Oleh:
S571908009
Pembimbing:
Naskah untuk presentasi kasus psikotik III: Seorang Laki-laki Usia 23 Tahun
dengan “Gangguan Skizoafektif tipe Depresif (F25.1)” ini telah disetujui untuk
dipresentasikan pada tanggal . . . . . . . . . . . . 2020 jam . . . . . . . WIB
Penguji
Penguji
1. ........................................... .................................................
2. ........................................... .................................................
Sie. Ilmiah
…………………………….. ……………………………
HALAMAN PENGESAHAN
Tanggal___________ Bulan______________2020
Oleh Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran UNS/RSUD Dr. MOEWARDI
Surakarta
Pembimbing
A. Keluhan Utama
Pasien dikeluhkan tampak gaduh gelisah.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Autoanamnesa
Pasien dilakukan pemeriksaan tanggal 3 Februari 2020 di bangsal Sena.
Saat dilakukan pemeriksaan, pasien tertutup tidak mau berbicara banyak dan
kurang berkonsentrasi. Pasien bercerita bahwa dirinya merasa bersalah kepada
ibunya karena tidak dapat menyelesaikan sekolahnya hingga tamat. Pasien
merasa tertekan terhadap kedaan yang dialaminya sehingga timbul perasaan
ingin bunuh diri namun tidak dilakukan pasien.
Pasien merasa sekitar 1 bulan ini mendengar suara orang yang
menghina dirinya namun wujud tidak terlihat, mecium bau yang tidak sedap,
dan terkadang melihat wujud almarhum bapak kandung yang sudah lama
meninggal dan merasa bahwa almarhum bapak masih ada bersamanya. Pasien
merasa sedih dan frustrasi karena sebagai anak pertama, pasien tidak tamat
sekolah dan hanya menjadi pengangguran saja. Pasien sulit tidur, pediam,
malas berkomunikasi dengan pasien lainnya, dan malas melakukan kegiatan.
Pasien merasa ada seseorang yaitu Dedy Corbuzeir dapat mengetahui
pikirannya, mengendalikan pikirannya dari jarak jauh dan dapat memasukan
sesuatu kedalam pikiran pasien, namun keluhan tersebut tidak terlalu sering
dirasakan pasien. Pasien kenal dengan Dedy Cobuzeir dan pesulap lainnya
karena mereka semua pernah mendatangi pasien pada tahun 2017 silam.
Semenjak tahun 2017 hingga 2020, pasien merasa pikirannya dapat diketahui
dan dikendalikan oleh Dedy Corbuzer, namun intensitasnya mulai berkurang.
Pasien merasa jika dirinya sedang dibicarakan jika melewati kerumunan orang.
Keluhan merasa bersemangat melakukan banyak aktivitas, gembira
yang berlebihan, dan banyak bicara tidak dirasakan pasien sebelumnya.
Alloanamnesis
Pasien datang diantar keluarga ke RSJD Arif Zainudin dengan keluhan
utama gaduh gelisah sejak 1 bulan sebelum masuk Rumah Sakit (31 Desember
2019). Keluhan dirasakan memberat sekitar 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit
(28 Januari 2020). Saat itu pasien membakar peralatan dapur, mondar-mandir,
dan tampak bingung. Menurut keterangan ibu kandung, pasien mulai
menunjukkan perubahan perilaku dalam 1 bulan terakhir, yaitu tampak sedih,
murung, mondar-mandir, berbicara sendiri dengan orang lain yang tidak
terlihat wujudnya. Pada 2 minggu sebelum masuk Rumah Sakit (17 Januari
2020), pasien melarikan diri dari rumah dengan berjalan kaki menuju Ponorogo
(makam almarhum ayah kandung). Saat itu pasien ditemukan oleh Polisi dan
diamankan karena diduga akan melakukan bunuh diri. Ibu pasien menjemput
di Polsek dan langsung membawa pasien kerumah. Setelah kejadian tersebut,
pasien mengurung diri dikamar, tampak sedih, sulit tidur, makan dan minum,
tampak berbicara dengan orang lain selama kurang lebih 2 minggu lamanya.
Menurut cerita ibu, pasien berkata sekitar 1 minggu sebelum masuk Rumah
Sakit (24 Januari 2020), pasien melihat dan merasakan wujud almarhum bapak
ada disekitarnya. Pasien bercerita bahwa, dirinya ingin bunuh diri.
Ayah pasien meninggal dunia 4 tahun yang lalu (2016) karena sakit.
Saat itu pasien merasa sangat terpukul. Pasien selalu berkata kepada ibunya
bahwa almarhum ayah masih dirasakan berada disekitar pasien. Ibu pasien
bercerita bahwa pasien menjadi korban bulian saat kelas 2 SMP. Saat itu,
pasien pernah dicegat oleh sekelompok siswa yang masih teman 1 sekolah dan
diejek dengan kata-kata yang tidak pantas. Pasien pernah mengikuti
ekstrakulikuler silat. Kegiatan tersebut banyak memberikan tekanan pada
pasien.
Menurut ibu, sebelum sakit pasien memang anak yang pendiam,
tertutup, jarang bercerita kepada ibunya, dan memiliki sedikit teman dekat.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat gangguan psikiatri
Didapatkan riwayat gangguan jiwa sebelumnya dengan keluhan sedih,
mengurung diri dikamar, murung, sulit tidur, bicara sendiri, merasa
bersalah, pikiran untuk bunuh diri selama 2 minggu. Pasien dirawat di RSJ
merupakan kali pertama.
Keluhan serupa pertama kali muncul sudah dirasakan pasien sejak tahun
2017. Keluhan pertama kali muncul berupa bingung, rasa ketakutan
berlebih, tiba-tiba lupa menjelang ujian Nasional. Kemudian, 4 bulan
setelah itu pasien merasa bersalah karena tidak dapat menamatkan
sekolahnya sehingga pasien mengurung diri dikamar, terlihat sedih, sulit
tidur selama 2 minggu lamanya. Saat itu, pasien merasa bertemu dengan
Dedy Corbuzer yang dapat mengendalikan dan mengetahui pikiran pasien.
Akibat keluhan tersebut, pasien dibawa berobat ke puskesmas. Ibu tidak
mengetahui jenis obat yang diberikan oleh puskesmas kepada pasien.
Setelah dibawa ke puskesmas keluhan mulai berkurang. Pasien dapat
melakukan kegiatan sehari-hari yaitu membantu neneknya. Pada tahun
2018 dan 2019 keluhan pikiran seperti dikendalikan dari jarak jauh masih
ada namun intensitas berkurang. Keluhan lain seperti rasa bersalah, merasa
masa depan suram, mudah tersinggung, merasa dunia tidak adil masih
dirasakan pasien.
Selama ini, ibu pasien hanya membawa pasien berobat ke puskesmas
ketika keluhan muncul. Namun ibu tidak mengetahui jenia obat yang
diberikan. Pasien baru pertama kali dibawa ke RSJ karena keluarga merasa
keluhan saat ini dirasakan semakin memberat.
2. Riwayat penyakit medis umum
Tidak terdapat riwayat sakit berat, kejang, dan penurunan kesadaran.
Hanya saja pasien sempat jatuh dari motor dan kepala terbentur ke aspal.
Kejadian tersebut tidak membuat pasien pingsan atau lupa ingatan.
3. Riwayat penggunaan zat dan alkohol
Tidak didapatkan riwayat penggunaan zat pada pasien. Pasien diketahui
pernah meminum alkohol, namun dengan intensitas yang tidak sering.
Pasien lupa berapa kali dirinya minum alkohol.
4. Riwayat Gangguan Jiwa pada Keluarga
Terdapat riwayat gangguan jiwa yang serupa dikeluarga, yaitu almarhum
bapak kandung pasien.
III.EVALUASI KELUARGA
A. Susunan Keluarga
Pasien tinggal bersama nenek, ibu kandung, dan ayah tiri. Pasien adalah
anak pertama dari tiga bersaudara. Ayah pasien meninggal tahun 2016.
Dua tahun kemudian ibu pasien menikah untuk kedua kalinya. Pasien
memiliki 1 adik tiri.
B. Keadaan Sosial-Ekonomi Sekarang
Pasien belum bekerja, kebutuhan sehari-hari masih bergantung pada
orang tua.
C. Fungsi Subsistem
1. Subsistem Suami Istri
Pasien belum menikah
2. Subsistem Orang Tua dan Anak
Hubungan pasien dengan orang tua baik. Tidak memiliki masalah.
3. Subsistem Sibling
Hubungan pasien dengan adik kandung dan adik tiri baik, namun
tidak terlalu dekat.
4. Interaksi Antar Subsistem
Hubungan dengan keluarganya yang lain baik. Tidak memiliki
masalah.
D. Proses Pikir
1. Bentuk : Non realistis
2. Isi : delusion of control, ide curiga, ide bersalah, ide mati
3. Arus : remming
E. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Halusinasi visual (+), auditorik (+), pembau (+)
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
F. Kognisi dan Sensorium
1. Orientasi
a. Situasi : Baik
b. Waktu : Baik
c. Orang : Baik
d. Tempat : Baik
2. Taraf Inteligensi : Baik
3. Daya Ingat Jangka Pendek : Baik
4. Daya Ingat Jangka Menengah : Baik
5. Daya Ingat Jangka Panjang : Baik
6. Konsentrasi dan perhatian : Terganggu
7. Kemampuan menolong diri sendiri: Baik
8. Pikiran Abstrak : Baik
G. Tilikan Diri
1. Daya nilai sosial : Terganggu
2. Penilaian Realita : Terganggu
3. Tilikan diri : derajat 2
H. Pengendalian impuls : pada saat pemeriksaan pengendalian impuls baik
I. Taraf dapat dipercaya: informasi yang didapatkan dapat dipercaya
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status Internus
Keadaan Umum : Baik
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Frekuensi nadi : 80 x/menit, regular
Frekuensi napas : 20 x/menit
Sistem kardiovaskuler : Tidak ada kelainan
Sistem pernafasan : Tidak ada kelainan
Sistem muskuloskeletal : Tidak ada kelainan
Keadaan khusus : Tidak ada
B. Status Neurologis
Pupil isokor, reflek cahaya +/+, fungsi sensorik dan motorik baik pada
empat ekstremitas, refleks fisiologis; tidak diperiksa, reflek patologis;
tidak diperiksa.
C. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium: Pemeriksaan darah lengkap dalam batas normal
X. RENCANA PENATALAKSANAAN
A. Farmakologis
Risperidon 2x2 mg
Trihexyphenidil 2x2 mg
Fluoxetin 1x10 mg
B. Non-farmakologis
1. Psikoedukasi
2. Rehabilitasi: pelatihan keterampilan sosial
XI. PROGNOSIS
9. Gejala positif V
XII. DISKUSI
DAMPAK STRESOR PSIKOSOSIAL SEBAGAI FAKTOR
PENYEBAB DEPRESI
4. Maramis A.A., dan Maramis W.F., 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa
edisi 2. Airlangga University Press. Surabaya.
5. Roder V., Mueller D.R. and Schmidt S.J. 2011. Effectiveness of integrated
psychological therapy (IPT) for schizophrenia patients: a research update.
Schizophr Bull. 2011 Sep;37 Suppl 2:S71. University Hospital of
Psychiatry, University of Bern, Bolligenstrasse.
Lampiran I. KRONOLOGIS
Manik
Hipomanik
Eutimik
Distimia
Depresi
2013 2016 2017 2018 2019 2020
Merasa
Kelu
pikiran
dikontrol han
yang
keli
Lampiran II. FOLLOW UP
Tgl S O A P
3 Pasien duduk T: 120/80; Axis I: F25.1 Risperidon
Feb diam, mendekat N: 80x/mnt, Axis II: Ciri 2 X 2 mg
2020 saat dipanggil, RR: 20x/mnt kepribadian THP
menjawab hanya Psikomotor: skizoid 2 X 2 mg.
sekedarnya, suara Hipoaktif Axis III: Tidak ada CPZ
masih hilang Kesadaran: diagnosis 1 X 100 mg
timbul. Tidak CM, berubah Axis IV:
mau bercerita Mood: Depresi Lingkungan sosial
banyak Afek: Depresi Axis V:
Bentuk pikir: GAF
Non realistik 40-31
Isi pikir:
Ide bersalah
Tilikan: derajat 2
4 Tidak bercerita T: 110/80; Axis I: F25.1 Risperidon
Feb banyak, tertutup, N: 82x/mnt, Axis II: Ciri 2 X 2 mg
2020 tidur terbangun- RR: 20x/mnt kepribadian THP
bangun, ingin Psikomotor: skizoid 2 X 2 mg.
pulang Hipoaktif Axis III: Tidak ada CPZ
Kesadaran: diagnosis 1 X 100 mg
CM, berubah Axis IV:
Mood: Depresi Lingkungan sosial
Afek: Depresi Axis V:
Bentuk pikir: GAF
Non realistik 40-31
Isi pikir:
Ide bersalah
Tilikan: derajat 2
5 Ingin pulang, T: 120/80; Axis I: F25.1 Risperidon
Feb menjawab N: 84x/mnt, Axis II: Ciri 2 X 2 mg
2020 seperlunya, masih RR: 18x/mnt kepribadian THP
merasa ada Psikomotor: skizoid 2 X 2 mg.
pikiran yang Hipoaktif Axis III: Tidak ada CPZ
dikontrol dari Kesadaran: diagnosis 1 X 100 mg
jarak jauh CM, berubah Axis IV:
Mood: Depresi Lingkungan sosial
Afek: Depresi Axis V:
Bentuk pikir: GAF
Non realistik 40-31
Isi pikir:
Ide bersalah
Tilikan: derajat 2
6 Menjawab T: 110/80; Axis I: F25.1 Risperidon
Feb seperlunya, tidak N: 84x/mnt, Axis II: Ciri 2 X 2 mg
2020 banyak bercerita RR: 18x/mnt kepribadian THP
Psikomotor: skizoid 2 X 2 mg.
Hipoaktif Axis III: Tidak ada CPZ
Kesadaran: diagnosis 1 X 100 mg
CM, berubah Axis IV:
Mood: Depresi Lingkungan sosial
Afek: Depresi Axis V:
Bentuk pikir: GAF
Non realistik 40-31
Isi pikir:
Ide bersalah
Tilikan: derajat 2
7 Ingin pulang T: 120/80; Axis I: F25.1 Risperidon
Feb bertemu keluarga, N: 82x/mnt, Axis II: Ciri 2 X 2 mg
2020 menjawab RR: 20x/mnt kepribadian THP
seperlunya Psikomotor: skizoid 2 X 2 mg.
Hipoaktif Axis III: Tidak ada CPZ
Kesadaran: diagnosis 1 X 100 mg
CM, berubah Axis IV:
Mood: Depresi Lingkungan sosial
Afek: Depresi Axis V:
Bentuk pikir: GAF
Non realistik 40-31
Isi pikir:
Ide bersalah,
delusion of
control
Tilikan: derajat 2
8 Tidur (+), makan T: 110/80; Axis I: F25.1 Risperidon
Feb san minum (+), N: 82x/mnt, Axis II: Ciri 2 X 2 mg
2020 tidak banyak RR: 19x/mnt kepribadian THP
bercerita Psikomotor: skizoid 2 X 2 mg.
Hipoaktif Axis III: Tidak ada CPZ
Kesadaran: diagnosis 1 X 100 mg
CM, berubah Axis IV:
Mood: Depresi Lingkungan sosial
Afek: Depresi Axis V:
Bentuk pikir: GAF
Non realistik 40-31
Isi pikir:
Ide bersalah
Tilikan: derajat 2
9 Ingin pulang, T: 120/80; Axis I: F25.1 Risperidon
Feb berkata N: 82x/mnt, Axis II: Ciri 2 X 2 mg
2020 seperlunya, RR: 20x/mnt kepribadian THP
tertutup Psikomotor: skizoid 2 X 2 mg.
Hipoaktif Axis III: Tidak ada CPZ
Kesadaran: diagnosis 1 X 100 mg
CM, berubah Axis IV:
Mood: Depresi Lingkungan sosial
Afek: Depresi Axis V:
Bentuk pikir: GAF
Non realistik 40-31
Isi pikir:
Ide bersalah
Tilikan: derajat 2
10 Tidak banyak T: 120/80; Axis I: F25.1 Risperidon
Feb bicara, menjawab N: 84x/mnt, Axis II: Ciri 2 X 2 mg
2020 seperlunya RR: 18x/mnt kepribadian THP
Psikomotor: skizoid 2 X 2 mg.
Hipoaktif Axis III: Tidak ada CPZ
Kesadaran: diagnosis 1 X 100 mg
CM, berubah Axis IV: Rehabilitasi
Mood: Depresi Lingkungan sosial
Afek: Depresi Axis V:
Bentuk pikir: GAF
Non realistik 40-31
Isi pikir:
Ide bersalah
Tilikan: derajat 2
11 Menanyakan T: 120/80; Axis I: F25.1 Risperidon
Feb kapan pulang N: 84x/mnt, Axis II: Ciri 2 X 2 mg
2020 karena rindu RR: 20x/mnt kepribadian THP
keluarga, berkata Psikomotor: skizoid 2 X 2 mg.
seperlunya Hipoaktif Axis III: Tidak ada CPZ
Kesadaran: diagnosis 1 X 100 mg
CM, berubah Axis IV:
Mood: Depresi Lingkungan sosial
Afek: Depresi Axis V:
Bentuk pikir: GAF
Non realistik 40-31
Isi pikir:
Ide bersalah
Tilikan: derajat 2
12 Ingin bekerja T: 110/80; Axis I: F25.1 Risperidon
Feb setelah pulang N: 80x/mnt, Axis II: Ciri 2 X 2 mg
2020 dari RSJ, tidur RR: 18x/mnt kepribadian THP
(+), makan Psikomotor: skizoid 2 X 2 mg.
minum (+) Hipoaktif Axis III: Tidak ada CPZ
Kesadaran: diagnosis 1 X 100 mg
CM, berubah Axis IV:
Mood: Depresi Lingkungan sosial
Afek: Depresi Axis V:
Bentuk pikir: GAF
Non realistik 40-31
Isi pikir:
Ide bersalah
Tilikan: derajat 2
13 Ingin pulang, T: 110/70; Axis I: F25.1 Risperidon
Feb menjawab N: 80x/mnt, Axis II: Ciri 2 X 2 mg
2020 pertanyaan hanya RR: 18x/mnt kepribadian THP
sedikit Psikomotor: skizoid 2 X 2 mg.
Hipoaktif Axis III: Tidak ada CPZ
Kesadaran: diagnosis 1 X 100 mg
CM, berubah Axis IV:
Mood: Depresi Lingkungan sosial
Afek: Depresi Axis V:
Bentuk pikir: GAF
Non realistik 40-31
Isi pikir:
Ide bersalah
Tilikan: derajat 2
14 Tidak ingin T: 120/80; Axis I: F25.1 Risperidon
Feb bercerita apa-apa, N: 84x/mnt, Axis II: Ciri 2 X 2 mg
2020 hanya ingin RR: 18x/mnt kepribadian THP
pulang Psikomotor: skizoid 2 X 2 mg.
Hipoaktif Axis III: Tidak ada CPZ
Kesadaran: diagnosis 1 X 100 mg
CM, berubah Axis IV:
Mood: Depresi Lingkungan sosial
Afek: Depresi Axis V:
Bentuk pikir: GAF
Non realistik 40-31
Isi pikir:
Ide bersalah
Tilikan: derajat 2
15 Makan minum T: 110/80; Axis I: F25.1 Risperidon
Feb (+), tidur (+), N: 80x/mnt, Axis II: Ciri 2 X 2 mg
2020 tidak mau ngobrol RR: 20x/mnt kepribadian THP
banyak Psikomotor: skizoid 2 X 2 mg.
Hipoaktif Axis III: Tidak ada CPZ
Kesadaran: diagnosis 1 X 100 mg
CM, berubah Axis IV:
Mood: Depresi Lingkungan sosial
Afek: Depresi Axis V:
Bentuk pikir: GAF
Non realistik 40-31
Isi pikir:
Ide bersalah
Tilikan: derajat 2
16 Ingin pulang, T: 120/80; Axis I: F25.1 Risperidon
Feb menjawab N: 84x/mnt, Axis II: Ciri 2 X 2 mg
2020 seperlunya RR: 18x/mnt kepribadian THP
Psikomotor: skizoid 2 X 2 mg.
Hipoaktif Axis III: Tidak ada CPZ
Kesadaran: diagnosis 1 X 100 mg
CM, berubah Axis IV:
Mood: Depresi Lingkungan sosial
Afek: Depresi Axis V:
Bentuk pikir: GAF
Non realistik 40-31
Isi pikir:
Ide bersalah
Tilikan: derajat 2
17 Makan minum T: 120/80; Axis I: F25.1 Risperidon
Feb (+), tidur (+), N: 84x/mnt, Axis II: Ciri 2 X 2 mg
2020 menjawab RR: 18x/mnt kepribadian THP
seperlunya Psikomotor: skizoid 2 X 2 mg.
Hipoaktif Axis III: Tidak ada CPZ
Kesadaran: diagnosis 1 X 100 mg
CM, berubah Axis IV:
Mood: Depresi Lingkungan sosial
Afek: Depresi Axis V:
Bentuk pikir: GAF
realistik 40-31
Isi pikir:
Waham (-)
Tilikan: derajat 2
18 Ingin pulang, baru T: 120/80; Axis I: F25.1 Risperidon
Feb pulang rehab N: 84x/mnt, Axis II: Ciri 2 X 2 mg
2020 RR: 18x/mnt kepribadian THP
Psikomotor: skizoid 2 X 2 mg.
Hipoaktif Axis III: Tidak ada CPZ
Kesadaran: diagnosis 1 X 100 mg
CM, berubah Axis IV:
Mood: Depresi Lingkungan sosial
Afek: Depresi Axis V:
Bentuk pikir: GAF
realistik 40-31
Isi pikir:
Waham (-)
Tilikan: derajat 2