Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

“KAJIAN PANCASILA MELALUI PERSEFEKTIF HISTORIS”

Oleh :
I GEDE SANDI WIARSANA

1313021002 ( 80 )
NI KADEK ARIDANI BASUNARI

1313021052 ( 80 )

Semester/Kelas I/A

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN
GANESHA
SINGARAJA
2013
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah


Merekahnya matahari bulan Juni 1945, 64 tahun yang lalu disambut
dengan lahirnya sebuah konsepsi kenegaraan yang sangat bersejarah bagi bangsa
Indonesia, yaitu lahirnya Pancasila. Sebagai dasar negara, tentu Pancasila ada
yang merumuskannya. Pancasila memang merupakan light-star bagi segenap
bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam
memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam hidup
kerukunan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia
Indonesia sehari-hari, dan sebagai dasar serta falsafah Negara Republik Indonesia.

Sidang PPKI telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar
negara Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal
18 Agustus 1945 Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan UUD RI,
Undang-Undang Dasar yang menjadi sumber ketatanegaraan harus mengandung
unsur-unsur pokok yang kuat yang menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa
dan negara, agar peraturan dasar itu tahan uji sepanjang masa.
Adapun sila yang terkandung dalam pancasila yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dasar negara kita berakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa
Indonesia. Pancasila adalah penjelmaan dari kepribadian bangsa Indonesia yang
hidup di tanah air kita sejak dahulu hingga sekarang. Nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala
sebelum bangsa Indonesia mendirikan negara yang berupa nilai-nilai adat istiadat,
kebudayaan, serta nilai-nilai religius. Nilai-nilai tersebut telah ada dan melekat
serta teramalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup, sehingga

1
materi Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa
Indonesia sendiri.
Sejarah telah mencatat perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk
suatu negara yang berdasarkan suatu asas hidup bersama demi kesejahteraan
hidup bersama berdasarkan atas Pancasila. Tentunya rangkaian peristiwa yang
telah tercatat dalam lubuk negeri kita tercinta, masih menyisakan tanya pada
generasi muda penerus bangsa ini. Menengok kembali sejarah perjuangan bangsa
dalam kaitannya dengan lahirnya Pancasila adalah hal yang perlu untuk dikaji
kembali. Berdasarkasn uraian diatas, maka penulis akan mengkaji lebih dalam lagi
sejarah perjuangan bangsa dalam kaitannya dengan pancasila dalam makalah yang
berjudul Pancasila dalam Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini
penulis memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis merumuskan sebuah
masalah yaitu bagaimana Pancasila Dalam Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa
Indonesia?.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain sebagai berikut.
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pancasila.
2. Untuk menambah pengetahuan tentang Pancasila.
3. Untuk mengetahui bagaimana Pancasila dalam perspektif sejarah
perjuangan bangsa Indonesia.

1.4 Manfaat
Manfaat yang didapat dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang Pancasila.
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana Pancasila dalam perspektif
sejarah perjuangan bangsa Indonesia sehingga menjadi lebih paham dan
menghayati perjuangan bangsa tersebut sehingga lebih menghargai
keberadaan Pancasila.

2
1.5 Ruang Lingkup
Makalah ini membahas mengenai Pancasila dalam perspektif sejarah
perjuangan bangsa Indonesia. Berdasarkan masalah yang teridentifikasi
tersebut, makalah ini hanya difokuskan pada Pancasila dalam perspektif
sejarah perjuangan bangsa.

3
Bab II
Pembahasan

A. Perkembangan Kerajaan-Kerajaan di Indonesia


1. Zaman Kutai
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 M. Hal ini ditandai
dengan ditemukannya prasasti yang berupa 7 buah yupa (tiang batu) yang memuat
tentang Kerajaan Kutai. Berdasarkan prasasti tersebut dapat diketahui bahwa raja
Mulawarman merupakan keturunan dari raja Aswawarman dan raja Aswawarman
merupakan keturunan dari Kudungga. Raja Mulawarman menurut prasasti
tersebut mengadakan kenduri dan memberi sedekah kepada para Brahmana
kemudian para Brahmana membangun 7 buah Yupa sebagai tanda terima kasih
kepada raja yang dermawan yaitu raja Mulawarman(Bambang Sumadio,
dkk.,1977 : 33-32). Masyarakat Kutai yang membuka zaman sejarah Indonesia
pertama kalinya ini menampilkan nilai-nilai seperti nilai sosial dalam wujud
memberikan sedekah kepada para Brahmana, nilai politik dalam wujud
pemerintahan di dalam kerajaan, dan nilai ketuhanan dalam wujud pelaksanaan
kenduri.
2. Zaman Sriwijaya
Pada abad VII munculah kerajaan di Sumatra yaitu kerajaan Sriwijaya, di
bawah kekuasaan wangsa Syailendra. Hal ini termuat dalam prasasti Kedukan
Bukit di kaki bukit Siguntang dekat Palembang yang bertarikh 605 Çaka atau 683
M dalam bahasa Melayu kuno dan huruf Pallawa. Kerajaan Sriwijaya merupakan
kerajaan maritim yang mengandalkan kekuatan armada lautnya dan merupakan
suatu kerajaan besar yang cukup disegani di kawasan Asia Selatan. Kunci-kunci
lalu lintas laut di sebelah barat dapat dikuasainya seperti selat Sunda (686 M)
kemudian selat Malaka (775 M).
Dalam menjalankan sistem kenegaraannya, kerajaan tersebut tidak dapat
dilepaskan dari nilai Ketuhanan yang diwujudkan dalam pembangunan patung-
patung suci. Agama dan kebudayaannya juga dikembangkan dengan mendirikan
suatu Universitas agama Budha yang sangat terkenal di negara lain di Asia. Cita-

4
cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu negara telah tercemin dalam
kerajaan Sriwijaya yaitu membentuk Negara yang adil dan makmur.

3. Zaman Kerajaan-Kerajaan Sebelum Majapahit


Sebelum kerajaan Majapahit muncul sebagai suatu kerajaan yang
memancangkan nilai-nilai nasionalisme, telah muncul kerajaan-kerajaan di Jawa
Tengah dan Jawa Timur secara silih berganti. Kerajaan Kalingga pada abad VII,
Sanjaya pada abad VIII yang kemudian ikut membantu membangun candi
Kalasan untuk Dewa Tara dan membangun sebuah wihara untuk pendeta Budha
yang didirikan di Jawa Tengah bersama dengan dinasti Syailendra (abad VII dan
IX). Refleksi puncak budaya dari Jawa Tengah dalam periode kerajaan-kerajaan
tersebut adalah dibangunnya candi Borobudur (candi agama Budha pada abad IX)
dan candi Prambanan (candi agama Hindu pada abad X).
Selain kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah tersebut, di Jawa Timur
munculah kerajaan Isana (pada abad IX), Darmawangsa (abad X), demikian juga
kerajaan Airlangga pada abad XI. Raja Airlangga membuat bangunan keagamaan
dan asrama. Raja ini memiliki sikap toleransi dalam beragama. Agama yang
diakui oleh kerajaan adalah agama Budha, agama Wisnu, dan agama Syiwa yang
hidup berdampingan secara damai (Toyibin, 1997 : 26). Menurut prasasti Kelagen,
Raja Airlangga telah mengadakan hubungan dagang dan bekerja sama dengan
Benggala, Ghola, dan Champa. Hal ini menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan.
Demikian pula, Airlangga mengalami penggemblengan lahir dan bathin di hutan
dan pada tahun 1019 para pengikutnya, rakyat, dan para Brahmana
bermusyawarah dan memutuskan untuk memohon agar Airlangga bersedia
menjadi raja dan meneruskan tradisi istana sebagai nilai-nilai sila keempat.
Demikian pula menurut prasasti kelagen, pada tahun 1037, raja Airlangga
memerintahkan untuk membuat tanggul dan waduk demi kesejahteraan pertanian
rakyat yang merupakan nilai-nilai sila kelima (Toyibin, 1997 : 28,29).
4. Kerajaan Majapahit
Pada tahun 1923 berdirilah kerajaan Majapahit yang mencapai zaman
keemasannya pada pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah
Mada. Wilayah kekuasaan Majapahit semasa jayanya membentang dari

5
semenanjung Melayu (Malaysia sekarang) sampai Irian Barat melalui Kalimantan
Utara.
Pada waktu itu, agama Hindu dan Budha hidup berdampingan dengan
damai dalam satu kerajaan. Empu Prapanca menulis Negarakertagama (1365).
Dalam kitab tersebut, telah terdapat istilah “Pancasila”. Empu Tantular mengarang
buku Sutasoma dan di dalam buku itulah kita jumpai sloka persatuan nasional
yaitu “Bhinneka Tunggal Ika” yang bunyi lengkapnya “Bhinneka Tunggal Ika Tan
Hana Dharma Mangrua” artinya walaupun berbeda, namun satu jua adanya sebab
tidak ada agama yang memiliki Tuhan yang berbeda. Hal ini menunjukkan adanya
realitas kehidupan agama pada saat itu yaitu agama Hindu dan Budha.
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang
Ratu dan Menteri-Menteri di paseban keprabuan Majapahit pada tahun 1331, yang
berisi cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai berikut: Saya baru
akan berhenti berpuasa makan palapa, jika seluruh nusantara bertakluk di bawah
kekuasaan negara jika Gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali,
Sunda, Palembang, dan Tumasik telah dikalahkan (Yamin, 1960 : 60).Selain itu,
dalam hubungannya dengan negara lain Raja Hayam Wuruk senantiasa
mengadakan hubungan tetangga, baik dengan kerajaan Tiongkok, Ayodya,
Champa, dan Kamboja.
Majapahit menjulang dalam arena sejarah kebangsaan Indonesia dan
banyak meninggalkan nilai-nilai yang diangkat dalam nasionalisme negara
kebangsaan Indonesia. Kemudian, karena disebabkan oleh faktor keadaan dalam
negeri sendiri seperti perselisihan dan perang saudara pada permulaan abad XV
maka sinar kejayaan Majapahit berangsur-angsur mulai memudar dan akhirnya
mengalami keruntuhan dengan “Sinar Hilang Kertaning Bumi” pada permulaan
abad XVI (1520).

B. Masa Perjuangan Bangsa Indonesia


1. Zaman Penjajahan
Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI maka berkembanglah
agama Islam di Indonesia. Bersamaan dengan itu berkembang pulalah kerajaan-
kerajaan Islam seperti Kerajaan Demak dan mulailah berdatangan orang-orang

6
Eropa di nusantara. Mereka itu antara lain orang Portugis yang kemudian diikuti
oleh orang-orang Spanyol yang ingin mencari pusat tanaman rempah-rempah.
Bangsa asing yang masuk ke Indonesia yang pada awalnya berdagang
adalah orang-orang bangsa Portugis. Namun, lama-kelamaan bangsa Portugis
mulai menunjukkan peranannya dalam bidang perdagangan yang meningkat
menjadi praktek penjajahan misalnya Malaka sejak tahun 1511 dikuasai oleh
Portugis.
Pada akhir abad XVI, bangsa Belanda datang pula ke Indonesia dengan
menumpuh jalan dengan penuh kesulitan. Untuk menghindarkan persaingan di
antara mereka sendiri (Belanda), kemudian mereka membuat suatu perkumpulan
dagang bernama VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie), yang dikalangan
rakyat dikenal dengan istilah “Kompeni”.
Praktek-praktek VOC mulai kelihatan dengan paksaan-paksaan sehingga rakyat
mulai mengadakan perlawanan. Mataram di bawah pemerintahan Sultan Agung
(1613-1645) berupaya mengadakan perlawanan dan menyerang ke Batavia pada
tahun 1628 dan tahun 1629.
Beberapa saat setelah Sultan Agung mangkat maka Mataram menjadi
bagian kekuasaan kompeni. Bangsa Belanda mulai memainkan peranan politiknya
dengan licik di Indonesia. Di Makasar yang memiliki kedudukan yang sangat vital
berhasil juga dikuasai oleh kompeni pada tahun (1667) dan timbullah perlawanan
dari rakyat Makasar di bawah pimpinan Hasanudin. Menyusul pula, wilayah
Banten (Sultan Ageng Tirtoyoso) dapat ditundukan oleh kompeni pada tahun
1684. Perlawanan Trunojoyo dan Untung Suropati di Jawa Timur pada akhir abad
XVII nampaknya tidak mampu meruntuhkan kekuasaan kompeni pada saat itu.
Pada abad itu, Belanda berusaha dengan keras untuk memperkuat dan
mengintensifkan kekuasaannya di seluruh Indonesia. Melihat praktek-praktek
penjajahan Belanda tersebut maka meledaklah perlawanan rakyat di berbagai
wilayah nusantara antara lain : Patimura di Maluku (1817), Baharudin di
Palembang (1819), Imam Bonjol di Minangkabau (1821-1837), Pangeran
Diponegoro di Jawa Tengah (1825-1830), Teuku Tjik di Tiro, Teuku Umar dalam
perang Aceh (1860), Anak Agung Made dalam perang Lombok (1894-1895),
Sisingamangaraja di tanah Batak (1900), dan masih banyak perlawanan rakyat di

7
berbagai daerah di nusantara. Dorongan akan cinta tanah air menimbulkan
semangat untuk melawan penindasan dari bangsa Belanda. Namun, sekali lagi
karena tidak adanya persatuan dan kesatuan diantara mereka dalam melawan
penjajahan, maka perlawanan tersebut senantiasa kandas dan menimbulkan
banyak korban.
Penderitaan mulai memuncak ketika Belanda mulai menerapkan sistem
monopoli melalui tanam paksa (1830-1870) . Penderitaan rakyat semakin
menjadi-jadi dan Belanda sudah tidak peduli lagi dengan penderitaan tersebut,
bahkan mereka semakin gigih dalam menyiksa rakyat untuk merperbanyak
kekayaan bangsa Belanda.

2. Kebangkitan Nasional
Pada abad XX di panggung politik Internasional, terjadilah pergolakan
kebangkitan dunia timur dengan suatu kesadaran akan kekuatannya sendiri. Di
Indonesia, bergolaklah kebangkitan akan kesadaran berbangsa yaitu kebangkitan
nasioanal (1908) dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dengan Budi
Utomonya. Gerakan inilah yang merupakan awal gerakan nasional untuk
mewujudkan suatu bangsa yang memiliki kehormatan akan kemerdekaan dan
kekuatannya sendiri.
Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 merupakan pelopor
dari pergerakan nasional sehingga setelah itu, muncullah pergerakan organisasi-
organisasi lainnya. Organisasi-organisasi pergerakan lainnya yaitu Sarikat Dagang
Islam (SDI) (1909), yang kemudian dengan cepat mengubah bentuknya menjadi
gerakan politik dengan mengganti namanya menjadi Sarikat Islam (SI) pada tahun
1911 di bawah pimpinan H.O.S. Cokroaminoto.
Berikutnya, muncullah Indische Partij (1913) yang dipimpin oleh tiga
serangkai yaitu Douwes Dekker, Ciptomangunkusumo, Suwardi Suryaningrat
(yang lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantoro). Kemudian, muncullah
Partai Nasional Indonesia (PNI) (1927) yang dipelopori oleh Ir. Soekarno,
Ciptomangunkusumo, Sartono, dan tokoh lainnya. Mulailah kini perjuangan
bangsa Indonesia dititik beratkan pada persatuan nasional dengan tujuan yang
jelas yaitu Indonesia merdeka. Tujuan itu kenudian diikuti dengan tampilnya

8
pemuda yang tokoh-tokohnya antara lain Muh. Yamin, Wongsonegoro, Kuncoro
Purbopranoto, serta diikuti dengan sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1928 yang
isinya satu Bahasa, satu Bangsa , dan satu Tanah Air Indonesia. Lagu kebangsaan
Indonesia Raya yang pertama kali dikumandangkan dan sekaligus sebagai
penggerak kebangkitan kesadaran berbangsa.
Kemudian PNI oleh para pengikutnya dibubarkan dan diganti bentuknya
dengan Partai Indonesia dengan singkatan Partindo (1931). Kemudian, golongan
demokrat antara lain Moh. Hatta dan St. Syahrir mendirikan PNI (Partai Nasional
Indonesia) baru (1933) dengan semboyan kemerdekaan Indonesia harus dicapai
dengan kekuatan sendiri.
3. Zaman Penjajahan Jepang
Setelah Nederland diserang oleh tentara Nazi Jerman pada tanggal 5 Mei
1940 dan jatuh pada tanggal 10 Mei 1940, maka Ratu Wihelmina dengan segenap
aparat pemerintahannya mengungsi ke Inggris sehingga pemerintahan Belanda
masih dapat berkomunikasi dengan pemerintah jajahan di Indonesia. Janji
Belanda tentang Indonesia merdeka kelak dikemudian hari, dalam kenyataannya
hanya suatu kebohongan belaka sehingga tidak pernah menjadi kenyataan.
Bahkan, sampai akhir pendudukannya pada tanggal 10 Maret 1940, kemerdekaan
Indonesia itu tidak pernah terwujud.
Fasis Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda “Jepang Pemimpin
Asia, Jepang saudara tua bangsa Indonesia”. Akan tetapi, dalam perang melawan
Sekutu Barat yaitu (Amerika, Inggris, Rusia, Perancis, Belanda, dan negara sekutu
lainnya) nampaknya Jepang semakin terdesak. Oleh karena itu, agar mendapat
dukungan dari bangsa Indonesia maka pemerintah Jepang bersikap bermurah hati
terhadap bangsa Indonesia yaitu menjanjikan Indonesia merdeka kelak
dikemudian hari.
Pada tanggal 29 April 1945, pemerintah Jepang memberikan kemerdekaan
tanpa syarat. Janji itu disampaikan kepada bangsa Indonesia seminggu sebelum
bangsa Jepang menyerah dengan maklumat Gunseikan dari pemerintah militer
Jepang di seluruh Jawa dan Madura Nomor 23. Dalam janji kemerdekaan yang
kedua tersebut, bangsa Indonesia diperkenankan untuk memperjuangkan
kemerdekaannya. Bahkan, dianjurkan kepada bangsa Indonesia untuk berani

9
mendirikan negara Indonesia merdeka dihadapan musuh-musuh Jepang yaitu
Sekutu
Untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari bangsa Indonesia maka
sebagai realisasi janji tersebut maka dibentuklah suatu badan yang bertugas untuk
menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau
Dokuritsu Zyunbi Tioosakai.
4. Sidang BPUPKI Pertama
Sidang BPUPKI pertama diadakan selama 4 hari, berturut-turut yang
tampil menyampaikan usulannya antara lain :
a. Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945)
Dalam pidatonya tanggal 29 Mei 1945, Muh. Yamin mengusulkan
calon rumusan dasar negara Indonesia sebagai berikut : I. Peri
Kebangsaan, II. Peri Kemanusiaan, III. Peri Ketuhanan, IV. Peri
Kerakyatan (A. Permusyawaratan, B. Perwakilan, C. Kebijaksanaan) dan
V. Kesejahteraan Rakyat ( Keadilan Sosial).
Selain usulan tersebut, pada akhir pidatonya Mr.Muh.Yamin
menyerahkan naskah sebagai lampiran yaitu suatu rancangan usulan
sementara yang berisi rumusan UUD RI dan rancangan pembukaannya.
b. Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945)
Prof. Dr. Soepomo mengusulkan hal-hal sebagai berikut :
(a) Saya mengusulkan pendirian negara nasional yang bersatu dalam arti
totaliter yaitu negara yang tidak akan mempersatukan diri dengan
golongan terbesar akan tetapi yang mengatasi semua golongan, baik
golongan besar atau kecil. Dalam negara yang bersatu itu urusan agama
diserahkan kepada golongan-golongan agama bersangkutan.
(b) Kemudian dianjurkan supaya para warga negara takluk kepada Tuhan,
supaya tiap-tiap waktu ingat kepada Tuhan.
(c) Mengenai kerakyatan disebutkan sebagai berikut untuk menjamin
supaya pimpinan negara,terutama kepala negara terus-menerus bersatu
jiwa dengan rakyat dalam susunan pemerintahan negara Indonesia harus
dibentuk sistem badan permusyawaratan.

10
(d) Dalam lapangan ekonomi negara akan bersifat kekeluargaan juga,
karena kekeluargaan itu sifat masyarakat timur yang harus kita pelihara
sebaik-baiknya. Sistem tolong-menolong, sistem koperasi hendaknya
dipakai sebagai salah satu dasar ekonomi negara Indonesia yang
makmur, bersatu, berdaulat, dan adil.
(e) Mengenai hubungan antar bangsa, menganjurkan supaya negara
Indonesia bersifat negara Asia Timur .
(c) Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
Beliau mengusulkan dasar negara yang terdiri atas lima prinsip yang
rumusannya adalah sebagai berikut : Nasionalisme (kebangsaan
Indonesia), Internasionalisme (peri kemanusiaan), Mufakat (demokrasi),
Kesejahteraan sosial, Ketuhanan Yang Maha Esa (Ketuhanan Yang
Berkebudayaan).

Lima prinsip dasar negara tersebut kemudian oleh Soekarno


diusulkan agar diberi nama pancasila. Menurut Soekarno berikutnya
kelima sila tersebut dapat diperas menjadi “Tri Sila” yang meliputi ; (1)
Sosio nasionalisme yang merupakan sintesa dari Kebangsaan
(nasionalisme) dengan peri kemanusiaan (internasionalisme), (2) Sosio
demokrasi yang merupakan sintesa dari mufakat (demokrasi), dengan
Kesejahteraan sosial, serta (3) Ketuhanan. Berikutnya beliau juga
mengusulkan bahwa “Tri Sila” tersebutjuga dapat diperas menjadi “Eka
Sila” yang intinya adalah gotong royong. Beliau mengusulkan bahwa
pancaasila adalah dasar falsafat negara dan pandangan hidup bangsa
Indonesia.

5. Sidang BPUPKI Kedua (10-16 Juli 1945)


Hari pertama sebelum sidang BPUPKI kedua dimulai, diumumkan oleh
ketua bahwa ada penambahan 6 anggota baru Badan Penyelidik yaitu (1) Abdul
Fatah Hasan, (2) Asikin Natanegara, (3) Soerjo Hamidjojo, (4) Muhammad Noor,
(5) Besar, (6) Abdul Kaffar.
Selain tambahan anggota BPUPKI, Ir. Soekarno melaporkan hasil
pertemuannya yang dilakukan sejak tanggal 1 Juni yang lalu. Menurut laporan itu,

11
pada tanggal 22 Juni 1945 Ir. Soekarno mengadakan pertemuan Panitia Kecil
dengan anggota-anggota Badan Penyelidik yang disebut dengan Panitia Sembilan.
Panitia sembilan ini mencapai persetujuan antara golongan Islam dengan
golongan Kebangsaan. Modus atau persetujuan tersebut tertuang dalam suatu
rancangan pembukaan Hukum Dasar, rancangan Preambul Hukum Dasar yang
dipermaklumkan oleh panitia kecil badan penyelidik dalam rapat BPUPKI kedua
tanggal 10 Juli 1945. Panitia Kecil Badan Penyelidik menyetujui sebulat-bulatnya
rancangan Preambul yang disusun oleh Panitia Sembilan tersebut.
Terdapat hal yang sangat menarik perhatian yaitu pemakaian istilah hukum
dasar yang kemudian diganti dengan istilah Undang-Undang Dasar. Hal ini
menurut keterangan Prof. Soepomo dalam rapat tanggal 15 Juli 1945 bahwa
istilah hukum dalam bahasa Belanda ‘recht’ itu meliputi yang tertulis dan tidak
tertulis. Sedangkan Undang-Undang Dasar adalah hukum yang tertulis. Oleh
karena itu tidak digunakan lagi istilah hukum dasar untuk rancangan yang harus
disusun oleh Panitia Perancang yang dibentuk dalam rapat 11 Juli, adapun istilah
yang benar adalah Undang-Undang Dasar.
Keputusan-keputusan lain untuk membentuk panitia kecil yaitu sebagai
berikut.
1. Panitia perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno.
2. Panitia ekonomi dan keuangan yang diketuai oleh Drs. Moh. Hatta.
3. Panitia pembelaan tanah air diketuai oleh Abikusno Tjokrosoejoso.
Tanggal 14 Juli Badan Penyelidik bersidang lagi dan Panitia Perancang
Undang-Undang Dasar melaporkan hasil pertemuannya. Susunan Undang-
Undang Dasar yang diusulkan terdiri dari 3 bagian yaitu (a) Pernyataan Indonesia
merdeka, yang berupa dakwaan di muka dunia atas penjajahan Belanda, (b)
Pembukaan yang di dalamnya terkandung dasar negara Pancasila, dan (c) Pasal-
pasal Undang-Undang Dasar (Pringgodigdo, 1979 : 169-170).

6. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945


Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu maka kesempatan itu
dipergunakan sebaik-baiknya oleh para pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia.
Namun terdapat perbedaan pendapat dalam pelaksanaan serta waktu Proklamasi.

12
Dalam masalah ini, golongan pemuda lebih bersikap agresif yaitu untuk
menghendaki kemerdekaan secepat mungkin. Perbedaan itu memuncak denngan
diamankannya Ir. Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok agar tidak dapat
pengaruh dari Jepang. Setelah diadakan pertemuan di Pejambon Jakarta pada
tanggal 16 Agustus 1945 dan diperoleh kepastian bahwa Jepang telah menyerah
maka Dwitunggal Soekarno Hatta setuju untuk diadakannya proklamasi
kemerdekaan, akan tetapi dilaksanakan di Jakarta. Untuk mempersiapkan
proklamasi tersebut maka pada tengah malam, Soekarno-Hatta pergi ke rumah
Laksamana Maeda di Oranye Nassau Boulevard (sekarang Jl. Imam Bonjol No. 1)
untuk menegaskan bahwa pemerintah Jepang tidak campur tangan tentang
proklamasi. Setelah memperoleh kepastian maka Soekarno-Hatta mengadakan
pertemuan pada larut malam dengan Mr. Achmad Soebardjo, Soekarni, Chaerul
Saleh, B.M. Diah, Sayuti Melik, Dr. Buntaran, Mr. Iwakusumasumantri, dan
beberapa anggota PPKI untuk merumuskan redaksi naskah Proklamasi. Pada
pertemuan tersebut, akhirnya konsep Soekarno yang diterima dan diketik oleh
Sayuti Melik.
Kemudian pagi harinya pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan
Timur 56 Jakarta, tepat pada hari Jumat jam 10.00 WIB (jam 11.30 waktu
Jepang), Bung Karno dengan didampingi Bung Hatta membacakan naskah
proklamasi dengan khimat dan diawali dengan pidato.

7. Sidang PPKI
Sehari setelah proklamasi, keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus
1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama. Pertemuan tersebut diawali
dengan membahas rancangan naskah Pembukaan UUD 1945 yang pada saat itu
dikenal dengan nama Piagam Jakarta, terutama yang menyangkut perubahan sila
pertama Pancasila. Dalam pertemuan tersebut, dicapai kesepakatan dan akhirnya
disempurnakan sebagai naskah Pembukaan UUD 1945 sekarang ini.

13
C. Masa Mempertahankan dan Mengisi Kemerdekaan
1. Pembentukan Negara Indonesia Serikat
Berdasarkan hasil KMB dan konstitusi RIS dibentuklah suatu negara
federal yang bernama Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tanggal 27
Desember 1949 di kota Den hag. Konstitusi RIS antara lain:
1. Konstitusi RIS menentukan bentuk Negara Serikat (federalistis) yang
dibagi atas 16 negara bagian
2. Konstitusi RIS menentukan suatu sifat pemerintahan yang liberalistis
atau pemerintahan yang berdasarkan demokrasi parlementer
3. Mukadimah konstitusi RIS telah menghapuskan semangat jiwa
maupun isi pembukaan UUD Proklamasi. (mardoyo:199)

2. Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1950


Pada saat negara kesatuan RIS hanya tinggal 3 yaitu negara bagian RI
proklamasi, Negara Indonesia Timur (NIT) dan Negara Sumatra Timur (NST).
Berdasarkan persetujuan RIS dengan negara RI maka seluruh negara bersatu
dalam negara kesatuan dengan konstitusi sementara yang berlaku sejak 17
Agustus 1950. Namun, pada saat itu pemerintah masih berasas demokrasi liberal
sehingga isi maupun jiwanya merupakan penyimpangan terhadap Pancasila. Hal
ini disebabkan oleh:
1. Sistem multipartai dan kabinet parlementer berakibat silih bergantinya
kabinet yang rata-rata berumur 6 atau 8 bulan.
2. Secara ideologis Mukadimah Konstitusi Sementara 1950 tidak
berhasil mendekati perumusan autentik pembukaan UUD 1945,
demikian juga perumusan Pancasila dasar negara juga terjadi
penyimpangan.

3. Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Konstituante RIS tidak berhasil menjalankan tugasnya karena tidak


berhasil memutuskan mengenai dasar Negara Republik Indonesia. Kemelut
nasional ini diakhiri oleh keluarnya Dekrit Peresiden 5 Juli 1959 dan kembali
pada UUD 1945. Isi dari Dekrit Presiden 5 Juli 1959 ialah:

14
1. Pembubaran Konstituante
2. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS
1950
3. Terbentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya

Setelah Dekrit Peresiden 5 Juli 1959 ketatanegaraan Indonesia berangsur


membaik. Namun, keadaan ini dimanfaatkan oleh kaum Komunis. Ideologi
Pancasila saat itu dirancang oleh PKI yang digantinya dengan ideologi Manipol
Usdek serta konsep Nasakom. Peristiwa demi peristiwa yang dicoba oleh komunis
untuk menggantikan ideologi Pancasila sampai pada puncaknya ialah meletusnya
pemberontakan G 30 S PKI tanggal 30 September 1965 disertai dengan
pembunuhan beberapa jendral. Pemberontakan PKI berupaya untuk mengganti
secara paksa ideologi dan filsafat Negara Pancasila dengan ideologi Komunis
Marxis.
Namun, Indonesia tak goyah walaupun terancam digantikan oleh ideologi
komunis secara paksa. Hal ini dikarenakan Pancasila merupakan pandangan hidup
bangsa juga sebagai jiwa bangsa . Maka tanggal 1 Oktober 1965 diperingati oleh
bangsa Indonesia sebagai hari Kesaktian Pancasila.

4.Masa Orde Baru


Dalam upaya untuk meningkatkan kemurnian pelaksanaan Pancasila dan
UUD1945 maka dibentuklah front Pancasila oleh beberapa partai politik dan
organisasi masa. Bersama dengan KAMI front Pancasila muncul sebagai
pendukung orde baru dan mempelopori tuntutan yang lebih luas yang menyangkut
penataan kembali kehidupan kenegaraan sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Tuntutan untuk membubarkan PKI kemudian ditegaskan oleh KAMI
dengan Tritura pada tanggal 12 januari 1966. Isi dari Tritura ialah:
a. Bubarkan PKI
b. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur PKI
c. Turunkan harga dan perbaiki ekonomi

15
Karena orde lama akhirnya tidak mampu lagi menguasai pimpinan negara
maka presiden memberikan kekuasaan penuh pada panglima angkatan darat letnan
jendral dalam surat perintah 11 maret 1966.
Demikianlah orde baru berangsur-angsur melaksanakan program dalam
upaya untuk merealisasikan pembangunan nasional sebagai perwujudan
pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila telah dimiliki
oleh bangsa Indonesia sebelum kita mendirikan negara. Proses terbentuknya
suatu negara dan bangsa Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup
panjang yaitu sejak zaman batu kemudian timbulnya kerajaan-kerajaan pada
abad IV,V kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak
pada abad VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya di bawah wangsa
Syailendra di Palembang, kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit di
Jawa Timur serta kerajaan-kerajaan lainnya.
Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern dirintis oleh para
pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain yang dilakukan oleh para tokoh
pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian dicetuskan pada
sumpah pemuda tahun 1928. Akhirnya, titik kulminasi sejarah perjuangan
bangsa Indonesia dalam mendirikan negara tercapai dengan diproklamasikan
kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.

3.2 Saran
Telah kita ketahui betapa panjang rintihan sejarah perjuangan bangsa
kita hingga mencapai kemerdekaan. Oleh karena itu, sebaiknya warga negara
Indonesia harus lebih meyakini atau mempercayai, menghormati,
menghargai, menjaga, memahami, dan melaksanakan segala hal yang telah
dilakukan oleh para pahlawan khususnya dalam pemahaman bahwa falsafah
Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara Indonesia. Sehingga
kekacauan yang sekarang terjadi ini dapat diatasi dan lebih memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia ini.

17
Daftar Pustaka

Kaelan. 2002. Pendidikan Pancasila.Yogyakarta: Paradigma


Soegito AT. 2006. Pendidikan Pancasila.Semarang: MKU UNNES

Anda mungkin juga menyukai