Dosen pembimbing :
Disusun oleh :
A. LATAR BELAKANG
Perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jamak dari yang diartikan dengan budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
1. Akhlak tersendiri terbagi atas 2, yaitu : Akhlak Mahmuda (akhlak terpuji)
Contoh: memberi sumbangan, sabar menghadapi masalah, rajin belajar dan bekerja, berbuat
baik kepada orang tua
2. Akhlak Mazmumah ( akhlak tercela )
Contoh : berdusta ketika berbicara, malas, dan apatis
Sebagai seorang yang beriman, kita harus membiasakan untuk berakhlak yang terpuji,
karena akhlah adlah buah dan merupakan hasil dari iman dan aqidah kita sendiri.
Akhlak menurut Imam Gazali adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan
pemikiran terlebih dahulu. Akhlak menurut Ibrahim Anis adalah sifat yang tertanam di
dalam jiwa dan terdapat macam-macam perbuatan tanpa membutuhkan pertimbangan
terlebih dahulu.
B. Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian akhlak?
b. Bagaimana cara berahklak dalam islam?
c. Apa hikmah dalam berpakaian Islami ?
d. Apa hukum cadar menurut 4 madzhab ?
BAB II
PEMBAHASAN
Aurat secara bahasa berarti “hal yang jelek untuk dilihat” atau “sesuatu yang
memalukan bila dilihat”. Menurut syara’ aurat adalah “bagian tubuh yang diharamkan
Allah untuk diperlihatkan kepada orang lain”. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa
garis panduan adab berpakaian (untuk lelaki dan wanita) muslim dan muslimah haruslah
mempunyai kriteria sebagai berikut :
1. Menutup aurat. Aurat lelaki menurut ahli hukum ialah dari pusat hingga ke lutut. Aurat
wanita ialah seluruh anggota badan, kecuali wajah, telapak tangan dan telapak kaki.
Rasulullah Saw. bersabda yang artinya : "Paha itu adalah aurat." (HR.Bukhari)
2. Tidak tembus pandang dan tidak ketat. Pakaian yang tembus pandang dan ketat tidak
memenuhi syarat menutup aurat. Rasulullah Saw. bersabda yang artinya : "Dua golongan
ahli neraka yang belum pernah aku lihat ialah, satu golongan memegang cemeti seperti
ekor lembu yang digunakan untuk memukul manusia dan satu golongan lagi wanita yang
memakai pakaian tetapi telanjang dan meliuk-liukkan badan juga kepalanya seperti
bonggol unta yang tunduk. Mereka tidak masuk syurga dan tidak dapat mencium baunya
walaupun bau syurga itu dapat dicium dari jarak yang jauh." (HR.Muslim).
3. Tidak menimbulkan sifat riya. Rasulullah Saw. bersabda yang artinya : "Barang siapa
yang mengenakan pakaiannya kerana perasaan sombong, Allah Swt. tidak akan
memandangnya pada hari kiamat." Dalam hadis lain, Rasulullah Saw. bersabda yang
artinya : "Barang siapa yang memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah akan
memberikan pakaian kehinaan pada hari akhirat nanti." (HR.Ahmad, Abu Daud, an-
Nasa'iy dan Ibnu Majah)
4. Wanita tidak menyerupai laki-laki dan laki-laki tidak menyerupai
wanita. Maksudnya pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh dipakai oleh wanita,
begitu juga sebaliknya. Rasulullah Saw. mengingatkan hal ini dengan tegas dalam
sabdanya: "Allah mengutuk wanita yang meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang
meniru pakaian dan sikap perempuan." (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam hadits
lain Baginda Nabi Saw. juga bersabda: "Allah melaknat lelaki berpakaian wanita dan
wanita berpakaian lelaki." (HR. Abu Daud dan Al-Hakim).
5. Menutup tubuh bagian atas dengan tudung kepala. Contohnya seperti tudung yang
seharusnya dipakai sesuai kehendak syarak yaitu untuk menutupi kepala dan rambut,
tengkuk atau leher dan juga dada. Allah berfirman :
ُ انَ هَّللاjjساء ا ْل ُمؤْ ِمنِينَ يُ ْدنِينَ َعلَ ْي ِهنَّ ِمن َجاَل بِيبِ ِهنَّ َذلِ َك أَ ْدنَى أَن يُ ْع َر ْفنَ فَاَل يُؤْ َذيْنَ َو َك
َ ِيَا أَ ُّي َها النَّبِ ُّي قُل أِّل َ ْز َوا ِج َك َوبَنَاتِ َك َون
ً َغفُوراً َّر ِحيما
Artinya : “Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan
istri-istri orang Mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka
tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”. (al-Ahzab:59). Jilbab
ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, wajah dan dada.
6. Memilih warna sesuai. Contohnya warna-warna lembut termasuk putih karena warna-
warna seperti itu kelihatan bersih dan sangat disenangi serta sering menjadi pilihan
Rasulullah Saw. Beliau bersabda: "Pakailah pakaian putih kerana ia lebih baik, dan
kafankan mayat kamu dengannya (kain putih)." (an-Nasa'ie dan al-Hakim).
7. Laki-laki dilarang memakai emas dan sutera. Ini termasuk salah satu etika berpakaian
di dalam Islam. Bentuk perhiasan seperti ini umumnya dikaitkan dengan wanita, namun
hari ini banyak di antara laki-laki cenderung untuk berhias seperti wanita sehingga ada
yang memakai anting, cincin dan gelang emas. Semua ini sangat bertentangan dengan
hukum Islam. Rasulullah s.a.w. bersabda : "Haram kaum lelaki memakai sutera dan emas,
dan dihalalkan (memakainya) kepada wanita”. Dalam hadits lain Rasulullah SAW
bersabda : "Janganlah kamu memakai sutera, sesungguhnya orang yang memakainya di
dunia tidak dapat memakainya di akhirat." (HR.Muttafaq
8. Dahulukan sebelah kanan. Imam Muslim meriwayatkan dari Saidatina Aisyah:
"Rasulullah suka sebelah kanan dalam segala keadaan, seperti memakai baju, berjalan
kaki dan bersuci". Apabila memakai baju atau seumpamanya, dahulukan sebelah kanan dan
apabila menanggalkannya, dahulukan sebelah kiri. Rasulullah SAW bersabda: "Apabila
seseorang memakai baju, dahulukanlah sebelah kanan dan apabila menanggalkannya,
dahulukanlah sebelah kiri supaya yang kanan menjadi yang pertama memakai baju dan
yang terakhir menanggalkannya." (HR. Muslim).
9. Memakai pakaian baru. Apabila memakai pakaian yang baru dibeli, ucapkanlah seperti
yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tarmizi yang artinya: "Ya Allah, segala puji
bagi-Mu, Engkau yang memakainya kepadaku, aku memohon kebaikannya dan kebaikan
apa-apa yang dibuat baginya, aku mohon perlindungan kepada-Mu daripada kejahatannya
dan kejahatan apa-apa yang diperbuat untuknya. Demikian itu telah datang daripada
Rasulullah".
10. Berdo’a. Ketika menanggalkan pakaian, lafaz-kanlah: "Pujian kepada Allah yang
mengurniakan pakaian ini untuk menutupi auratku dan dapat mengindahkan diri dalam
kehidupanku, dengan nama Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia."
Sebagai seorang muslim, sewajarnya memakai pakaian yang sesuai dengan tuntunan dan
tuntutan agama Islam itu sebdiri, karena sesungguhnya pakaian yang sopan dan menutup
aurat adalah cerminan kepribadian seorang Muslim yang sebenarnya.
c. Di hadapan suami
Seorang wanita di hadapan suaminya boleh menampakkan seluruh anggota badannya.
Karena segala sesuatu yang boleh dinikmati, tentu boleh juga dilihat.
Allah berfirman :
“kecuali kepada suami mereka, …,
Ada sebagian ulama yang mengatakan makruh melihat kemaluan. Karena Aisyah RA
mengatakan tentang hubungannya dengan Nabi Muhammad SAW:
Artinya: “Saya tidak pernah melihat darinya dan ia tidak pernah melihat dariku. (H.R. At
Tirmidzi)
« وأما. اهـ إال وجهها فليس عورة في الصالة. صرح به في الرعاية، وكل الحرة البالغة عورة حتى ذوائبهاـ
خارجها فكلها عورة حتى وجهها بالنسبة إلى الرجل والخنثى وبالنسبة إلى مثلهاـ عورتها ما بينـ السرة إلى الركبةـ
“Setiap bagian tubuh wanita yang baligh adalah aurat, termasuk pula sudut kepalanya.
Pendapat ini telah dijelaskan dalam kitab Ar Ri’ayah… kecuali wajah, karena wajah
bukanlah aurat di dalam shalat. Adapun di luar shalat, semua bagian tubuh adalah
aurat, termasuk pula wajahnya jika di hadapan lelaki atau di hadapan banci. Jika di
hadapan sesama wanita, auratnya antara pusar hingga paha” (Raudhul Murbi’, 140)
« وال، فإذا خرجت فال تبينـ شيئًا، ظفرها عورة: وال تبديـ زينتها إال لمنـ في اآليةـ ونقل أبو طالب: قال أحمدـ
َّ وأحبُّ إل، فإنهـ يصف القدم، ُخف َّها
ي أن تجعل لكـ ّمها ز ًرا عندـ يدها
* Syaikh Manshur bin Yunus bin Idris Al Bahuti, ketika menjelaskan matan Al Iqna’ ,
ia berkata:
« « والوجه » من الحرة البالغة « عورة خارجها » أي الصالة « باعتبار النظر كبقيةـ. ـ الكفان: وهما » أي
» بدنهاـ
“’Keduanya, yaitu dua telapak tangan dan wajah adalah aurat di luar shalat karena
adanya pandangan, sama seperti anggota badan lainnya” (Kasyful Qanaa’, 309)
“Pendapat yang kuat dalam masalah ini adalah wajib hukumnya bagi wanita untuk
menutup wajah dari pada lelaki ajnabi” (Fatawa Nurun ‘Alad Darb)
Jadi, intinya adalah memakai cadar itu adalah hal yang bagus dalam pandangan agama
karena tidak ada satupun pendapat yang mengharamkannya. Bahkan pendapat kuat
(Mu’tammad) dalam mazhab Syafi’e adalah wajib bagi wanita untuk menutupi seluruh
tubuhnya jika sedang di tengah ajanabi (bukan mahram).
Jadi, untuk masa sekarang yang telah berjamurnya kejahatan asusila, terjadinya
pemerkosaan, zina dan lain-lain, maka menggunakan pendapat yang mengatakan wajib atau
sunnat lebih bagus. Namun memaksakan pendapat yang mengatakan wajib kepada seluruh
orang itu bukanlah pilihan yang arif lebih-lebih para pakar hukum Islam terutama imam
mazhab berbeda pendapat dalam hal ini.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
Adapun menutup seluruh tubuh maka ini mencakup wajah dan kedua telapak
tangan. Ini ditunjukkan dalam surah An-Nur di atas dari beberapa sisi:
1. Allah memerintahkan untuk kaum mukminin untuk menundukkan pandangan mereka
dari yang bukan mahram mereka. Dan menundukkan pandangan tidak akan sempurna
kecuali jika wanita tersebut berhijab dengan hijab yang sempurna menutupi seluruh
tubuhnya. Sementara tidak diragukan lagi bahwa menyingkap wajah merupakan sebab
terbesar untuk memandang ke arahnya.
2. Allah Ta’ala melarang untuk memperlihatkan sedikitpun dari perhiasan luarnya
kepada non mahram, kecuali terlihat dalam keadaan terpaksa karena tidak bisa
disembunyikan, semisal pakaian terluarnya. Jika Allah Ta’ala melarang untuk
memperlihatkan perhiasan luar (selain tubuh), maka tentunya wajah dan telapak tangan
yang merupakan perhiasan yang melekat pada diri seorang wanita lebih wajib lagi untuk
disembunyikan.
3. Allah Ta’ala memerintahkan untuk mengulurkan khimar mereka sampai ke dada-dada
mereka, sementara khimar adalah sesuatu yang digunakan wanita untuk menutup
kepalanya. Jika khimar diperintahkan untuk diulurkan sampai ke dada, maka tentunya
secara otomatis wajah tertutup oleh khimar tersebut.
Aisyah radhiallahu anha berkata, “Semoga Allah merahmati wanita-wanita
Muhajirin yang pertama. Tatkala Allah menurunkan, “Dan hendaklah mereka menutupkan
khimar ke dada-dada mereka,” mereka merobek kain-kain mereka lalu menjadikannya se
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Abdurrahman, Asymuni, dkk. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah.
2000. Jakarta: Suara Muhammadiyah.