Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEBIDANAN DENGAN PENDEKATAN

KELUARGA

NAMA : SULISTIOWATI

KELAS : F (MALILI)

NIM : 042019208

DOSEN : SURIANA, S.ST.M.Keb

STIKES KURNIA JAYA PERSADA

PALOPO
TUGAS INDIVIDU

1. BABY BLUES SYNDROM PADA IBU NIFAS

a. Latar Belakang

Baby Blues Syndrom atau sering juga disebut Maternity

Blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan

yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan

memuncak pada hari ke tiga sampai kelima dan menyerang dalam

rentang waktu 14 hari terhitung setelah persalinan. Angka kejadian

Baby blues atau postpartum blues di Asia cukup tinggi dan

bervariasi antara 26-85%, sedangkan di Indonesia angka kejadian

Baby Blues atau postpartum blues antara 50-70% dari wanita

pasca persalinan.

Menurut WHO, ibu dikatakan mengalami nifas yaitu

dimulai saat setelah bayi dilahirkan hingga anak berumur 42

hari.1 Beberapa risiko dari masalah kesehatan akan dialami ibu

yang memasuki masa postpartum atau setelah melahirkan ini.

Berdasarkan Profil Kesehatan dari Kota Semarang pada tahun

2017 sebanyak 70% kasus kematian ibu terjadi pada masa

nifas sedangkan 30% nya pada saat ibu hamil.2 Wanita akan

mengalami kelelahan yang lebih tinggi karena dihadapi oleh

peran barunya sebagai seorang ibu. Seorang wanita

membutuhkan penyesuaian diri dari fisik, psikis ataupun sosial.


Beberapa wanita yang tidak dapat melakukan penyesuaian ini,

terdapat gangguan psikologis yang dapat dialami ibu. Gangguan

psikologis yang dapat menyerang ibu nifas seperti kecemasan,

baby blues, dan depresi.

Persalinan dan melahirkan adalah suatukondisi

fisiologis yang normal terjadi dalamkehidupan. (Hung,2005

dalam Enik 2015).Hal ini memiliki arti yang sangat besar dan

memiliki kesan yang dalam bagi seorang wanita, terlebih bagi

dia yang baru melahirkan untuk pertama kalinya. Ibu post

partum akan mengalami periode emosinal yang disebu

tpostpartum blues.

Dimana mereka akan mengalami perubahan mood,merasa

cemas, pusing serta timbul perasaan sedih dan salah

satupenyebabnya adalah kegiatan menyusui

bayi(Bahiyatun,2009)Ibu yang baru pertama kali menyusui

dianggap belum berpengalaman dibandingkan dengan ibu

yang sudah memiliki pengalaman menyusui sebelumnya.

Angka kejadian baby blues syndrome di Indonesia seperti di

Jakarta menurut Pangesti yang penelitiannya dilakukan oleh dr.

Irawati Sp.Kj, 25% dari 580 ibu yang menjadi respodennya

mengalami gejalaini. Beberapa penelitian yang telah dilakukan

di Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya, ditemukan bahwa angka


kejadian baby blues syndrome terdapat 11-30%. Menurut hasil

penelitian Wardiah (2013) sendiri di Kabupaten Pidie,

menunjukan bahwa dari 41 responden ternyata mayoritas

tidak mengalami baby blues syndrome yaitu 26 responden

(63,4%).Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Machmudah (2010), menjelaskan bahwa hasil analisis antara

paritas dengan kemungkinan terjadinya baby blues syndrome,

yaitu dari 28 ibu multipara terdapat 6 orang responden (11,1%)

yang mengalami kemungkinan terjadinya baby blues syndrome dan

dari 52ibu primipara terdapat 48 orang responden (88,9%)

yang mengalami kemungkinan terjadinya baby blues

syndrome. Menurut Masruroh (2013), perempuan primipara

lebih umum menderita baby blues karena setelah melahirkan

wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu

hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham

perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap

dirawat.Menurut Elvira (2006, dalam Machmudah, 2010)

menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya baby

blues syndrome salah satunya adalah keadaan atau kualitas

kesehatan bayi. Masalah yang dialami bayi menyebabkan ibu

kehilangan minat untuk mengurus bayinya. Masalah pada bayi

tersebut antara lain adanya komplikasi kelahiran atau lahir

dengan jenis kelamin tidak sesuai dengan harapan, atau lahir


dengan cacat bawaan. Menurut Kotila (2014) dalam jurnalnya,

menjelaskan bahwa bagi ibu-ibu yang perfeksionis mungkin lebih

cenderung untuk mencari dan melakukan pemeriksaan untuk

mengetahui gender bayi, karena menurut mereka

mengidentifikasi gender bayi dapat meredakan kecemasan

selama proses kehamilan. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Loo, Luo, Su, et al. (2010) di perkotaan

Mainland Chinese, menjelaskan bahwa preferensi anak laki-laki

dikaitkan dengan kecemasan prenatal.

b. Metode Pendekatan Keluarga

Sebagai seorang bidan saya akan melakukan beberapa hal bila

menjumpai ibu nifas dengan baby blues syndrome antara lain

1. Melakukan kunjungan rumah pada ibu nifas

2. Mengamati dan mengkaji tingkat depresi pada ibu nifas

3. Memberi ruang kepada ibu nifas untuk menceritakan apa yang

dirasakannya

4. Memberi edukasi pada ibu nifas tentang bagaimana merawat

bayinya

5. Memberi support kepada ibu nifas

6. Memeriksa kesehatan ibu nifas (TTV), melakukan pemeriksaan

fisik pada ibu dan bayi


7. Melakukan penyuluhan (edukasi tentang baby blues syndrome)

pada ibu nifas, suami serta keluarga lainnya untuk bisa

memberi support kepada ibu

8. Mengajak seluruh anggota keluarga untuk mendukung dan

membantu si ibu dalam merawat dan membesarkan anaknya

9. Menganjurkan anggota keluarga untuk lebih memahami kondisi

mental ibu

10. Menganjurkan anggota keluarga untuk memberi ibu waktu

luang untuk dirinya sendiri

11. Menganjurkan suami dan anggota keluarga lain agar bias

menciptakan suasana nyaman bagi ibu nifas

12. Melakukan kunjungan rutin pada ibu nifas hingga keadaan ibu

membaik

c. Manfaat Pendekatan Keluarga

Ibu nifas yang mengalami baby blues syndrome, dapat

memahami kondisinya setelah mendapat edukasi tentang baby

blues syndrome, suami dan anggota keluarganya juga mulai

memahami kondisi ibu nifas sehingga anggota keluarga dapat

membantu proses pemulihan ibu nifas dengan memberi dukungan

dan bantuan dalam merawat bayinya.


2. PENDEKATAN KELUARGA PADA IBU HAMIL KEKURANGAN

ENERGI KRONIK ( KEK )

a. Latar Belakang

Kematian Ibu menurut defenisi WHO adalah kematian

selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya

kehamilan,akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperdebat

oleh kehamilan atau penanganannya,tetapi bukan disebabkan oleh

tenaga kecelakaan/cedera (Dinas Kesehatan DIY,2016).

Angka kematian Ibu (AKI) di Negara Indonesia mengalami

peningkatan yang cukup signifikan yaitu pada Tahun 2007 228 per

100.000 kelahiran hidup tahun 2012 menjadi 359 per 100.000

kelahiran hidup.Angka tersebut masih jauh dari target MDG’s yaitu

sebanyak 102 per 100.000 kelahiran hidup.Angka kematian Ibu

(AKI) mengalami penurunan Tahun 2015 yaitu 305 per

100.000kelahiran hidup.Angka kematian Bayi (AKB) padaTahun

2007 yaitu sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup mengalami

penurunan pada Tahun 2012 yaitu 32 per 1.000 kelahiran hidup,

dan mengalami penurunan kembali pada Tahun 2015 yaitu 22,23

per 1.000 kelahiran hidup.dengan target MDG’s sebesar 23 per

1.000 kelahiran hidup. (Kemenkes RI,2015).

Penyebab kematian Ibu yaitu Perdarahan 31%,eklamsia

10%,preeklamsia berat 17%,sepsis dan infeksi 7%,lain-lain 35


%.Salah satu penyebab terjadinya Perdarahan yaitu Anemia dan

Kekurangan Energi Kronik (KEK) (Dinas Kesehatan DIY,2016)

Kecukupan Gizi saat kehamilan sangat berpengaruh pada

perkembangan fisik dan kongnitif bayi yang akan dilahirkan dan

berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin yang

optimal ( irianto,2016).

Ibu hamil membutuhkan zat gizi yang lebih banyak di

bandingkan dengan keadaan tidak hamil.Hal ini di sebabkan

olehselain untuk ibu zat gizi di butuhkan bagi janin.Di Indonesia

masih banyak ibu yang saat hamil mempunyai status gizi kurang

.Hal ini di sebabkan oleh asupan makanan selama kehamilan tidak

mencukupi untuk kebutuhan dirinya sendiri dan bayinya (Kemenkes

RI,2015)

Salah satu kekurangan Zat gizi pada ibu hamil adalah Kurang

Energi Kronik (KEK).Ibu hamil dengan masalah gizi berdampak

terhadap kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi serta kualitas

bayi yang di lahirkan.Kondisi ibu hamil KEK,beresiko menurunkan

kekuatan otot yang membantu proses persalinan sehingga dapat

mengakibatkan terjadinya partus lama dan perdarahan pasca

salin,bahkan kematian ibu (Kemenkes RI, 2015).

b. Pendekatan Keluarga oleh Bidan pada ibu Hamil KEK :

1. Pelayanan Antenatal Care (ANC)


Pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil oleh

petugas kesehatan dalam memelihara kehamilannya

melakukan pengukuran status gisi (LILA), penimbangan berat

badan dan pengukuran tinggi badan,mengukur tekanan darah,

mengukur tinggi fundus uteri,membarikan imunisasi tetanus

toksoid lengkap,dan pemberian FE. Hal ini bertujuan untuk

dapat mengidentifikasi dan mengatahui masalah yang timbul

selama masa kehamilan sehingga kesehatan ibu dan bayi yang

dikandung akan sehat sampai persalinan. Pelayanan Antenatal

Care(ANC) dapat dipantau dengan kunjungan ibu hamil dalam

memeriksakan kehamilannya. Kegiatan yang ada di pelayanan

Antenatal Care (ANC) untuk ibu hamil yaitu petugas kesehatan

memberikan penyuluhan tentang informasi kehamilan seperti

informasi gizi selama hamil dan memberikan penyuluhan

tentang makanan sehat dan seimbang untuk menghindari

terjadi Kurang Energi Kronik (KEK).

2. Pemberian Makanan Tambahan ( PMT ) pada Bumil KEK

Salah satu kebijakan dan upaya yang di tempuh pemerintah

untuk mengatasi masalah kekurangan gizi pada ibu hamil

kurang energy kronis (KEK) di lakukan dengan Pemberian

Makanan Tambahan (PMT) pemulihan. Pemberian PMT

pemulihan di maksudkan sebagai tambahan,bukan sebagai


pengganti makanan utama sehari-hari pada sasaran bahan

makanan tambahan ini merupakan makanan yang bergizi untuk

memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil.seperti Biskuit Ibu hamil

Untuk ibu hamil yang mempunyai ukuran Lingkar Lengan Atas

(LILA) < 23,5 cm yang di berikan sekali sehari selama 90 hari

berturut-turut.

Makanan tambahan ibu hamil di utamakan berupa sumber

protein hewani maupun nabati(Misalnya

ikan/telur/daging/ayam,kacang-kacangan dan hasil olahannya

seperti tempe dan tahu)serta sumber vitamin dan mineral yang

terutama berasal dari sayuran dan buah_buahan lokal.

2. Dukungan Keluarga

Melakukan sosialisasi kepada keluarga ibu hamil

terutama suami agar memberikan dukungan emosional kepada

istri selama kehamilan sampai persalinan.

Dukungan informasi dan emosional ,misalnya menghadapi

masalah ketika istri menemui kesulitan selama hamil, suami

dapat memberikan informasi berupa saran, petunjuk,

pemberian nasihat, mencari informasi lain yang bersumber dari

media cetak/elektronik, dan juga tenagakesehatan; bidan dan

dokter.

c. Manfaat dari pendekatan keluarga yang di lakukan.


1. Dengan melakukan antenatal care (ANC) secara rutin ibu

dapat mengetahui kondisi ibu dan janin yang ada dalam

kandungan.

2. Dengan memberikan informasi kepada suami agar melakukan

dukungan emosional kepada ibu selama kehamilan ,maka ibu

akan merasa diperhatikan dan mendapatkan dukungan dari

suami.

3. Dengan informasi yang lebih banyak dapat membantu

pengetahuan ibu dalam menjaga kehamilannya.

4. Dengan Pemberian Makanan Tambahan ( PMT ) diharapkan

dapat menaikkan status gizi ibu ditandai dengan Lingkar

Lengan Atas (LILA) > 23,5 cm.

DAFTAR PUSTAKA

INFOKES, VOL 7 NO 2, September 2017ISSN : 2086 -2628


Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan InformatikaKesehatan20Restyana, CI

dan Adiesti, F. 2014. Kejadian Baby bLues Syndrom pada Ibu

Primipara di RSUD Bangil Pasuruan.

Ejurnalp2m.poltekkesmajapahit.ac.id (Diakses tanggal 16 Januari 2016

http://eprints.umm.ac.id/23365/2/jiptummpp-gdl-rizkyadeca-41892-2-

babi.pdf

http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!

@file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_718973267100.pdf

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/viewFile/2006/2107

ISSN: 2301-8267Vol. 02, No.02, Januari2014

GASTER Vol. 18 No. 1, Februari 2020 ISSN 1858-3385, E-ISSN 2549-

7006

https://www.researchgate.net/publication/339450790_Hypnobirthing_Seba

gai_Upaya_Menurunkan_Kecemasan_Pada_ibu_hamil

Vol. 02, No.02, Januari2014 ISSN: 2301-8267

Abidin, B. 2019. http://www.hypno-birthing.web.id/?page_id=2 (diakses 13

Agustus 2019)

Andriani, Evariny. 2016. Melahirkan Tanpa Rasa Sakit. Jakarta: Bhuana

Ilmu Populer.
Annatagia, L., dan Retnowati, S. 2011. Pelatihan Relaksasi Bumil Sehat

untuk menurunkan

Kecemasan Ibu Hamil Resiko Tinggi. Jurnal Intervensi Psikologi .Vol.3 No.

1.

Aprillia, Y. 2014. Bebas Takut Hamil dan Melahirkan. Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/download/3976/4342

Aprillia, Y. 2019. http://www.bidankita.com/informasi-kelas-relaksasi-

hypno-birthing/ (diakses 13 Agustus 2019)

http://www.bidankita.com/informasi-kelas-relaksasi-hypno-birthing/2/

(diakses13Agustus 2019)

Anda mungkin juga menyukai