Disusun Oleh :
7. Referensi
Saraswati,Sylvia. 2009. Diet Sehat untuk Penyakit Asam Urat, Diabetes,
Hipertensi, dan Stroke. Yogyakarta: A*PLUS BOOKS.
Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka
Cipta.
Prof. dr. Moerdowo, R.M. 1984. Masalah Hipertensi (Tekanan Darah
Tinggi). Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
http://gejaladarahtinggi.com/jenis-jenis-hipertensi/
http://www.deherba.com/tipe-tipe-hipertensi.html
http://www.bimbingan.org/macam-macam-hipertensi.htm
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Gizi-Seimbang-Utk-
Hipertensi.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17124/4/Chapter%20II.pdf
http://www.binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361338449.pdf
MATERI GIZI UNTUK HIPERTENSI
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis dalam waktu yang
lama. Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh. Cara
untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur terkanan darah
secara teratur dengan alat pengukur tensi. Hipertensi dijuluki sebagai
”pembunuh diam-diam” karena orang yang menderita hipertensi tidak
dapat diidentifikasi penyebab penyakitnya.
Dampak gawat dari hipertensi adalah ketika hipertensi telah terjadi
komplikasi yaitu telah menyebabkan gangguan organ, seperti gangguan
fungsi jantung, koroner, ginjal, gangguan fungsi kognitif, ataupun stroke.
Hipertensi pada dasarnya akan mengurangi harapan hidup para
penderitanya. Selain mengakibatkan angka kematian yang tinggi (high
case fatality), hipertensi juga berdampak pada mahalnya pengobatan dan
perawatan yang harus ditanggung para penderita, dan berdampak bagi
penurunan kualitas hidup. Sekitar 40 persen kematian dibawah usia 65
tahun bermula dari tekanan darah tinggi. Penyakit ini sudah menjadi
epidemi di zaman moderen, menggantikan wabah kolera dan TBC jaman
dulu.
Hipertensi dapat bersifat generatif, yaitu dapat diturunkan dari
orang tua kepada anaknya. Apabila salah satu orang tua terkena hipertensi
maka kecenderungannya anak untuk menderita hipertensi lebih besar
dibanding mereka yang tidak memiliki orangtua penderita hipertensi.
Seseorang yang divonis hipertensi maka penyakit itu akan terus
membelit tubuh, walaupun bisa dihentikan pengobatanya karena tekanan
darah sudah normal. Tekanan darah tniggi tersebut dapat datang kapan
saja. Prosentasi penyembuhan hipertensi secara total sangatlah kecil, itu
hanya berlaku pada hipertensi ringan. Hal yang dapat dilakukan adalah
mengontrolnya dengan obat penurun hipertensi dan menjalankan pola
hidup sehat.
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90
mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg .
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara
terus menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal
adalah 110/90 mmHg. Hipertensi merupakan produk dari resistensi
pembuluh darah perifer dan kardiak output.
N.M. Kaplan, Bapak Ilmu Penyakit Dalam, memberikan batasan
dengan membedakan usia dan jenis kelamin sebagai berikut :
1. Laki-laki, usia <45 Tahun, dikataka hipertensi apabila tekanan darah
pada waktu berbaring >130/90 mmHg.
2. Laki-laki, usia >45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan
darahnya >145/95 mmHg.
3. Perempuan, jika tekanan darah >160/95 mmHg, maka dinyatakan
hipertensi.
B. Jenis-jenis Hipertensi
Hipertensi memiliki beberapa tipe , jenis penyakit hipertensi yang
paling umum adalah tekanan darah tinggi primer dan sekunder. Selain itu
ada empat jenis lainya yang jarang terjadi namun perlu diwaspadai yaitu
jenis hipertensi Maligna, Hipertensi Sistolik Terisolasi, White Coat
Hypertention, dan Hipertensi Resisten.
1. Tekanan darah tinggi primer
Hampir 95% dari semua kasus hipertensi yang ditemukan adalah
tekanan darah tinggi primer atau disebut juga hipertensi esensial.
Penyebabnya adalah gabungan dari beberapa faktor yakni gen, gaya
hidup, berat badan, dan lainnya. Biasanya, dokter menyarankan untuk
melakukan modifikasi pada gaya hidup dan pola makan. Jika
perubahan gaya hidup tidak menurunkan tekanan darah, dokter
biasanya akan memberikan obat-obatan untuk menormalkan tekanan
darah.
2. Tekanan darah tinggi sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor
penyebab hipertensi sekunder yang paling umum adalah kerusakan dan
disfungsi ginjal. Penyebab lainnya adalah tumor, masalah pada
kelenjar tiroid, kondisi selama kehamilan, dan lain-lain. Biasanya,
hipertensi jenis ini bisa disembuhkan jika penyebabnya lebih dulu
disembuhkan.
3. Tekanan darah tinggi maligna
Ini adalah jenis hipertensi yang paling parah dan cepat
berkembang. Hipertensi maligna sangat cepat untuk merusak organ
dalam tubuh. Jika dalam lima tahun hipertensi maligna tidak diobati,
konsekuensinya adalah kematian yang disebabkan oleh kerusakan
otak, jantung, dan gagal ginjal. Namun, hipertensi jenis ini dapat
diobati dengan catatan pengobatan dilakukan secara intensif dan
berkelanjutan. Seseorang yang menderita hipertensi jenis ini
merasakan kebas di sekujur tubuh, penglihatan kabur, kecemasan, dan
sangat kelelahan.
4. Tekanan darah tinggi sistolik terisolasi
Jenis hipertensi ini disebabkan oleh umur, mengonsumsi tembakau,
diabetes, dan diet yang salah. Pada hipertensi ini, arteri menjadi kaku
sehingga menyebabkan sistolik (tekanan darah saat jantung
berkontraksi) sangat tinggi sedangkan diastolik (tekanan darah saat
jantung istirahat) normal.
5. White coat hypertension
Hipertensi jenis ini hanya terjadi jika pasien sedang berada di pusat
klinik atau rumah sakit. Jenis tekanan darah tinggi ini disebabkan oleh
kegugupan saat akan diperiksa oleh pihak rumah sakit. Di luar rumah
sakit, tekanan darah pasien ini sangat normal. Jika terjadi hal yang
sama dalam pemeriksaan ulang maka jenis hipertensi ini tidak perlu
diobati.
6. Hipertensi resisten
Penderita hipertensi resisten tidak merespon obat apapun lagi.
Hipertensi dikatakan resisten jika 3 jenis obat tidak sanggup
menurunkan tekanan darah. Maka diperlukan 4 macam jenis obat
untuk menurunkan tekanan darah.
D. Gejala-gejala Hipertensi
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada
retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan
pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus
optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan
gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ
yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan
patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan
urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah
(BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi
sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan
tajam penglihatan.
Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala
klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :Nyeri
kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranial,Penglihatan kabur akibat kerusakan
retina akibat hipertensi,Ayunan langkah yang tidak mantap karena
kerusakan susunan saraf pusat,Nokturia karena peningkatan aliran darah
ginjal dan filtrasi glomerolus,Edema dependen dan pembengkakan akibat
peningkatan tekanan kapiler.
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu
pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-
tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.