Anda di halaman 1dari 23

BAB III

PERANCANGAN PRODUK

Metode penyelesaian memuat alur perancangan. Alur perancangan


disajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut.

Gambar 19. Alur perancangan transmisi otomatis

3.1 Studi Literatur


Studi literatur digunakan sebagai dasar memulai proses perancangan.
Studi literatur dilakukan secara online maupun offline. Studi literatur online
dilakukan melalui internet (e-book dan artikel online) yang relevan, sedangkan
studi literatur secara offline dilakukan dengan mencari berbagai referensi
melalui buku dan artikel tertulis yang relevan.

3.2 Konsep Rancangan


Rancangan trainerstand didesain menggunakan Software Corel Draw
X7 dengan mempertimbangkan aspek kekuatan dan kemudahan. Aspek
kekuatan berkaitan dengan kuatnya trainer stand untuk menopang media
transmisi otomatis, sedangkan aspek kemudahan berkaitan dengan mudahnya
saat dilakukan proses overhaul transmisi otomatis. Konsep rancangan trainer
stand sebagai berikut.

Gambar 20. Desain trainer


Adapun dimensi rancangan trainer stand transmisi otomatis sebagai
berikut.
Tabel 02. Rincian ukuran trainer

No Nama Dimensi
1 Panjang Kaki Trainer Stand 890 mm
2 Panjang Papan Deskripsi 680 mm
3 Lebar Papan Deskripsi 780 mm
4 Lebar Trainer Stand 680 mm
5 Tinggi Trainer Stand 1670 mm
Gambar 21. Trainer Stand Tampak Atas

Gambar 22. Trainer Stand Tampak Samping


Gambar 23. Trainer Stand Tampak depan
3.3 Penyiapan Alat dan Bahan
Guna membantu proses perancangan, maka diperlukan peralatan dan
bahan yang digunakan untuk membongkar pasang komponen Torque Converter
dan mengidentifikasi setiap komponen. Adapun peralatan dan bahan yang
dibutuhkan terdapat pada tabel berikut..

Tabel 03. Alat dan Bahan yang Dibutuhkan

No Alat Bahan

1 Kunci Kombinasi Set Kain Lap


2 Tang Transmisi Otomatis Sirion

3 Kunci T Amplas

4 Mesin Las SMAW Elektroda

5 Gerinda Cat
6 Bor Tangan Mata Gerinda
7 Kompressor Besi Hollow

8 Spray Gun Epoxy

9 Penggaris Siku Clear/Vernis

3.4 Penyesuaian Pra Pembuatan Trainer Stand dengan Transmisi Otomatis


Penyesuaian pra pembuatan trainer stand dengan transmisi otomatis
merupakan sebuah langkah yang dilakukan sebelum proses pembuatan trainer
stand. Penyesuain pra pembuatan bertujuan untuk memudahkan pemasangan
transmisi otomatis pada trainer stand. Penyesuaian ini diawali dengan mengukur
dimensi transmisi otomatis dan menentukan titik untuk menempatkannya pada
trainer stand. Setelah itu dilanjutkan dengan proses pembuatan mal/cetakan
dudukan transmisi otomatis pada trainer stand.

3.5 Pembuatan Trainer Stand


Proses pembuatan trainer stand menerapkan konsep manajemen kinerja.
Kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencaan strategis
suatu organisasi. Namun, semuanya mempunyai beberapa kesamaan arti dan
makna dari pengertian suatu proses penilaian tentang kemauan pekerjaan
terhadap tujuan dan jasa, termasuk informasi atas efisiensi serta efektifivitas
tindakan dalam mencapai tujuan organisasi Moeheriono (2009: 60).

Proses pembuatan trainer stand dilakukan oleh beberapa mahasiswa yang


dibagi sesuai dengan tingkat kebutuhan pengerjaan. Berikut daftar pekerja
pembuatan trainer stand ditunjukkan pada Tabel berikut.

Tabel 04. SDM Proses Produksi Trainer Stand


No Nama
1 Muhammad ahsanul huluq
2 Khusnul yulio pratama
3 Ilyas sofana
4 Muhamad hadi wijaya
5 Ilyas hidayat julfian permadi
6 m. ntiwose
7 Rahmat
8 Lutfi nuril anwar

Trainer stand dibuat sesuai dengan konsep rancangan yang telah direncakan di
awal. Pembuatan trainer stand dimulai dengan mengukur dimensi besi hollow
yang akan dibuat trainer stand. Setelah itu dilanjutkan pada proses pemotongan
besi-besi hollow menggunakan gerinda potong sesuai dengan dimensi yang
direncanakan.

Gambar 24. Proses Pemotongan Besi Hollow


Gambar 25. Proses Perakitan Besi dengan Menggunakan Las SMAW
(Shielded Metal Arc Welding)

Gambar 26. Besi Hollow


Proses perakitan besi-besi hollow untuk trainer stand menggunakan
pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding). Penggunaan las SMAW
(Shielded Metal Arc Welding) dimaksudkan untuk memperoleh
penyambunganpenyambungan yang kuat saat menopang transmisi otomatis.

Gambar 27. Las SMAW (Shielded Metal Arc Welding)


Selain itu, penggunaan las SMAW (Shielded Metal Arc Welding) juga
dimaksudkan untuk menekan biaya pembuatan serta kemudahan dalam
memperoleh bahan pengelasan, karena bahan untuk proses pengelasan SMAW
(Shielded Metal Arc Welding) hampir di semua toko bangunan tersedia dengan
lengkap. Berikut foto real saat proses pembuatan trainer stand.
Gambar 28. Proses Pemotongan Besi Hollow

Gambar 29. Proses Perakitan dan Pengukuran siku

Gambar 30. Proses Perakitan Besi dengan Menggunakan Las SMAW (Shielded
Metal Arc Welding)

3.6 Finishing Trainer Stand


Finishing trainer stand ditujukan untuk memperoleh nilai estetika yang
baik. Selain itu juga ditujukan untuk mencegah terjadinya korosi yang
menyebabkan trainer stand tidak awet. Finishing trainer stand berupa proses
pengecatan seluruh bagian trainer stand. Awalnya, dimulai dengan proses
pengamplasan agar diperoleh permukaan yang halus dan bersih dari korosi,
selanjutnya, dilakukan proses pendempulan.
Gambar 31. Amplas yang Digunakan untuk Proses Pengamplasan

Proses pendempulan dilakukan untuk meratakan permukaan besi agar tidak


terdapat lubang/cekungan. Dempul diaplikasikan dengan cara diisikan pada
celah atau lubang dengan menggunakan scrap atau kapi. Setelah itu, dilakukan
pengamplasan ulang agar permukaannya menjadi lebih rata dan lebih halus,
sehingga bagian permukaan besi yang terdapat gelombang, tidak rata dan
lubang kecil halus akan tertutupi dengan dempul. Implikasi dari proses
pendempulan yang baik akan dihasilkan proses pengecatan yang baik pula.

Gambar 32. Dempul yang Digunakan untuk menutup Lubang

Setelah proses pendempulan selesai, dilanjutkan pada proses pelapisan


trainer stand dengan epoxy. Pelapisan epoxy ini ditujukan untuk mencegah
terjadinya karat pada permukaan besi dan sebagai cat dasar agar diperoleh
kualitas yang baik saat proses pengecatan warna dan vernis.

Gambar 33. Epoxy

Saat proses pelapisan epoxy selesai, dilanjutkan pada proses pengecatan


dengan warna sesuai yang diingin, pada trainer ini pengecatan menggunakan
warna biru untuk stand, sedangkan silver untuk transmisi otomatis. Proses
pengecatan warna ini menggunakan spray gun dengan bantuan kompressor
yang ditujukan untuk memperoleh nilai estetika yang baik. Langkah terakhir
dalam proses finishing yaitu melapisi dengan vernis. Pelapisan vernis ini
ditujukan untuk melindungi cat dari goresan. Selain itu, juga ditujukan untuk
menambah kesan estetika yang menarik.

(a) (b)
Gambar 34. (a) Cat Warna (b) Vernis (Clear)

Berikut merupakan dokumentasi pembuatan trainer transmisi otomatis


Gambar 35. Proses pengelasan

Gambar 36. Pembuatan panel


3.7 Membongkar Produk
Pembongkaran produk ditujukan untuk mengetahui kondisi internal dan
untuk menganalisis komponen-komponen torque converter pada transmisi
otomatis. Berikut dokumentasi saat proses pembongkaran produk. . Setelah
dilakukan proses pemotongan dilanjutkan proses pengelasan. Proses pengelasan
berfungsi untuk pengunci torque converter agar komponen yang terdapat didalam
torque conveter tidak lepas. Setelah proses pembongkaran, dilanjutkan ke proses
identifikasi komponen dan analisis kerja mekanisme pada transmisi.
Gambar 37. Komponen Torque Converter

Gambar 38. Proses Pemotongan Komponen Torque Converter


Gambar 39. Proses Pembersihan Beram-beram Komponen Torque
Converter

Gambar 40. Proses Pengelasan Komponen Torque Converter

3.8 perhitungan mengenai torque converter Transmisi otomatis dan


perhitungan percepatanya

Gambar 41. Torque Converter


Gambar di atas merupakan kontruksi dari torque converter
transmisi otomatis toyota vios. Pada bagian ini perancang menghitung efisiensi
transmisi yang menunjukkan keefektifan torque converter dalam menyalurkan
energi yang diberikan oleh oleh pump impeller ke turbine runner dan perhitungan
mengenai percepatan yang terdapat pada setiap percepatan.

A. Efisiensi transmisi torque converter

Dalam transmisi toyota vios speed ratio nya dipilih yakni menggunakan turbin
runner 1750 rpm dan pump impeller rpm yakni 1500 rpm dengan hasil yakni
1750
Speed ratio (e) = =1,167 Nsm
1500

Sehingga untuk mendapatkan efisiensi transmisi yakni


turbin runner output torque
η= x 1.167 x 100 %
pumpimpeller output torque
7
η= x 1.167 x 100%
5
η=1.4 x 1.167 x 100 %
η=1.638 x 100 %
η=163.8 %

B. Penghitungan percepatan transmisi


Alam bagian ini membahas perhitungan tansmisi dengan rumus
yang sudah dipaparkan dalam bab yang ke dua. Untuk penjabaranya
sebagai berikut.
Diameter dibagi jarak lingkaran sementara, d’
a. Perhitungan Percepatan 1 Jumlah gigi (Z):

= 17

= 49
Dimensi Roda Gigi:
Diameter Tusuk, Dt

= 3 x 17 = 3 x 49
= 51 mm = 147 mm
Diameter Kepala, Dk

= 3 (17 + 2) = 3 (49 + 2)
= 57 mm = 153 mm
Diameter Kaki, Df

= 3 (17 - 2) = 3 (49 - 2)
= 45 mm = 141 mm
Jarak Sumbu Poros pada Roda Gigi

= 99 mm

b. Perhitungan Percepatan 2 Jumlah gigi (Z):

= 25

= 40
Dimensi Roda Gigi:
Diameter Tusuk, Dt

= 3 x 25 = 3 x 40
= 75 mm = 120 mm
Diameter Kepala, Dk

= 3 (25 + 2) = 3 (40 + 2)
= 81 mm = 126 mm
Diameter Kaki, Df

= 3 (25 - 2) = 3 (40 - 2)
= 69 mm = 114 mm
Jarak Sumbu Poros pada Roda Gigi

= 97,5 mm

c. Perhitungan Percepatan 3 Jumlah gigi (Z):


Dimensi Roda Gigi:
Diameter Tusuk, Dt

= 3 x 33 = 3 x 33
= 99 mm = 99 mm
Diameter Kepala, Dk

= 3 (33 + 2) = 3 (33 + 2)
= 105 mm = 105 mm
Diameter Kaki, Df

= 3 (33 - 2) = 3 (33 - 2)
= 93 mm = 93 mm
Jarak Sumbu Poros pada Roda Gigi

= 99 mm

d. Perhitungan Percepatan 4 Jumlah gigi (Z):

= 39

= 27
Dimensi Roda Gigi:
Diameter Tusuk, Dt

= 3 x39 = 3 x 27
= 117 mm = 81 mm
Diameter Kepala, Dk

= 3 (39 + 2) = 3 (27 + 2)
= 123 mm = 87 mm
Diameter Kaki, Df

= 3 (39 - 2) = 3 (27 - 2)
= 111 mm = 75 mm
Jarak Sumbu Poros pada Roda Gigi

= 99 mm
e. Perhitungan Jumlah Gigi
Mundur

Jumlah roda gigi 1 dipilih Z


Jumlah roda gigi 2 dipilih Z2 = ir x Z1
= 3,307 x 16 = 53
C. Hitungan Efisiensi Roda Gigi
Perhitungan efisiensi roda gigi diambil berdasarkan data jumlah roda gigi
masing – masing yang telah dihitung . Efisiensi roda gigi yang akan dihitung
adalah efisiensi gigi setiap roda gigi.
Z = 17 Z = 33
1 6
Z = 49 Z = 39
2 7
Z = 25 ` Z = 27
3 8
Z = 40 Z = 16
4 9
Z = 33 Z = 53
5 10

a. Efisiensi Transmisi 1

= 91,23 %

b. Efisiensi Transmisi 2
= 98,05 %
c. Efisiensi Transmisi 3

= 97,78%

d. Efisiensi Transmisi 4

= 97,76%

e. Efisiensi Transmisi Mundur

aryj
= 90,97%

f. Efisiensi Mekanis:
Nmax = nI.nII .nIII .nIV .nR .nbantalan
= 0,9123 . 0,9805 . 0,9778 . 0,9776 . 0,9079 . 0,99
= 76,85%

g. Kerugian daya , Pg
Daya maksimum mesin , Pmaks = 140 kW
Pg = Pmaks ( 1 - nmax)
= 140 (1- 76,85%)
= 32,41 kW

h. Efisiensi Total

100%
100%
= 76,85 %

3.9 Penyesuaian dan Pemasangan dengan Sistem Transmisi Otomatis


Lainnya
Komponen yang telah dibongkar dan dianalisis, dilanjutkan proses
pemasangan kembali dan dilanjutkan pada proses assembly atau penyesuain
dengan sistem lain. Penyesuaian ini dilakukan karena unit Torque converter
berhubungan dengan sistem-sistem lainnya berupa planetary gear, sistem
kontrol hidrolik, clucth dan brake. Dilakukannya penyesuaian ini ditujukan agar
proses pemahaman analisis kerja lebih mudah.

3.10 Assembly
Assembly merupakan kegiatan memasang seluruh komponen agar menjadi
satu kesatuan yang utuh. Assembly pada perancangan ini meliputi pemasangan
transmisi otomatis pada trainer stand dan pemasangan banner pada papan
deskripsi trainer stand. Berikut ini foto riil saat melakukan proses assembly.
Gambar 42 Proses pembuatan
Gambar 43 Proses pengelasan

Gambar 43 Proses pencocokan

Anda mungkin juga menyukai