Anda di halaman 1dari 86

SKRIPSI

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN NYERI


LUTUT PADA LANJUT USIA YANG MENGALAMI ARTRITIS
REUMATOID DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
GAU MABAJI KABUPATEN GOWA

SYAMSINAR SYAM
2110147

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2014
PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN NYERI
LUTUT PADA LANJUT USIA YANG MENGALAMI ARTRITIS
REUMATOID DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
GAU MABAJI KABUPATEN GOWA

Skripsi
Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk mencapai gelar serjana keperawatan

SYAMSINAR SYAM
2110147

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2014

ii
iii
iv
ABSTRAK

SYAMSINAR SYAM “Pengaruh Senam Lansia Terhadap Perubahan


Nyeri Lutut Pada Lansia Yang Mengalami Artritis Reumatoid di Panti
Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kab.Gowa”. (dibimbing Oleh Akbar
Harisa dan Eka Suprapti).

Menua adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan-lahan


kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri. Pada usia lanjut, mengalami
penurunan pada sistem muskuloskeletal. Penurunan sistem
muskuloskeletal ini ditandai dengan adanya nyeri pada daerah persendian
salah satunya pada sendi lutut. Salah satu upaya untuk mengurangi nyeri
lutut adalah dengan terapi non farmakologis dengan senam lansia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam lansia
terhadap perubahan tingkat nyeri pada lansia yang mengalami artritis
reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Quasy
Eksperimen dengan pendekatan Nonequivalent Control Group Design.
Jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 20 orang. Pengambilan
sampel menggunakan total sampling yaitu sebanyak 20 responden
dengan membagi sampel menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 10
responden untuk kelompok kontrol dan 10 responden untuk kelompok
kasus. Analisa data menggunakan uji T-Test sample paired dengan
tingkat kemaknaan α= 0,05. Dari hasil yang diperoleh berdasarkan
penelitian, maka dapat di simpulkan bahwa ada Pengaruh senam lansia
terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami artritis
reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.

Kata Kunci : Lansia, Nyeri, Artritis Reumatoid, Senam lansia.


Kepustakaan: 22 (2004-2013)

v
ABSTRACT

SYAMSINAR SYAM “The influence of elderly gymnastic on paint level


changing to old people experiencing rheumatoid artritis in Sosial
Institutions Tresna Werdha Gau Mabaji Kab.Gowa”. (Supervised by Akbar
Harisa and Eka Suprapti).

Aging is a process ofeliminating the network's ability to repair it self


gradually. Elderly tend to get the decreased on the musculoskeletal
system. The decreased of the musculoskeletal system is charac terized by
pain in the joints, for example the knee joint. One way to reduce the knee
pain is using the non-pharmacologic therapy with elderly gymnastic. The
aim of this research to know influense of elderly gymnastics supplay on
pain level changing to old people in Sosial Institutions Tresna Werdha Gau
Mabaji Kabupaten Gowa.
Research designes used was Quasy Eksperimental nonequivalent
control group design. The number of population in this research was 20
people. Sample taking by using total sampling with share sample become
2 groups as 10 respondens for controlling group and 10 respondens for
matter group. Data analized using T-test sample paired with meaning level
α = 5 (0,05). From the results obtained by the research it can be
concluded that there are elderly exercises influence on changes in knee
pain in older adults who have rheumatoid artritis.

Key words :
Advance age, Pain, Rheumatoid artritis, Gymnastics elderly
References : 22 (2004-2013)

vi
KATA PENGANTAR

Assalam Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Alhamdulillahi robbil alamin, Puji syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya

penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Pengaruh

Senam Lansia Terhadap Perubahan Nyeri Lutut Pada Lansia Yang

Mengalami Artritis Reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji

Gowa”. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan

sarjana keperawatan pada program studi ilmu keperawatan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.

Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis menyadari bahwa itu

tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan yang sangat berharga dari

berbagi pihak, baik secara moril maupun materil. Olehnya itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Alm.Syamsuddin dan

Ibunda tercinta Hj.Khalipa Nurung atas segala Doa, kasih sayang, dan

nasehatnya dari kejauhan dan motivasi serta perjuangannya selama ini

kepada penulis, serta pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Bapak H. Andi Iwan Darmawan Aras, SE., selaku Ketua Yayasan

Gema Insan Akademik Makassar.

2. Ibu Hj. Hasniaty AG. S.Kp., M.Kep., selaku Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.

vii
3. Bapak Akbar Harisa, S.Kep., NS., PMNC, MN., selaku pembimbing

I dalam penelitian ini yang telah memberikan waktu, tenaga dan

pikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis untuk dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Eka Suprapti, S.Kep., Ns., selaku pembimbing II dalam

penelitian ini yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran

dalam membimbing dan mengarahkan penulis untuk dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. Tim Penguji yang telah meluangkan waktu untuk menghadiri dalam

pelaksanaan seminar.

6. Seluruh Pengelolah dan Staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Gema Insan Akademik Makassar, yang membantu penulis dalam

mempersiapkan kelengkapan administrasi selama penyusunan

skripsi ini.

7. Seluruh Pengelolah dan Staf Panti Sosial Tresna Werdha Gau

Mabaji Kab.Gowa yang telah memberikan kesempatan dan

memberikan banyak informasi.

8. Kepada seluruh responden yang telah memberikan kesempatan

dan meluangkan waktunya.

9. Khusus untuk Kakanda tercinta Hj.Murniati, Hj.HasniatiSyam,

Salmawati, Irwan Syam, Asmirawati, Kasmawati dan Adhe Fitrianti

terima kasih atas do’a, motivasi, semangat maupun materil untuk

keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

viii
10. Seluruh teman-teman seperjuangan penulis di STIK GIA khususnya

kelas A3 angkatan 2010 (Wina Oktaviana, Wa Yuni Laune, Resky

Ega, Nurul Fatiyah, Zakina Awalia, Tohira, Awaluddin, Taufik

Nugroho, Andri dll) yang tak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Terima kasih atas segala perhatian, dukungan, dan motivasi yang

telah diberikan kepada penulis sehingga terselesainya skripsi ini,

semoga silaturrahmi terjalin dan sukses selalu.

11. Teman-teman kostku (Yati Rahmawati, Danti Rahayu, Rani dan

Erna) terima kasih atas perhatian dan dukungannya, semoga

kebersamaan semakin erat.

Namun demikian penulis menyadari sebagai manusia biasa

yang penuh dengan keterbatasan, dengan kerendahan hati penulis

mengharapkan saran dan kritikan demi kesempurnaan skripsi ini,

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Akhir kata, semoga apa yang kita peroleh dapat bernilai

ibadah di sisi-Nya, Amin.

Makassar, September 2014

Penulis

SYAMSINAR SYAM
( 2110147 )

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................ i

HALAMAN JUDUL ........................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................. iv

ABSTRAK ..................................................................................... v

ABSTRACT ................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................. x

DAFTAR TABEL ........................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ......................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ....................................................... 5

E. Hipotesis Penelitian....................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Lanjut Usia ............................. 7

B. Tinjauan Umum tentang Nyeri ...................................... 14

C. Tinjauan Umum tentang Artritis Reumatoid .................. 20

x
D. Tinjauan Umum tentang Senam Lansia ....................... 23

E. Tinjauan Khusus tentang Pengaruh Senam Lansia Terhadap


Perubahan Nyeri Lutut Pada Lansia Yang Mengalami Artritis
Reumatoid..................................................................... 28
F. Kerangka Teori ............................................................. 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual .................................................... 32

B. Definisi Operasional ...................................................... 33

C. Desain Penelitian .......................................................... 34

D. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................... 34

E. Populasi dan Sampel .................................................... 35

F. Instrumen Penelitian ..................................................... 35

G. Pengumpulan Data ....................................................... 36

H. Pengolahan Data .......................................................... 36

I. Tekhnik Analisa Data .................................................... 37

J. Etika Penelitian ............................................................. 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .............................................................. 40

B. Pembahasan .................................................................. 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................. 48

B. Saran ........................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 50

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1: Tabel Skala Tingkat Nyeri ........................................... 19

Tabel 3.1: Tabel Defenisi Operasional ........................................ 33

Tabel 4.1: Distribusi frekuensi pre test senam lansia di PSTW

Gau Mabaji Gowa ....................................................... 40

Tabel 4.2: Distribusi frekuensi post test senam lansia di PSTW

Gau Mabaji Gowa ....................................................... 41

Tabel 4.3: Pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri

lutut pada lansia yang mengalami Artritis Reumatoid

di PSTW Gau Mabaji Gowa ........................................ 42

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Tingkat nyeri skala VAS ........................................... 16

Gambar 2.2 Tingkat nyeri skala VDS ........................................... 17

Gambar 2.3 Tingkat nyeri skala NRS........................................... 17

Gambar 3.1. Kerangka konseptual .............................................. 32

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden............... 52

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden.............................. 53

Lampiran 3. Lembar Instrumen/Kuesioner ................................... 54

Lampiran 4.Lembar Observasi sebelum intervensi senam .......... 56

Lampiran 5. Lembar Observasi setelah intervensi senam .......... 57

Lampiran 6. Lembar Prosedur senam lansia ............................... 58

Lampiran 7. Master Tabel ............................................................ 61

Lampiran 8. Hasil Pengolahan Data SPSS .................................. 62

Lampiran 9. Jadwal Penelitian ..................................................... 70

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses menua merupakan proses yang terus menerus

berkelanjutan secara alamiah dan umumnya dialami oleh semua

makhluk hidup. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ

tubuh tidak akan sama. 12

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di

dalam kehidupan manusia. Memasuki usia tua mengalami

kemunduranya, misalnya kemunduran fisik yang di tandai dengan kulit

yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran

kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan

figur tubuh yang tidak proporsional. 18

Menjaga kesehatan begitu penting, salah satu cara untuk

menjaga kesehatan adalah dengan melakukan olahraga yang teratur.

Bagi lanjut usia yang memang telah terjadi penurunan pada fungsi

dan organ dalam tubuhnya sangatlah dianjurkan untuk melakukan

olahraga yang aman untuk tubuh agar tidak terjadi cedera yaitu salah

satunya dengan melakukan senam lansia yang aman dan membawa

manfaat yang baik untuk kesehatan para lanjut usia. 20

Olahraga yang dimaksud disini tidaklah sama dengan senam

(olahraga) untuk usia remaja atau dewasa, gerakan, jogging, lompat

tidak boleh dilakukan. Karena gerakan ini dapat memberikan

1
2

pembebanan yang berat pada tulang belakang lansia. Tidak perlu

terlalu berat, cukup dengan gerakan pelan dan dapat diikuti oleh

lansia yang mengandung unsur pemanasan dan pendinginan. Di

dalam senam lansia sudah mengandung unsur yang melibatkan

kontraksi otot yang dinamis.20

Secara individual, pada usia diatas 50 tahun terjadi proses

penuaan secara alamiah. Hal ini dapat menimbulkan masalah fisik,

mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan bergesernya pola

perekonomian dan pertanian ke industri, maka pola penyakit juga

bergeser dari penyakit menular ke penyakit tidak menular

(degeneratif). Meskipun secara ilmiah penurunan fungsi berbagai

organ, tetapi tidak harus menimbulkan penyakit oleh karena usia lanjut

harus sehat. Diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

diperkirakan ada 600an juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan


12
diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Seiring

dengan peningkatan umur harapan hidup penduduk lanjut usia

didunia, jumlah lanjut usia yang mengalami masalah juga meningkat.

Masalah yang paling sering dialami oleh lanjut usia adalah masalah

penyakit. Dan penyakit Artritis Reumatoid merupakan salah satu jenis

dari sekian banyak jenis penyakit yang sering dijumpai pada lanjut

usia.12

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000. Jumlah penduduk

60 tahun keatas sebesar 15,3 juta (7,4%) dan jumlah penduduk

selanjutnya pada tahun 2005 diperkirakan meningkat ± 18,3 juta


3

(8,5%). Pada tahun 2005-2010 meningkat menjadi19,3 juta jiwa (±9%)

dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia. Bahkan pada tahun

2020-2025 Indonesia diperkirakan akan menduduki peringkat negara

dengan struktur dan jumlah penduduk usia lanjut setelah Cina, India,

Amerika Serikat, dengan umur harapan hidup diatas 70 tahun.22

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Afifka pada tahun 2012

di Unit Rehabilitasi sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang tentang

Pemberian Intervensi senam lansia pada lansia dengan nyeri lutut

diperoleh hasil bahwa senam lansia dapat melatih kemampuan otot

sendi. Hasil penelitian sesudah dilakukan terapi senam lansia

menunjukkan bahwa sebesar 86,7% lansia memiliki skala nyeri 0 atau

tidak nyeri dan 13,33% lansia mempunyai skala nyeri 1 atau skala

nyeri ringan. Hal ini jelas terlihat bahwa senam lansia memiliki

pengaruh dalam meningkatkan kemampuan otot dan mengurangi

nyeri lutut pada lansia.2

Berdasarkan data yang didapat dari rekapitulasi PMKS/PSKS

kota makassar Tahun 2011 terdapat lanjut usia terdaftar sebanyak

5193 jiwa yang terdapat dari 14 kecamatan di kota Makassar.22

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada

kelompok lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji

Kabupaten Gowa jumlah lansia secara keseluruhan berjumlah 85

orang (20 laki-laki dan 65 perempuan). Laporan dari Poliklinik Panti

tercatat sebanyak 34 orang lansia yang mengalami Artritis reumatoid

dan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan


4

Staf Panti, bahwa di Panti Sosial Tresna Werdha banyak lansia yang

mengalami nyeri persendian atau nyeri lutut.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti

lebih lanjut tentang “Pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri

lutut pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial

Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dirumuskan

masalah penelitian yaitu “Apakah ada pengaruh senam lansia

terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami artritis

reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten

Gowa?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya adanya pengaruh senam lansia terhadap

perubahan nyeri lutut pada lanjut usia yang mengalami artritis

reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten

Gowa.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya tingkatan nyeri sebelum dilakukan senam lansia

pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial

Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa


5

b. Diketahuinya tingkatan nyeri setelah dilakukan senam lansia

pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial

Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.

c. Diketahuinya pengaruh senam lansia terhadap tingkatan nyeri

lutut pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti

Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Profesi Perawat

Sebagai masukan dan informasi untuk menambah

pengetahuan ilmu keperawatan terutama mengenai nyeri lutut

pada lansia yang mengalami artritis reumatoid.

2. Bagi Instansi Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji

Sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan

program senam lansia terutama masalah nyeri lutut pada lansia

yang mengalami artritis reumatoid.

3. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman yang sangat berharga bagi penulis

dan dapat menambah dan meningkatkan wawasan dalam bidang

penelitian.
6

E. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri

lutut pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial

Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut

pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial

Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Lanjut Usia

1. Definisi Lanjut Usia

Menurut World Health Organization (WHO) lanjut usia

adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas.18

Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-

lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti

dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga kerusakan yang di

derita. Ini merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara

alami. Ini di mulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua

mahluk hidup. 3

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh dan

berkembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi

berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi

tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah-laku yang

dapat di ramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka

mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Semua

orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua

merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini

seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara

bertahap. 1

7
8

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan

Meliputi :

a. Keturunan

b. Nutrisi : makanan

c. Status kesehatan

d. Pengalaman hidup

e. Lingkungan

f. Stress

3. Batasan-Batasan Lanjut Usia

Meliputi :

a. Menurut Word Health Organization (WHO)

Lanjut usia meliputi :

1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai

59 tahun.

2) Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun.

3) Lanjut usia tua (old) = anatara 76 dan 90 tahun.

4) Usia sangat tua (very old) = di atas 90 tahun.

b. Menurut Guru besar Universitas Gajah Mada pada fakultas

kedokteran membagi periodisasi biologis perkembangan manusia

sebagai berikut :

1) tahun = masa bayi.

2) 1-6 tahun = masa pra sekolah.

3) 6-10 tahun = masa sekolah.

4) 10-20 tahun = masa pubertas.


9

5) 40-65 tahun = masa setengah umur (prasenium).

6) 65 tahun ke atas = masa lanjut usia (senium).

4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses

penuaan secara degeneratife yang akan berdampak pada

perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan

fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial, dan seksual.1

Adapun perubahan-perubahan pada lanjut usia yaitu:

a. Perubahan fisik :

1) Sistem Indra

a) Perubahan sistem penglihatan

b) Sistem pendengaran

c) Sistem integumen

2) Sistem Musculoskeletal

Perubahan sistem musculoskeletal pada lansia antara

lain sebagai berikut :

a) Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen

sebagai pendukung utama pada kulit, tendon, tulang,

kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan

menjadi bentangan yang tidak teratur. Perubahan pada

kolagen tersebut merupakan penyebab turunnya

fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak

berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk

meningikatkan kekuatan otot.


10

b) Kartilago; jaringan kartilago pada persendian lunak dan

mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi

menjadi rata, kemudian kemampuan kartilago untuk

regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi

cenderung ke arah progresif, konsekuensinya kartilago

pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan.

Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar

penumpu berat badan, akibatnya perubahan itu sendi

mengalami peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan

gerak, dan terganggunya aktifitas sehari-hari.

c) Tulang; berkurangnya kepadatan tulang setelah di

observasi adalah bagian dari penuaan fisiologis bekula

longitudinal menjadi tipis dan trabekula transversal

terabsorpsi kembali. Dampak berkurangnya kepadatan

akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut

mengakibatkan nyeri , deformitas, dan fraktur.

d) Otot; perubahan struktur otot pada penuaan sangat

berfariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot,

peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak

pada otot mengakibatkan otot yang negative. Dampak

perubahan morfologis pada otot adalah penurun kekuatan

dan penurunan kemampuan fungsional otot.

e) Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi tendon,

ligament dan fasia mengalami penurunan elastisitas.


11

Ligament, dan jaringan periarkular mengalami penurunan

daya lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi dan

kalsifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Kelainan

tersebut dapat menimbulkan gangguan berupa bengkak,

nyeri dan kekakuan sendi.

3) Sistem Kardiovaskular dan Respirasi

4) Pencernaan dan metabolisme

5) Sistem perkemihan

6) Sistem Saraf

7) Sistem Reproduksi.1

b. Perubahan Kognitif

1) Memory (daya ingat, ingatan)

2) IQ (intelektual quocient)

3) Kemampuan belajar (learning)

4) Kemampuan pemahaman ( comprehension)

5) Pemecahan masalah (problem solving)

6) Kebijaksanaan (wisdom)

7) Kinerja (performance)

8) Motivasi

c. Perubahan spiritual

Agama atau kepercayaan lansia makin berintegrasi

dalam kehidupannya. Lansia makin teratur dalam kehidupan

agamanya. Spiritual pada lansia bersifat universal, intrinsik dan

merupakan proses individual yang berkembang sepanjang


12

rentang kehidupan. Karena aliran siklus kehilangan terdapat

pada kehidupan lansia, keseimbangan hidup tersebut

dipertahankan sebagian oleh efek positif harapan dari kehilangan

tersebut.1

5. Masalah dan penyakit yang sering dihadapi lanjut usia

Masalah fisik yang sehari-hari sering ditemukan pada lansia yaitu :

a) Mudah Jatuh.

b) Mudah lelah

c) Gangguan kardiovaskuler

d) Palpitasi

e) Edema kaki

Edema kaki dapat disebabkan oleh :

1) Kaki yang lama di gantung (edema gravitasi)

2) Gagal jantung

3) Kekuarangan vitamin B

4) Gangguan penyakit hati

5) Penyakit ginjal

6) Kelumpuhan pada kaki

f) Nyeri atau ketidaknyamanan

1) Nyeri pinggang atau punggung

2) Nyeri sendi pinggul

3) Keluhan pusing

4) Kesemutan pada anggota badan

g) Berat badan menurun


13

Berat badan menurun disebabkan oleh :

1) Pada umumnya, nafsu makan menurun karena kurang

adanya gairah hidup atau kelesuhan

2) Adanya penyakit kronis

3) Gangguan pada saluran pencernaan

4) Faktor sosio-ekonomis (pensiun).

h) Gangguan ketajaman penglihatan

Gangguan ini dapat disebabkan oleh :

1) Prebiospi

2) Kelainan lensa mata

3) Pupil kontriksi, reflex direk lemah

4) Radang saraf mata

5) Glukoma : Tekanan dalam mata (intra-okuler) meninggi,

lapang pandang menyempit.

6) Iris : mengalami proses degenerasi, menjadi kurang

cemerlang dan mengalami dipigmentasi, tampak ada bercak

berwarna merah muda sampai putih.

7) Retina terjadi degenerasi, gambaran fundus mata awalnya

merah jingga cemerlang, menjadi suram dan jalur-jalur

berpigmen, terkesan seperti kulit harimau.1

6. Penyakit yang sering dijumpai pada lanjut usia.

Dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat erat

hubungannya dengan proses menua yakni :


14

a) Gangguan sirkulasi darah, seperti : hipertensi, kelainan

pembuluh darah, gangguan pembuluh darah diotak dan ginjal.

b) Gangguan metabolisme hormonal, seperti : diabetes melitus,

klimakterium dan ketidakseimbangan tiroid.

c) Gangguan pada persendian, seperti : osteoartritis, gout artritis,

artritis reumatoid ataupun penyakit kolagen lainnya.

d) Berbagai macam neoplasma.1

B. Tinjauan tentang Nyeri

1. Definisi Nyeri

Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat

subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat

menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut. Secara umum,

nyeri dapat didefenisikan sebagai perasaan tidak nyaman, baik

ringan maupun berat.15 Nyeri adalah alasan utama orang untuk

mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri sangat

mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu

penyakit manapun.4

2. Fisiologi nyeri

Bagaimana nyeri merambat dan dipersepsikan oleh

individu masih belum sepenuhnya dimengerti. Akan tetapi, bisa

tidaknya nyeri dirasakan dan hingga derajat mana nyeri tersebut

mengganggu dipengaruhi oleh interaksi antara sistem algesia

tubuh dan transmisi sistem saraf serta interpretasi stimulasi.15


15

3. Klasifikasi nyeri

Adapun macam-macam tipe nyeri yaitu sebagai berikut :

a. Nyeri akut

Nyeri akut terjadi setelah terjadinya cedera akut,

penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat

dengan intensitas yang bervariatif (ringan sampai berat) dan

berlangsung untuk waktu singkat.

b. Nyeri kronik

Nyeri kronik berlangsung lebih lama daripada nyeri

akut, intensitasnya (ringan sampai berat) dan biasanya

berlangsung labih dari 6 bulan.

c. Nyeri somatis dalam

Nyeri somatis merupakan fenomena nyeri yang

kompleks. Struktur somatis merupakan bagian pada tubuh

seperti otot-otot atau tulang, struktur somatis yang ada dalam

tubuh berbeda-beda intensitasnya terhadap nyeri. Tulang dan

kartilago biasanya sensitif terhadap tekanan yang ekstrim atau

stimulasi kimia (misalnya Artritis reumatoid, osteomyelitis).

d. Nyeri psikogenik

Nyeri psikogenik disebut juga nyeri sematoform, adalah

nyeri yang tidak diketahui secara fisik, nyeri ini biasanya timbul

karena pengaruh psikologis, mental, emosional, atau faktor

perilaku. Sakit kepala, nyeri perut adalah contoh sebagian dari

nyeri psikogenik yang paling umum.19


16

4. Faktor yang mempengaruhi persepsi dan reaksi terhadap nyeri.

Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi

persepsi dan reaksi masing-masing individu terhadap nyeri antara

lain :

a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Kebudayaan

d. Makna nyeri

e. Lokasi dan Tingkat keparahan nyeri

f. Perhatian

g. Ansietas (kecemasan)

h. Keletihan

i. Pengalaman sebelumnya

j. Dukungan keluarga dan sosial.

5. Skala pengukuran derajat nyeri

Untuk mengukur derajat nyeri dapat melakukan

pemeriksaan dengan menggunakan skala nyeri. Adapun skala nyeri

meliputi :

a. Skala Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS)

Merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitas

nyeri yang terus menerus dan memikili alat pendeskripsi verbal

pada setiap ujungnya. Skala ini memberikan kebebasan penuh

pada pasien untuk mengidentifikasi tingkat keparahan nyeri

yang ia rasakan. Skala analog visual merupakan pengukur


17

keparahan nyeri yang lebih sensitif karena pasien dapat

mengidentifikasi setiap titik pada rangkaiain daripada dipaksa

memilih satu kata atau satu angka.19

Tidak ada nyeri Nyeri paling hebat

Gambar 1. Skala VAS

b. Skala Deskriptif Verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)

Merupakan salah satu alat ukur tingkat keparahan

yang lebih bersifat objektif. Skala ini merupakan sebuah garis

yang terdiri dari beberapa kalimat pendeskripsi yang tersusun

dalam jarak yang paling sama sepanjang garis. Kalimat

pendeskripsi ini diranking dari tidak ada nyeri sampai nyeri

paling hebat.

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri paling

Ada nyeri ringan sedang hebat sangat hebat

Gambar 2. Skala VDS

c. Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS)

Digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata.

Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan skala 0 sampai 10.

Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka

10 mengindikasikan nyeri paling hebat. Skala ini efektif


18

digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan

sesudah intervensi terapeutik.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak ada Nyeri sedang Nyeri paling

Nyeri hebat

Gambar 3. Skala NRS

d. Skala lima tingkat merupakan parameter pengukuran derajat

nyeri dengan memakai 5 skala, yaitu 0=tidak nyeri, tidak ada

rasa nyeri pada waktu istirahat dan aktivitas, 1=minimal, istirahat

tidak ada nyeri, perasaan nyeri timbul sewaktu bekerja lama,

berat dan penekanan kuat terasa sakit. 2=ringan, rasa sakit

terus-menerus atau kadang timbul tetapi masih dapat

diabaikan/tidak mengganggu, LGS normal pada penekanan kuat

terasa sakit, fleksi dan ekstensi sakit. 3=sedang, keluhan seperti

derajat 3 ditambah keluhan tersebut mengganggu aktivitas, LGS

terganggu. 4=berat, nyeri menyulitkan lansia hampir tak

tertahankan dan gerakan fleksi/ekstensi hampir tidak ada/tidak

mampu.
19

Tabel Skala Tingkat Nyeri

No RESPON 4 3 2 1 0
1 Perhatian Hampir Lebih Sebagian Sedikit Tidak ada
semuanya memperhatikan perhatian pada perhatian pada perhatian
tertuju pada nyeri, sangat nyeri, mudah nyeri, mudah pada nyeri,
nyeri, sangat sulit dialihkan dialihkan dialihkan sangat
sulit dialihkan mudah
dialihkan
2 Anxietas Sangat Tegang, mudah Agak tegang, Sedikit tegang, Tidak
tegang, mudah marah, kawatir mudah marah, mudah marah, tegang,
marah, kawatir kawatir tidak
khawatir kawatir
3 Verbal Ada nyeri yang Ada nyeri hebat Agak nyeri Sedikit nyeri Tidak ada
sangat hebat nyeri
4 Perspirasi Perspirasi Ada perspirasi, Ada perspirasi, Sedikit Perspirasi
sangat jelas jelas lembab, sedikit lembab perspirasi, normal
dingin sedikit lembab
5 Suara Berteriak atau Merintih dengan Merintih Mengeluhdeng Berbicara
menangis keras dengan lembut an dengkuran dengan
tersedu lembut tekanan
normal
6 Nausea Muntah Mengatakan Merasa sakit Merasa mual Tidak
ingin muntah perut merasa
mual
7 Ketegangan Kaku, dengan Kaku, tekanan Agak kaku, Sedikit kaku, Rileks, tidak
otot tekanan ringan kuat serasa tekanan kuat, tekanan yang kaku, tidak
terasa sakit, sakit, tegang terasa sakit, sangat kuat tegang
sangat tegang agak tegang terasa sakit,
sedikit tegang
8 Interaksi Menghindari Sedikit Percakapan Percakapan Komunikasi
sosial percakapan komunikasi, baik, sedikit baik, perhatian normal
dan kontak lebih fokus pada fokus pada menurun
sosial nyeri nyeri
9 Ekspresi Bermuka Kening Kening Sedikit Tidak
wajah masam, mulut mengerut, mulut mengerut, mengerut mengerut
dan gigi dan gigi mulut dan gigi
terkatup rapat, terkatup, tdk tdk terkatup
menggeretak menggeretak
10 Aktivitas Tidak mampu Hanya mampu Fleksi dan Fleksi dan Fleksi dan
persendian menggerakkan menggerakkan ekstensi sakit, ekstensi tidak ekstensi
jari sedikit sedikit maksimal normal
tangan/kaki, persendian, mengganggu
persendian, mengganggu aktifitas
tak dpt aktifitas
beraktifitas
Keterangan :

1-10 : Nyeri Minimal 21-30 : Nyeri sedang

11-20 : Nyeri ringan 31-40 : Nyeri berat


20

C. Tinjauan tentang Artritis Reumatoid

1. Definisi Artritis reumatoid

Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi kronik, dan

sistemik yang menyebabkan destruksi sendi dan deformitas serta

menyebabkan disabiliti. 7

Artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik

kronis yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan oleh

kerusakan dan proliferasi membran sinovial yang menyebabkan

kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas.14 Artritis

reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang

menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan

penyambung yang biasanya mengalami kerusakan pertama kali

adalah membran sinovial, yang melapisi sendi. Sinovium yang

menebal menjadi ditutup oleh jaringan granular inflamasi yang

disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi sehingga

menyebabkan inflamasi dan pembentukan jaringan parut lebih

lanjut. Proses ini secara lambat merusak tulang dan menimbulkan

nyeri hebat serta deformitas.5

2. Penyebab artritis reumatoid

Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun yang terjadi

pada individu rentan setelah respons imun terhadap agen pemicu

yang tidak diketahui. Agen pemicunya adalah bakteri,

mikoplasma, atau virus yang menginfeksi sendi atau mirip sendi

secara antigenik. 5
21

Penyebab artritis reumaoid tidak diketahui, meskipun dua

faktor risiko utama, yaitu usia dan jenis kelamin wanita. Sendi

pergelangan tangan, lutut, tangan, dan kaki paling sering

terserang. Artritis reumatoid bersifat sistemik dan merusak

jaringan di seluruh tubuh, dengan keterlibatan sendi menjadi

bilateral. Perubahan dalam jaringan sinovial mengubah produksi

cairan sinovial dan pada akhirnya merusak tulang rawan, tulang,

dan jaringan yang berdekatan. Sebagian besar perubahan

jaringan ekstraartikular terjadi dalam jangka waktu lama, meskipun

beberapa gejala sistemik dirasakan sejak awal.16

3. Menifestasi klinis

Gejala umum Reumatoid Artritis tergantung pada tingkat

peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini

aktif. Ketika jaringan berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif.

Remisi dapat terjadi secara spontan atau dengan pengobatan

dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau tahun, orang-

orang pada umumnya merasa sakit ketika penyakit ini aktif ini

(kambuh) ataupun gejala kembali. Ketika gejala ini aktif dapat

termasuk kelelahan, kehilangan energi, kekurangan nafsu makan,

demam, nyeri otot dan sendi dan kekakuan.6

Gejala-gejala artritis reumatoid biasanya dimulai dengan

lambat dan mungkin keluhan-keluhan sistemik, seperti rasa letih,

berat badan turun, lemah, dan nyeri sendi umum. Kekakuan

karena artritis reumatoid berlangsung selama lebih dari 30 menit.


22

Satu kriteria untuk diagnosis, yakni kekakuan pada pagi hari yang

berlangsung setidak-tidaknya selama satu jam. 16

4. Pengobatan artritis reumatoid

Secara umum, pengobatan yang mesti dilakukan pada

fase akut (demam dan nyeri) adalah dengan beristirahat total.

Penderita harus selalu berbaring agar sendi-sendinya menjadi

membaik.

Ketika seseorang menderita rematoid artritis mendapatkan

himeplegia, maka kelumpuhan yang terjadi akan sembuh.

Sedangkan rasa nyeri dapat sembuh dengan melakukan istirahat

yang cukup. Balutan plester terkadang juga akan memberikan

suatu kenyamanan bagi penderita. Akan tetapi, dalam dua kali

sehari, organ tubuh yang mengalami rasa nyeri harus digerakkan,

supaya proses penyembuhan dapat bejalan cepat. Namun, jika

kita melupakannya maka sendi-sendi tersebut akan menjadi kaku

(ankilosis) dan dalam posisi yang tidak wajar. 17

Perbaikan maupun perburukan dari penyakit ini ternyata

juga berkaitan dengan faktor makanan.2

Diet pada penderita Artritis Reumatoid memang perlu

dikhususnya terkait dengan adanya beberapa kondisi khusus

pada penderita artritis reumatoid. Pasien yang didiagnosa artritis

perlu menjaga berat badan dalam kisaran normal karena kenaikan

berat badan akan meningkatkan tekanan pada sendi.


23

Produk hewani seperti daging serta produk susu seperti

mentega dan krim yang kaya lemak jenuh harus dihindari karena

memicu peningkatan produksi prostaglandin atau bahan kimia

yang bertanggung jawab untuk disfungsi sendi, peradangan, nyeri

dan pembengkakan.21

D. Tinjauan tentang Senam Lansia

1. Definisi senam lansia

Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah

dilakukan, tidak memberatkan yang diterapkan pada lansia.

Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan tetap

segar karena melatih tulang tetap kuat dan membantu

menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran didalam tubuh.

Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap

peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam

meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan

teratur. 13

Senam lansia adalah salah satu bentuk latihan fisik yang

memberikan pengaruh terhadap tingkat kemampuan fisik

manusia, bila dilaksanakan dengan baik dan benar. Senam atau

latiham fisik sering diidentifikasi sebagai suatu kegiatan yang

meliputi aktifitas fisik yang teratur dalam jangka waktu dan

intensitas tertentu. 9

2. Tujuan senam lansia

Untuk menjaga tubuh dalam keadaan sehat dan aktif untuk


24

membina dan meningkatkan kesehatan serta kebugaran

kesegaran jasmani dan rohani. Tujuan lain adalah memperbaiki

pasokan oksigen dan proses metabolisme, membangun kekuatan

dan daya tahan dan meningkatkan kondisi otot dan sendi. 9

3. Manfaat senam lansia

a. Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia

b. Fungsi melindungi yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam

fungsinya terhadap bertambahnya tuntutan misalnya sakit.

c. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani

dalam kehidupan (adaptasi). 9

d. Kekuatan Otot

Agar menjadi lebih kuat, otot-otot harus dilatih

melebihi normalnya. Intensitas latihan beragam dari latihan

berintensitas rendah sampai berintensitas tinggi. Dengan

latihan ini akan mempertahankan kekuatan otot.

e. Daya Tahan Otot

Senam membantu meningkatkan daya tahan otot

dengan cara melakukan gerakan-gerakan ringan, seperti:

mengangkat lutut, dan menendang sehingga tubuh menjadi

kuat. Tubuh yang seimbang akan mengurangi risiko terluka.

f. Kelenturan

Kelenturan adalah gerakan yang berada disekeliling

sendi. Setelah menyelesaikan latihan, peregangan akan

membantu meningkatkan kelenturan.


25

g. Komposisi Tubuh

Bagian ini menunjukkan perbandingan kumpulan otot,

tulang, dan cairan-cairan penting di dalam tubuh dibandingkan

dengan lemak. Senam Bugar Lansia sangat baik untuk

peregangan dan kelenturan otot.

4. Prinsip-prinsip olahraga pada lansia

a. Komponen kesegaran jasmanin yang esensial dilatih adalah

ketahanan kardio-pulmonal, kelenturan dan kekuatan otot.

b. Selalu memperhatikan keselamatan

c. Latihan teratur dan tidak terlalu berat

d. Permainan dalam bentuk ringan sangat dianjurkan.

5. Efektifitas senam lansia

Senam lansia dapat mengurangi rasa nyeri yang dialami

oleh lansia. Semakin tidak aktif lansia mengikuti senam lansia nyeri

yang dialami akan semakin berat. pentingnya senam lansia untuk

mengurangi nyeri lansia dengan rematoid artritis harus diterapkan

dengan sosialitas seperti melakukan progam senam lansia setiap

seminggu sekali.13

Pemberian intervensi senam lansia selama 6 hari efektif

mengatasi nyeri lutut pada lansia. Pelaksanaan senam lansia dapat

dilakukan pada pagi hari selama kurang lebih 15-30 menit.2

6. Langkah-langkah Senam lansia

Pada senam lansia ini ada 3 tahap :

a. Tahap Pemanasan
26

1) Pengaturan napas (dengan cara menarik napas 2x8),

dengan pengaturan napas dapat memperbaiki sistem kerja

jantung.

b. Tahap Gerakan inti

1) Jalan Ditempat (angkat kaki secara aktif ) 2x8

2) Lebarkan kaki sejajar (diam di tempat)

3) Bertepuk tangan (lengan sejajar dengan bahu) 2x8

4) Tepuk jari tangan (rentangkan tangan sejajar bahu) 2x8

5) Silangkan antar jari tangan (rentangkan tangan sejajar

bahu) 2x8

6) Silangkan jempol tangan kanan (rentangkan tangan sejajar

bahu) 2x8

7) Silangkan jempol tangan kiri (rentangkan tangan sejajar

bahu) 2x8

8) Tepuk antar jari kelingking (rentangkan tangan sejajar

bahu) 2x8

9) Tepuk antar jari telunjuk tangan (rentangkan tangan sejajar

bahu ) 2x8

10) Ketok pergelangan tangan kanan (lengan tangan sejajar

bahu ) 1x8

11) Ketok pergelangan tangan kiri (lengan tangan sejajar bahu)

1x8

12) Tekan antar telapak tangan (tangan seja bjar dada atas)

1x8
27

13) Tekan putar telapak tangan (atas kebawah sejajar dada)

1x8

14) Buka dan remas jari tangan (gerakan peras santan) 2x8

15) Tepuk punggung tangan kanan (tangan sejajar dada atas)

16) Tepuk punggung tangan kiri (tangan sejajar dada atas) 1x8

17) Tepuk punggung lengan kanan (tangan sejajar dada atas)

1x8

18) Tepuk punggung bahu kanan (tangan sejajar dada atas)

1x8

19) Tepuk punggung lengan kiri (tangan sejajar dada atas) 1x8

20) Tepuk punggung bahu kiri (tangan sejajar dada atas) 1x8

21) Tepuk pinggang (bungkuk badan 45 derajat) 2x8

22) Tepuk paha samping (gerakan mengenjot lutut naik turun)

2x8

23) Tepuk betis kaki (bungkuk badan sejajar 90 derajat) 2x8

24) Peregangan otot, lengan, bahu, punggung, lutut, betis 2x8

25) Menepuk perut bagian bawah (samping kanan – kiri) 2x8

26) Sikap tegap tangan simpul ke perut (tutup kaki, diam di

tempat )

27) Jinjit kaki (kaki lurus, diam ditempat)

28) Sikap sempurna tegak lurus.

c. Tahap Pendinginan

1) Tarik dan tahan napas (kedua tangan naik keatas kepala)

1x8
28

2) Hembuskan napas (kedua tangan turun kedepan dada) 1x8

3) Tarik dan tahan napas (kedua tangan naik keatas kepala)

1x8

4) Tarik dan tahan napas (tangan kanan naik keatas kepala)

1x8

5) Hembuskan napas (tangan kanan turun ke samping) 1x8

6) Tarik dan tahan napas (tangan kiri naik keatas kepala) 1x8

7) Hembuskan napas (tangan kiri turun ke samping) 1x8

8) Tarik, tahan dan hembuskan napas (angkat kedua tangan

dan turunkan perlahan) 2x4

E. Tinjauan Khusus Tentang Pengaruh Senam Lansia Terhadap

Perubahan Nyeri Lutut Pada Lansia Yang Mengalami Artritis

Reumatoid

Lanjut usia (Lansia) adalah suatu keadaan yang terjadi

didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses yang

terus menerus secara alamiah dan umumnya dialami oleh semua

makhluk hidup. Misalnya, terjadinya kehilangan jaringan pada otot,

susunan saraf dan jaringan lain, hingga tubuh “mati” sedikit demi

sedikit. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh

tidak akan sama. Adakalanya seseorang belum tergolong lanjut usia

atau masih muda, tetapi menunjukkan kekurangan yang mencolok.

Adapula orang telah tergolong lanjut usia, penampilannya masih

sehat, bugar dan badan tegap. Walaupun demikian, harus diakui

bahwa ada berbagai penyakit yang sering dialami oleh lanjut usia.18
29

Salah satu penyakit yang sering dijumpai lanjut usia adalah gangguan

pada persendian seperti Artritis reumatoid.1

Pada gambaran kliniknya, kebanyakan yang menderita adalah

orang dewasa. Secara berangsur-angsur (kadang-kadang mengalami

keakutan), penderita akan merasakan kekakuan dan nyeri pada

tangan, lutut maupun jari-jari.17 Kekakuan merupakan salah satu ciri

utama dari artritis, maka kelenturan sangat penting dalam program

olahraga lansia. Penderita artritis cenderung membatasi gerakan

karena nyeri dan kekakuan, mereka kekurangan kelenturan dan gerak

sendi sebagai salah satu akibat awal dari gerak yang terbatas. Sekali

lagi, pernyataan bahwa jika Anda tidak menggerakannya (otot

maupun sendi) tidak akan sakit, tidak berlaku pada artritis. Jika anda

menggerakan sendi yang terlibat, kekakuan otot semakin meningkat

sehingga gerak sendi menurun. Sendi tersebut semakin kaku dan

semakin nyeri-hasil sebaliknya dari yang anda harapkan. Gerakan

rutin setiap sendi dapat mengurangi kekakuan dan nyeri yang

muncul.16

Nyeri bersifat sangat subyektif serta mempunyai manifestasi

unik bagi masing-masing individu untuk menjaga kondisi prima

persendian, melakukan latihan olahraga seperti senam lansia, yang

mana senam lansia merupakan suatu aktivitas olahraga bagi lansia

yang akan membantu tubuh tetap lentur dan juga memperkuat otot

dan ligamen yang menstabilkan sendi. Kapasitas konsentrasinya pada

gerakan sendi, sambil meregangkan dan menguatkan ototnya,


30

karena otot-otot itulah yang membantu sendi untuk menopang tubuh.

Senam lansia berlangsung sekitar 15–30 menit dan terdiri dari tiga

tahapan yakni pemanasan, latihan inti, dan pendinginan.20

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Afifka pada tahun 2012

di Unit Rehabilitasi sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang tentang

Pemberian Intervensi senam lansia pada lansia dengan nyeri lutut

diperoleh hasil bahwa senam lansia dapat melatih kemampuan otot

sendi. Kemampuan otot apabila semakin sering dilatih maka

cairan sinovial akan bertambah. Artinya, penambahan cairan sinovial

pada sendi dapat mengurangi resiko cedera pada lansia dan

mencegah timbulnya nyeri lutut pada lansia. Hasil penelitian sesudah

dilakukan terapi senam lansia menunjukkan bahwa sebesar 86,7%

lansia memiliki skala nyeri 0 atau tidak nyeri dan 13,33% lansia

mempunyai skala nyeri 1 atau skala nyeri ringan. Hal ini jelas terlihat

bahwa senam lansia memiliki pengaruh dalam meningkatkan

kemampuan otot dan mengurangi nyeri lutut pada lansia. 2


31

Kerangka Teori

Senam Lansia

Latihan Fisik yang berpengaruh


terhadap kemampuan otot jika
sering dilatih

Menambah produksi Cairan Sinovial

Perubahan Nyeri lutut

Mengurangi Resiko cedera


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan pada tinjauan

pustaka serta masalah penelitian maka dapat disusun kerangka

konsep penelitian dengan menggunakan beberapa variabel sebagai

berikut :.

Variabel Independen Variabel Dependen

Perubahan Nyeri
Senam Lansia
Lutut pada Lansia
yang mengalami
Artritis reumatoid

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Arah Penghubung

Gambar 4. Kerangka Konsep

32
33

B. Defenisi Operasional

Defenisi Operasional adalah mendefenisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati.

No Variabel Definisi Kriteria Skala


penelitian Operasional Objektif Pengukuran
1. Independen
Senam Lansia Senam yang diikuti Dilaksanakan
oleh lanjut usia sesuai prosedur.
dengan maksud
meningkatkan
kemampuan
fungsional raga
untuk mengurangi
nyeri.

Dependen
2. Perubahan Nyeri yang 1 – 10 : Nyeri Interval
Nyeri lutut dirasakan lansia Minimal
pada lansia 11 -20 : Nyeri
pada bagian
yang Ringan
persendian yang
mengalami 21-30 : Nyeri
mengalami
artritis Sedang
artritis reumatoid
reumatoid 31-40 : Nyeri
Berat
34

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah Quasy

eksperimen dengan pendekatan Nonequivalent Control Group Design.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh senam lansia

terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami Artritis

reumatoid.

Tabel 1.1 Desain penelitian

Subyek Pretes Perlakuan Postest


KA 0 X 01-A
KB 0 - 01-B
Time 1 Time 2 Time 3
Keterangan :

KA : Kelompok Kasus

KB : Kelompok kontrol

O : Observasi sensasi nyeri lutut sebelum dilakukan senam

lansia

X : Intervensi

01 : Observasi sensasi nyeri lutut setelah dilakukan senam lansia

pada kelompok kasus.

0B : Observasi sensasi nyeri lutut pada kelompok kontrol setelah

dilakukan senam lansia

D. Waktu dan Tempat penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 06 Agustus

sampai 30 Agustus 2014.


35

2. Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha

Gau Mabaji Kabupaten Gowa.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek

dan subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tentang

yang ditetapkan. Popolasi dalam penelitian ini adalah lansia yang

mengalami nyeri lutut pada Artritis reumatoid di PSTW Gau Mabaji

Gowa dengan memenuhi kriteri sebanyak 20 lansia.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang mengalami

Artritis reumatoid di PSTW Gau Mabaji Kab.Gowa. Metode

pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

total sampling dimana jumlah sampel sebanyak 20 orang yang

terdiri dari 10 orang kelompok kasus dan 10 orang kelompok

kontrol.

F. Instumen Penelitian

Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini dirancang oleh peneliti sesuai dengan literatur yang ada.

1. Wawancara untuk mengetahui identitas umum pasien


36

2. Observasi dengan tehnik observasi berstruktur menggunakan

lembar observasi skala pendeskripsian nyeri lima tingkat.

Terdapat 10 respon klien yang diobservasi antara lain : perhatian,

ansietas, verbal, perspirasi, suara, nausea, ketegangan otot,

interaksi sosial, ekspresi wajah danaktifitas sendi.

Jika observasi nilainya antara : 1-10 maka nyeri minimal

Jika observasi nilainya antara : 11-20 maka nyeri ringan

Jika observasi nilainya antara : 21-30 maka nyeri sedang

Jika observasi nilainya antara : 31-40 maka nyeri berat.

G. Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer diperoleh dengan cara melakukan pengisian

kuisioner terhadap responden dengan menggunakan kuisioner

yang telah tersedia untuk mendapatkan identitas umum pasien,

dan melakukan observasi berdasarkan latihan fisik senam lansia

yang dilakukan dalam hal ini observasi

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu di Panti

Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa

H. Pengolahan Data

Prosedur pengolahan data yang akan di lakukan adalah sebagai

berikut :

a. Editing (Memeriksa Data)


37

Setelah data terkumpul maka dilakukan kelengkapan data,

kesinambungan dan keseragaman data dalam usaha melengkapi

data yang masih kurang.

b. Coding (Pemberian Kode)

Dilakukan untuk memudahkan pengolahan data yaitu

melakukan pengkodean pada lembar observasi yang telah diisi

yaitu setiap keluhan atau jawaban dari responden.

c. Tabulasi

Setelah dilakukan pengkodean kemudian dimasukkan

kedalam tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki yang sesuai dengan

tujuan penelitian untuk memudahkan penganalisaan data.

I. Tehnik Analisa Data

Setelah memperoleh nilai dari masing-masing tabel, selanjutnya

data dianalisa dengan menggunakan komputer SPSS versi 20.

1. Analisa Univariat

Dilakukan terhadap tiap variabeldari hasil penelitian. Analisa

ini menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel yang

diteliti.

2. Analisa Bivariat

Dilakukan terhadap dua variable yang diduga berhubungan

atau berkolerasi. Data yang diperoleh dalam bentuk ordinal

dianalisa dengan menggunakan uji statistik yaitu dengan

menggunakan t-test uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah

ada pengaruh Senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada


38

lansia yang mengalami artritis reumatoid dengan tingkat

kepercayaan 95% atau ɑ=5% (0,05).

J. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat adanya

rekomendasi dari institusi atas pihak lain dengan mengajukan

permohonan izin kepada institusi/lembaga tempat penelitian dan

dalam pelaksanaan penelitian tetap memperhatikan masalah etika

meliputi :

1. Inforrned conset (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti

yang memenuhi kriteria inklusi. Kepada responden dijelaskan

tentang manfaat dan resiko penelitian yang mungkin muncul. Bila

subyek menolak maka peneliti tidak memaksakan kehendak dan

tetap menghormati hak-hak subyek.

2. Anomity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan

nama responden tetap pada lembar tersebut diberi kode.

3. Confedentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan dari responden, peneliti hanya melaporkan

tentang data sebagi hasil penelitian.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 06 Agustus 2014

sampai 30 Agustus 2014, di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji

Kabupaten Gowa dengan jumlah sampel sebanyak 20 lansia yang

mengalami Nyeri lutut pada Artritis Reumatoid, tekhnik pengambilan

sampel yang digunakan adalah Total Sampling yang mana menjadi

subjek penelitian adalah 20 sampal dengan masing-masing 10 sampel

untuk kontrol dan 10 sampel untuk kasus.

Dalam penelitian ini peneliti membagi sampel dalam dua

kelompok yaitu kelompok lansia sebagai kontrol dan kelompok lansia

sebagai kasus. Pada kelompok kasus diberi intervensi senam lansia

sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan intervensi senam lansia.

Pada kedua kelompok diawali dengan observasi nyeri sebelum

senam. Kemudian setelah dilakukan pemberian intervensi senam

pada lansia yang sebagai kelompok kasus, kedua kelompok

diobservasi kembali tingkat nyerinya setelah pemberian intervensi

senam setelah 6 kali.

Setelah data terkumpul peneliti melakukan pengolahan data

meliputi editing, koding, dan tabulasi. Selanjutnya data dalam bentuk

ordinal dianalisa dengan analisis univariat dan analisis bivariat.

39
40

A. Hasil Penelitian

Data primer diambil melalui tehnik wawancara berstruktur dan

observasi langsung yang dilakukan pada responden dengan nyeri

lutut. Dari hasil pengolahan data yang dilakukan, maka hasil penelitian

dapat disajikan sebagai berikut :

1. Analisa Univariat

a. Tingkat nyeri sebelum pemberian intervensi senam lansia

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Pre test senam lansia
di PSTW Gau Mabaji Kabupaten Gowa

KELOMPOK RESPONDEDN
TOTAL
TINGKAT NYERI KONTROL KASUS
n % n % n %
Nyeri Minimal 0 0 0 0 0 0
Nyeri Ringan 1 10% 2 20% 3 15%
Nyeri Sedang 7 70% 7 70% 14 70%
Nyeri Berat 2 20% 1 10% 3 15%
Total 10 100% 10 100% 20 100%
Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 20

responden yang telah diobservasi tingkat nyeri sebanyak 14

responden (70%) yang mengalami nyeri sedang, nyeri berat

sebanyak 3 responden (15%), nyeri ringan sebanyak 3

responden (15%) kemudian 0 responden (0%) yang mengalami

nyeri minimal.
41

b. Tingkat nyeri setelah pemberian intervensi senam lansia

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Post test Senam lansia
di PSTW Gau Mabaji Kabupaten Gowa
KELOMPOK RESPONDEDN
TOTAL
TINGKAT NYERI KONTROL KASUS
n % n % n %
Nyeri Minimal 0 0 3 30% 3 15%
Nyeri Ringan 1 10% 5 50% 6 30%
Nyeri Sedang 6 60% 2 20% 8 40%
Nyeri Berat 3 30% 0 0% 3 15%
Total 10 100% 10 100% 20 100%

Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 4.2 pada observasi akhir (post test)

menunjukkan bahwa dari jumlah responden sebanyak 20 lansia

dibagi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan. Pada

kelompok kontrol ditemukan tingkat nyeri sedang pada hari ke

enam sebanyak 6 responden (60%), pada nyeri berat 3

responden (30%), nyeri ringan 1 responden (10%) dan tidak

ada nyeri minimal (0%). Sedangkan pada kelompok kasus di

peroleh hasil tingkat nyeri minimal 3 responden (30%), nyeri

ringan 5 responden (50%), nyeri sedang 2 responden (20%)

dan tidak ada lagi yang mengalami nyeri berat pada post test

senam lansia.
42

2. Analisa Bivariat

Pengaruh pemberian senam lansia terhadap perubahan

nyeri lutut pada pasien artritis reumatoid.

Tabel 4.3
Pengaruh Pemberian Senam Lansia Terhadap Perubahan Nyeri
Lutut Pada Lansia Yang Mengalami Artritis Reumatoid
di PSTW Gau Mabaji Gowa
KELOMPOK PERLAKUAN p
KONTROL KASUS value
TINGKAT NYERI
Pre test Post test Pre test Post test
n % n % n % n %
NYERI MINIMAL 0 0% 0 0% 0 0% 3 30% 0,016
NYERI RINGAN 1 10% 1 10% 2 20% 5 50%
NYERI SEDANG 7 70% 6 60% 7 70% 2 20%
NYERI BERAT 2 20% 3 30% 1 10% 0 0%
Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada responden

kelompok kontrol pada pre test yang mengalami nyeri minimal 0

(0%), nyeri ringan 1 (10%), nyeri sedang 7 (70%), nyeri berat 2

(20%) dan pada saat post test responden kelompok kontrol yang

mengalami nyeri minimal 0 (0%), nyeri ringan 1 (10%), nyeri

sedang berkurang menjadi 6 (60%) dan nyeri berat bertambah

menjadi 3 (30%) karena mengalami nyeri.

Sedangkan pada kelompok kasus pada saat pre test yang

mengalami nyeri minimal 0 (0%), nyeri ringan 2 (20%), nyeri

sedang 7 (70%) dan nyeri berat 1 (10%). Dan pada saat post test

yang mengalami nyeri minimal 3 (30%), nyeri ringan 5 (50%), nyeri

sedang 2 (20%) dan tidak ada lagi yang mengalami nyeri berat 0

(0%).
43

Berdasarkan hasil uji t-test diperoleh nilai hitung p=0,016

dari nilai α = 0,05. Dari analisa tersebut bahwa Ha diterima atau

ada pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada

lanjut usia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna

Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.

B. Pembahasan

1. Kontrol

Pada kelompok kontrol berdasarkan hasil penelitian

menunjukan bahwa saat observasi nyeri sebelum senam lansia

ditemukan 2 responden (20%) dengan nyeri berat namun setelah

pemberian senam dilakukan pada kelompok kasus selama 6 kali

justru mengalami peningkatan menjadi 3 responden (30%).

Peningkatan ini diduga akibat semakin beratnya perjalanan

penyakitnya. Pada saat observasi dilakukan ditemukan pula

bahwa pada item observasi nyeri yaitu perhatian dan ansietas

responden meningkat. Hal ini sesuai dengan Perry dan Potter

dalam Idawati (2009) mengatakan bahwa respon nyeri seseorang

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya perhatian,

kecemasan. Meningkatnya perhatian seorang klien memfokuskan

nyeri dihubungkan dengan peningkatan nyeri. Ansietas seringkali

meningkatkan persepsi klien. Faktor asupan makanan juga

termasuk faktor yang mempengaruhi nyeri. Ini sesuai dengan

wawancara yang dilakukan pada saat penelitian dan didukung

dengan adanya teori yang mengatakan bahwa salah satu faktor


44

yang mempengaruhi meningkatnya tingkatan nyeri adalah faktor

asupan makanan (Sakamita, 2012).

Sedangkan pada tingkat nyeri sedang, nyeri ringan dan nyeri

minimal setelah dilakukan senam lansia pada kelompok kasus

tidak mengalami perubahan hal ini dikarenakan apabila otot sendi

tidak digunakan untuk melakukan aktivitas maka cairan sinovial

akan tetap sehingga tidak mengalami peningkatan (Afifka, 2012).

Berdasarkan uji T-test diperoleh nilai hitung p = 0,343 lebih

besar dari nilai α = 0,05. Dari analisa tersebut dapat diartikan

bahwa Ho diterima atau tidak ada pengaruh senam lansia

terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami

artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji

Kabupaten Gowa.

2. Kasus

Pada variabel kelompok kasus berdasarkan hasil penelitian

menunjukan bahwa pada pasien yang diberikan intervensi senam

lansia selama 6 kali sebanyak 1 responden (10%) mengalami

nyeri berat sebelum intervensi dan setelah intervensi tidak

ditemukan lagi responden dengan nyeri berat yang mengarah ke

nyeri ringan. Pada tingkat nyeri sedang terdapat 7 responden

(70%) sebelum intervensi senam, namun setelah intervensi senam

lansia yang diberikan selama 6 kali maka nyeri sedang berkurang

menjadi 2 responden (20%) yang dari 7 responden (70%)

sebanyak 4 responden (40%) mengalami perubahan nyeri ke nyeri


45

ringan, sebanyak 1 responden (10%) mengalami perubahan nyeri

ke nyeri minimal kemudian sebanyak 2 responden (20) tidak

mengalami perubahan. Pada tingkat nyeri ringan terdapat 2

responden (20) sebelum intervensi dan setelah intervensi

mengalami perubahan nyeri ke nyeri minimal. Sehingga pada

tingkat nyeri minimal sebelum intervensi tidak ditemukan dan

setelah intervensi ditemukan responden dengan nyeri minimal

sebanyak 3 responden (30%) yang diperoleh dari nyeri sedang

sebanyak 1 responden (10%) kemudian 2 responden (20%)

diperoleh dari nyeri ringan.

Berkurangnya rasa nyeri atau menurunnya sensasi nyeri dari

nyeri berat menjadi nyeri sedang, dari nyeri sedang ke nyeri

ringan, dan dari nyeri ringan menjadi nyeri yang minimal karena

efek dari senam lansia yang dilakukan. Senam lansia dapat

melatih kemampuan otot sendi. Kemampuan otot apabila

semakin sering dilatih maka cairan sinovial akan meningkat

atau bertambah. Artinya, penambahan cairan sinovial pada

sendi dapat mengurangi dan mencegah timbulnya nyeri lutut

pada lansia (Afifka, 2012). Sedangkan sebanyak 2 responden

(20%) tidak mengalami perubahan berdasarkan observasi

penelitian hal ini dikarenakan adanya faktor gerakan yang

dilakukan pasien pada saat senam tidak efektif dan efisien.

Berdasarkan uji T-test diperoleh nilai hitung p=0,016 lebih

kecil dari nilai α=0,05. Dari analisa tersebut dapat diartikan bahwa
46

Ha diterima atau ada pengaruh pemberian senam lansia terhadap

perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami artritis

reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten

Gowa.

Hasil dari penelitian didapatkan bahwa dari kelompok kasus

yang berjumlah 10 responden (100%) mengalami nyeri lutut. Hal

ini dikarenakan semakin tua seseorang maka dengan sendirinya

akan muncul berbagai macam penyakit yang salah satunya

adalah nyeri lutut pada artritis reumatoid. Nyeri pada responden

mangakibatkan terganggunya aktivitas sehingga para lansia

enggan melakukan aktivitas dan sering untuk berdiam. Hal ini

mengakibatkan penurunan kapasitas fungsional tubuh. Jika lansia

tidak mengikuti kegiatan senam, maka akan menyebabkan

kekakuan tulang dan sendi yang menjadi penyebab timbulnya

nyeri lutut pada lanjut usia (Suharjono, 2013).

Hasil dari penelitian didapatkan bahwa pada kelompok

perlakuan mengalami perubahan pada nyeri lutut. Nyeri bersifat

sangat subyektif serta mempunyai manifestasi unik bagi masing-

masing individu untuk menjaga kondisi prima persendian,

melakukan senam lansia, yang mana senam lansia merupakan

suatu aktivitas olahraga bagi lansia yang akan membantu tubuh

tetap lentur dan juga memperkuat otot dan ligamen yang

menstabilkan sendi. Kapasitas konsentrasinya pada gerakan

sendi, sambil meregangkan dan menguatkan ototnya, karena


47

otot-otot itulah yang membantu sendi untuk menopang tubuh.

Senam lansia berlangsung sekitar 15–30 menit dan terdiri dari tiga

tahapan yakni pemanasan, latihan inti, dan pendinginan

(Suharjono, 2013).

Pemberian Intervensi senam lansia pada lansia dengan nyeri

lutut diperoleh hasil bahwa senam lansia dapat melatih

kemampuan otot sendi. Kemampuan otot apabila semakin sering

dilatih maka cairan sinovial akan bertambah. Artinya, penambahan

cairan sinovial pada sendi dapat mengurangi resiko cedera pada

lansia dan mencegah timbulnya nyeri lutut pada lansia. Hal ini

jelas terlihat bahwa senam lansia memiliki pengaruh dalam

meningkatkan kemampuan otot dan mengurangi nyeri lutut pada

lansia (Afifka, 2012).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang pengaruh senam lansia terhadap

perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami atritis reumatoid di

Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa yang

dilaksanakan pada tanggal 06 Agustus sampai 30 Agustus 2014

dengan jumlah sampel sebanyak 20 lansia, sehingga dapat ditarik

kesimpulan dari hasil perhitungan uji statistic T-test menunjukkan

bahwa :

1. Berdasarkan Observasi tingkatan nyeri lutut sebelum pemberian

senam lansia menunjukkan bahwa dari 20 responden yang telah

diobservasi tingkat nyeri sebanyak 14 responden (70%) yang

mengalami nyeri sedang, nyeri berat sebanyak 3 responden (15%),

nyeri ringan sebanyak 3 responden (15%) kemudian 0 responden

(0%) yang mengalami nyeri minimal.

2. Berdasarkan Observasi tingkatan nyeri lutut setelah pemberian

senam menunjukkan bahwa dari jumlah responden sebanyak 20

lansia dibagi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan.

Pada kelompok kontrol ditemukan tingkat nyeri sedang pada hari ke

enam sebanyak 6 responden (60%), pada nyeri berat 3 responden

(30%), nyeri ringan 1 responden (10%) dan tidak ada nyeri minimal

(0%). Sedangkan pada kelompok kasus di peroleh hasil tingkat

48
49

nyeri minimal 3 responden (30%), nyeri ringan 5 responden (50%),

nyeri sedang 2 responden (20%) dan tidak ada lagi yang

mengalami nyeri berat pada post test senam lansia.

3. Berdasarkan hasil uji T-test diperoleh nilai hitung p= 0,016 dari nilai

α = 0,05. Dari analisa tersebut bahwa Ha diterima atau ada

pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lanjut

usia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna

Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.

B. Saran

1. Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberi masukan

dan informasi untuk menambah ilmu pengetahuan, terutama

mengenai pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut

pada lansia yang mengalami arthritis reumatoid.

2. Bagi Institusi Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji

Diharapkan agar dapat lebih meningkatkan pelayanan

program olahraga senam lansia agar lansia dapat mengurangi nyeri

lutut dengan adanya kegiatan senam lansia rutin khususnya bagi

lansia mengalami artritis reumatoid.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar supaya meneliti

variabel-variabel lain yang berhubungan dengan nyeri lutut pada

lanjut usia yang mengalami artritis reumatoid seperti kompres jahi,

kompres hangat dan sebagainya.


50

DAFTAR PUSTAKA

1. Azizah L.M., (2011), Keperawatan Lanjut Usia, Graha Ilmu,


Yogyakarta.

2. Ayu A.D, Dkk., (2012), Jurnal Nursing Studies, Pemberian intervensi


senam lansia pada lansia dengan nyeri lutut, Universitas Diponegoro,
Surabaya, http ://ejournal-S1. Undip.ac. Id/index.php/jnursing, (online)
diakses 22 Mei 2014

3. Bandiyah S., (2009), Lanjut Usia Dan Keperawatan Jiwa, Edisi 5,


EGC, Jakarta.

4. Bruner & Sundden., (2004), Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,


EGC, Jakarta

5. Corwin E.J., (2009), Buku Saku Patofisiologi , EGC, Jakarta

6. Chyntyawati C., (2014), skipsi, Hubungan antara nyeri reumatoid


artritis dengan tingkat kemandirian dalam aktivitas kehidupan sehari-
hari pada lansia di posbindu karang Mekar wilayah kerja puskesmas
pisangan Tangerang selatan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah,jakarta,http://respository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123
456789/24157/1/CICY%20CHINTYAWATI-fkik.pdf, (online) diakses 22
Mei 2014.

7. Fatimah, (2010), Merawat Manusia Lanjut Usia, Cv. Trans Info Media,
Tim, Jakarta.

8. Firdaus, (2010), Pengaruh Masase Terhadap Penurunan Nyeri


Punggung Bawah (NPB) Pada Petani Didesa Tunggi Kecamatan
Wera Kabupaten Bima. Sripsi (tidak diterbitkan) Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.

9. Gustin A.G., (2013), Depkes RI : Senam Lansia, http://


Metamorfosisofbutterfly.blogspot.com/2013/05/senamlansia.html,
diakses 23 Mei 2014

10. Hamid A, (2010), Artikel Kementerian Sosial RI, Penduduk Lanjut Usia
di indonesia & masalah kesejahteraannya, jakarta,
http://www.kemsos.go.id/, (online) diakses 22 Mei 2014

11. Hidayah A.A.A., (2007), Metode Penelitian Keperawatan Dan Tekhnik


Analisa Data, Salemba Medika, Jakarta.
51

12. Idawati., (2009), Pengaruh Pemberian Bekam Bering Terhadap


Perubahan Tingkat Nyeri Reumatik pada Lanjut usia dikelurahan
Sambung jawa kec.Mamajang Kota Makassar. Sripsi (tidak
diterbitkan) Sekolah tinggi ilmu kesehatan Gema Insan Akademik
Makassar.

13. Ira S., (2012), Gerakan Senam Lanjut Usia (online), http://
bidankudelima.blogspot.com/2012/01/gerakan senam lansia. Html/diakses 23 Mei
2014

14. Kushariyadi., (2010), Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia,


Salemba Medika, Jakarta

15. Mubarak W.I, dkk., (2008), Kebutuhan Dasar Manusia, EGC, Jakarta.

16. Millar A.L., (2013), Program Olaraga:Artritis, PT. Citra Aji Parama, Yogyakarta.

17. Naga S.S., (2012), Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam, Diva Pres,
Jogjakarta.

18. Nugroho W., (2012), Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3.EGC.Jakarta

19. Prasetyo S.N., (2010), Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri, Edisi
Pertama. Gaha Ilmu. Yogyakarta.

20. Suharjono, Dkk., (2013), Pengaruh Senam Lansia Tehadap


Perubahan Nyeri Persendian Pada Lansia Di Kelurahan Komplek
Kenjeran, Kecamatan Bulak, Surabaya. Fakultas Keperawatan,
Universitas Airlangga.

21. Sakasmita S., (2012), Diet and Rheumatoid Arthitis (online),


http://www.bda.uk.com/foodfacts/Arthritis.pdf / diakses 20 Agustus
2014

22. Wulandari, (2013), Hubungan Tingkat Kecemasan Dan Kemandirian


Lansia Dalam Melakukan Aktivitas Sehari-hari Di Panti Sosial Tresna
Werdha Theodora Makassar, Skripsi (tidak diterbitkan) Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin Makassar.
52

Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Bapak/Ibu

Di

Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa

Dengan hormat

Bersama ini saya yang bertanda tangan di bawah ini. Mahasiswa program
Studi S1 Keperawatan STIK GIA Makassar :

Nama : Syamsinar Syam

Nim : 2110147

Alamat : Jl. Tanjung Raya V

Akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Senam lansia


terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami Artritis
reumatoid”.

Peneliti yang akan dilakukan tidak akan menimbulkan akibat yang


merugikan bagi ibu selaku responden, kerahasiaan semua informasi yang
diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Tidak ada paksaan bagi Bapak/Ibu untuk menjadi responden di dalam
penelitian ini.

Apabila anda bersedia menjadi responden, saya persilahkan


menandatangani surat pernyataan kesediaan menjadi responden yang
terlampir dalam surat ini.

Demikianlah atas partisipasi, perhatian, dan kerjasama anda saya


ucapkan terima kasih.

Peneliti,

Syamsinar Syam

2110147
53

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Alamat :

Setelah diberikan penjelasan oleh peneliti, Tentang maksud dan

tujuan penelitian ini, saya bersedia menjadi responden pada penelitian

yang dilakukan oleh Saudari Syamsinar Syam, Mahasiswa Program S1

Keperawatan STIK GIA Makassar dengan judul “Pengaruh Senam

Lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami

Artritis Reumatoid”

Dengan demikian surat ini saya buat dengan sukarela tanpa

paksaan dari pihak lain dan kiranya dipergunakan sebagai mana

mestinya.

Makassar, Agustus 2014

Respoden

(........................................)
54

Lampiran 3

LEMBARAN KUISIONER

Judul penelitian : Pengaruh Senam Lansia Terhadap Perubahan

Nyeri lutut pada Lansia yang Mengalami Artritis

Reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau

Mabaji Kab.Gowa

Tanggal penelitian :

No. Kode penelitian :

Nama :

Umur :

Petunjuk

1. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan bapak/ibu untuk

menjawab seluruh pertanyaan.

2. Berilah tanda Cheklist pada pertanyaan yang anda anggap paling

sesuai

Data demografi

1. Jenis kelamin :

1) laki-laki

2) perempuan
55

2. Pendidikan :

1) Tdk Sekolah

2) SD

3) SMP

4) SMA

Data tentang nyeri :

1. Penyakit yang paling diderita sekarang :

1) Rematik

2) Hipertensi

3) DM DM

4) Lainnya

2. Sudah berapa lama mengalami nyeri lutut :

1) ≥ 6 bulan

2) ≥ 1 bulan

3) ≥ 1minggu

3. Nyeri paling sering muncul waktu :

1) Siang hari

2) Pagi hari

3) Malam hari

4. Apa yang dilakukan bila ada serangan nyeri :

1) Istirahat

2) Mengkomsumsi obat

3) Melakukan aktivitas
56

Lampiran 4

Format Observasi Nyeri

Sebelum Intervensi Senam Lansia

Nama : ............... (Initial)

No. Kode Responden : ...........................

Tanggal Penelitian : ...........................

Petunjuk :

Berilah tanda Cecklist (√) sesuai dengan skala nyeri seperti pada tabel
skala tingkatan nyeri.

Respon Yang Nilai


No Total
Di Observasi 4 3 2 1 0
Perhatian klien
1
terhadap nyeri

Anxietas klien
2
tentang nyeri

Verbalisasi
3 klien tentang
nyeri

4 Perspirasi

5 Suara

6 Nausea
Ketegangan
7
otot
8 Interaksi sosial

9 Ekspresi wajah

Aktifitas
10
persendian

Total
57

Lampiran 5

Format Observasi Nyeri

Setelah Intervensi Senam Lansia

Nama : ............... (Initial)

No. Kode Responden : ...........................

Tanggal Penelitian : ...........................

Petunjuk :

Berilah tanda Cecklist (√) sesuai dengan skala nyeri seperti pada tabel
skala tingkatan nyeri.

Respon Yang Nilai


No Total
Di Observasi 4 3 2 1 0
Perhatian klien
1
terhadap nyeri

Anxietas klien
2
tentang nyeri

Verbalisasi
3 klien tentang
nyeri

4 Perspirasi

5 Suara

6 Nausea
Ketegangan
7
otot
8 Interaksi sosial

9 Ekspresi wajah

Aktifitas
10
persendian

Total
58

Lampiran 6

Prosedur Senam Lansia

No Langkah-langkah Senam Lansia Dilakukan

Tahap Pemanasan

1 Pengaturan napas (dengan cara menarik napas) 2 x 8

Tahap Gerakan inti

1 Jalan Ditempat (angkat kaki secara aktif) 2x8

2 Lebarkan kaki sejajar (diam di tempat)

3 Bertepuk tangan (lengan sejajar dengan bahu) 2x8

4 Tepuk jari tangan (rentangkan tangan sejajar bahu)


2x8

Silangkan antar jari tangan (rentangkan tangan sejajar


5
bahu) 2x8

Silangkan jempol tangan kanan dan juga kiri


6
setelahnya (rentangkan tangan sejajar bahu) 2x8

Tepuk antar jari kelingking (rentangkan tangan sejajar


7
bahu ) 2x8
Tepuk antar jari telunjuk tangan (rentangkan tangan
8
sejajar bahu ) 2x8

Ketok pergelangan tangan kanan dan juga tangan kiri


9
(lengan tangan sejajar bahu) 1x8

10 Tekan antar telapak tangan (tangan sejajar dada atas)


59

1x8

Tekan putar telapak tangan (atas kebawah sejajar


11
dada) 1x8
Buka dan remas jari tangan (gerakan peras santan)
12
2x8

Tepuk punggung tangan kanan dan juga tangan kiri


13
bergantian (tangan sejajar dada atas) 1x8

Tepuk punggung lengan kanan dan juga lengan kiri


14
bergantian (tangan sejajar dada atas) 1x8

Tepuk punggung bahu kanan dan juga bahu kiri


15
bergantian (tangan sejajar dada atas) 1x8

16 Tepuk pinggang (bungkuk badan 45 derajat) 2x8

Tepuk paha samping (gerakan mengenjot lutut naik


17
turun) 2x8

Tepuk betis kaki (bungkuk badan sejajar 90 derajat)


18
2x8

Peregangan otot, lengan, bahu, punggung, lutut, betis


19
2x8

Menepuk perut bagian bawah (samping kanan – kiri)


20
2x8

Sikap tegap tangan simpul ke perut (tutup kaki, diam


21
di tempat)

22 Jinjit kaki (kaki lurus, diam ditempat)


60

23 Sikap sempurna tegak lurus.

Tahap Pendinginan

1 Tarik dan tahan napas (kedua tangan naik keatas

kepala) 1x8

Hembuskan napas (kedua tangan turun kedepan


2
dada) 1x8

Tarik dan tahan napas (kedua tangan naik keatas


3
kepala) 1x8

Tarik dan tahan napas (tangan kanan naik keatas


4
kepala) 1x8

Hembuskan napas (tangan kanan turun ke samping)


5
1x8

Tarik dan tahan napas (tangan kiri naik keatas kepala)


6
1x8

7 Hembuskan napas (tangan kiri turun ke samping) 1x8

Tarik, tahan dan hembuskan napas (angkat kedua


8
tangan dan turunkan perlahan) 2x4
61

Master Tabel

Kegiatan Observasi Pemberian


Waktu Senam Bedasarkan
No. Pendi Lama setelah Klp.Res
Umur JK Muncul Tingkat Nyeri
Res Nama dikan Nyeri adanya ponden
Nyeri
nyeri Pre Post 6
1 Ny. M 69 P 2 1 1 2 1 3 2
2 Ny. B 70 P 1 1 2 2 1 4 2
3 Ny. U 65 P 1 1 2 2 1 3 3
4 Ny. T 60 P 4 2 2 1 1 2 1
5 Ny. S 72 P 3 1 3 3 1 3 1
6 Ny. A 69 P 1 2 2 2 1 3 2
7 Ny. L 74 P 1 1 1 2 1 3 2
8 Ny. T 65 P 1 1 3 1 1 3 3
9 Ny. F 70 P 1 3 2 1 1 2 1
10 Ny. S 64 P 1 1 1 2 1 3 2
11 Ny. S 68 P 2 1 1 2 2 4 4
12 Ny. A 70 P 1 2 2 2 2 3 3
13 Ny. K 71 P 1 2 1 1 2 3 3
14 Ny. N 65 P 1 1 2 2 2 3 3
15 Ny. F 68 P 1 1 3 2 2 2 2
16 Ny. I 72 P 1 1 1 3 2 3 3
17 Ny. A 62 P 3 1 3 2 2 3 3
18 Ny. N 68 P 1 1 2 2 2 3 4
19 Ny. G 70 P 2 2 1 1 2 3 3
20 Ny. K 74 P 1 1 2 1 2 4 4

Keterangan
Tingkatan Nyeri Kelompok Responden Jenis Kelamin Pendidikan
1 = Nyeri Minimal 1 = Kelompok Kasus 1 = Laki-laki 1= Tdk sekolah
2 = Nyeri Ringan 2 = Kelompok kontrol 2 = Perempuan 2= SD
3 = Nyeri Sedang 3= SMP
4 = Nyeri Berat 4= SMA

Lama Nyeri Kegiatan setelah adanya nyeri Waktu Muncul Nyeri

1= ≥ 6 bulan 1= Istirahat 1= Siang hari


2= ≥ 1 bulan 2= Mengkonsumsi obat 2= Pagi hari
3= ≥ 1 minggu 3= Melakukan aktivitas 3= Malam hari
62

Lampiran 8 SPSS

KELOMPOK KASUS

Statistics

sebelum senam setelah senam

N Valid 10 10
Missing 0 0

Frequency Table

Sebelum senam

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid nyeri ringan 2 20.0 20.0 20.0


nyeri sedang 7 70.0 70.0 90.0

nyeri berat 1 10.0 10.0 100.0


Total 10 100.0 100.0

T-TEST PAIRS=sblm WITH stlh (PAIRED)


/CRITERIA=CI(.9500)
/MISSING=ANALYSIS.

Pie Chart
63

Setelah senam

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid nyeri minimal 3 30.0 30.0 30.0
nyeri ringan 5 50.0 50.0 80.0
nyeri sedang 2 20.0 20.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

Pie Chart

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean


Pair 1 sebelum senam 2.9000 10 .56765 .17951
setelah senam 1.9000 10 .73786 .23333

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
Pair 1 sebelum senam & setelah
10 .504 .137
senam
64

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence Interval

Std. Std. Error of the Difference Sig. (2-


Mean Deviation Mean Lower Upper T df tailed)

Pair 1 sebelum senam -


1.00000 .66667 .21082 .52310 1.47690 4.743 9 .001
setelah senam

KELOMPOK KONTROL

Statistics

sebelum senam setelah senam


N Valid 10 10

Missing 0 0

Frequency Table

sebelum senam

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid nyeri ringan 1 10.0 10.0 10.0
nyeri sedang 7 70.0 70.0 80.0
nyeri berat 2 20.0 20.0 100.0
Total 10 100.0 100.0

T-TEST PAIRS=sblm WITH stlh (PAIRED)


/CRITERIA=CI(.9500)
/MISSING=ANALYSIS.
65

Pie Chart

setelah senam

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid nyeri ringan 1 10.0 10.0 10.0

nyeri sedang 6 60.0 60.0 70.0


nyeri berat 3 30.0 30.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

Pie Chart
66

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean


Pair 1 sebelum senam 3.1000 10 .56765 .17951
setelah senam 3.2000 10 .63246 .20000

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
Pair 1 sebelum senam & setelah senam 10 .867 .001

9Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of


Std. Std. Error the Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper T df tailed)
Pair 1 sebelum senam -
-.10000 .31623 .10000 -.32622 .12622 -1.000 9 .343
setelah senam
67

HASIL

Frequencies
Statistics
sebelum senam
N Valid 20
Missing 0

sebelum senam
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Nyeri ringan 3 15.0 15.0 15.0


Nyeri sedang 14 70.0 70.0 85.0

Nyeri berat 3 15.0 15.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=setelah
/PIECHART FREQ
/ORDER=ANALYSIS.
68

Frequencies

Statistics
setelah senam
N Valid 20
Missing 0

setelah senam
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Nyeri minimal 3 15.0 15.0 15.0


Nyeri ringan 6 30.0 30.0 45.0
Nyeri sedang 8 40.0 40.0 85.0

Nyeri berat 3 15.0 15.0 100.0


Total 20 100.0 100.0

T-TEST PAIRS=sebelum WITH setelah (PAIRED)


/CRITERIA=CI(.9500)
/MISSING=ANALYSIS.
69

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean


Pair 1 sebelum senam 3.0000 20 .56195 .12566
setelah senam 2.5500 20 .94451 .21120

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 sebelum senam & setelah


20 .595 .006
senam

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of


Std. Std. Error the Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 sebelum senam -


.45000 .75915 .16975 .09470 .80530 2.651 19 .016
setelah senam
JADWAL PENELITIAN
PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN NYERI LUTUT PADA LANSIA YANG MENGALAMI ARTRITIS
REUMATOID DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA GAU MABAJI KABUPATEN GOWA

BULAN
URAIAN KEGIATAN FEBRUARI APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Identifikasi dan
Justifikasi Masalah
Penyusunan
proposal
Seminar Proposal
Perbaikan Seminar
Proposal
Pengumpulan data
Pengolahan Data dan
Analisa Data
Seminar Hasil
Penelitian
Perbaikan Hasil
Publikasi
49

Anda mungkin juga menyukai