Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASKEP PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELLITUS

1.1 PENGERTIAN
Diabetes Mellitus (DM) adalah kumpulan penyakit metabolik dengan
hiperglikemi yang bisa disebabkan oleh kekurangan insulin, kerja insulin yang
menurun, atau keduanya. Hiperglikemi yang berlanjut hingga kronik pada
penderita DM akan menyebabkan kerusakan , disfungsi, maupun kegagalan organ
lain, khususnya mata, ginjal, jantung, dan pembuluh darah (American Diabetes
Association, 2011).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat (Corwin, 2015). Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme
yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan
sekresi insulin atau penurunan sensivitas insulin (Muttaqin, 2016)

1.2 ETIOLOGI
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
1. Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM )
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-
sel beta pancreas disebabkan oleh :
a. Faktor genetic
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi
suatu predisposisi / kecenderungan genetic ke arah terjadinya DM
tipe 1. Ini ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen ) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplatasi
dan proses imun lainnya.
b. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
2. Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM )
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II belum diketahui .
Faktor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin . Selain itu terdapat faktor-faktor resiko
tertentu yang berhubungan yaitu :
a. Usia : Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65
tahun
b. Obesitas
c. Riwayat Keluarga

1.3 KLASIFIKASI
Klasifikasi DM dan gangguan toleransi glukosa adalah sebagai berikut :
1. Diabetes mellitus
b. DM tipe 1 (tergantung insulin)
c. DM tipe 2 (tidak tergantung insulin)
1) Gemuk
2) Tidak gemuk
d. DM tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
tertentu
1) Penyakit pancreas
2) Hormonal
3) Obat atau bahan kimia
4) Kelainan reseptor
5) kelainan genital dan lain-lain
2. Toleransi glukosa terganggu
3. Diabetes Gestasional
1.6 MANIFESTASI KLINIK
1. Ketoasidosis atau serangan diam- diam pada tipe 1
2. Yang Paling sering terjadi adalah keletihan akibat defisiensi eneri dan
keadaan katabolis
3. Kadang kadang tidak ada gejala (pada diabetes tipe 2
4. Dieuretik ostomotik yan disertai poliuria, dehidrasi, polidipsia, selaput
lendir, dan kekencangan kulit buruk
5. Pada Ketoasidosi dan keadaan non-ketotik hipermosmolar hiperglikemik,
dehidrasi berpotensi menyebabkan hipovolemia dan syok
6. Jika diabetes tipe 1 tidak dikontrol, pasien mengalami penurunan berat
badan dan selalu lapar, padahal ia sudah makan sangat banyak
7. Gejala klasik :
a. Poliuri
b. Polidipsi
c. Polifagi
8. Penurunan Berat Badan
9. Lemah
10. Kesemutan, rasa baal
11. Bisul / luka yang lama tidak sembuh
12. Keluhan impotensi pada laki-laki
13. Keputihan
14. Infeksi saluran kemih
1.7 KOMPLIKASI
1. Akut
e. Ketoasidosis diabetik
f. Hipoglikemi
g. Koma non ketotik hiperglikemi hiperosmolar
h. Efek Somogyi ( penurunan kadar glukosa darah pada malam hari
diikuti peningkatan rebound pada pagi hari )
i. Fenomena fajar / down phenomenon ( hiperglikemi pada pagi hari
antara jam 5-9 pagi yang tampaknya disebabkan peningkatan sikardian
kadar glukosa pada pagi hari )
2. Komplikasi jangka panjang
a. Makroangiopati
1) Penyakit arteri koroner ( aterosklerosis )
2) Penyakit vaskuler perifer
3) Stroke
b. Mikroangiopati
1) Retinopati
2) Nefropati
3) Neuropati diabetic

1.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan kadar serum glukosa
a. Gula darah puasa : glukosa lebih dari 120 mg/dl pada 2x tes
b. Gula darah 2 jam pp : 200 mg / dl
c. Gula darah sewaktu : lebih dari 200 mg / dl
2. Tes toleransi glukosa
Nilai darah diagnostik : kurang dari 140 mg/dl dan hasil 2 jam serta satu
nilai lain lebih dari 200 mg/ dlsetelah beban glukosa 75 gr
3. HbA1C
> 8% mengindikasikan DM yang tidak terkontrol
4. Pemeriksaan kadar glukosa urin
Pemeriksaan reduksi urin dengan cara Benedic atau menggunakan enzim
glukosa . Pemeriksaan reduksi urin positif jika didapatkan glukosa dalam
urin.

1.9 PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktifitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadi komplikasi vaskuler
serta neuropatik.Tujuan terapetik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar
glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola
aktifitas pasien. Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu diet, latihan,
pemantauan, terapi dan pendidikan kesehatan.
a. Penatalaksanaan diet
Prinsip umum :diet dan pengndalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan DM. Tujuan penatalaksanaan nutrisi :
1) Memberikan semua unsur makanan esensial missal vitamin, mineral
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
3) Memenuhi kebutuhan energi
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap haridengan mengupayakan
kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan
praktis.
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
b. Latihan fisik
Latihan penting dalam penatalaksanaan DM karena dapat menurunkan kadar
glikosa darah dan mengurangi factor resiko kardiovaskuler. Latihan akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa
oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot
juga diperbaiki dengan olahraga.
c. Pemantauan
Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi dan pencegahan
hipoglikemi serta hiperglikemia.
d. Terapi
1. Insulin
Dosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar glukosa darah
2. Obat oral anti diabetic
1) Sulfonaria
a) Asetoheksamid ( 250 mg, 500 mg )
b) Clorpopamid(100 mg, 250 mg )
c) Glipizid ( 5 mg, 10 mg )
d) Glyburid ( 1,25 mg ; 2,5 mg ; 5 mg )
e) Totazamid ( 100 mg ; 250 mg; 500 mg )
f) Tolbutamid (250 mg, 500 mg )
2) Biguanid
a) Metformin 500 mg

1.10 KONSEP KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, alamat, No. RM, dan tanggal MRS. Resistensi insulin
cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun (Smeltzer & Bare, 2011).
Manusia mengalami penurunan fisiologis yang menurun dengan cepat setelah
usia 40 tahun. Penurunan ini akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin
pankreas untuk memproduksi insulin (Riyadi dan Sukarmin, 2008). Sehingga
beresiko besar bagi manusia lanjut usia untuk menderita gangguan produksi
insulin terlebih lagi dari akumulasi gaya hidup yang buruk pada saat muda.
b. Riwayat kesehatan
1) Diagnosa Medik: Diabetes Mellitus
2) Keluhan Utama
Biasanya pasien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit
yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata
kabur, kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga mengeluh poli urea,
polidipsi, anorexia, mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang
disertai nyeri perut, kramotot, gangguan tidur/istirahat, sering haus, pusing-
pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita dan masalah impoten
pada pria.
3) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan pengalaman klien saat ini yang
membentuk suatu kronologi dari terjadinya etiologi hingga klien mengalami
keluhan yang dirasakan.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
a) Penyakit yang pernah dialami
b) Alergi
c) Imunisasi
d) Kebiasaan/Pola hidup
e) Obat yang pernah digunakan
5) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga merupakan penyekit yang pernah dialami atau sedang
dialami keluarga, baik penyakit yang sama dengan keluhan klien atau pun
penyakit lain. Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
c. Genogram
d. Pengkajian Keperawatan
1) persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
menjelaskan tentang bagaimana pendapat klien maupun keluarga mengenai
apakah kesehatan itu dan bagaimana klien dan keluarga mempertahankan
kesehatannya.
2) pola nutrisi/metabolik terdiri dari antropometri yang dapat dilihat melalui
lingkar lengan atau nilai IMT, biomedical sign merupakan data yang
diperoleh dari hasil laboratorium yang menunjang, clinical sign merupakan
tanda-tanda yang diperoleh dari keadaan fisik klien yang menunjang, diet
pattern merupakan pola diet atau intake makanan dan minuman yang
dikonsumsi.
3) pola eliminasi: BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna, konsistensi, bau,
karakter)
4) pola aktivitas & latihan: Activity Daily Living, status oksigenasi, fungsi
kardiovaskuler, terapi oksigen. Gejala: lemah, letih, sulit bergerak/berjalan,
kram otot, tonus otot menurun. Tanda : penurunan kekuatan otot.
5) Pola tidur & istirahat : durasi, gangguan tidur, keadaan bangun tidur
6) Pola kognitif & perceptual : fungsi kognitif dan memori, fungsi dan keadaan
indera
7) Pola persepsi diri : gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal diri, dan
peran diri
8) Pola seksualitas & reproduksi : pola seksual dan fungsi reproduksi
9) Pola peran & hubungan
10) Pola manajemen & koping stres
11) Sistem nilai dan keyakinan : oleh pasien maupun masyarakat
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum (Kesadaran secara kualitatif maupun kuantitatif), tanda-
tanda vital seperti tekanan darah, pernafasan, nadi dan suhu
2) Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):
a) Kepala
(1)Rambut, Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain
rambut. Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut
yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut
tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
(2)Muka/ Wajah.
Simetris atau tidak? Apakah ada nyeri tekan?
(3)Mata, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
(4)Telinga, Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda
adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang
telinga, keluar cairan dari telinga, melihat serumen telinga
berkurangnya pendengaran, telinga kadang-kadang berdenging,
adakah gangguan pendengaran
(5)Hidung, Apakah ada pernapasan cuping hidung? Adakah nyeri tekan?
Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya?
(6)Mulut, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah
(7)Tenggorokan, Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah tanda-
tanda infeksi faring, cairan eksudat?
b) Leher
Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar tiroid? Adakah pembesaran
vena jugularis?
c) Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekuensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi Intercostale? Pada
auskultasi, adakah suara napas tambahan? Adakah sesak nafas, batuk,
sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
d) Jantung
Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya? Adakah bunyi
tambahan? Adakah bradicardi atau tachycardia?
e) Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen?
Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus? Adakah tanda meteorismus?
Adakah pembesaran lien dan hepar? Terdapat polifagi, polidipsi, mual,
muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan
lingkar abdomen, obesitas.
f) Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Turgor
kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
g) Ekstremitas
Apakah terdapat oedema,Penyebaran lemak, penyebaran masa otot,
perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstrimitas?
h) Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi? Poliuri, retensio
urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih?
f. Terapi, pemeriksaan penunjang & laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
2) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan
merah bata ( ++++ ).
3) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa umum yang muncul pada pasien Diabetes Melitus :
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
b. Kerusakan integritas kulit
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan
d. Risiko syok
e. Risiko infeksi
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi keperawatan
No
keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah NOC : NIC :
perfusi jaringan dilakukan Status sirkulasi (0401) Manajemen sensasi perifer (2260)
perifer tindakan Indikator: 1. Monitor daerah tertentu yang
keperawatan 1. Tekanan sistol dan hanya peka terhadap
1x24 jam perfusi diastole dalam panas/dingin/tumpul/tajam
jaringan menjadi rentang yang 2. Kaji CRT
efektif
diharapkan 3. Gunakan sarung tangan
2. Tidak terdapat 4. Diskusikan mengenai
hipotensi ortostatik perubahan sensasi
3. Tidak terdapat tanda 5. Instrusksikan keluarga untuk
peningkatan tekanan mengobservasi adanya luka
intrakranial (tidak
>15mmHg)
2. Kerusakan Setelah NOC : NIC:
integritas kulit dilakukan Integritas jaringan kulit Perawatan luka (3660)
tindakan dan membran mukosa 1. Monitor karakteristik dari luka
keperawatan (1101) 2. Bersihkan dengan normal
1x24 jam 1. Integritas kulit yang salin
integritas kulit baik dapat 3. Pantau proses penyembuhan
membaik dipertahankan luka
(sensasi, elastisitas, 4. Instruksikan pasien dan
temperatur, hidrasi, keluarga menjaga kebersihan
pigmentasi) luka
2. Tidak terdapat 5. Informasikan kepada pasien
luka/lesi pada kulit dan keluarga mengenai tanda-
3. Perfusi jaringan baik tanda infeksi
4. Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
3. Ketidakseimban Setelah NOC: NIC:
gan nutrisi dilakukan Status nutrisi (1004)
Monitor nutrisi (1160)
kurang dari tindakan Indikator: 1. Monitor berat badan pasien
kebutuhan keperawatan 1. Mampu 2. Monitor tipe dan jumlah
1x24 jam nutrisi mengidentifikasi aktivitas yang biasa dilakukan
pasien dapat kebutuhan nutrisi
3. Monitor kulit kering dan
terpenuhi
2. Tidak terdapat tanda-
perubahan pigmentasi
tanda malnutrisi
4. Monitor lingkungan selama
makan
5. Monitor turgor kulit
5. Risiko syok Setelah NOC: Shock Prevention NIC:
dilakukan (1904) Pencegahan syok (4260)
tindakan Indikator: 1. Monitor sirkulas
keperawatan Irama jantung, nadi, 2. Monitor tanda inadekuat
1x24 jam tidak frekuensi napas, irama oksigenasi jaringan
terdapat tanda pernapasan dalam batas 3. Monitor input dan output
gejala syok yang diharapkan 4. Monitor tanda awal syok
5. Kolaborasi pemberian cairan
IV dengan tepat
6. Risiko infeksi Setelah NOC: Risk control NIC:
dilakukan (1902) Control infeksi (6540)
tindakan 1. Pasien mampu 1. Bersihkan lingkungan setelah
keperawatan mampu dipakai pasien lain
1x24 jam infeksi mengidentifikasi 2. Batasi pengunjung
dapat dihindari
tanda dan gejala 3. Cuci tangan sebelum dan
infeksi sesudah melakukan tindakan
2. TTV dalam batas 4. Beri penjelasan kepada pasien
normal tanda dan gejala infeksi
5. Kolaborasi pemberian
antibitok
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2011. Brunner and Suddarth’s textbook of
medical – surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC

Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017


Edisi10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru.Jakarta: EGC.

Bulechek, M.G dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC),


6thIndonesian edition. Indonesia: Mocomedia.

Moorhead Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC),


5thIndonesian edition. Indonesia: Mocomedia

Tjockroprawiro, A. 2010. Rumus Klinis Praktis: Diabetologi-


Endokrionologi-Metabolisme Bidang Penyakit dam Fokus: Diabetes. Surabaya:
PERKENI Cabang Surabaya.

Corwin,Elizabeth J. 2015. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta : EGC

Muttaqin, Arif. 2016. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan


Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai