Anda di halaman 1dari 11

PERANCANGAN SISTEM PENDINGIN MINYAK PELUMAS

PADA MOTOR BANTU KAPAL RORO MENGGUNAKAN AIR LAUT


SEBAGAI MEDIA PENDINGIN

Abdul Rahman Agung Ramadhan

Jurusan Teknik Mesin, UniversitasGunadarma


rahman.agung02@gmail.com

Abstrak

Pelumas adalah salah satu elemen yang berpengaruh terhadap kinerja dari suatu motor.
Pelumas juga dapat digunakan sebagai media pendingin untuk menyerap panas pada
motor. Pada pemilihan pelumas perlu diperhatikan nilai viskositas dari
pelumas.Penelitian ini dilakukan untuk mempertahankan nilai viskositas pelumas pada
motor bantu kapal, hal ini dilakukan dengan memberikan tabung penukar kalor yang
berguna menyerap kalor dari pelumas. Air laut digunakan sebagai media penyerap kalor
dari pelumas, air laut dipilih sebagai media penyerap karena persediyaan air laut tidak
terbatas.Dari pengujian didapatkan untuk nilai viskositas kinematik pada mesin bantu
kapal yang menggunakan sistem pendingin pelumas sebesar 12.91 cSt dan untuk mesin
bantu kapal yang tidak menggunakan sistem pendingin pelumas 13.85 cSt dengan nilai
standar dari castrol sebesar 13.5 cSt, sedangkan pada sistem kerja pendingin pelumas
diperoleh data berupa banyak kalor rata-rata yang diserap yaitu 25.966 kJ/s sampai
45.944 kJ/s, hasil ini menujukan perpindahan kalor lebih banyak dari pada jumlah
perpindahan kalor yang diinginkan yaitu sebesar 35 kJ/s. Pada Aux Engine 1
penambahan sebanayak 30 liter, sedangkan pada Aux Engine 2 penambahan sebesar 60
liter.

Kata Kunci : Minyak Pelumas, Sistem Pendingin, Viskositas Pelumas

OIL LUBRICANTS COOLING SYSTEM DESIGN ON SHIP AUXILIARY


ENGINE USING SEAWATER AS COOLING MEDIUM

Abstract

Lubrication is an element that effect engine performance and can be use as cooling
medium to absorb heat in the engine. In selecting lubricants, the viscosity of the lubricant
is important to be notice, as influential factor for lubrication performance in reducing
friction and absorb heat. This research is conduct to maintain the viscosity of the
lubricant on the auxiliary ship engine, by providing a heat exchanger tubes to absorb
heat from a useful lubricant. Seawater is use as the lubricant cooling media, the selection
of seawater as absorbing media is because the unlimited supply of the seawater. From the
viscosity kinematik test, it is obtained 12.91 cSt value on the ship auxiliary engines that
use Lube Cooling System, and 13.85 cSt for ship auxiliary engines that doesn’t used Lube
Cooling System with 13.5 cSt Castrol standard value. While on the cooling lubricant
working system gain the data of an average calor(heat) absorbed is 25,966 kJ/s to 45,944
kJ/s. This result demonstrates the calor (heat) that being transfer is more that the calor
(heat) transferred that being cool, that is 35 kJ/s. On Aux Engine 1 the increasing is 30
liters, while on Aux Engine 2 the increasing is 60 liters.

Keywords: Cooling System, Oil Lubricants, Viscosity Of The Lubricant

72 Jurnal Teknologi Rekayasa Volume 21 No.2, Agustus 2016


PENDAHULUAN Tujuan yang ingin dicapai dalam pene-
litian ini adalah mengetahui cara kerja
Perkembangan ilmu pengetahuan dari sistem pendinginan minyak pelumas
pada dunia perancangan semakin dipicu pada motor bantu kapal, mengetahui
dengan banyaknya kegagalan mekanis besar jumlah kalor rata-rata yang diserap
yang ditemukan terutama pada peran- pada saat terjadinya perpindahan panas
cangan motor. Salah satu contoh pada pada tabung penukar kalor, memban-
sistem pendinginan motor pada alat dingkan nilai viskositas pelumas pada
transportasi misalnya kapal. Sistem pen- motor bantu kapal yang menggunakan
dingin memiliki peranan yang cukup dan yang tidak menggunakan sistem
penting untuk mengontrol temperatur pendingin minyak pelumas dengan air
mesin [1]. Pada saat faktor minyak laut dan mengetahui besar jumlah penam-
pelumas motor yang terlalu panas belum bahan pelumas pada motor bantu kapal
diketahui, perencanaan suatu komponen yang menggunakan dan yang tidak meng-
motor hanya didasarkan pada ruangan gunakan sistem pendingin minyak pelu-
bakar motor saja. Fungsi minyak pelumas mas dengan air laut.
adalah sebagai pelumas pada komponen-
komponen mesin agar tidak terjadi ge- METODE PENELITIAN
sekan. Fungsi lain dari minyak pelumas
adalah sebagai media pendingin kenda- Pada pembuatan tabung pendingin
raan bermotor meskipun prosentasenya pelumas untuk kapal ada beberapa tahap
cukup kecil [2]. Pada prakteknya di la- mulai dari perencanaan sampai pema-
pangan banyak ditemukan masalah seper- sangan, seperti pada Gambar 1.
ti kerusakan yang terjadi pada piston yang 1. Proses pembuatan tabung mulai dari
diakibatkan oleh gesekan pada ruang membuat tabung, memotong dan me-
motor. Gesekanini disebabkan oleh masang pipa untuk jalur media pen-
menurunnya viskositas pada minyak dingin (air laut).
pelumas motor akibat fungsi minyak 2. Proses pemasangan tabung pendingin
pelumas berkurang. Viskositas dari suatu kemesin kapal setelah itu dilakukan
pelumas dipengaruhi oleh perubahan suhu pengecekan yaitu perubahan tempera-
dan tekanan, apabila suhu suatu pelumas tur pelumas yang masuk dan yang
meningkat, maka viskositasnya akan keluar, jika temperatur keluar pelumas
menurun, begitu juga sebaliknya apabila diatas 40oC maka akan dilakukan
suhu suatu pelumas menurun, maka perubahan pada tabung dengan me-
viskositasnya akan meningkat ini berarti nambahkan jumlah pipa pendingin ka-
pelumas akan mudah mengalir ketika rena jika temperatur diatas 40oC maka
pada suhu panas dibandingkan pada saat nilai viskositas pelumas akan berku-
suhu dingin. Viskositas pada pelumas rang.
akan meningkat seiring meningkatnya 3. Jika dalam pengecekan tidak ditemu-
juga tekanan yang ada di sekitar pelumas kan masalah bisa dilanjutkan untuk
[3]. Pada penelitian ini dibahas tentang pengambilan data penelitian. Dalam
viskositas minyak pelumas pada motor penelitian pelumas yang digunakan
bantu kapal yang dapat menyebabkan adalah pelumas castro MPH 154
kerusakan pada suku cadang motor. SEA40.

Ramadhan, Perancangan Sistem ... 73


Gambar 1. Diagram Alur Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN pompa air laut. Untuk nilai viskositas


kinematik pada mesin bantu kapal yang
Pengolahan Data menggunakan sistem pendingin pelumas
Dari hasil pengujian di peroleh hasil sebesar 12.91 Cst dan untuk mesin bantuk
berupa data-data pengujian. Data banyak- kapal yang tidak menggunakan sistem
nya panas yang diserap dari perhitungan pendingin pelumas 13.85 Cst dengan nilai
sistem pendingin sebesar sekitar 31.341 standar dari castrol sebesar 13.5 Cst.
kJ/s, dengan kalor rata-rata dari pelumas Banyaknya Kalor yang diserap oleh
2960 W/oC dan kalor rata-rata dari air media pendingin dapat dihitung berdasar-
laut 4306 W/oC. Hasil dari penukaran kan persamaan berikut [7].
kalor diperoleh dari kecepatan air Qcool = Qoil = W. Coil (tin– tout) kJ/h (1)
pendingin sebesar 0.871 m/s, dengan Dimana :
besar perpindahan panas sebesar 55.355 Qcool = Qoil = Kalor pelumas (kJ/h)
kJ/s. Hasil perhitungan perbedaan W = Jumlah pelumas pendingin (kg/s)
temperatur di peroleh sebesar 17.642 oC. Coil = Kalor sfesifik pelumas (kJ/kgoC)
Sedangkan data untuk perhitungan aliran tout = Temperatur pelumas yang keluar
pipa diperoleh sebesar 22,076 pada aliran (oC)
pipa dalam dan sebesar 1,434 pada aliran tin = Temperatur pelumas yang masuk
diluar pipa. Perhitungan daya pompa (oC)
diperoleh hasil data 16.126 Hp untuk

74 Jurnal Teknologi Rekayasa Volume 21 No.2, Agustus 2016


Pada persamaan (1) banyaknya kalor Dalam sistem pendingin yang
yang diserap oleh media pendingin menggunakan air laut dapat dihitung
dipengruhi oleh selisih temperatur pelu- kapasitas kalor rata–rata dengan persa-
mas yang masuk dan yang keluar. maan[7] :
C’sw = ( Wsw ) x ( Csw) (4)
Pelumas Dimana :
Jenis–jenis minyak pelumas dapat C’sw = kapasitas kalor rata – rata air laut
dibedakan dari golongannya berdasarkan (W/oC)
bahan dasar (base oil), bentuk fisik, dan Wsw = Massa aliran air laut (kg/s)
tujuan penggunaan[7]. Csw = Kalor spesifik air laut (kJ/kgoC)

Perhitungan Kalor Pelumas Jadi nilai C rata–rata dapat dihitung


Dalam sistem pendingin yang dengan menggunakan persamaan [7]:
menggunakan pelumas dapat dihitung ka- 𝐶𝑚𝑖𝑛
Cr =
pasitas Kalor rata–rata dengan persa- 𝐶𝑚𝑎𝑥
maan [7]:
C’oil = ( Woil ) x ( Coil ) (2) Kalor Yang Diserap dari Pelumas
Dimana : Pada pengambilan data banyak
C’oil = kapasitas Kalor rata – rata (W/oC) kalor yang diserap dari pelumas setelah
Woil = Massa aliran pelumas (kg/s) masuk tabung penukar kalor dengan jarak
Coil = Kalor spesifik pelumas (kJ/kgoC) waktu 4 jam selama 24 jam, jumlah kalor
pelumas yang diserap oleh air laut yaitu
Perhitungan Air Laut 31.341 sampai 38.008 kJ/s.
Untuk massa air laut dapat dihitung
dengan persamaan neraca energi untuk Perpindahan Kalor pada Air Laut
penukar kalor [7]. Formula untuk menen- Pada pengambilan data besar per-
tukan massa air laut diberikan oleh pindahan kalor yang terjadi pada air laut
persamaan (3) berikut: setiap 4 jam yang diteliti selama 24 jam,
Woil x Coil (toil 1 – toil 2) = Wsw x Csw (tsw 2– jumlah kalor pelumas yang berpindah
tsw 1) (3) menyebabkan nilai kalor pada air laut
Dimana : menjadi 50.323 sampai 65.419 kJ/s.
Woil = Massa aliran pelumas (kg/s) Pada gambar 2 dapat dilihat jumlah kalor
Coil = Kalor spesifik pelumas (kJ/kgoC) yang diserap dari pelumas (Biru)
toil 1 = Temperature pelumas yang berpindah ke air laut (Merah) sehingga
masuk (oC) kalor pada air laut menjadi lebih banyak
toil 2 = Temperature pelumas yang keluar dibandingkan kalor yang terdapat pada
(oC) pelumas.
Wsw = Massa aliran air laut (kg/s)
Csw = Kalor spesifik air laut (kJ/kgoC) Penukaran Kalor (Heat Exchanger)
Tsw 1 = Temperatur air laut yang masuk Fungsi utama tabung penukar kalor
(oC) adalah untuk menukarkan kalor, dimana
Tsw2 = Temperatur air laut yang keluar air laut yang dipompa dari pipa induk
(oC) selanjutnya digunakan untuk mendingin-
kan pelumas yang keluar dari motor
bantu.

Ramadhan, Perancangan Sistem ... 75


Gambar 2. Grafik Jumlah Kalor

Untuk tabung penukar kalor yang Tc1 = Temperatur air laut yang masuk
dipasang pada mesin bantu kapal adalah (oC)
jenis selongsong tabung dengan dua lin- Tc2 = Temperatur air laut yang keluar
tasan. Maka untuk laju aliran air laut (oC)
dalam pipa dapat dihitung berdasarkan
persamaan (5) berikut[5]: Perhitungan Beda Temperatur Rata-
ṁsw = n.𝜌.v.Ai (5) rata (LMTD)
Karena semua temperatur
Sedangkan untuk menghitung kecepatan diketahui maka untuk LMTD (Log Mean
air rata-rata menggunakan persamaan (6) Temperature Difference)dapat dihitung
berikut[5]: dengan persamaan (9) berikut[5]:
Wsw
v = (6)
𝑛.𝜌.𝐴𝑖 LMTD = ∆Tm =
dimana : (𝑇ℎ1 − 𝑇𝑐2 )−(𝑇ℎ2 − 𝑇𝑐1 )
ṁsw = Laju aliran massa (kg/s) (9)
𝐿𝑛[(𝑇ℎ1 − 𝑇𝑐2 )/(𝑇ℎ2 − 𝑇𝑐1 )]
Wsw = Massa air laut (kg/s) Dimana :
n = Jumlah pipa ∆Tm = Beda Temperatur Rata-rata
𝜌 = densitas air (kg/m3) (LMTD) (oC)
v = Kecepatan air laut (m/s) Th1 = Temperatur pelumas yang masuk
Ai = Luas penampang pipa dalam (oC)
tabung (m2) Th2 = Temperatur pelumas yang keluar
(oC)
Sedangkan besar perpindahan kalor yang Tc1 = Temperatur air laut yang masuk
diperluan untuk fluida pendingin diberi- (oC)
kan pada persamaan (7) berikut[5]: Tc2 = Temperatur air laut yang keluar
q= (mc) . (csw) . (∆Tc) (7) (oC)

dimana : Nilai LMTD (Log Mean Tempe-


q = Besar perpindahan kalor (kJ/s) rature Difference)adalah nilai beda
mc = Laju aliran massa (kg/s) temperatur rata-rata yang didapat dari
csw = Kalor spesifik air laut (kJ/kgoC) perhitungan nilai temperatur yang diketa-
∆Tc = Perubahan temperatur air laut hui. Data yang diperoleh dari tabel diatas
(oC) menunjukan temperatur rata-rata hasil
Untuk menghitung temperatur akhir perhitungan LMTD yaitu sebesar 10.339
o
menggunakan persamaan (8) berikut[5]: C sampai 18.294 oC. Hasil perhitungan
∆Tc = Tc2 –Tc1 (8) dapat dilihat pada gambar 3.
Dimana :

76 Jurnal Teknologi Rekayasa Volume 21 No.2, Agustus 2016


Gambar 3. Grafik Temperatur yang Diserap

Pada Gambar 3 dapat dilihat jumlah ∆Tm = Beda Temperatur Rata-rata


temperatur standar (Biru) yang diinginkan (LMTD) (oC)
adalah 15oC, sedangkan temperatur rata-
rata (Merah) yang diperoleh dari hasil Nilai Koefisien perpindahan panas
perhitungan Nilai LMTD (Log Mean menyeluruh di ambil 2300 w/m2oC,
Temperature Difference) dari 17.6oC sedangkan untuk nilai faktor koreksi di
sampai 10.3oC. ambil nilai 1.035.
Luas permukaan perpindahna kalor
Perhitungan Perpindahan Kalor di peroleh dari perhitungan :
Perpindahan kalor menyeluruh
dapat dihitung menggunakan persamaan A = 2πr(r + t) (11)
(10) berikut [5]:
Dimana :
Q = U.A.F. ∆Tm (10) A = Luas Permukaan Perpindahan Kalor
(m)
Dimana : r = Jari-jari lingkaran penutup tabung
Q = Perpindahan Kalor meyeluruh (kJ/s) (m)
U = Koef perpindahan kalor menyeluruh t = Tinggi tabung (m)
(W/m2oC)
A = Luas Permukaan Perpindahan Kalor Hasil Perhitungan dapat dilihat
(m) pada Gambar 4.
F = Faktor Koreksi

Gambar 4. Grafik Kalor yang diserap

Ramadhan, Perancangan Sistem ... 77


Pada Gambar 4 dapat dilihat jumlah v = Kecepatan air laut (m/s)
Perpindahan kalor yang diharapkan (stan- d = Diameter pipa (m)
dar perpindahan kalor (Biru)) yang di- 𝜇 = Dinamik viskositas air (Pa.s)
inginkan adalah sebesar 35 kJ/s, sedang-
kan perpindahan kalor menyeluruh (Me- Sedangkan untuk aliran diluar pipa
rah) yang diperoleh dari hasil perhitungan (aliran pelumas) dapat dilihat pada
diperoleh nilai perpindahan dari 25.966 gambar 5 dimana dengan melihat keadaan
kJ/s sampai 45.944 kJ/s. pipa dalam tabung adalah posisi baris
selang-seling.
Perhitungan Aliran Pipa Maka untuk menghitung jalur pelumas
Untuk menyatakan aliran dalam dengan persamaan :
pipa maka dapat dilihat pada bilangan
reynold sebagai berikut : 𝑆𝑛 𝑆𝑝
dan (13)
𝑑 𝑑
𝜌.𝑣.𝑑
Re = (12)
𝜇 Dimana :
Sn = Jarak lebar antara pipa (mm)
Dimana : Sp = Jarak tinggi antara pipa (mm)
Re = Bilangan reynold d = Diameter pipa (mm)
𝜌 = Densitas air (kg/m3)

Tabel 1. Bilangan Reynold Aliran Dalam Pipa


Air Laut
No. Bilangan Reynold
(Viskositas Dinamik)
1 6.7 x10-4 Pa.s 22,076
2 7.5 x10-4 Pa.s 19,721
3 7.0 x10-4 Pa.s 21,130
4 8.7 x10-4 Pa.s 17,001

Gambar 5. Letak Jarak Pipa dalam Tabung

78 Jurnal Teknologi Rekayasa Volume 21 No.2, Agustus 2016


Pada alat yang digunakan terlihat 𝜇
ɳ= (15)
kecepatan aliran pelumas sekitar 0.75- 𝜌
1.15 m/s, maka untuk kecepatan plumas dimana :
diambil 0.95 m/s. Jadi untuk kecepatan ɳ = Viskositas kinematik (m2/s)
maksimal pendingin pelumas dapat dihi- 𝜇 = Viskositas Dinamik (kg/m.s)
tung berdasarkan persamaan : 𝜌 = Densitas pelumas (kg/m3)
𝑆𝑛
vmaks = v (13) Penambahan Pelumas
𝑆𝑛 −𝑑
dimana : Pada motor bantu kapal ada penam-
vmax = Kecepatan maximum (m/s) bahan pelumas yang dilakukan pada
Sn = Jarak lebar antara pipa (mm) motor, hal ini dilakukan untuk tetap
d = Diameter pipa (m) menjaga nilai viskositas pada motor dan
v = Kecepatan pelumas (m/s) menjaga agar jumlah pelumas yang
dibutuhkan tidak berkurang. Pengambilan
Penentuan bilangan reynold dengan data dilakukan selama 7 hari pada bulan
memakai kecepatan maksimal dengan desember, Tabel 3 merupakan data pe-
persamaan : nambahan pelumas yang di lakukan.
𝜌.𝑣𝑚𝑎𝑥 .𝑑 Untuk motor yang menggunakan
Re = (14) pendingin pelumas adalah Aux engine 1,
𝜇
Dimana : sedangkan yang tidak menggunakan pen-
vmax = Kecepatan maksimal (m/s) dingin pelumas Aux engine 2. Kapasitas
𝜌 = Densitas pelumas (kg/m3) tangki pelumas untuk masing-masing
d = Diameter pipa (m) motor bantu sebesar 250 liter. Saldo awal
𝜇 = Dinamik viskositas pelumas pelumas tidak boleh kurang dari 160 liter,
(Pa.s) sebab jika kapasitas pelumas kurang dari
standar dapat mengakibatkan motor cepat
panas dan bekerja tidak maksimal.

Tabel 2. Bilangan Reynold Aliran Luar Pipa


Pelumas
No. Bilangan Reynold
(Viskositas Dinamik)
1 12.58 x10-3 Pa.s 1,434
2 12.73 x10-3 Pa.s 1,417
3 12.26 x10-3Pa.s 1,471
4 11.81 x10-3 Pa.s 1,528

Tabel 3. Penambahan Pelumas


Saldo Awal Penambahan Total Pemakaian Saldo Akhir
Tanggal
(liter) (liter) (liter) (liter)
Pengisian
A.E 1 A.E 2 A.E 1 A.E 2 A.E 1 A.E 2 A.E 1 A.E 2
25-12-14 240 237 10 30 10 20 240 247
26-12-14 240 247 - - 10 15 230 232
27-12-14 230 232 - - 10 20 205 212
28-12-14 205 212 10 10 15 10 195 212
29-12-14 195 212 - - 10 10 185 202
30-12-14 185 202 - 10 10 20 175 192
31-12-14 175 192 10 10 10 20 175 182
Keterangan : A.E 1 = Aux engine 1
A.E 2 = Aux engine 2

Ramadhan, Perancangan Sistem ... 79


Gambar 6. Grafik Pemakaian Pelumas

Pada Gambar 6 dijelaskan jumlah p = Satuan tekanan (Pa)


pengunaan pelumas pada mesin bantu D = Satuan diameter (m)
(Aux Engine). Jumlah pengunaan pelumas v = Satuan kecepatan (m/s)
pada mesin bantu 1 (Biru) lebih sedikit
dibandingkan penggunaan pelumas pada 2. Gaya Gesek (F)
mesin bantu 2 (merah). Hal ini disebab- Fungsi dari pelumas adalah untuk me-
kan pada mesin bantu 1 menggunakan ngurangi gesekan yang terjadi diantara
sistem pendingin pelumas yang menye- dua benda. Pada persamaan (17) beri-
babkan viskositas pelumas bisa terjaga kut ini rumus gaya gesek yang terjadi
sehingga jumlah penggunaan pelumas pada pelumasan [7]:
tidak banyak, sedangkan pada mesin 𝝁.𝐴.𝑣
F= (17)
bantu 2 tidak menggunakan sistem pen- 𝐿
dingin pelumas sehingga penggunaan Dimana :
pelumas lebih banyak karena nilai visko- F = gaya yang bekerja (N)
sitas pelumas yang berkurang. A = luas keping yang bersentuhan
dengan fluida (m2)
Perhitungan Pelumas v = laju fluida (m/s)
1. Viskositas (μ) L = jarak antar keping (m)
Viskositas adalah kekentalan suatu 𝝁= koefisien viskositas kg/m.s atau
minyak pelumas yang merupakan (Pa)
ukuran kecepatan bergerak atau daya
tolak suatu pelumas untuk mengalir[8]. 3. Density ( ρ )
Jika viskositas fluidanya tinggi maka Adalah berat yang dihasilkan oleh su-
kecepatan putar yang dibutuhkan lebih atu zat/benda. Formula untuk menen-
rendah. Viskositas dipengaruhim oleh tukan densitas suatu zat diberikan pada
kenaikan suhu. Kenaikan suhu ini akan persamaan (18) berikut:
𝑚
berakibat melemahkan ikatan molekul 𝜌= (18)
𝑉
fluida yang kemudian menurunkan Dimana :
viskositasnya sehingga viskositas 𝜌 = Massa jenis zat (kg/m3)
akanmenurun dengan naiknya suhu m = Massa zat (kg)
[6].Formula untuk menentukan v = Volume zat (m3)
besarnya viskositas diberikan pada
persamaan (16) berikut: Hasil Uji Pelumas
𝐤.𝐩.𝐃
𝝁 = Hasil uji pelumas dilakukan untuk
𝐯 mengetahui kualitas pelumas salah satu-
(16)
nya mempertahankan nilai viskositas
dimana :
setelah digunakan pada motor bantu, uji
𝝁= Viskositas (Pa.s)
kualitas pelumas dilakukan setiap bulan.
k = Kostanta (0.43)

80 Jurnal Teknologi Rekayasa Volume 21 No.2, Agustus 2016


Gambar 7. Grafik Perbandingan Viskositas Pelumas

Pada Gambar 7 dijelaskan nilai vis- viskositas Aux Engine 1 yaitu 12.91 cSt
kostas pada pelumas yaang terdapat pada lebih rendah dari nilai viskositas pada
mesin bantu (Aux Engine). Nilai standar Aux Engine 2 yaitu 13.85 cSt dan nilai
viskositas kinematik (Biru) yang diberi- max viskositas standar yaitu sebesar 13.5
kan adalah 13.5 cSt. cSt. Penambahan jumlah pemakaian
Nilai viskositas pada mesin bantu 1 pelumas pada Aux Engine 1 lebih sedikit
(Merah) cenderung lebih rendah dari nilai dibandingkan pemakaian pada Aux
standar, hal ini dikarenakan pada mesin Engine 2, hal ini dilihat dari data
bantu 1 menggunakan sistem pendingin penambahan selama 1 minggu. Pada Aux
pelumas, sedangkan pada mesin bantu 2 Engine 1 penambahan sebanayak 30 liter,
(Hijau) nilai viskositas lebih tinggi karena sedangkan pada Aux Engine 2
tidak menggunakan sistem pendingin penambahan sebesar 60 liter.
pelumas. Pada penelitian berikutnnya dapat
diperhatikan faktor temperatur kalor pada
SIMPULAN DAN SARAN ruang bakar motor bantu, karena nilai
viskositas pelumas dipengaruhi tempe-
Prinsip kerja dari sistem pendingin ratur kalor pada ruang bakar motor bantu.
pelumas pada mesin bantu 1 kapal yaitu
dengan cara mengalirkan air laut dari sea
cheast yang dipompa menggunakan pom- DAFTAR PUSTAKA
pa sentrifugal untuk dialirkan ke tabung
penukar kalor. Didalam tabung penukar [1] Sharma,V., Nirmal Kumar, R.,
kalor air laut digunakan untuk men- K.Thamilarasan, Bhaskar,G. Vijay,
dinginkan pelumas yang keluar dari danDevra , Bhavesh. 2014.”Heat
mesin sebelum kembali ke tangki pelu- Reduction FromIc Engine By Using
mas. air laut kemudian keluar dari tabung Al2o3Nanofluid In Engine Cooling
penukar kalor kemudia keluar dari kapal System”. American Journal of
melalui pipa pembuangan. Perpindahan Engineering Research (AJER).
kalor menyeluruh dari hasil perhitungan Vol.03, No.04, pp-173-177.
yang diperoleh menunjukan nilai perpin- [2] Hidayat,Taufiq. 2015.”Modifikasi
dahan sebesar 25.966 kJ/s sampai 45.944 Sistem Pendinginan (Sirip Dan Air)
kJ/s, hasil ini menujukan perpindahan Pada Saluran Pelumas Sepeda
kalor lebih banyak dari pada jumlah Motor”. Jurnal AUTINDO Politeknik
perpindahan kalor yang diinginkan yaitu Indonusa Surakarta. Vol.1, No.2, pp.
sebesar 35 kJ/s.Hasil nilai uji pelumas 34 – 41.
yang dilakukan Menunjukan nilai visko- [3] Effendi, M. Syafwansyah dan
sitas pada pelumas Aux Engine 1 lebih Adawiyah, Rabiatul. 2014.
baik dibandingkan pada Aux Engine 2, “Penurunan Nilai Kekentalan Akibat
hal ini terlihat dari hasil pengujian Pengaruh Kenaikan Temperatur Pada

Ramadhan, Perancangan Sistem ... 81


Beberapa Merek Minyak Pelumas”. Viskositas Pelumas Terhadap
Jurnal INTEKNA. Vol. XIV, No. 1. Perubahan Temperatur Pada
[4] M.arisandi, Darmanto, T. Simulator Alat Uji Pelumas
Priangkoso. 2012. ”Analisa Pengaruh Bantalan”. Bina Teknika (BT). Vol.8,
Bahan Dasar Pelumas Terhadap No.1, pp.55-70.
Viskostas Pelumas dan Konsumsi [7] Petrovsky, N. 1970.Marine Internal
Bahan Bakar”. Momentum. Vol. 8, Combustion Engine. First Edition.
No. 1,pp. 56- 61. Mir Publisher: Moscow.
[5] Holman, J. P. 1984. Perpindahan [8] Valcic, M. 2001.Learning Resource
Kalor, Edisi kelima, Terjemahan E. for Marine Engineers. 4th Edition.
Jasjri . Erlangga:Jakarta,. Pomorski Fakultet Rijeka Kroasia.
[6] Komarudin dan Razul Harfi. 2012. Studentska ulica 2. Rijeka.
”Analisis Pengaruh Variasi

82 Jurnal Teknologi Rekayasa Volume 21 No.2, Agustus 2016

Anda mungkin juga menyukai