah


Dengan memperhatikan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
- apakah terdapat pengaruh obat kumur rasa mint terhadap penurunan rasa
haus di Ruang Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin.
- apakah terdapat pengaruh menguyah permen karet rasa mint terhadap
penurunan rasa haus di Ruang Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah :
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh obat
kumur rasa mint dan menguyah permen karet rasa mint terhadap
penurunan rasa haus di Ruang Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin.
Tujuan Khusus
1.3.1.1 Mengetahui keefektifitasan obat kumur rasa mint dan
menguyah permen karet rasa mint terhadap penurunan rasa
haus .

1.3.1.2 Mengetahui rasa haus sebelum di berikan obat kumur rasa


mint dan menguyah permen karet rasa mint .

1.3.1.3 Mengetahui rasa haus sesudah di berikan obat kumur rasa


mint dan menguyah permen karet rasa mint.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini menjadi acuan proses belajar dalam menerapkan ilmu
yang telah diperoleh selama perkuliahan melalui proses pengumpulan
data-data dan informasi-informasi ilmiah untuk kemudian dikaji,
diteliti, dianalisis, dan disusun dalam sebuah karya tulis yang ilmiah,
informatif, dan bermanfaat.
6

1.4.2 Manfaat bagi Akademik


Memberikan informasi untuk Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin dan pengetahuan tentang keefektifitasan obat kumur rasa
mint dan menguyah permen karet rasa mint terhadap penurunan rasa
haus

1.4.3 Manfaat bagi Rumah Sakit


Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan pada pasien yang
sedang menjalankan diet cairan.

1.5 Penelitian Terkait


1.5.1 Anis , Yunie, dan Syamsul (2015) dengan judul “Anis , Yunie, dan
Syamsul (2015) dengan judul “ Pengaruh Kumur dengan Obat Kumur
Rasa Mint Terhadap Rasa Haus pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik
yang Menjalani Hemodialis“ Hasil uji Wilcoxon menunjukkan
terdapat pengaruh kumur dengan obat kumur rasa mint atau obat
kumur rasa mint mampu menurunkan rasa haus pasien penyakit ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa dengan p value 0,001.
Rekomendasi dari penelitian ini diharapkan berkumur dengan obat
kumur rasa mint dapat digunakan untuk manajemen rasa haus pada
pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

1.5.2 Lastriyanti (2016)“ Pengaruh Aktivitas Mengunyah Permen Karet


Rendah Gula Terhadap RasaHaus dan Implikasinya Selama
Interdialisis Pada Pasien Yang Menjalankan Hemodialisa di RSPAD
Gatot Soebroto Jakarta ” Hasil penelitian melalui uji independen t-test
menunjukkan adanya perbedaan bermakna rasa haus kelompok
intervesi terhadap kelompok control (p=0,001<0,05). Berdasarkan uji
regresi linier berganda secara simultan menunjukkan bahwa dengan
mengunyah permen karet rendah gula berpengaruh terhadap rasa haus
sebesar 0,212 kali dibandingkan dengan tidak mengunyah permen
7

karet walaupun tidak signifikan (p=0,460). Mengunyah permen karet


berpengaruh terhadap IDWG (p=0,000), Berpengaruh terhadap jumlah
urine (p=0,013), Berpengaruh terhadap jumlah minum (p=0,011).
Penelitian ini dapat digunakan perawat dalam tindakan mandiri
dengan cara edukasi kepada pasien yang sedang menjalankan terapi
hemodialisa dalam mengurangi rasa haus akibat dari pembatasan
cairan.

Anda mungkin juga menyukai