LP Askep Abortus
LP Askep Abortus
BAB 1
PENDAHULUAN
diharapkan dapat dicapai tahun 2015 adalah angka kematian ibu menjadi 102
per 100.000 kelahiran hidup.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan Laporan Pendahuluan ini agar kita
sebagai mahasiswa keperawatan mengetahui tentang Abortus dan cara
penanganan pada klien dengan masalah system reproduksi “Abortus”.
1.3. Manfaat
Laporan Pendahuluan ini bermanfaat sebagai panduan atau pedoman
bagi mahasiswa keperawatan untuk melakukan penulisan Asuhan
Keperawatan secara baik dan benar tanpa mengalami kesulitan terutama pada
klien dengan masalah system reproduksi “Abortus”.
3
BAB 2
TINJAUN PUSTAKA
2.2 Etiologi
Menurut Prawirohardjo S (2009) penyebab abortus antara lain adalah :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat juga disebut factor ovovetral.
Faktor ovovetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan
janin dan kelainan pada plasenta. Kelainan hasil konsepsi dapat
menyebabkan kematian janin atau cacat.kelainan berat biasanya
menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda.faktor-faktor yang
menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut.
a. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering digunakan pada abortus
spontan ialah risomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan
kromosom seks.
b. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan diendometrium
disekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga penberian zat-
zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
4
2.4 Pathway
Factor kromosom Factor endometrium Pendeknya jarak Radiasi, rokok, Kehamilan usia dini Kehamilan usia tua
(genetik) kehamilan alcohol, obat-obatan (<20th) (>30th)
Kelainan plasenta
Uterus berkontraksi
Nyeri akut
Abortus Ansietas
Hasil konsepsi masih Hasil konsepsi masih Pengeluaran sebagian Semua hasil konsepsi
di dalam uterus tanpa di dalam uterus disertai hasil konsepsi dikeluarkan
dilatasi serviks dilatasi serviks
jaringan janin dapat diraba dalam rongga uterus atau sudah menonjol
dari os uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa
hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga harus dikuret.
d. Abortus komplet. Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi
dikeluarkan sehingga rahim kosong. Biasanya terjadi pada awal
kehamilan saat plasenta belum terbentuk. Perdarahan mungkin sedikit
dan os uteri menutup dan rahim mengecil. Pada wanita yang mengalami
abortus ini, umumnya tidak dilakukan tindakan apa-apa, kecuali jika
datang ke rumah sakit masih mengalami perdarahan dan masih ada sisa
jaringan yang tertinggal, harus dikeluarkan dengan cara dikuret.
e. Abortus Servikalis. Pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os uteri
eksternum yang tidak membuka, sehingga mengumpul di dalam kanalis
servikalis (rongga serviks) dan uterus membesar, berbentuk bundar, dan
dindingnya menipis.
f. Missed Abortion. Keguguran tertunda. Ialah keadaan dimana janin telah
mati sebelum minggu ke-22, tetapi bertahan di dalam rahim selama 2
bulan atau lebih setelah janin mati.
g. Abortus Habitualis. Keguguran berulang-ulang. Ialah abortus yang
telah berulang dan berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3x
berturut-turut.
h. Abortus Mengancam. Gejalanya adalah perdarahan ringan yang terjadi
beberapa hari hingga beberapa minggu di awal kehamilan, namun mulut
rahim masih menutup. Jika perdarahan berhenti biasanya kehamilan
akan dapat terus berlanjut, walaupun ada risiko terjadi kelahiran
prematur, atau berat lahir bayi rendah. Namun perdarahan seperti ini
tidak menyebabkan kecacatan pada janin.
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah
mati
2. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
10
4. Abortus komplit
a. Bila pasien baik, berikan ergometri 3 x 1 tablet selama 3-5 hari.
b. Pasien anemi, berikan sufas ferosus atau transfusi darah.
c. Berikan antibiotik.
d. Diet tinggi protein, vitamin, dan mineral.
5. Missed abortion
a. Bila keadaan fibrinogen normal segera keluarkan jaringan kinsepsi
dengan cunam ovum lalu kuret tajam.
b. Bila fibrinogen rendah berikan fibrinogen kering atau segar sesaat
sebelum mengeluarkan konsepsi.
c. Kehamilan kurang dari 12 minggu, pembukaan serviks dengan
gagang laminaria selama 12 jam lalu dilatasi serviks dengan dilatator
hegar kemudian ambil hasil konsepsi dengan cunam ovum dan kuret
tajam.
d. Kehamilan lebih dari 12 minggu berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg
infus oksitosin 10 IU dalam Dekstrose 5%sebanyak 500 ml dan 20
tetes permenit kemudian naikkan dosis sampai uterus berkontrasi
e. Bila tinggi fundus uteri ebih dari 2 dari bawah pusat, hasil konsepsi
keluarkan dengan menyuntikkan larutan garam 20% dalam cavum
uteri dinding perut.
6. Abortus serfikalis
Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan
untuk mengeluarkan hasi konsepsi dari kanalis servikalis.
7. Abortus habitualis
penangannya terdiri atas; memperbaiki keadaan umum, pemberian
makanan yang sempurna, anjuran istirahat sangat banyak, larangan koitus
dan olah raga, terapi dengan hormone progesteron, vitamin, hormone
tiroid dan lainnya mungkin mempunyai pengaruh psikologis karena
penderita mendapat kesan bahwa ia diobati.
8. Abortus infeksiosus (Septik)
a. Kepada penderita dengan abortus infeksiosus yang telah mengalami
banyak perdarahan hendaknya diberikan infuse dan tranfusi darah.
13
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola
hidatidosa terdapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu
hendaknya dilakukan transfusi darah dan sesudah itu, dimasukkan tampon
kasa ke dalam uterus dan vagina.
5. Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka
bahaya infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat
menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian.
Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada
saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.
6. Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl
hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga
peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala
konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau
hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulkan pada
pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah, dan diare.
15
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM
REPRODUKSI PADA KASUS ABORTUS IMINENS
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Nursalam, 2001)
1. Data subyektif
Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian (Nursalam, 2001)
2. Data objektif
2. Keluhan utama
3. Lama keluhan
1. Fungsi fisiologi
dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5
a. Oksigenasi
b. Nutrisi
c. Eliminasi
e. Proteksi / perlindungan
i. Fungsi endokrin
diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self
kemampuan seksualitas.
diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas,
area ini.
sesuai kedudukannya .
4. Mode interdependensi
dirinya.
19
No Intervensi Rasional
1 Kaji kondisi nyeri yang dialami klien Pengukuran nilai ambang nyeri dapat
dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
2 Terangkan nyeri yang diderita klien Meningkatkan koping klien dalam melakukan
dan penyebabnya guidance mengatasi nyeri
3 Kolaborasi pemberian analgetika Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat
dilakukan dengan pemberian analgetika oral
maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik
20
3. Ansietas
Kriteria hasil: RR dalam rentan normal, klien tidak gelisah
No Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat pengetahuan/persepsi Ketidaktahuan dapat menjadi dasar
klien dan keluarga terhadap penyakit peningkatan rasa cemas
2 Kaji derajat kecemasan yang dialami Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan
klien penurunan penialaian objektif klien tentang
penyakit
3 Bantu klien mengidentifikasi Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan
penyebab kecemasan keperawatan merupakan support yang
mungkin berguna bagi klien dan
meningkatkan kesadaran diri klien
4 Asistensi klien menentukan tujuan Peningkatan nilai objektif terhadap masalah
perawatan bersama berkontibusi menurunkan kecemasan
5 Terangkan hal-hal seputar aborsi yang Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi
perlu diketahui oleh klien dan klien untuk meningkatkan pengetahuan dan
membangun support system keluarga; untuk
keluarga
mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
3.4 Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik (Nursalam, 2001).
3.5 Evaluasi
Hal hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan
berfokus pada criteria hasil dari tiap-tiap masalah keperawatan dengan
pedoman pembuatan SOAP, atau SOAPIE pada masalah yang tidak
terselesaikan atau teratasi sebagian.
DAFTAR PUSTAKA
21
Ralph c, benson (2009) buku saku obstetri dan ginekologi edisi 9. Egc: jakarta
Sastrawinata, s (2005). Obstetri patologi ilmu kesehatan reproduksi. 2nd ed. Egc :
jakarta