Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

 Gawat janin menunjukkan suatu keadaan bahaya yang relatif dari janin
yang secara serius, yang  mengancam kesehatan janin. Istilah gawat janin (fetal
distress) terlalu luas dan kurang tepat menggambarkan situasi klinis.
Ketidakpastian dalam diagnosis gawat janin yang didasarkan pada interpretasi
pola frekuensi denyut jantung janin menyebabkan munculnya istilah-istilah
deskriptif misalnya"reassuring" (meyakinkan) atau "nonreassuring" (meragukan,
tidak meyakinkan).Gawat janin  juga umum digunakan untuk menjelaskan kondisi
hipoksia yang bila tidak dilakukan penyelamatan akan berakibat buruk
yaitu menyebabkan kerusakan atau kematian janin jika tidak diatasi secepatnya
atau janin secepatnya dilahirkan. Hipoksia ialah keadaan jaringan yang kurang
oksigen, sedangkan hipoksemia ialah kadar oksigen darah yang kurang. Asidemia
ialah keadaan lanjut dari hipoksemia yang dapat disebabkan menurunnya fungsi
respirasi atau akumulasi asam.1
Kegawatan yang kronik dapat timbul setelah suatu periode waktu yang
panjang selama periode antenatal bila status fisiologis dari unit ibu-janin-plasenta
yang ideal dan normal terganggu. Hal ini dapat dipantau melalui evaluasi dari
pertumbuhan janin intar uteri, keadaan biofisikal janin, cordosintesis, dan
velosimetri Doppler. (springer)  Gawat janin akut  disebabkan oleh suatu kejadian
yang tiba-tiba yang mempengaruhi oksigenasi janin . Gawat janin selama
persalinan menunjukkan hipoksia (kurang oksigen) pada janin. Tanpa oksigen
yang adekuat, denyut jantung janin kehilangan variabilitas dasarnya dan
menunjukkan deselerasi (perlambatan) lanjut pada kontraksi uterus. Bila hipoksia
menetap, glikolisis (pemecahan glukosa) anaerob menghasilkan asam laktat
dengan pH janin yang menurun.2
 Sebagian besar diagnosis gawat janin didasarkan pada pola frekuensi
denyut jantung. Penilaian janin ini adalah penilaian klinis yang sarna sekali
subyektif dan pastilah memiliki kelemahan dan harus diakui demikian. Salah satu

1
penjelasannya adalah bahwa pola-pola ini lebih merupakan cerminan fisiologi
daripada patologi janin. Pengendalian frekuensi denyut jantung secara fisiologis
terdiri atas beragam mekanisme yang saling berkaitan dan bergantung pada aliran
darah serta oksigenasi. Selain itu, aktivitas mekanisme-mekanisme pengendali ini
dipengaruhi keadaan oksigenasi janin sebelumnya, seperti tampak pada
insufisiensi plasenta kronik, sebagai contoh. Yang juga penting, jika janin
menekan  tali pusat, tempat aliran darah terus menerus mengalami gangguan.
Selain itu, persalinan normal adalah proses yang menyebabkan janin mengalami
asidemia yang semakin meningkat . Dengan demikian, persalinan normal adalah
suatu proses saat janin mengalami serangan hipoksia berulang yang menyebabkan
asidemia yang tidak terelakkan. Dengan kata lain, dan dengan beranggapan bahwa
"asfiksia" dapat didefinisikan sebagai hipoksia yang menyebabkan asidemia,
persalinan normal adalah suatu proses yang menyebabkan janin mengalami
asfiksia.1,2

1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan laporan kasus ini adalah untuk pemenuhan tugas
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Obstetri dan Ginekologi, Rumah Sakit Umum
Pemerintah dr. Pirngadi kota Medan. Serta laporan kasus ini bertujuan untuk
menambah pengetahuan tentang “Fetal Distress” sehingga dapat memahami
pengertian dari fetal distress, etiologi, patofisiologi, diagnosis dan cara
penanganannya.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fetal Distress

2.1.1 Denyut Jantung Janin

Denyut jantung janin mulai terdeteksi pada usia 20 minggu dengan


frekuensi per menit adalah sekitar 140 denyut per menit dengan variasi normal 20
dpm di atas atau dibawah nilai rata-rata. Jadi, nilai normal denyut jantung janin
antara 120-160 denyut per menit (beberapa penulis menganut nilai normal jantung
janin 120-150 denyut per menit). Seperti yang telah diketahui bahwa mekanisme
pengaturan denyut jantung jantung janin dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain :

 Sistem saraf simpatis, yang sebagian besar berada di dalam miokardium.


 Sistem saraf parasimpatis, yang terutama terdiri dari serabutan n.vagus
berasal dari batang otak.
 Baroreseptor, yang letaknya pada arkus aorta dan sinus karotid.
 Kemoreseptor, yang terdiri dari bagian perifer yang terletak di karotid dan
korpus aorta serta bagian sentral yang terletak pada batang otak.
 Susunan saraf pusat. Variabilitas denyut jantung janin akan meningkat
sesuai dengan aktifitas otak dan gerakan janin.
 Sistem hormonal juga berperan dalam pengaturan denyut jantung janin.1

Denyut jantung janin juga dapat mengalami kelainan. Kelainan denyut jantung
janin ada 2 yaitu :

a. Takikardi , terjadi apabila denyut jantung > 160 denyut per menit.
b. Bradikardi , terjadi apabila denyut jantung < 120 denyut per menit

3
2.1.2 Defenisi Gawat Janin

Yang disebut dengan gawat janin adalah denyut jantung bayi diatas
160/menit atau dibawah 100/menit, denyut jantung tidak teratur, atau keluarnya
meconium kental pada awal kehamilan.3

Pada buku Nelson Fetal Distress (Gawat janin) didefenisikan sebagai


gangguan pada janin dapat terjadi pada masa antepartum atau intrapartum.
Kegawatan janin antepartum menjadi nyata dalam bentuk retardasi pertumbuhan
intrauterin.Hipoksia janin peningkatan tahanan vaskular pada pembuluh darah
janin.3

2.1.3 Etiologi Gawat Janin

Penyebab dari gawat janin yaitu:


a. Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam
waktu singkat) :
 Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan
dengan pemberian oksitosin.
 Hipotensi ibu, anestesi epidural,kompresi vena kava, posisi terlentang.
 Solusio plasenta.
 Plasenta previa dengan pendarahan.

b. Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta


dalam waktu lama) :
 Penyakit hipertensi
 Diabetes mellitus
 Postmaturitas atau imaturitas

c. Kompresi (penekanan) tali pusat


 Oligihidramnion
 Prolaps tali pusat
 Puntiran tali pusat

4
d.  Penurunan kemampuan janin membawa oksigen
 Anemia berat misalnya isomunisasi , perdarahan fetomaternal
 Kesejahteraan janin dalm persalinan asfiksia intrapartum dan komplikasi
 Skor APGAR 0-3 selam > 5 menit
 Sekuele neorologis neonatal
 Disfungsi multi organ neonatal
 PH arteri tali pusat 7,0. 1,3,4,5,6

2.1.4 Patofisiologi Fetal Distress


Berikut ini adalah bagan patofisiologi dari fetal distress:

5
2.1.5 Diagnosis Fetal Distress
Pemeriksaan yang digukankan untuk mendeteksi fetus meliputi:

1. USG untuk menilai pertumbuhan fetus


2. Profil biofisikal
Pemeriksaan fisik pada fetus menggunakan USG parameter yang
digunakan untuk menilai meliputi: gerakan pernafasan fetus, gerakan
fetus, tonus fetusindeks cairan amnion dan NST.

3. Non Stress Tes (NST)


Eksternal kardiotokograf (CTG), Kriteria yang seharusnya diamati
meliputi 2 hal atau lebih, yaitu : denyut jantung janin, mengalami
penurunan sedikitnya 15 denyutan permenit, menetap sedikitnya 15 detik
dalam 20 menit.

6
4. Doppler
Menurut Marmi, Retno A.M.S., Fatmawaty.E (2010) tanda fetal
distress dalam persalinan, sebagai berikut :

(a) Denyut jantung


 Takikardi diatas 160 kali perdetik
 Brakikardi dibawah 120 kali perdetik.

(b) Deselerasi dini


Ketika denyut jantung turun lebih dari 15 kali permenit pada saat
kontraksi, kontraksi deselarasi menggambarkan kontraksi dan biasanya
dianggap masalah serius.

(c) Deselerasi yang berubah-ubah


Deselerasi yang berubah-ubah hal ini sangat sulit dijelaskan Ini
dapat terjadi pada awal atau akhir penurunan denyut jantung dan
bentuknya tidak sama. Hubungan antar peningkatan asidosis fetus
dengan dalam dan lamanya deselerasi adalah adanya abnormalitas
denyut jantung janin.

(d) Deselerasi lambat


Penurunan denyut jantung janin menunjukan tingkat deselerasi
paling rendah tetapi menunjukan kontraksi pada saat tingkat yang
paling tinggi. Deselerasi yang lambat menyebabkan penurunan aliran
darah fetus dan pengurangan transfer oksigen selama kontraksi.
Penurunan tersebut mempengaruhi oksigenasi serebral fetus.Jika pola
tersebut terjadi disertai dengan abnormalitas denyut jantung janin
harus dipikirkan untuk ancaman yang serius dalam kesejahteraan
fetus.

(e) Tidak adanya denyut jantung


Ini mungkin disebabkan oleh karena hipoksia kronis atau berat
dimana sistem syaraf otonom tidak dapat merespon stress.

7
(f) Mekonium bercampur air ketuban.
Cairan amnion yang hijau kental menunjukkan bahwa air
ketuban jumlahnya sedikit.Kondisi ini mengharuskan adanya
intervensi. Intervensi ini tidak perlu dilakukan bila air ketuban
kehijauan tanpa tanda kegawatan lainnya, atau pada fase akhir
suatu persalinan letak bokong.3,4,5,6,7

2.1.6 Penatalaksanaan Fetal Distress

Menurut Prawirohardjo (2009) penanganan gawat janin saat


persalinan adalah sebagai berikut :
a. Cara pemantauan
Kasus resiko rendah – auskultasi DJJ selama persalinan :
 Setiap 15 menit kala I
 Setiap setelah his kala II
 Hitung selama satu menit setelah his selesai
b. Kasus resiko tinggi – gunakan pemantauan DJJ elektronik secara
berkesinambungan. Hendaknya sarana untuk pemeriksaan pH darah janin
disediakan
c. Interpretasi data dan pengelolaan
 Untuk memperbaiki aliran darah uterus :Pasien dibaringkan miring ke
kiri, untuk memperbaiki sirkulasi plasenta
 Hentikan infus oksitosin (jika sedang diberikan)
 Berikan oksigen 6-8 L/menit
 Untuk memperbaiki hipotensi ibu (setelah pemberian anastesi
epidural) segera berikan infus 1 L infus RL
 Kecepatan infus cairan-cairan intravaskular hendaknya dinaikkan
untuk meningkatkan aliran darah dalam arteri uterina.
d. Untuk memperbaiki aliran darah umbilikus
 Pasien dibaringkan miring ke kiri, untuk memperbaiki sirkulasi
plasenta.

8
 Berikan ibu oksigen 6-8 L/menit
 Perlu kehadirkan dokter spesialis anak
 Biasanya resusitasi intrauterin tersebut diatas dilakukan selama 20
menit.
e. Tergantung terpenuhinya syarat-syarat, melahirkan janin dapat pervaginam
atau perabdominal.3

9
2.2 Sectio Caesarea
2.2.1 Pengertian Sectio Cesarea

Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat


sayatan pada dinding perut uterus melalui dinding depan perut. Seksio sesarea
juga dapat didefinisikan sebagai suatu histeretomia untuk melahirkan janin dari
dalam rahim.
Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan seksio sesarea.Seksio sesarea
primer (efektif) adalah seksio sesarea yang sejak semula telah direncanakan, tidak
diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit (CV kurang dari 8
cm).Seksio sesare sekunder adalah ketika dicoba dengan kelahiran biasa, namun
tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, barulah dilakukan
seksio sesarea.Seksio sesarea ulang dilakukan pada ibu yang sebelumnya telah
pernah menjalani operasi seksio sesarea.Seksio sesarea histerektomi adalah
operasi yang meliputi pelahiran janin dengan seksio sesarea yang secara langsung
diikuti dengan histerektomi karena suatu indikasi misalnya pada perdarahan yang
sulit dikontrol karena plasenta akreta atau ruptur uteri yang sulit ditangani.Operasi
Porro adalah operasi tanpa mengeuarkan janin dari cavum uteri (tentunya janin
sudah mati) dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada infeksi rahim
yang berat.Seksio sesarea postmortem adalah seksio sesarea yang segera
dilakukan pada ibu hamil cukup bulan yang meninggal, sedangkan janinnya masih
hidup.3,4

2.2.2. Jenis-jenis operasi seksio sesarea


a. Seksio sesarea abdominalis
 Seksio sesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada
korpus uteri
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira sepanjang 10 cm. Keuntungannya adalah pengeluaran janin
lebih cepat, tidak mengakibatkan komplikasi tertariknya kandung
kemih dan sayatan dapat diperpanjang ke proksimal atau

10
distal.Kekurangnnya adalah infeksi mudah menyebar secara
intraabdominal karna tidak ada reperitonelisasi yang baik, perlekatan
ke organ sekitarnya lebih mungkin dan pada persalinan berikutnya
lebih mudah terjadi ruptur uteri spontan.
Teknik ini telah jarang digunakan karna banyak kekurangannya
kecuali vaskularisasi di segmen bawah uteri banyak sekali atau tidak
dapat dilakukan karena perlengketan yang luas atau jika janin terletak
melintang dengan bahu terjepi.
 Seksio sesarea ismika atau profunda atau low servikal dengan insisi
pada segmen bawah rahim
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen
bawah rahim (low servical transversal) kira-kira sepanjang 10cm.
Kelebihan dari teknik ini adalah penjahitan luka lebih mudah,
penutupan luka dengan reperitonealisasi lebih baik, tumpang tindih
peritoneal flap sangat baik untuk menahan penyebara isi uterus ke
rongga peritoneum, perdarahan kurang dan lebih kecil kemungkinan
terjadi ruptur uteri sponta. Kekurangnnya adalah luka dapat melebar
sehingga dapat menyebabkan terputusnya arteri uterina yang
mengakibatkan pperdarahan dalam jumlah banyak dan tingginya
keluhan pada kandung kemih setelah pembedahan.
 Seksio sesarea ekstraperitonealis yang tanpa membuka peritoneum
parietal
b. Seksio sesarea vaginalis
Menurut arah sayatan pada rahum (Kronig), sayatan memanjang melintang
(Kerr), insisi T yang mungkin diperlukan jika ditemukan akses tidak
adekuat tanpa memperhatikan insisi segmen bawah.Insisi tersebut lebih
baik dihindari.4

11
2.3 Indikasi Sectio Cesarea
a. Letak Lintang
Pada letak lintang, biasanya bahu berada di atas pintu atas panggul
sedangkan kepala berada di salah satu fossa iliaka dan bokong pada sisi
yang lain. Pada pemeriksaan inspeksi dan palpasi didapati abdomen
biasanya melebar dan fundus uteri membentang hingga sedikit di atas
umbilikus.Tidak ditemukan bagian bayi di fundus, dan balotemen kepala
teraba pada salah satu fossa iliaka.
b. Presentasi Bokong
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya.Dengan insidensi 3 –
4% dari seluruh persalinan aterm.Presentasi bokong adalah malpresentasi
yang paling sering ditemui. Sebelum usia kehamilan 28 minggu, kejadian
presentasi bokong berkisar antara 25 – 30%.
c. Presentasi Ganda atau Majemuk
Presentasi ini disebabkan terjadinya prolaps satu atau lebih
ekstremitas pada presentasi kepala ataupun bokong.Kepala memasuki
panggul bersamaan dengan kaki dan atau tangan.Faktor yang
meningkatkan kejadian presentasi ini antara lain prematuritas, multiparitas,
panggul sempit, kehamilan ganda.
d. Gawat Janin
Keadaan gawat janin pada tahap persalinan memungkinkan dokter
memutuskan untuk melakukan operasi.Terlebih apabila ditunjang kondisi
ibu yang kurang mendukung.Sebagai contoh, bila ibu menderita hipertensi
atau kejang pada rahim yang dapat mengakibatkan gangguan pada plasenta
dan tali pusar.Sehingga aliran darah dan oksigen kepada janin menjadi
terganggu.
e. Panggul Sempit Absolut
Pada panggul ukuran normal, apapun jenisnya, yaitu panggul
ginekoid, anthropoid, android, dan platipelloid. Kelahiran pervaginam
janin dengan berat badan normal tidak akan mengalami gangguan.

12
Panggul sempit absolut adalah ukuran konjungata vera kurang dari 10 cm
dan diameter transversa kurang dari 12 cm.
f. Plasenta Previa
Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga
dan yang terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah
perdarahan yang berat, dan jika tidak mendapat penanganan yang cepat
bisa mengakibatkan syok yang fatal.Salah satu penyebabnya adalah
plasenta previa.
g. Preeklampsia dan Eklampsia
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Bila tekanan darah mencapai 160/110 atau lebih, disebut
preeklampsia berat.Sedangkan eklampsia adalah kelainan akut pada wanita
hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya
kejang (bukan karena kelainan neurologi) dan atau koma dimana
sebelumnya sudah menunjukkan gejala preeklampsia.8,9

13
BAB III
LAPORAN KASUS

A. STATUS IBU HAMIL


ANAMNESA PRIBADI
- Nama : Ny. BS
- Usia : 35 Tahun
- Paritas : G3P2A0
- Tanggal Masuk : 7 Maret 2018, pukul : 00 : 00 WIB
- No. RM : 01.05.07.42
- Agama : Protestan
- Pendidikan : Tamat SLTA
- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
- Alamat : Medan
- Status : Sudah menikah
- Alergi : Tidak ada

ANAMNESA PENYAKIT
Ny. BS, 35 tahun, G3P2002, Protestan, Batak, Ibu Rumah Tangga, Tamat SLTA,
istri dari Tn. A, 40 tahun, Protestan, Batak, Tamat SLTA, Wiraswasta.Datang
pada tanggal 07 Maret 2018 pukul 00:00 WIB dengan:

Keluhan Utama : Keluar lendir darah dari kemaluan


Telaah : Hal ini telah dialami oleh pasien sejak pukul 21.00
WIB tanggal 06/03/2018 sebelum masuk rumah sakit. Riwayat keluar air-air
dari kemaluan dijumpai pada pukul 23.00 WIB tanggal 06/03/2018 dengan
volume ±30cc, warna kekuningan, tidak berbau, dan tidak dapat ditahan.
.Mulas-mulas mau melahirkan dijumpai sejak pukul 21.00 WIB tanggal
06/03/2018. Kemudian pasien dibawa ke RS Bahagia pada pukul 22.00 WIB
namun pasien dianjurkan untuk dibawa ke RSUD Dr. Pirngadi oleh karena
keterbatasan fasilitas dan tidak ada dokter yang menangani. Pasien sampai di

14
IGD RSUD Dr. Pirngadi pada pukul 00.00 WIB tanggal 07/03/2018 dan
dijumpai keluar cairan berwarna hijau. BAK dan BAB dalam batas normal.

Riwayat Penyakit Terdahulu :-


Riwayat Penggunaan Obat :-
Riwayat Penyakit Keluarga :-
Riwayat Kebiasaan : Riwayat minum jamu dan perut dikusuk
disangkal
Riwayat Ekonomi dan Psikososial : Menengah, tidak ada riwayat gangguan
psikososial

RIWAYAT MENSTRUASI
Menarche : 14 tahun
Lama : 4-5 hari
Siklus : 28 hari
Volume : 2-3 kali ganti pembalut/hari
Nyeri : (+)
HPHT : ? – 07 – 2017
TTP : ? – 04 – 2018
ANC : Bidan sebanyak 2 kali

RIWAYAT PERKAWINAN
Menikah 1 kali, Umur 25 Tahun

RIWAYAT PERSALINAN
1. Perempuan, aterm, 2900 gr, PSP, bidan, klinik, 7 tahun, sehat
2. Perempuan, aterm, 3100 gr, PSP, bidan, klinik, 5 tahun, sehat
3. Hamil saat ini

15
B. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENT
Sensorium : Compos Mentis (GCS : E4M6V5) Anemia : -
TD : 130/80 mmHg Ikterik : -
Pulse : 84 x/i Sianosis : -
RR : 20 x/i Dispnoe : -
T : 36,70C Edema : -

STATUS OBSTETRIKUS
 Pemeriksaan Luar
- Abdomen : soepel, membesar asimetris
- TFU : 4 jari dibawah Proc. Xypoideus (35 cm)
- Teregang : Kiri
- Terbawah : Bokong
- HIS : (+), 2x20 detik/10 menit
- DJJ : 162 x/i, reguler
- Gerak : (+)
 Pemeriksaan Dalam
VT : Cervix sacral, Ө 2 cm, eff 60%, selaput ketuban (+),bokong
hodge I
ST : Lendir darah (+), mekonium stain (+)

C. USG TAS
Janin tunggal, PresentasiBokong, Anak Hidup.
Fetal movement (+), fetal heart rate (+) 162 x/i
Biparietal diameter : 94,2 mm
Femur length : 75,7 mm
HC : 34,2 cm
Abdominal sircumference : 29,8 cm
Estimated Fetal Weight : 2769 gr
Plasenta corpus posterior grade III

16
Kesan : KDR (37-38 minggu) + Presentasi Bokong + Anak Hidup

D. LABORATORIUM
( 07 Maret 2018 )
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
WBC 13,67 [ 10^3 uL] 4,0 – 11,0
RBC 3,95 [10^6 uL] 4,00 – 5,40
HGB 10,9 [g/dL] 12 – 16
HCT 33,8 [%] 36,0 – 48,0
PLT 431 [ 10^3 uL] 150 – 400
SGOT 20,50 U/L 0,00 – 40,00
SGPT 15,20 U/L 0,00 – 40,00
Alkaline Phospatase 178,00 U/L 30,00 – 142,00
Total Billirubin 0,46 mg/dL 0,0 – 1,20
Dirrect Billirubin 0,09 mg/dL 0,05 - 0,30
Natrium 142,00 mmol/L 136,00 – 155,00
Kalium 3,9 mmol/L 3,50 – 5,50
Chlorida 110,00 mmol/L 95,00 – 103,00
Ureum 12,20 mg/dl 10,00 – 50,00
Creatinin 0,60 mg/dl 0,60 – 1,20
Uric Acid 4,70 mg/dL 3,50 – 7,00
HbsAg Negatif Negatif
Anti HCV Negatif Negatif
HIV Kualitatif Negatif Negatif

E. DIAGNOSA
Fetal Distress + Multi Gravida + KDR (37-38 minggu) + Presentasi Bokong +
Anak Hidup + Inpartu

F. TERAPI
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 2 gr/12 jam/iv ( Skin test )

G. RENCANA
- Sectio Caesarea Cito
- Konsul Anestesi
- Konsul Perinatologi

17
H. LAPORAN SECTIO CAESAREA
Dilakukan tindakan berupa seksio sesarea emergensi pada tanggal 07–03-2018
pukul 02.28 WIB atas indikasi Fetal Distress + Multi Gravida + KDR (37-38)
minggu + Persentase Bokong + Anak Hidup + Inpartu. Lahir bayi perempuan
dengan BB : 2710 gr; PB : 48cm; LK : 40 cm. Apgar score 8/9; anus (+)
02.28 Ibu dibaringkan di meja operasi dengan infuse dan kateter
terpasang baik
02.39 Dilakukan Anastesi Spinal, ditunggu dan pasien diminta
mengangkat kakinya. Pasien mengatakan kakinya kebas dan sulit
diangkat. Operator memberikan rangsangan nyeri pada kaki
pasien, namun pasien tidak merasakan nyeri. Dilakukan
pemasangan kateter urine.
02.45 Operator menggunakan masker, topi dan kemudian mencuci
tangan dengan cara fuerbringer , lalu menggunakan baju steril
dan sarung tangan steril.
02.50 Dilakukan tindakan aseptic dengan larutan betadine dan alcohol
70 % pada dinding abdomen lalu ditutup dengan doek steril
kecuali lapangan operasi.
02.55 TIME OUT
02.57 Dilakukan insisi pfannestiel pada abdomen kemudian insisi cutis
dan subcutis, fascia sepanjang ±10 cm dengan menyisipkan
pinset anatomi dibawahnya, fascia digunting ke kiri dan ke
kanan otot disisihkan. Peritoneum visceralis dijepit dengan
pinset anatomi, diangkat lalu digunting keatas dan kebawah.
Tampak uterus gravidarum, sesuai dengan masa kehamilan.
Dilakukan insisi low servikal di segmen bawah rahim sampai
subendometrium, endometrium ditembus secara tumpul dan
dilebarkan dengan jari searah sayatan.
03.03 Tampak selaput ketuban dipecahkan, tampak air ketuban
kehijauan, volume ± 100 cc . Janin dilahirkan dengan meluksir
bokong, lahir bayi perempuan, BBL 2710 gram, PB 48 cm, A/S

18
8/9, anus (+). Tali pusat diklem di 2 tempat dan digunting
diantaranya.
03.09 Injeksi oxitosin 10 IU IV, dilakukan manajemen aktif kala III,
kemudian plasenta dilahirkan dengan metode peregangan tali
pusat terkendali. Kesan : plasenta lahir lengkap.
03.15-03.42 Dilakukan penjepitan pada tepi insisi uterus dengan oval klem.
Uterus dibersihkan dari sisa selaput ketuban dan darah dengan
kassa terbuka, kesan : bersih. Dilakukan penjahitan pada insisi
uterus secara continuous suture dengan benang vicryl 1.0,
dimulai dengan jahitan pertama ±1 cm dari ujung luka.
Dilakukan penjahitan continuous dengan menembus bagian
myometrium sampai endometrium, kemudian diteruskan sampai
ke ujung luka. Evaluasi perdarahan dan kontraksi uterus.
Kesan: perdarahan terkontrol, kontraksi adekuat
Observasi daerah tuba falopi kanan-kiri, ovarium kanan-kiri,
kesan: dalam batas normal.
Cavum abdomen dibersihkan denganNaCl 0,9%, kesan: bersih
03.42-04.30 Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis. Peritoneum
dijahitsecara continuous suture dengan plain catgut 2.0. Otot
dijahit secara simple interrupted suture dengan plain catgut 2.0.
Fascia dijahit secara continuous suture dengan benang vicryl 2.0.
Subcutis dijahit secara simple interrupted dengan catgut 2.0.
Cutis dijahit secara subkutikuler proximasi dengan
menggunakan benang vicryl 3.0.
04.30-04.58 Penjahitan dinding abdomen selesai, luka pada dinding perut
selesai dijahit kemudian ditutup dengan sufratule, kassa dan
hipafix.
05.05 Operasi selesai, keadaan umum post-operasi:
TD: 110/70 mmHg
HR: 88x/i
RR: 20x/i
Temp: 36,5oC

19
Kontraksi: kuat
Perdarahan selama operasi 200cc, UOP 500cc

Terapi post SC:


- IVFD Ringer laktat20gtt/i + Oxytocin 10 IU  20 gtt/i
- Inj Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
- Inj Ketorolac 30mg/ 8 jam

Rencana Post SC:


- Monitor vital sign, KU, kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam
- Cek Darah rutin 2 jam post SC

Pemantauan post SC

Jam (WIB) 18:30 19:00 19:45 20:00 20:30 21:00


Nadi per 88 80 82 84 88 80
menit
TD(mmhg) 110/70 110/70 110/70 110/70 110/80 110/80
Pernafasan per 20 20 20 20 20 20
menit
Perdarahan - - - - - -
(cc)
Kontraksi Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat
TFU 19 cm 18 cm 18 cm 18 cm 18 cm 18 cm

Hasil laboratorium post SC

DR 2 jam Post SC Hasil SATUAN


WBC 20,24 103/ul
RBC 4,41 103/ul
HGB 12,4 gr/dl

20
HCT 37,9 %
PLT 458 103/ul

Hasil laboratorium 13/02/2018

Hasil Nilai Normal


SGOT 20,50 0-40 U/L
SGPT 15,20 0-40 U/L
ALP 178 30-142 U/L
Tot Bil 0,46 0-1,2 mg/dL
Dir Bil 0,09 0,19 mg/dL

21
Follow Up Pasien

Tanggal 07 Maret 2018


S Nyeri luka operasi
O Tanda Vital
Sensorium : Compos Mentis
TD : 120 / 80 mmHg
Puls : 84 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,8oC
SL :
Abdomen : Soepel, peristaltik (-)
TFU : 1 jari dibawah umbilikus, kontraksi kuat
P/V : ( - ), lochia rubra (+)
L/O : tertutup verban, kesan kering
BAK : (+) via kateter, uop 400cc / jam
BAB: ( - ) flatus (-)
A Post SC a/i fetal distress + NH1
P  IVFD Ringer laktat + oxytocin 10 IU  20gtt/i
 Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam
 Inj. Ketorolac 30 mg /8 jam
 Inj. Ranitidine 50 mg /12 jam
Rencana Terapi lanjut

Tanggal 08 maret 2018


S -
O Tanda Vital
Sensorium : Compos Mentis
TD : 110/80 mmHg
Puls : 88 x/i
RR : 18 x/i
T : 36,9oC
SL:
Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) Normal
TFU : 2 jari bawah umbilikus, kontraksi kuat
P/V : ( - ), lochia rubra (+)

22
BAK : (+) normal via kateter, UOP : 60cc/Jam
BAB: ( - ) flatus (+)
A Post SC a/i fetal distress + NH2
P  IVFD RL 20gtt/i
 Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam
 Inj. Ketorolac 30mg/8jam
 Inj. Ranitidine 50mg/12jam
Rencana Aff kateter, terapi lanjut, mobilisasi bertahap

Tanggal 09 Maret 2018


S Nyeri luka operasi
O Tanda Vital
Sensorium : Compos Mentis
TD : 120 / 80 mmHg
Puls : 82 x/i
RR : 22 x/i
T : 36,7oC
SL :
Abdomen : Soepel, peristaltik (+) normal
TFU :2 jari dibawah umbilikus, kontraksi kuat
P/V : ( - ), lochia rubra (+)
L/O : tertutup verban, kesan kering
BAK : (+) normal
BAB: ( - ) flatus (+)
A Post SC a/i fetal distress + NH3
P  Cefadroxil tab 2 x 500 tab
 Asam Mefenamat tab 2 x 500 tab
 Vit B Complex tab 2 x 1
Rencana Aff Infus, Oral Therapy, Mobilisasi, Rencana PBJ

Tanggal 10 Maret 2018


S Nyeri luka operasi
O Tanda Vital
Sensorium : Compos Mentis
TD : 120 / 80 mmHg
Puls : 84 x/i
RR : 22 x/i
T : 36,7oC
SL :
Abdomen : Soepel, peristaltik (-)
TFU : 2 jari dibawah umbilikus, kontraksi kuat

23
P/V : ( - ), lochia rubra (+)
L/O : tertutup verban, kesan kering
BAK : (+) normal
BAB: ( - ) flatus (+)
A Post SC a/i fetal distress + NH4
P  Cefadroxil tab 2 x 500 tab
 Asam Mefenamat tab 2 x 500 tab
 Vit B Complex tab 2 x 1
Rencana Pasien PBJ dengan kontrol ke poli Obstetri pada tanggal 13/3/2018

Clinical Summary

Dilaporkan kasus Ny.BS, 35 tahun, G3P2A0, Protestan, Batak, Ibu rumah


tangga, istri, dari Tn.A, 40 tahun, Protestan, Batak, Tamat SLTA, wiraswasta,
datang dengan keluhan keluar lendir darah dari kemaluan. Hal ini dialami os sejak
pukul 21.00 WIB tanggal 06-03-2018.Riwayat keluar lendir bercampur darah
dijumpai.Riwayat keluar air-air dari kemaluan dijumpai. BAK (+), BAB (+)
Kesan normal. Riwayat penyakit terdahulu :- . Riwayat penggunaan obat :- .
Sensorium : Compos Mentis (GCS : E4M6V5), TD : 130/80 mmHg, pulse :
84x/i, RR : 20x/i, T : 36,70 C. Pemeriksaan obstetrik didapatkan abdomen :
membesar asimetris, TFU: 4 jari dibawah proc. Xypoideus, teregang : kiri,
terbawah : bokong, gerak : (+), His : (+) 2 kali 20 detik per 10 menit, DJJ : 162x/i,
VT : Cervix sacral, Ө 2 cm, eff 60%, selaput ketuban (+), bokong Hodge I. ST :
Lendir darah (+), mekonium stain (+).
USG TAS : KDR (37-38 minggu) + PB + AH. Laboratorium: Hb/Leu/Plt :
10.9/13.67/431.000. HbsAg/HIV Kualitatif : (-)/(-).Pasien di diagnosa : Fetal
Distress + Multi Gravida + KDR (37-38 minggu) + Presentasi Bokong + Anak
Hidup + Inpartu. Rencana : SC cito. Kemudian lahir bayi perempuan 2710 gram,
panjang badan 48 cm, apgar score 8/9, dan anus (+).Keadaan umum ibu post SC
stabil.
Selama perawatan pasien diberi terapi : IVFD RL + oxytocin 10 IU 20
gtt/i (24 jam),Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam, Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam, Inj.
Ranitidine 50mg/12 jam. Serta obat oral : Cefadroxil tab 2 x 500 mg, Asam

24
mefenamat 3 x 5000 mg, Vit. B.comp 2 x 1. Kondisi pasien stabil pada NH4 dan
di PBJ kan.

BAB IV
ANALISA KASUS

TEORI TEMUAN
Denyut jantung janin mulai terdeteksi Pada kasus ini, pasien wanita 35 tahun
pada usia 20 minggu dengan frekuensi G3P2A0 dengan usia kehamilan 37-38
per menit adalah sekitar 140 denyut per minggu setelah dilakukan pemeriksaan
menit dengan variasi normal 20 dpm di luar dan usg pada janin ditemukan
atas atau dibawah nilai rata-rata. Jadi, denyut jantung janin 162 kali per
nilai normal denyut jantung janin antara menit
120-160 denyut per menit.
Denyut jantung janin juga dapat
mengalami kelainan, yaitu :
a. Takikardi , terjadi apabila denyut
jantung > 160 denyut per menit.
b. Bradikardi , terjadi apabila
denyut jantung < 120 denyut per
menit
Yang disebut dengan gawat janin (fetal
distress) adalah denyut jantung bayi
diatas 160/menit atau dibawah
100/menit, denyut jantung tidak teratur,
atau keluarnya meconium kental pada
awal kehamilan.

25
Indikasi SC : Indikasi SC pada pasien:
1. Letak Lintang Didapati keadaan gawat janin
2. Presentasi bokong (denyut jantung janin 162 kali per
3. Presentasi ganda atau majemuk menit) serta presentasi bokong.
4. Gawat janin
5. Plasenta previa
6. Panggul sempit absolut
7. Preeklampsi dan eklampsia

BAB V

26
KESIMPULAN

Ny. BS, 35 tahun, G3P2A0, Protestan, Batak, Ibu Rumah Tangga, tamat
SLTA, istri dari Tn.A, 40 tahun, Protestan, Batak, tamat SLTA, wiraswasta,
datang pada tanggal 07-03-2018 dengan keluhan keluar lendir darah dari
kemaluan. Didapati dari pemeriksaan fisik sensorium : Compos Mentis TD :
130/80 mmHg, pulse : 84x/i, RR : 20x/i, T : 36,70 C. Dari pemeriksaan obstetrik
didapatkan abdomen : membesar asimetris, TFU: 4 jari dibawah proc. Xypoideus,
teregang : kiri, terbawah : bokong, gerak : (+), His : (+) 2 kali 20 detik per 10
menit, DJJ : 162x/i, VT : Cervix sacral, Ө 2 cm, eff 60%, selaput ketuban (+).
ST : Lendir darah (+), mekonium stain (+). Pasien di diagnosa : Fetal Distress +
MG + KDR (37-38 Minggu) + PB + AH + Inpartu. Dilakuakan SC cito dan
kemudian lahir bayi perempuan 2710 gram, panjang badan 48 cm, apgar score
8/9, dan anus (+). Keadaan umum ibu post SC stabil.
Pasien diberi terapi : IVFD RL + oxytocin 10 IU 20 gtt/i (24 jam),Inj.
Ceftriaxone 1 gr/12 jam, Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam, Inj. Ranitidine 50mg/12 jam.
Serta obat oral : Cefadroxil tab 2 x 500 mg, Asam mefenamat 3 x 5000 mg, Vit.
B.comp 2 x 1. Pasien PBJ pada NH4.

27
BAB VI
PERMASALAHAN

1. Apakah tindakan yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat?


2. Sampai sejauh mana tindakan yang kita berikan kepada pasien ini dengan
kapasitas kita sebagai dokter umum?

28
DAFTAR PUSTAKA

1. American Pregnancy Association. Fetal Distress.Diunduh


darihttp://americanpregnancy.org/labor-and-birth/fetal-distress/. Diakses pada
tanggal 24 Februari 2018.
2. Medical Scape. Infant with Fetal Distress. Diunduh dari
https://www.medscape.com/viewarticle/702233 Diakses pada tanggal 24
Februari 2018.
3. Prawirohardjo, Sarwono, Prof. Dr. SPOG. 1997. Ilmu Kebidanan Edisi III.
Yayasan Bina Pustaka : Jakarta.
4. Manuaba Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
5. Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Gilstrap L, Wenstrom K,
Hypertensive Disorders in Pregnancy, dalam William Obstetrics, edisi ke-22,
New York: McGraw-Hill, 2005 : 761-808
6. Management Fetal Distress. Diunduh dari
http://www.obgyn.theclinics.com/article/S0889-8545(05)70073-5/references
Diakses pada tanggal 24 Februari 2018.
7. Fetal Distress . Diunduh dari
http://www.rightdiagnosis.com/f/fetal_distress/intro.htm Diakses pada
tanggal 24 Februari 2018
8. Medical Scape.Cesarean Delivery. Diunduh dari
https://emedicine.medscape.com/article/263424-overview Diakses pada
tanggal 24 Februari 2018.
9. Mylonas L, Friese K. Indication for and Risk of Elective Cesarean Section.
Diunduh dari
http://www.stopuncs.org/Content/Publication/Indications_Arztebl_Int-112-
0489.pdf Diakses pada tanggal 24 Febrari 2018

29

Anda mungkin juga menyukai