Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan
di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang
terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial
dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah
yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia
untuk jangka panjang.

Data Riskesdas 2013 memunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang


ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas
mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan
prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang

. Berdasarkan fakta fakta permasalahan kesehatan jiwa tersebut, World Health


Organization (WHO) dan World Federation for Mental Health (WFMH) berupaya
menekankan penyelesaian permasalahan kesehatan jiwa dari akarnya, yang dituangkan ke
tema Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2016. Mengambil tema Martabat dalam Kesehatan
Jiwa: Pertolongan Pertama Psikologis dan Kesehatan Jiwa Bagi Semua dengan sub tema
Jiwa yang Sehat Berawal dari Keluarga Sehat; maka pesan utama yang ingin disampaikan
adalah bahwa setiap orang memiliki hak untuk dihargai dan mendapatkan perlakuan layak
sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia. Adapun bentuk nyata perwujudan
terhadap hak tersebut tercermin dari sejak kecil berupa dukungan psikologis yang
diberikan keluarga kepada setiap anggota keluarganya. Lebih jauh lagi, pesan ini juga
berarti bahwa penghargaan terhadap hak-hak manusia juga secara perlahan harus mampu
menghapus diskriminasi dan stigma terhadap anggota keluarga atau siapapun yang
memiliki gangguan jiwa; sehingga mereka dapat tetap dapat dihargai selayaknya manusia
bermartabat yang perlu dibantu untuk mendapatkan kembali kehidupan yang berkualitas.

1
Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia, berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013, didapatkan angka yang cukup signifikan. Prevalensi gangguan mental
emosional (gejala-gejala depresi dan ansietas), sebesar 6% untuk penduduk berusia 15
tahun ke atas. Hal ini berarti lebih dari 14 juta jiwa penduduk Indonesia menderita
gangguan mental emosional. Sedangkan untuk gangguan jiwa berat seperti gangguan
psikosis, prevalensinya adalah 1,7 per 1000 penduduk. Dengan jumlah penduduk kurang
lebih 240 juta jiwa pada tahun 2013, maka diperkirakan terdapat lebih dari 400.000 orang
menderita gangguan jiwa berat (psikosis).Masalah lain yang juga tidak kalah penting
adalah pemasungan. Data yang dihimpun dalam Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
menyebutkan bahwa angka pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa berat (Psikotk)
adalah sebesar 14,3% atau sekitar 57.000 kasus gangguan jiwa yang mengalami
pemasungan.

Dalam bidang kesehatan, Kepmenkes No. 375/MENKES/SK/V/2009 telah


menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025
yang menjadi acuan dalam penyusunan perencanaan jangka menengah (lima tahunan).
Kesehatan Jiwa merupakan amanah dari Undang-Undang No.18 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan Jiwa. Pasal 1 menyatakan bahwa Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana
seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan/stress, dapat
bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.

Kesehatan jiwa dipandang penting karena permasalahan kesehatan jiwa sangat


besar dan menimbulkan beban pembangunan yang signifikan. Jika permasalahan
kesehatan jiwa tidak ditanggulangi akan menurunkan status kesehatan fisik, menurunkan
produktivitas kerja dan kualitas sumber daya manusia, sehingga menimbulkan disharmoni
keluarga, permasalahan psikososial dan menghambat pembangunan bangsa. Untuk itu
perlu dilakukan berbagai upaya dalam bidang kesehatan jiwa yang meliputi: promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terintegrasi komprehensif dan berkesinambungan
sepanjang siklus kehidupan manusia. Upaya tersebut dilaksanakan di lingkungan
keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan, fasilitas pelayanan, lembaga keagamaan,
lembaga pemasyarakatan serta melibatkan berbagai sumber daya yang ada di masyarakat.

2
Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Majene, terdapat 192 Orang Dalam
Gangguan Jiwa (ODGJ) sekabupaten Majene di 8 Kecamatan tahun 2019, dengan jumlah
terbanyak di Kecamatan Pamboang sebanyak 69 ODGJ, Kecamatan Malunda 30 ODGJ,
Kecamatan Banggae 23 ODJG, Kecamatan Ulumanda 19 ODGJ, Kecamatan Banggae
Timur 18 ODGJ, Kecamatan Tammerodo 16 ODGJ, Kecamatan Tubo Sendana 12 ODGJ
dan Kecamatan Sendana 5 ODGJ.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A.Kesehatan jiwa

1. Pengertian
Sehat (Health) secara umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan secara
penuh (keadaan yang sempurna) baik secara fisik, mental, maupun sosial, tidak
hanya terbebas dari penyakit atau keadaan lemah. Sedangkan di Indonesia, UU
Kesehatan No. 36 tahun 2009 menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan sehat
secara fisik, mental, dan sosial dimana memungkinkan setiap manusia untuk hidup
produktif baik secara sosial maupun ekonomis. World Health Organization tahun
2001, menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan
yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk
mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan
menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya (Dewi, 2012).
Kesehatan mental atau kesehatan jiwa menurut seorang ahli kesehatan
Merriam Webster, merupakan suatu keadaan emosional dan psikologis yang baik,
dimana individu dapat memanfaatkan kemampuan kognisi dan emosi, berfungsi
dalam komunitasnya, dan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Inti dari
kesehatan mental sendiri adalah lebih pada keberadaan dan pemeliharaan mental
yang sehat. Akan tetapi, dalam praktiknya seringkali kita temui bahwa tidak sedikit
praktisi di bidang kesehatan mental lebih banyak menekankan perhatiannya pada
gangguan mental daripada mengupayakan usaha-usaha mempertahankan kesehatan
mental itu sendiri (Dewi, 2012).
Orang Dengan Masalah Kejiwaan yang selanjutnya disingkat ODMK
adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan
perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami
gangguan jiwa. Orang Dengan Gangguan Jiwa yang selanjutnya disingkat ODGJ
adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan
yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku
yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
menjalankan fungsi orang sebagai manusia (UU No 18 tahun 2014 Pasal 1).
4
2. Ciri-ciri

Menurut WHO (World Health Organization, 2008) ciri-ciri sehat jiwa yaitu :

a. Sikap positif kepada diri sendiri

Individu menerima dengan baik dirinya sendiri secara utuh dan menyadari
kelebihan dan kekurangan dirinya sendiri.
b. Tumbuh kembang dan beraktualisasi diri

Individu yang mengalami perubahan dalam tahap tumbuh kembang dan


dapat mengapresikan potensi atau bakat yang ada dalam dirinya.

c. Integrasi

Individu menyadari bahwa yang ada dalam dirinya adalah satu kesatuan
utuh dan mampu bertahan terhadap stress dan dapat mengatasi kecemasan
yang ada.
d. Persepsi sesuai dengan kenyataan
Individu memamhami terhadap stimulus eksternal sesuai dengan
kenyataan yang ada, persepsi individu dapat berubah terhadap informasi baru,
dan memiliki empati terhadap orang lain.
e. Otonomi

Individu bisa mengambil keputusan dengan bertanggung jawab dan


mampu mengatur kebutuhan yang menyangkut dirinya tanpa bergantung
terhadap orang lain.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi aspek kesehatan jiwa

Menurut (Hakim, 2010) Masalah pada kesehatan jiwa adalah


permaslahan yang harus diatasi secara komprehensif, faktor pendukungnya
adalah sebagai berikut:
a. Faktor fisik (organo biologis)

Faktor fisik cukup dapat mempengaruhi kualitas kesehatan jiwa pada


seseorang, contohnya yaitu saat seseorang mengetahui bahwa tubuhnya
digerogoti kanker pada saat itu juga seseorang telag kehilangan sebagian
kehidupannya, walaupun secara pemikiran sadar teapi mental emosionalnya
5
telah terganggu dan mempercepat proses penurunan sistem kekebalan tubuh
secara drastis dan semngat hidupnya juga berkurang.
b. Faktor mental/emosional (psikoedukatif)

Kekuatan pada mental dan emosional yang mendukung, dan saran positif
diperlukan untuk membangunkan semangat hidup dalam mengembalikan
kesehatan secara jasmani dan rohani.

c. Faktor sosial budaya (sosial kultural)

Lingkungan keluarga dan satu darah sangat diperlukan untuk


menyempurnakan konsep kesehatan mental emosional seseorang, komunikasi
dalam keluarga sangat dibutuhkan dalam mengatasi setiap permasalahan yang
datang kapan saja dalam hidup. Dalam keluarga, lingkungan, budaya, sangat
menentukan kualitas kesehatan mental emosional seseorang dalam menghadapi
setiap permasalahan yang ada
4. Karakteristik aspek kesehatan jiwa

Menurut (Videback, 2008) karakteristiknya dibagi menjadi 7 yaitu:

a. Otonomi dan kemandirian

Individu dapat melihat dirinya untuk menemukan nilai dan tujuan hidup.
Individu yang otonomi dan mandiri dapat bekerja secara independen atau
kooperatif dengan orang lain tanpa kehilangan otonom.
b. Memaksimalkan potensi diri

Individu mempunyai orientasi pertumbuhan dan aktualisasi diri.

c. Menoleransi ketidakpastian hidup.

Individu menghadapi tantangan sehari-hari dengan harapan dan


pandangan positif walaupun tidak mengetahui apa yang akan terjadi di masa
depan.
d. Harga diri

Individu memiliki kesadaran yang realistis terhadap kemampuannya.

e. Menguasai lingkungan

Individu dapat menghadapi dan mempengaruhi kemampuan dan juga


keterbatasannya.
6
f. Orientasi realistis

Individu mampu menoleransi stres dalam kehidupan, merasakan cemas


atau berduka sesuai dengan keadaan, mengalami kegagalan tanpa merasakan
hancur. Menggunakan dukungan keluarga dan teman untuk mengatasi krisis
karena stres tidak akan berlangsung selamanya.
5. Dimensi Kesehatan Mental

Maslow dan Mittlemenn (dalam Notosoedirjo & Latipun, 2007)


menguraikan pandangannya mengenai prinsip-prinsip kesehatan mental, yang
menyebutnya dengan manifestation of psychological health. Manifestasi mental
yang sehat (secara psikologis) menurut Maslow dan Mittlemenn tercermin dari
kesebelas dimensi kesehatan mental yakni adalah sebagai berikut:
a. Adequate feeling of security (rasa aman yang memadai). Perasaan
merasa aman dalam hubungannya dengan pekerjaan, sosial, dan
keluarganya.
b. Adequate self evaluation (kemampuan menilai diri sendiri yang
memadai), yang mencakup (a) Memiliki harga diri yang memadai dan
merasa ada nilai yang sebanding antara keadaan diri yang sebenarnya
(potensi diri) dengan prestasinya, (b) Memiliki perasaan berguna akan
diri sendiri, yaitu perasaan yang secara moral masuk akal, dan tidak
diganggu oleh rasa bersalah yang berlebihan, dan mampu mengenal
beberapa hal yang secara sosial dan personal tidak dapat diterima oleh
kehendak umum yang selalu ada sepanjang kehidupan di masyarakat.
c. Adequate spontaneity and emotionality (memiliki spontanitas dan
perasaan yang memadai dengan orang lain), hal ini ditandai oleh
kemampuan membentuk ikatan emosional secara kuat dan abadi,
seperti hubungan persahabatan dan cinta, mampu mengekspresikan
ketidaksukaan / ketidaksetujuan tanpa kehilangan kontrol, kemampuan
memahami dan membagi perasaan kepada orang lain, kemampuan
menyenangi diri sendiri dan tertawa. Ketika seseorang tidak senang
pada suatu saat, maka dia harus memiliki alasan yang tepat mengapa
dia tidak senang.
7
d. Efficient contact with reality (mempunyai kontak yang efesien dengan
realitas) kontak ini sedikitnya mencakup tiga aspek yaitu dunia fisik,
sosial, dan diri sendiri dan internal. Hal ini ditandai (a) Tiadanya
fantasi (khayalan dan angan-angan) yang berlebihan, (b) Mempunyai
pandangan yang realistis dan luas terhadap dunia, yang disertai dengan
kemampuan menghadapi kesulitan hidup sehari-hari, misalnya sakit
dan kegagalan, dan (c) Kemampuan untuk merubah diri sendiri jika

situasi eksternal (lingkungan) tidak dapat dimodifikasi (dirubah) dan


dapat bekerjasama tanpa merasa tertekan (cooperation with the
inevitable).
e. Adequate bodily desires and ability to gratify them (keinginan-
keinginan jasmani yang memadai dan kemampuan untuk
memuaskannya). Hal ini ditandai dengan (a) Suatu sikap yang sehat
terhadap fungsi jasmani, dalam arti menerima fungsi jasmani tetapi
bukan dikuasai oleh fungsi jasmani tersebut, (b) Kemampuan
memperoleh kenikmatan dan kebahagiaan dari dunia fisik dalam
kehidupan seperti makan, tidur, dan pulih kembali dari kelelahan, (c)
Kehidupan seksual yang wajar dan keinginan yang sehat untuk
memuaskannya tanpa rasa takut dan konflik, (d) Kemampuan bekerja,
(e) Tidak adanya kebutuhan yang berlebihan untuk mengikuti dalam
berbagai aktivitas.
f. Adequate self knowledge (mempunyai kemampuan pengetahuan yang
wajar). Termasuk di dalamnya (a) Cukup mengetahui tentang: motif,
keinginan, tujuan, ambisi, hambatan, kompetensi, pembelaan, dan
perasaan rendah diri, (b) Penilaian yang realistis terhadap diri sendiri
baik kelebihan maupun kekurangan, (c)Mampu menilai diri secara
jujur (jujur pada diri sendiri), mampu untuk menerima diri sendiri apa
adanya, dan mengakui serta menerima sejumlah hasrat atau pikiran
meskipun beberapa diantara hasrat-hasrat itu secara sosial dan personal
tidak dapat diterima.

8
g. Integration and consistency of personality (kepribadian yang utuh dan
konsisten). Ini bermakna (a) Cukup baik perkembangan diri dan
kepribadiannya, kepandaiannya, dan berminat dalam beberapa
aktivitas, (b) Memiliki prinsip moral dan kata hati yang tidak terlalu
berbeda dengan pandangan kelompok, (c) Mampu untuk
berkonsentrasi, dan (d) Tiadanya konflik-konflik besar dalam
kepribadiannya dan tidak diasosiasi terhadap kepribadiannya.

h. Adequate of life goal (memiliki tujuan hidup yang wajar). Hal ini
berarti (a) Memiliki tujuan hidup yang sesuai dengan dirinya sendiri
dan dapat dicapai, (b) Mempunyai usaha yang tekun dalam mencapai
tujuan tersebut, dan (c) Tujuan itu bersifat baik untuk diri sendiri dan
masyarakat.
i. Ability to learn from experience (kemampuan belajar dari
pengalaman). Kemampuan untuk belajar dari pengalaman hidupnya
sendiri. Bertambahnya pengetahuan, kemahiran dan keterampilan
mengerjakan sesuatu berdasarkan hasil pembelajaran dari
pengalamannya. Selain itu, juga termasuk didalamnya kemampuan
untuk belajar secara spontan.
j. Ability to satisfy to requirements of the group (kemampuan
memuaskan tuntutan kelompok). Individu harus: (a) Dapat memenuhi
tuntutan kelompok dan mampu menyesuaikan diri dengan anggota
kelompok yang lain tanpa harus kehilangan identitas pribadi dan diri
sendiri, (b) Dapat menerima norma-norma yang berlaku dalam
kelompoknya, (c) Mampu menghambat dorongan dan hasrat diri
sendiri yang dilarang oleh kelompoknya, (d) Mau berusaha untuk
memenuhi tuntutan dan harapan kelompoknya: ambisi, ketepatan,
persahabatan, rasa tanggung jawab, dan kesetiaan, serta (e) Berminat
untuk melakukan aktivitas atau kegiatan yang disenangi oleh
kelompoknya.
k. Adequate emancipation from the group or culture (mempunyai
emansipasi yang memadai dari kelompok atau budaya). Hal ini
mencakup: (a) Kemampuan untuk menilai sesuatu itu baik dan yang
lain adalah buruk berdasarkan penilaian diri sendiri tanpa terlalu

9
dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan dan budaya serta kelompok, (b)
Dalam beberapa hal bergantung pada pandangan kelompok, (c) Tidak
ada kebutuhan yang berlebihan untuk membujuk (menjilat),
mendorong, atau menyetujui kelompok, dan (d) Mampu menghargai
perbedaan budaya.

10
B. Dinas Kesehatan Kabupaten Majene
Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota dalam bidang kesehatan
yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah .Kepala Dinas Kesehatan diangkat dan
diberhentikan oleh Bupati dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Dinas Kesehatan mempunyai fungsi pelaksana rumah tangga dibidang kesehatan,


pelaksana tugas perbantuan, dan tugas lain-lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.

Tugas Pokok Untuk melaksakan fungsi sebagaimana tersebut diatas Dinas


Kesehatan Kabupaten Bantul mempunyai tugas pokok sebagai berikut :

a. Menyusunan rencana dan program kebijaksanaan teknis dibidang kesehatan.


b. Melaksanakan pembinaan umum dibidang kesehatan berdasarkan kebijaksanaan
yang ditetapkan oleh Bupati.
c. Melaksanakan pembinaan teknis dibidang upaya pelayanan kesehatan dasar dan
upaya pelayanan kesehatan rujukan dan farmasi berdasarkan kebijaksanaan yang
ditetapkan oleh Bupati.
d. Melaksanakan pembinaan operasional sesuai kebijaksanaan yang ditetapkan oleh
Bupati.
e. Memberikan perijinan bidang kesehatan sesuai kebijaksanaan yang ditetapkan oleh
Bupati berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian teknis di bidang kesehatan sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
g. Melaksanakan pengendalian dan pembinaan UPTD dalam lingkup tugasnya;
h. Melaksanakan pengeloaan rumah tangga dan tata usaha Dinas.
i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai bidang tugasnya

11
1. Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Majene
Majene frofesional

2. Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Majene

3. Analisi situasi

Kabupaten Majene merupakan salah satu dari 6 Kabupaten dalam wilayah


Propinsi Sulawesi Barat yang terletak di pesisir pantai barat Propinsi Sulawesi Barat
memanjang dari Selatan ke Utara. Letak geografis Kabupaten Majene berada pada antara
20 38’ 45” – 30 38’ 15” Lintang Selatan dan antara 1180 45’ 00” – 1190 4’ 45” Bujur
Timur, dengan jarak ke ibukota Propinsi Sulawesi Barat (Kota Mamuju) kurang lebih
146 km. Luas wilayah Kabupaten Majene adalah 947,84 km2 atau 5,6% dari luas
Propinsi Sulawesi Barat yangsecara administratif berbatasan dengan

 Sebelah Utara : Kabupaten Mamuju


 Sebelah Barat : Selat Makassar
 Sebelah Selatan : Teluk Mandar
 Sebelah Timur : Kabupaten Polowali Mandar dan Mamasa

Kabupaten Mejene terdiri atas 8 kecamatan dan 82 desa/kelurahan. Adapun


kecamatan – kecamatan tersebut adalah Kecamatan Banggae, Kecamatan Banggae
Timur, Kecamatan Pamboang, Kecamatan Sendana, Kecamatan Tammerodo Sendana,
Kecamatan Tubo Sendana, Kecamatan Malunda dan Kecamatan Ulumanda.Kecamatan
Banggae dan Banggae Timur adalah dua kecamatan dengan luas wilayah terkecil dengan
luas wilayah masing-masing 25,15 km2 atau 2,65% untuk kecamatan Banggae dan
3,17% dari luas total wilayah Kabupaten Majene untuk kecamatan Banggae Timur.
Kecamatan Ulumanda merupakan wilayah kecamatan terluas dibanding dengan luas
wilayah kecamatan lainnya yakni; 456,06 km2 atau 48,10%, kemudian Kecamatan
Malunda dengan luas wilayah 187,85 Km2 atau 19,81%.

Berdasarkan klasifikasi bentang lahan, Kecamatan Banggae dan Banggae Timur


merupakan wilayah yang relatif lebih datarsementara wilayah kecamatan lainnya lebih

12
dominan berupa wilayah berbukit dan pegunungan. Klasifikasi wilayah menurut kelas
ketinggian tempat dari permukaan laut, wilayah Kabupaten Majene berada pada kelas
ketinggian 100 – 500 m dpl mencapai 38,7% luas wilayah kabupaten dan yang berada
pada ketinggian 500 – 1000 m dpl mencapai 35,98%.

Menurut catatan Stasiun Meteorologi dan Goefisika, kondisi iklim di Kabupaten


Majene sekitarnya sepanjang tahun 2013 sekitar 27,60 C, dengan suhu minimum 24,30
dan suhu maksimum 33,30 C, dengan kelembaban udara berkisar antara 75 persen
sampai 82 persen atau rata-rata kelembaban udara berkisar 79 persen. Curah hujan di
Kabupaten Majene tertinggi pada bulan Mei sebesar 224,9 mm kubik dengan hari hujan
10. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan September sebesar 10,1 mm
kubik dengan jumlah hari hujan 5.

4. Keadaan penduduk
a. Jumlah penduduk Kabupaten Majene Tahun 2019

JUMLAH PENDUDUK
KELOMPOK
NO UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN
1 0-4 9.972 9.681 19.653
2 5-9 9.276 8.696 17.972
3 10 - 14 8.513 8.256 16.769
4 15 - 19 8.836 8.632 17.468
5 20 - 24 7.433 7.725 15.158
6 25 - 29 6.177 6.591 12.768
7 30 - 34 5.620 6.233 11.853
8 35 - 39 5.330 6.003 11.333
9 40 - 44 5.320 5.742 11.062
10 45 - 49 4.391 4.687 9.078
11 50 - 54 3.506 3.927 7.433
12 55 - 59 2.493 2.974 5.467
13 60 - 64 1.991 2.428 4.419
14 65 - 69 1.515 1.918 3.433
15 70 - 74 1.080 1.382 2.462
16 75+ 1.130 1.614 2.744
JUMLAH 82.583 86.489 169.072
ANGKA BEBAN TANGGUNGAN   59
Sumber: - Kantor Statistik Kabupaten/kota

13
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa,jumlah penduduk terbanyak
berdasarkan umur 0-4 tahun dengan total jumlah 19.653 orang, dan yangg paling sedikit
pada kriteria umur 70-74 tahun dengan jumlah total 2.462 orang.

14
b. Jumlah sarana kesehatan menurut Kepemilikan Kabupaten/Kota Majene 2019
KEPEMILIKAN
NO FASILITAS KESEHATAN Tni/polr
Kemenkes Pem.prov Pem.kab/kota i Bumn Swasta Jumlah
RUMAH SAKIT
1 Rumah sakit umum 0 0 1 0 0 0 1
2 Rumah sakit khusus 0 0 0 0 0 0 -
Puskesmas dan jaringannya
1 Puskesmas rawat inap 0 0 9 0 0 0 9
  - Jumlah tempat tidur 0 0 107 0 0 0 107
2 Puskesmas non rawat inap 0 0 2 0 0 0 2
3 Puskesmas keliling 0 0 11 0 0 0 11
4 Puskesmas pembantu 0 0 35 0 0 0 35
Sarana pelayanan lain
1 Rumah bersalin 0 0 0 0 0 10 10
2 Klinik pratama 0 0 0 0 0 0 -
3 Klinik utama 0 0 0 0 0 0 -
4 Balai pengobatan 0 0 0 0 0 1 1
5 Praktik dokter bersama 0 0 0 0 0 1 1
6 Praktik dokter umum perorangan 0 0 0 0 0 2 2
7 Praktik dokter gigi perorangan 0 0 0 0 0 1 1
8 Praktik dokter spesialis perorangan 0 0 0 0 0 6 6
9 Praktik pengobatan tradisional 0 0 0 0 0 0 -
10 Bank darah rumah sakit 0 0 0 0 0 0 -
11 Unit transfusi darah 0 0 0 0 0 0 -
Sarana produksi dan distribusi kefarmasian
1 Industri farmasi 0 -
15
2 Industri obat tradisional 0 -
3 Usaha mikro obat tradisional 0 -
4 Produksi alat kesehatan 0 -
5 Pedagang besar farmasi 0 -
6 Apotek 15 15
7 Apotek prb 0 -
8 Toko obat 3 3
9 Toko alkes 0 -
Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Majene
Berdasarkan data di atas jumlah sarana kesehatan terbanyak menurut Kepemilikan Kabupaten/Kota Majene terbanyak adalah Puskesmas
rawat inap dengan jumlah tempat tidur 107.

16
c. Jumlah tenaga Keperawatan dan Kebidanan di fasilitas kesehatan Kabupaten
Majene tahun 2019
PERAWATa
NO UNIT KERJA BIDAN
L P L+P
1 Puskesmas Banggae I 3 10 13 10
2 Puskesmas Totoli 5 16 21 11
3 Puskesmas Banggae II 3 13 16 8
4 Puskesmas Lembang 3 8 11 8
5 Puskesmas Pamboang 2 8 10 26
6 Puskesmas Sendana I 5 10 15 19
7 Puskesmas Sendana II 2 3 5 8
8 Puskesmas Tammero'do 0 6 6 17
9 Puskesmas Malunda 2 5 7 13
10 Puskesmas Ulumanda 3 5 8 10
11 Puskesmas Salutambung 0 2 2 7
RSUD MAJENE
12 dst. (mencakup RS Pemerintah dan swasta dan 0 0 0 0
termasukpula Rumah Bersalin)
13 Sarana pelayanan kesehatan lain 3 2 5
14 Klinik di institusi diknakes/diklat 0 0 0 0
15 Klinik di dinas kesehatan kab/kota 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA)b 0 0 114 137
3
RASIO TERHADAP 100.000 pendudukb 88 119,0 137,0
1
Sumber: Bagian Umum & Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Majene

Dari data di atas jumlah tenaga perawat di fasilitas kesehatan terbanyak


berada di Puskesmas Totoli dengan jumlah 21 orang dan yang paling sedikit di
Puskesmas Salutambung dengan jumlah 2 orang, sedangkan bidang jumlah
terbanyak berada di Puskesmas Pamboang dengan jumlah 26 orang, yang paling
sedikit di Puskesmas Salutambung dengan jumlah 7 orang.

17
d. Cakupan pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat menurut
kecamatan dan puskesmas

PELAYANAN KESEHATAN ODGJ BERAT


NO KECAMATAN PUSKESMAS MENDAPAT PELAYANAN
SASARAN ODGJ
KESEHATAN
BERAT
JUMLAH %
1 Banggae Banggae I 12 10 83,3
2 Banggae Totoli 11 7 63,6
3 Banggae timur Banggae II 12 12 100,0
4 Banggae timur Lembang 6 6 100,0
5 Pamboang Pamboang 69 57 82,6
6 Sendana I Sendana I 5 4 80,0
7 Tubo sendana Sendana II 12 10 83,3
8 Tammerodo Tammerodo 16 14 87,5
9 Malunda Malunda 30 29 96,7
10 Ulumanda Ulumanda 9 8 88,9
11 Ulumanda Salutambung 10 10 100,0
JUMLAH (KAB/KOTA)
192 167 87,0
 
Sumber: Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Majene

Berdasarkan data di atas jumlah penderita ODGJ terbanyak berada di


kecematan Pamboang dengan total jumlah 69 oarang dan penderita ODGJ paling
sedikit berada di kecamatan Sendana I dengan total jumlah 5 orang.

18
BAB III
ANALISIS SWOT
KESEHATAN JIWA

A. Internal Factor Evaluation (IFE Matrix), Strength (Kekuatan)


BOBOT RETING TOTAL
NO STRENGTH (KEKUATAN)
(Total 1) (1-5)
1 Indokator Visi dan Misi
Visi
Kesehatan jiwa yang optimal bagi seluruh rakyat indonesia
Misi
 Menjadikan kesehatan jiwa sebagai kebuhan bersama dan
utama
 Mengembangkan pelayanan kesehatan jiwa
berkualitas,manusiawi,terjangkau merata dan
berkesinambungan pada semua tingkatanpelayanan keluarga
kelompok rentan dan marginal.
 Menjadikan upaya kesehatan jiwa yang terintegrasi pada
berbagai program serta tingkat pelayanan internal dan lintas
sector 0.09 5.00 0.45

 Mengembangkan system ketenagaan kesehatan jiwa sejalan


dengan upaya kesehatan jiwa
 Mengambangkan system upaya pembiayaan yang adekuat
dan system akses yang memadai
 Mengambangkan kesehatan jiwa melalui
pemberdayaanmasyarakat dengan memperhatikan tatanan
social dan budaya
 Mengembangkan upaya terintegrasi ODGJ ke masyarakat
2 Indicator SDM
 Adanya pelatihan-pelatihan tentang Keswa 0.14 3.00 0.41
 Adanya superfisi lapangan kerja 0.09 3.00 0.27

 Adanya pengantaran pasien ke sarana kesehatan 0.09 3.00 0.27


3 Indikator Anggaran
 Jaminan Kesehatan Nasional menanggung layanan Keswa 0.14 4.00 0.55
4 Indikator Program Capaian Kesehatan Jiwa
 Program pelayanan kesehatan bebas pasung yang di 0.14 4.00 0.55
jalankan di setiap Kecamatan
 Capaian persentase ODGJ 87% 0.14 5.00 0.68
5 Indicator Kebijakan dan Strategi
 UU Keswa No. 18 Tahun 2014 0.09 5.00 0.45

19
 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 0.09 5.00 0.45
Tahun 2005-2025
Total Kekuatan 1.00 4.09

B. Internal Factor Evaluation (IFE Matrix), Weakness (Kelemahan)


BOBOT RETING TOTAL
NO WEAKNESS (KELEMAHAN)
(Total 1) (1-5)
1 Indicator SDM
 Latar belakang pendidikan spesialis jiwa belum ada 0.15 2.00 0.30
 Jumlah petugas kesehatan jiwa sedikit 0.15 2.00 0.30
2 Indikator Anggaran
 Sedikitnya anggaran yang di dapat pengelola Keswa 0.15 2.00 0.30
membuat program yang akan di jalankan tidak optimal
3  Tidak menjadi program proritas 0.10 1.00 0.10
 Tingkat pengetahuan masyarakat yang masih rendah yang 0.10 1.00 0.10
mengakibatkan kesalahan dan keterlambatan terapi
4 Indikator Sarana dan Prasarana
 Belum adanya tempat khusus untuk pemeriksaan Keswa 0.05 1.00 0.05
 Alat-alat pemeriksaan belum lengkap 0.10 1.00 0.10
5 Indicator Pencatatan dan Evaluasi
 Sistem pelaporan dan pencatatan kasus dan pendataan 0.05 1.00 0.05
pasien Keswa belum optimal
 Pendataan masih tertuju pada ODGJ sedangkan yang sehat 0.15 2.00 0.10
dan beresiko juga perlu di perhatikan
Total Kelemahan 1.00 1.60

C. External Factor Evaluation (EFE Matrix), Opportunity (Peluang)


BOBOT RETING TOTAL
NO OPPORTUNITY (PELUANG)
(Total 1) (1-5)
1  Peningkatan partisifasi konsumen dan keluarga 0.15 5.00 0.75
 Masih adanya pelayanan kesehatan yang berpotensi untuk
2 0.10 4.00 0.40
di kembangkan
3  Kerja sama jaminan kesehatan dengan semua layanan 0.05 3.00 0.15
4  Peningkatan kesehatan lintas sector dan program akan 0.15 5.00 0.75
pentingnya kesehatan jiwa
5  Peluang untuk memperbaiki kurikulum dan standar 0.05 3.00 0.15
kompetensi sesuai kebutuhan masyarakat
6  Keterlibatan media 0.05 3.00 0.15
7  Adanya kesempatan unuk melakukan riset di bidang Keswa 0.10 4.00 0.40
8  Masalah pelanggaran HAM mulai menjadi perhatian pada 0.15 5.00 0.75
ODGJ
9  Konsep pemulihan yang mulai tumbuh dan di terapkan 0.10 4.00 0.40
dalam profesi
10 Indicator Kebijakan dan Strategi 0.10 4.00 0.40

20
 Beasiswa untuk pendidikan jiwa
Total Peluang 1.00 4.30

D. External Factor Evaluation (EFE Matrix), Threath (Ancaman)


BOBOT RETING TOTAL
NO THREATH (ANCAMAN)
(Total 1) (1-5)
1  Masyarakat tidak koeperatif 0.14 2.00 0.29
2  Pengambilan keputusan tidak menyadari bahwa keputusan 0.07 1.00 0.07
yang di ambil kurang mendukung Keswa
3  Stikma dan dikriminasi terhadap kesehatan jiwa dan ODGJ 0.21 2.00 0.43
4  Rendahnya minat untuk menjadi tenaga Kesehatan Jiwa 0.14 2.00 0.29
5  Pemaham sector lain yang rendah tentang kesehatan jiwa 0.14 2.00 0.29
6  Tingkat kepatuhan pada standard an etika profesi masiih 0.14 2.00 0.29
rendah
7.  Mahalnya biaya penelitian keswa 0.14 2.00 0.29
Total Ancaman 1.00 1.93

E. Analisis Penghitungan Skor


1. Sumbu X = Total skor pada Strength Total skor pada Weakness
4.09 - 1.60 = -0.51
2. Sumbu Y = Total skor pada Opportunity Total skor pada Threats
4.30 - 1.93 = 2.37
Gambaran Kurva TOWS

2.37
Kuadran 4 Kuadran 1

W S
21
-0.51
Kuadran 3 Kuadran 2

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa skor berada pada kuadran 4,


artinya organisasi menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi di lain pihak
menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi ini yaitu
meminimalkan masalah internal organisasi sehingga dapat lebih baik untuk ke
depannya (turn around).

22

Anda mungkin juga menyukai