Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kepercayaan diri merupakan salah satu unsur kepribadian yang memegang

peranan penting bagi kehidupan manusia. Orang yang memiliki tingkat percaya

diri yang tinggi cenderung yakin pada kemampuan sendiri dan mandiri. Orang

yang demikian akan sangat jarang dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak

suka mengecewakan diri sendiri.

Karena orang yang percaya diri tidak merasa perlu menyesuaikan diri agar

diterima, mereka tidak bergantung pada orang lain untuk merasa nyaman tentang

diri sendiri, bahkan mereka mau mengambil resiko celaan orang lain karena

percaya diri yang mereka miliki dan kemampuan mereka menerima diri mereka

apa adanya.

Untuk meningkatkan percaya diri kita, penting agar kita memandang diri

secara realistis. Percaya diri tidak berarti mampu melakukan segala hal. Namun

percaya diri berarti bahwa apabila aspirasi mereka tidak terpenuhi, orang yang

percaya diri terus mengadopsi sikap positif, mengambil yang terbaik dari keadaan

dan selalu memelihara rasa realitas.

Sebagai hasilnya orang yang percaya diri biasanya mampu

mengembangkan sikap di mana mereka hingga taraf tertentu mengambil kendali

atas hidup mereka sendiri dan memperjuangkan hak dan aspirasi mereka,

sementara pada saat yang bersamaan menjaga agar aspirasi itu realistis.
Sama halnya dalam dunia pendidikan, percaya diri merupakan faktor

penting yang perlu dikembangkan dan dilatih bagi peserta didik melalui proses

pembelajaran yang dilakukan setiap hari didalam maupun diluar kelas. Melalui

pendidikan yang dilakukan di sekolah diharapkan mampu mengembangkan rasa

percaya diri peserta didik. Pendidikan  diartikan sebagai usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Dalam mengembangkan setiap potensi anak inilah Pendidikan Agama

Kristen hadir dalam dunia pendidikan agar peserta didik mampu menjadi manusia

yang beriman dan berakhlak mulia. Yang juga bertujuan untuk memperkenalkan

Allah Sang pencipta dan karyaNya dalam setiap proses yang dialami dan dilalui

oleh peserta didik.

Melalui PAK diharapkan setiap siswa dapat memenuhi perannya sebagai

pelajar Kristen yang mampu melakukan suatu perubahan diri. Perubahan yang

dimaksud adalah menampilkan citra diri sebagai murid Kristus yang penuh

dengan kasih, rendah hati, tulus dalam pikiran, perkataan dan perbuatannya serta

dapat merealisasikan nilai-nilai kristiani yang sudah didapatkan dalam

pembelajaran PAK di sekolah.

Namun bagaimana mungkin peserta didik dapat memenuhi perannya

sebagai pelajar Kristen yang mampu melakukan suatu perubahan diri mencapai

prestasi belajar yang baik jika dalam segala hal ia selalu tidak yakin akan apa
yang ia perbuat dan selalu meragukan kemampuannya untuk menyelesaikan suatu

tugas.

Oleh sebab itu penulis akan membahas satu persatu masalah yang

ditemukan berdasarkan pengamatan penulis di kelas X TITL SMK Swata Lubuk

Pakam kaitannya dengan rendahnya percaya diri siswa saat mengikuti

pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Hal ini sangat terlihat jelas dalam diri

siswa ketika mereka tidak yakin pada kemampuan yang ia miliki, sehingga dalam

kondisi tertentu, meragukan diri sendiri secara berlebihan sehingga berdampak

hilangnya percaya diri siswa.

Anak tidak berani untuk berbicara mengemukakan pendapatnya, hal ini

sering kali dijumpai dimana anak terlebih dahulu berfikir negatif tentang apakah

pendapatnya akan diacuhkan. Sebagian anak sulit untuk mengungkapkan

pendapatnya dengan kata-kata, ketika mereka diminta untuk berkomentar. Dalam

hal ini peserta didik seringkali merasa takut, ragu-ragu atau malu untuk berbicara.

Kesulitan ini dapat berakibat anak menjadi pendiam dan tertutup.

Tidak berani bertanya ketika diberikan kesempatan untuk bertanya oleh guru,

didalam proses pembelajaran peserta didik sering diam dan tidak mau bertanya untuk

mengasah rasa ingin tahunya. Sehingga ketika guru menyuruh siswa untuk menjawab

pertanyaan pun mereka tidak mampu berbicara untuk mengungkapkan pendapatnya

karena tidak yakin akan jawaban yang akan disampaikan, dan walaupun siswa bisa

mengungkapkan pendapatnya ia kelihatan gugup, jelas dari intonasi dalam

penyampaiannya dan gerak geriknya yang gemetar.

Ragu-ragu dalam betindak dan pesimis, hal ini bisa terjadi karena peserta

didik kurang percaya diri, cenderung melihat segala sesuatunya dari sisi negatif.
Mereka sering merasa cemas sehingga mengakibatkan keragu-raguan dalam

bertindak dapat dilihat ketika mengutarakan pendapatnya ia yakin tak yakin akan

jawaban dan merasa jawabannya selalu salah.

Perasaan minder terhadap teman yang lebih pintar, mereka selalu merasa

bahwa dirinya adalah orang yang paling bodoh dari sekian peserta didik yang ada

didalam kelas. Selalu membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain dan

merasa tidak ada apa-apanya, sehingga mengakibatkan peserta didik merasa

pesimis dan tidak mau terlibat dalam proses pembelajaran, hal inilah yang

mengakibatkan kurangnya percaya diri siswa.

Kurangnya tanggungjawab siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang

diberikan. Siswa yang tidak percaya diri cenderung merasa tidak mampu dalam

menyelesaikan tugas yang diberikan sehingga peserta didik lebih memilih untuk

tidak mengerjakan, karena ia tidak yakin akan jawaban yang dikerjakannya.

Dari hasil pengamatan inilah penulis perlu mengasah pemahaman tentang

bagaimana upaya meningkatkan percaya diri siswa sehingga mereka mampu

mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa perlu dirancang suatu

pembelajaran yang mengikut sertakan peserta didik aktif dan mengupayakan

pemberdayaan pikiran dan perasaan dalam kegiatan belajar mengajar melalui

model COOPERATIVE SCRIPT. Dengan penerapan model ini siswa dituntut

lebih aktif dalam berbicara mengungkapkan pendapatnya dan mampu

memberikan masukan atau ide yang baru dalam proses pembelajran yang sedang

berlangsung, dimana peserta didik dilatih menjadi pembicara dan pendengar agar

lebih memahami materi pembelajaran dan belajar untuk mengungkapkan

kesalahan temanya.
Upaya peningkataan percaya diri siswa melalui penerapan model

COOPERATIVE SCRIPT menciptakan interaksi antara guru dengan peserta

didik dan interaksi peserta didik dengan peserta didik lainnya. Ini berarti peserta

didik lebih aktif lagi dalam proses belajar mengajar dikelas, sehingga mereka

dapat mengembangkan kepercayaan dirinya melalui proses belajar mengajar

karena dipicu untuk ikut terlibat langsung dalam pembelajaran mengungkapkan

pendapat, melatih diri untuk berani berbicara, dan mengungkapkan kesalahan

temannya untuk melengkapi materi pembelajran dikelas.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti sebagai calon pendidik tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Peningkatan Percaya Diri Siswa

Dengan Menggunakan Model Cooperative Script Dalam Pembelajaran PAK

Di Kelas X TITL SMK Swasta Tri Sakti Lubuk Pakam Tahun 2020”.

Anda mungkin juga menyukai