Anda di halaman 1dari 8

GAMBARAN SKOR PEDIATRIC EARLY WARNING SCORE (PEWS)

PADA POLA RUJUKAN PASIEN ANAK


DI INSTALASI GAWAT DARURAT

Payzar Wahyudi1, Ganis Indriati2, Bayhakki3

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Email: payzar.wahyu@gmail.com

Abstract

An early warning score for children like PEWS (pediatric early warning score) has an ability to identify clinical deterioration
of children and intervension can be taken before children condition become worst. The rapid response like increasing
monitoring of children or transferring to intensive care unit. The aim of this research was to described PEWS of each
transferring method for children in emergency department. This research used 85 respondents who admitted to the hospital in
emergency department during 14 March ± 14 June 2014. The respondents were taken by consecutive sampling method where
children 0 ± 18 years old evaluated by PEWS and then followed where the children being transferred based on doctor advice.
After that the result presented by simple frequency distribution. The analysis found that children who adviced to went home
KDYH VFRUH ” FKLOGUHQ ZKR KDYH VFRUH WUDQVIHUUHG WR LQSDWLHQW ZDUG DQG FKLOGUHQ ZKR KDYH VFRUH • WUDQVIHUUHG WR
NICU/PICU. This research recommended for nurses especially nurses at emergency department in a hospital to use PEWS to
anticipate clinical deterioration of children in emergency department.

Key words : clinical deterioration, PEWS, transferring method

PENDAHULUAN
Pasien anak merupakan pasien yang (PEWS). PEWS adalah sebuah sistem peringatan
memiliki resiko untuk mengalami penurunan dini yang menggunakan penanda berupa skor
kondisi klinis secara tiba-tiba yang disebabkan untuk menilai pemburukan kondisi anak dan
oleh gangguan pernapasan atau henti jantung dapat meningkatkan pengelolaan perawatan anak
(cardiac arrest) hingga berakhir pada kematian, dengan penyakit akut secara menyeluruh
meskipun peralatan dan obat-obatan yang (Monaghan, 2005).
tersedia sangat memadai. Tim medik reaksi cepat PEWS menjadi suatu alat monitoring yang
atau rapid respon team (RRT) telah ditempatkan dianggap mampu membantu perawat dalam
dibanyak rumah sakit untuk menangani masalah memantau dan mengontrol kondisi anak,
ini (Vandenberg, Hutchinson & Parshuram, sehingga dapat memberikan laporan secepat
2007). mungkin kepada dokter mengenai perburukan
Angka kejadian anak yang mengalami henti kondisi anak. PEWS juga dapat menentukan
jantung (Cardiac arrest) selama masa tingkat perawatan dan ruang dimana anak akan
perawatannya di rumah sakit sekitar 0,7% - 3%. dirawat.
Ketika hal ini terjadi kondisi anak akan semakin Akre et. al (2010) dalam penelitiannya yang
memburuk dan diperkirakan hanya 15 - 36% EHUMXGXO ³Sensitivity of the Pediatric Early
anak yang dapat diselamatkan (Nadkarni et. al, Warning Score to Identify Patient Deterioration´
2006). Henti jantung di rumah sakit biasanya menguji sensitivitas PEWS sebagai indikator
didahului oleh tanda-tanda yang dapat diamati, dalam memprediksi kondisi klinis anak yang
yang sering muncul 6 sampai dengan 8 jam memburuk. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
sebelum henti jantung tersebut terjadi. Studi PEWS berpotensi memberikan waktu peringatan
menunjukkan banyak pasien memperlihatkan lebih dari 11 jam sebelum kondisi anak
tanda-tanda dan gejala kerusakan medis yang memburuk, mengingatkan tim medis untuk
tidak ditangani sebelum serangan jantung terjadi menyesuaikan rencana perawatan dan sedapat
(Duncan & McMullan, 2012). mungkin menghindari kegawatdaruratan.
Salah satu strategi untuk mendeteksi Tucker et. al (2008) melakukan penelitian
kegawatan pasien seperti cardiac arrest pada menJHQDL 3(:6 EHUMXGXO ³Prospective
anak secara dini dirumah sakit adalah dengan Evaluation of a Pediatric Inpatient Early
penerapan Pediatric early warning score :DUQLQJ 6FRULQJ 6\VWHP´ untuk mengevaluasi

JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 1


penggunaan PEWS sebagai pendeteksi asuhan medis dan asuhan keperawatan sementara
memburuknya kondisi klinis pada pasien anak. serta pelayanan pembedahan darurat, bagi pasien
Tucker mengidentifikasi 2.979 pasien anak yang yang datang dengan gawat darurat medis.
masuk ke dalam satu ruang rawat inap selama
Pelayanan pasien gawat darurat adalah
12 periode. Dengan desain penelitian deskriptif,
hasil penelitian tersebut menemukan bahwa pelayanan yang memerlukan pelayanan segera,
PEWS merupakan sistem skoring yang valid dan yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah
reliabel untuk mengidentifikasi pasien anak yang kematian dan kecacatan. Salah satu indikator
perlu mendapat perawatan intensif atau tidak. mutu pelayanan adalah waktu tanggap (response
PEWS dikembangkan untuk pasien anak di time) (Kemenkes, 2009). Brikut alur pelayanan
ruang rawat inap namun PEWS juga dapat penerimaan pasien di Rumah sakit.
dijadikan sebagai alat triase di IGD. Pasien
gawat darurat membutuhkan pengkajian dan
penanganan secepat mungkin untuk menghindari
segala sesuatu yang tidak diinginkan. PEWS
merupakan alat observasi yang sederhana dan
sangat cepat dalam penggunaannya namun
memiliki nilai sensitivitas yang tinggi (Bradman
& Maconochie, 2011).
Penelitian deteksi dini perburukan kondisi
klinis anak dengan sistem skoring seperti PEWS
telah banyak dilakukan terutama diberbagai
rumah sakit luar negeri, dan disimpulkan bahwa
sistem skoring tersebut sangat membantu dan
dibutuhkan oleh tenaga medis terutama perawat
yang bertugas memantau kondisi pasien selama
24 jam. Penelitian mengenai pediatric early
warning score (PEWS) di Indonesia masih
jarang dilakukan meskipun sistem skoring ini
sudah banyak diterapkan diberbagai rumah sakit Penilaian skor PEWS untuk pasien anak
di dunia. yang dalam kondisi gawat darurat di IGD masih
Perawat telah diwajibkan untuk selalu jarang dilakukan, termasuk penggunaan skor
PEWS dalam mengidentifikasi ruang perawatan
mengikutsertakan observasi PEWS dalam setiap anak selanjutnya setelah mendapat penanganan
melakukan pengkajian kepada pasien bayi, anak di IGD. Berdasarkan latar belakang yang telah
maupun remaja di beberapa rumah sakit anak di diuraikan di atas, maka rumusan masalah untuk
luar negeri. Setiap perawat harus mencatat setiap SHQHOLWLDQ LQL DGDODK ³%DJDLPDQD JDPEDUDQ VNRU
kejadian yang muncul setelah menilai kondisi 3(:6 SDGD SROD UXMXNDQ SDVLHQ DQDN GL ,*'"´
anak dengan lembar PEWS dan melakukan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran skor PEWS dari tiap-tiap pola rujukan
analisa pada kondisi tersebut untuk menentukan
pada pasien anak di IGD, atau secara khusus
resiko perburukan kondisi pada anak (Keane, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
2012). gambaran skor dari pasien anak di IGD yang di
Penggunaan PEWS di IGD dimaksudkan perbolehkan pulang atau di mendapat perawatan,
untuk memberi gambaran kepada tenaga medis pasien anak yang dirujuk ke ruang rawat inap
yang bertugas di ruangan mengenai pola rujukan dan pasien anak yang dirujuk ke ruang rawat
pada pasien setelah memperoleh penanganan intensif. Diharapkan penelitian ini bermanfaat
terutama bagi perawat, sehingga para perawat dalam peningkatan kualitas kinerja perawat
dapat dengan cepat mengetahui dan terutama bagi perawat kegawatdaruratan anak
mempersiapkan kemana anak akan dirujuk dan sekaligus memberi kemudahan dalam
cukup dengan melihat hasil penilaian dari lembar pemebrian asuhan keperawatan pada anak yang
PEWS tersebut. dalam kondisi gawat darurat.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit
mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan

JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 2


METODOLOGI PENELITIAN PEWS yang di tulis oleh Monaghan (2005) dan
Desain penelitian ini menggunakan desain pengelompokan umur tersebut juga sesuai
penelitian deskriptif yang menggambarkan dengan tahap tumbuh kembang anak dimulai dari
variabel-variabel penelitian kedalam bentuk infant hingga remaja.
distribusi frekuensi sederhana. Penelitian Gambaran responden berdasarkan
dilakukan di Instalasi Gawat Darurat RSUD kelompok penyakitnya yang dibagi ke dalam 3
Arifin Achmad Pekanbaru selama bulan Maret ± kelompok yaitu penyakit infeksi, non infeksi dan
Juni 2014 dengan menggunakan 85 responden keganasan pengelompokan ini diadaptasi dari
anak usia 0 ± 18 tahun. Pengambilan sampel penelitian yang dilakukan oleh Nielsen (2013).
dilakukan secara cosecutive sampling. Pada tabel 6 tersebut dapat dilihat sebanyak 36
Penelitian ini hanya menggunakan analisis anak (42,4%) masuk rumah sakit melalui IGD
univariat yang terdiri dari karakteristik dengan penyakit infeksi, 27 orang anak (31,7%)
responden seperti jenis kelamin, umur, kelompok dengan penyakit non infeksi, dan 22 anak
penyakit, dan variabel skor PEWS serta variabel (25,9%) masuk rumah sakit dengan penyakit
ruang rawat rujukan responden. Analisa tersebut keganasan atau kanker.
dilakukan dengan menggunakan analisis
deskriptif berupa distribusi frekuensi dan Tabel 2
kemudian dinyatakan dalam persentase. Gambaran skor PEWS dari tiap-tiap pola rujukan
Rujukan
Sko
HASIL PENELITIAN Rwt NICU/ Ttl
r Plg % % %
inap PICU
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil sebagai
2 10 11,8 4 4,7 - - 14
berikut: 3 - - 15 17,8 - - 15
4 - - 16 18,8 - - 16
Tabel 1 5 - - 12 14,1 - - 12
Karakteristik reaponden 6 - - - - 10 11,7 10
Variabel Jumlah Persentase 7 - - - - 9 10,6 9
Jenis Kelamin 8 - - - - 9 10,6 9
Laki-laki 54 63,5% Ttl 10 11,8 47 55,3 28 32,9 85
Perempuan 31 36,5%
Kelompok Umur Tabel di atas menunjukkan gambaran skor
0 ± 1 bulan 19 22,4%
1 ± 12 bulan 9 10,6%
responden dan pola rujukan yang telah
13 ± 3 tahun 22 25,9% ditentukan berdasarkan advise dokter.
4 ± 6 tahun 14 16,5% Responden yang memiliki skor 2 dinyatakan
7 ± 12 tahun 15 17,4 stabil dan diperbolehkan pulang atau tidak
13 ± 18 tahun 6 7,1% dirawat. Responden dengan skor 3, 4 dan 5
Kelompok penyakit
disarankan untuk dirawat inap. Dalam kondisi
Infeksi 36 42,4%
Non infeksi 27 31,7% dimana responden yang dianjurkan untuk
Keganasan 22 25,9% dirawat oleh dokter namun menolak dirawat dan
responden tersebut pulang maka tidak
Data responden berdasarkan jenis kelamin dikategorikan ke dalam kelompok responden
dan dapat dilihat bahwa responden penelitian ini pulang karena pola rujukan tetap didasarkan
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu pada advise dokter. Hal tersebut juga berlaku
sebanyak 54 orang anak (63,5%), sedangkan pada responden yang diindikasikan untuk
responden perempuan sebanyak 31 orang anak mendapat perawatan intensif dimana karena
(36,5%). Responden laki-laki lebih banyak keterbatasan sarana dan prasarana sehingga
ditemui selama penelitian daripada responden responden tersebut dirujuk keruang rawat inap
perempuan. maka responden tersebut termasuk kedalam
Kelompok umur paling banyak ditemui kategori rujukan ke ruang rawat intensif. Selama
ialah responden dengan kelompok umur 13 penelitian terdapat 2 responden yang disarankan
bulan-3 tahun sebanyak 22 orang (25,9%) untuk dirawat inap namun responden tersebut
sedangkan kelompok umur yang paling sedikit menolak dan lebih memilih dirawat jalan.
ialah responden beurumur 13-18 tahun sebanyak
6 orang (7,1%). Pengelompokan umur
didasarkan pada lembar panduan observasi
JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 3
sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Parshuram, Hutchison
PEMBAHASAN dan Middaugh (2009). Dalam
1. Karakteristik responden penelitiannya diperoleh jumlah
a. Jenis kelamin responden terbanyak adalah pada anak
Hasil dari penelitian yang telah dengan rentang usia 13 bulan ± 3 tahun
dilakukan terhadap 85 responden yaitu sebanyak 45% dari 120 responden
diperoleh responden yang berjenis anak.
kelamin laki-laki lebih banyak daripada Di Indonesia 30% dari 180 anak
responden berjenis kelamin perempuan. berusia antara 3 ± 12 tahun mempunyai
Penelitian ini sesuai dengan penelitian pengalaman dengan rumah sakit
yang dilakukan oleh Akre et. al (2010), (Luthfi, 2007), sedangkan responden
dalam penelitiannya diperoleh dengan usia 0 ± 1 bulan sebagian besar
responden anak berjenis kelamin laki- merupakan responden baru lahir dan
laki lebih banyak yaitu 60% mengalami komplikasi seperti Sindrom
dibandingkan responden perempuan Gawat Nafas (SGN), adanya kelainan
sebanyak 40%. Penelitian tersebut kongenital dan komplikasi lain sehingga
menyatakan bahwa anak laki-laki dirujuk kerumah sakit.
cenderung lebih aktif bergerak daripada c. Kelompok penyakit
anak perempuan sehingga resiko untuk Hasil penelitian yang telah
mengalami cedera atau kecelakaan lebih dilakukan menunjukkan bahwa hampir
tinggi, begitu pula dengan paparan dari setengah responden yang masuk
terhadap mikroorganisme lingkungan rumah sakit dikarenakan penyakit yang
yang tidak sehat akan lebih besar. bersifat infeksi dan sebagian responden
Penelitian ini juga didukung oleh lainnya masuk rumah sakit karena
hasil penelitian yang dilakukan oleh penyakit yang bersifat non infeksi serta
Idris dan Soedibyo (2010) mengenai penyakit yang bersifat keganasan.
alat ukur tingkat keparahan penyakit Penyakit infeksi yang diperoleh
infeksi pada anak. Dalam penelitian diantaranya pneumonia, diare, sepsis,
tersebut responden laki-laki lebih DHF, meningitis dan lain-lain. Penyakit
banyak yaitu 20 orang dari 35 non infeksi termasuk didalamnya
responden dan disimpulkan bahwa cedera, combustio, SGN, BBLR, dan
responden laki-laki lebih mudah terkena lain-lain. Sedangkan penyakit yang
penyakit khususnya penyakit infeksi. bersifat keganasan seperti leukimia,
b. Usia limfoma, retinoblastoma, tumor otak
Hasil penelitian yang telah dan lain-lain.
dilakukan menunjukkan bahwa usia Penelitian lain yang dilakukan oleh
responden yang paling banyak adalah Nielsen (2013) juga menemukan bahwa
13 bulan ± 3 tahun , sedangkan penyakit infeksi lebih banyak
responden dengan jumlah paling sedikit ditemukan pada anak di rumah sakit
adalah responden dengan usia 13-18 daripada penyakit lainnya. Hasil
tahun. Hasil ini memperlihatkan bahwa penelitian tersebut menyatakan bahwa
anak kelompok usia toddler lebih sering dari 597 responden, anak yang masuk
sakit daripada anak kelompok usia rumah sakit melalui IGD 60%
lainnya. diantaranya dikarenakan penyakit
Anak usia toddler (1 ± 3 tahun) dan infeksi.
usia prasekolah rentan terkena penyakit, Seorang anak pada tiga tahun
sehingga banyak anak pada usia pertama kehidupannya seringkali
tersebut yang harus dirawat di rumah mengalami beberapa episode infeksi
sakit dan menyebabkan populasi anak akut yang sering disertai demam.
yang dirawat di rumah sakit mengalami Demam sampai saat ini masih menjadi
peningkatan yang sangat dramatis salah satu alasan utama orangtua
(Wong, 2009). Hasil penelitian ini membawa anaknya berobat ke rumah

JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 4


sakit atau ke dokter. Demam pada keruang rawat inap dan hanya sebagian
sebagian besar kasus merupakan tanda kecil responden yang diperbolehkan
infeksi ringan, seperti infeksi virus, pulang.
namun ternyata dapat juga menjadi Hasil penelitian ini sesuai dengan
pertanda infeksi serius, misalnya hasil penelitian yang telah dilakukan
bakteremia, infeksi saluran kemih, oleh Parshuram, Hutchison dan
pneumonia, gastroenteritis bakterialis, Middaugh (2009) yang menyatakan
meningitis, infeksi tulang dan sendi, bahwa pasien dengan skor PEWS yang
serta infeksi jaringan lunak. Infeksi tinggi memiliki indikasi untuk dirujuk
bakterial serius dilaporkan terjadi atau di rawat secara intensif. Selama
sebanyak 6%-15% pada anak demam penelitian hanya beberapa responden
usia 3-36 bulan (Goldman et. al, 2009). saja yang diperbolehkan pulang,
d. Skor PEWS sebagian besar responden dirujuk ke
Skor PEWS yang diperoleh selama ruang rawat inap, sedangkan responden
penelitian didapatkan responden dengan yang dirujuk ke ruang rawat intensif
skor 4 merupakan responden yang sebanyak 28 anak dan rata-rata berusia
paling banyak ditemukan. Skor 0 ± 1 bulan.
diberikan berdasarkan penilaian Bayi usia 0-1 bulan memiliki resiko
terhadap tiga domain diantaranya yang cukup tinggi untuk mengalami
behaviour, pernafasan dan masalah kesehatan yang berat baik
kardiovaskuler. Behaviour atau kondisi karena faktor intrauterin maupun
umum responden menjadi domain yang ekstrauterin. Lebih dari 7 juta bayi
paling sering memberikan nilai, karena meninggal setiap tahun antara lahir
rata-rata responden yang masuk IGD hingga umur 12 bulan, hampir dua
dalam kondisi menangis diberi skor 2 pertiga bayi yang meninggal, terjadi
dan jika keadaannya lemah diberi skor pada bulan pertama, dari yang
3. Pada domain pernafasan dan meninggal tersebut, dua pertiga
kardiovaskuler sering ditemukan dalam meninggal pada umur satu minggu, dan
batas normal sehingga diberi skor 0. dua pertiga diantaranya meninggal pada
Hasil penelitian ini sesuai dengan dua puluh empat jam pertama
hasil penelitian yang dilakukan oleh kehidupannya. Data diatas jelas bahwa
Akre et. al (2010) dimana dari 437 masalah kesehatan neonatal tidak dapat
responden sebagian besar memiliki skor dilepaskan dari masalah kesehatan
PEWS 4 yaitu sebanyak 147 orang perinatal dimana proses kehamilan, dan
anak. Menurut penelitian ini skor PEWS persalinan memegang faktor yang amat
• PHUXSDNDQ critical score atau skor penting (Schechner & Cloherty, 2004).
dimana anak yang masuk IGD harus
mendapat perawatan dirumah sakit baik 2. Gambaran skor PEWS dari tiap-tiap pola
di ruang perawatan umum maupun rujukan
diruang perawatan intensif. PEWS memiliki rentang skor 0-13
e. Pola rujukan dengan pengelompokan skor tertentu dan
Pola rujukan merupakan suatu alur menjadi sebuah algoritma. Pada penelitian
dimana pasien anak yang telah ini, skor PEWS yang diperoleh dari
mendapat penanganan di ruang IGD responden hanya memiliki rentang skor 2-8
akan dirujuk ke ruang rawat selanjutnya dan tidak di temukan responden dengan skor
berdasarkan pada advice dokter. Ruang 0, 1, 9, 10, 11, 12 dan 13. Selain itu peneliti
rawat rujukan ini dapat dilihat pada tidak menggunakan algoritma seperti yang
buku status responden yang telah diisi telah disebutkan dalam teori karena tidak
oleh dokter, bertanya langsung kepada sesuai dengan yang ditemukan di lapangan.
petugas di IGD atau dengan mengikuti Hasil perhitungan statistik yang telah
kemana anak akan dirujuk. Hasil dilakukan, secara keseluruhan gambaran
penelitian menunjukkan lebih dari skor PEWS dari tiap-tiap pola rujukan
setengah jumlah responden dirujuk memiliki batasan yang jelas. Skor PEWS

JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 5


untuk responden yang diperbolehkan pulang jumlahnya paling sedikit ditemukan. Hal ini
atau tidak dirawat adalah 2 meskipun dikarenakan telah berlakunya peraturan
terdapat 4 responden diantaranya yang juga pemerintah yang menyatakan bahwa pasien
memiliki skor 2 dirujuk ke ruang rawat inap yang di rujuk ke rumah sakit yaitu hanya
dengan alasan tertentu dan sesuai dengan pasien yang dalam keadaan gawat darurat
advise dokter. Responden yang dirujuk ke dan butuh penanganan yang lebih intensif.
ruang rawat inap memiliki skor PEWS 2 ± 5, Selama penelitian semua responden yang
sedangkan responden yang dirujuk ke ruang diindikasikan pulang adalah responden yang
UDZDW LQWHQVLI PHPLOLNL VNRU • berada disekitar rumah sakit yang
Hasil penelitian ini sesuai dengan mengalami kecelakaan atau cedera kecil
penelitian Parshuram et. al (2011) yang namun butuh penanganan medis segera.
melibatkan 2.074 pasien anak menyatakan Misalnya seorang anak kecil yang bertempat
bahwa anak akan cenderung dirujuk ke tinggal di sekitar rumah sakit terkena benda
ruang perawatan intensif jika kondisinya tajam dan mengalami perdarahan sehingga
semakin memburuk atau memiliki skor orang tuanya akan membawa anak tersebut
3(:6 • 'DODP SHQHOLWLDQ LQL MXPODK kerumah sakit untuk mendapat penanganan
UHVSRQGHQ \DQJ PHPLOLNL VNRU • VHEDQ\DN medis. Setelah perdarahan dapat diatasi dan
28 orang dan seluruhnya dirujuk NICU dan anak tersebut tidak memiliki masalah
PICU. kesehatan lainnya sehingga dokter akan
Penelitian lain yang dilakukan oleh menyarankan anak tersebut untuk rawat
Tucker et. al (2008) menemukan bahwa dari jalan.
2.979 pasien anak yang masuk rumah sakit,
PEWS mampu membedakan mana pasien KESIMPULAN
yang harus dirawat intensif dan mana pasien Hasil penelitian perbandingan skor PEWS
yang hanya dirawat di ruang rawat umum. tiap-tiap pola rujukan pada pasien anak di
Dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa instalasi gawat darurat yang telah dilakukan
KDQ\D DQDN GHQJDQ VNRU ” \DQJ terhadap 85 responden anak usia 0 ± 18 tahun
ternyata diindikasikan untuk dirujuk ke dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
NICU/PICU, berbanding jauh dengan anak 1. Karakteristik responden yang paling banyak
\DQJ PHPLOLNL VNRU • GLPDQD GDUL ditemui dalam penelitian ini adalah
mereka dirujuk ke NICU/PICU. responden dengan jenis kelamin laki-laki,
Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan kelompok usia yang paling banyak
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh yaitu pada rentang usia 13 bulan ± 3 tahun
Nielsen (2013). Dalam penelitiannya serta kelompok penyakit yang sering
tersebut dinyatakan bahwa rata-rata skor ditemui yaitu penyakit infeksi.
PEWS pasien anak yang mengalami 2. Gambaran responden yang diperbolehkan
perburukan kondisi dan memiliki pulang secara umum PHPLOLNL VNRU 3(:6 ”
kemungkinan delapan kali lebih cenderung 2, responden yang di rawat inap memiliki
untuk dirujuk ke ruang perawatan intensif skor PEWS 3 ± 5 dan responden yang
NICU/PICU DGDODK • dirujuk ke ruang rawat intensif memiliki
Responden yang dirawat inap VNRU •
memiliki skor PEWS dengan rentang skor 2
± 5 dan merupakan jumlah paling banyak. SARAN
Hal ini dikarenakan rentang skor yang lebih 1. Bagi pelayanan kesehatan khsusnya rumah
panjang daripada pola rujukan lainnya. sakit
Selain itu, responden yang dalam keadaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat
gawat darurat akan mendapat penanganan menjadi sumber informasi terkait
terlebih dahulu di IGD sehingga kondisinya pendeteksian atau penilaian dini terhadap
bisa menjadi lebih baik dan pada akhirnya kondisi pasien anak di IGD sehingga rumah
dokter akan menyarankan untuk dirawat ke sakit mampu meningkatkan mutu pelayanan
ruang rawat umum. kesehatan dengan melakukan tindakan
Responden yang dirawat jalan atau cepat.
tidak dirawat LQDS PHPLOLNL VNRU ” GDQ 2. Bagi tenaga kesehatan

JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 6


Hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar Duncan, K., & McMullan, C. (2012). Early
atau evidence based bagi tenaga kesehatan warning system. Philadelphia: Lippincott
khususnya perawat agar dapat menerapkan Williams & Wilkins.
suatu sistem monitoring misalnya Goldman, R.D., Scolnik, D., Chauvin-Kimoff,
menggunakan PEWS untuk pasien anak L., Farion, K.J., Ali, S., & Lynch, T.
sehingga perawat dapat mengidentifikasi Practice variations in the treatment of febrile
adanya perburukan kondisi pada anak dan infants among pediatric emergency
melaporkannya kepada dokter untuk physicians. (2009). Pediatrics. 124:439-45.
diberikan tindakan. PEWS juga dapat Idris, N.S., & Soedibyo, S. (2010). Penggunaan
menjadi panduan bagi perawat dalam Acute Illness Observation Scales (AIOS)
menentukan intervensi yang sesuai dengan untuk Memprediksi Penyakit Serius pada
kondisi pasien apalagi perawat yang bekerja Anak Demam: Studi Pendahuluan. Skripsi,
di pelayanan kesehatan yang minim dokter. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
3. Bagi peneliti selanjutnya Kedokteran Universitas Indonesia RSUPN
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai Cipto Mangunkusumo, Jakarta
referensi atau sumber informasi dasar untuk Keane, S. (2012). Pediatric early warning score
melakukan penelitian selanjutnya terkait policy. UK: Children's Clinical Governance
pendeteksian dini perburukan kondisi pada Group
anak dengan menggunakan PEWS dan Kementrian Kesehatan. (2011). Petunjuk teknis
diharapkan penilaian skor PEWS pada penyelenggaraan pelayanan intesive care
responden sesuai dengan algoritmanya serta unit (ICU) di rumah sakit. Jakarta:
mampu memaparkan dengan lebih jelas Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
mengenai kegunaan PEWS dengan Keputusan Mentri Kesehatan Republik
menampilkan nilai sensitifitas dan spesifitas Indonesia.(2009). Standar instalasi gawat
PEWS tersebut. darurat (IGD) rumah sakit. Jakarta: Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
UCAPAN TERIMAKASIH Lutfhi, A. (2007). Pengaruh terapi bermain
Terima kasih kepada Universitas Riau melalui terhadap kecemasan anak pre-sekolah yang
Lembaga Penelitian Universitas Riau yang telah dirawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit
memberikan bantuan dana dalam menyelesaikan Sarila Husada Sragen. Skripsi, Universitas
skripsi ini. Muhamadiyah Surakarta.
Monaghan, A. (2005). Detecting and managing
1
Payzar Wahyudi: Mahasiswa Program Studi deterioration in children. Paediatric
Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia. Nursing. 7(1):32±35.
2
Ganis Indriati, M.Kep.,Sp.Kep.An: Dosen Nadkarni, V.M., et.al. (2006). First documented
Bidang Keilmuan Keperawatan Anak Program rhythm and clinical outcome from in-
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, hospital cardiac arrest among children and
Indonesia. adults. Jounal of the American Medical
3
Bayhakki, PhD: Dosen Bidang Keilmuan Association. 295(1):50-57.
Keperawatan Medikal Bedah Program Studi Nielsen, K.R. (2013). Identifying high risk
Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia. children in the emergency department. USA
: University of Washington.
Parshuram, C.S., et.al (2011). Multicentre
DAFTAR PUSTAKA validation of the bedside paediatric early
Akre, M., Finkelstein, M., Erickson, M., Liu, M., warning system score: a severity of illness
Vanderbilt, L., & Billman, G. (2010). score to detect evolving critical illness in
Sensitivity of the pediatric early warning hospitalised children. Pediatric critical care.
score to identify patient deterioration. 15(4):1-10.
Pediatrics. 125(4):e763-e769. Parshuram, C.S., Hutchison, J.S & Middaugh,
Bradman, K., & Maconochie, I. (2011). Can K.L. (2009). Development and initial
paediatric early warning score be used as a validation of the Bedside Paediatric Early
triage tool in paediatric accident and Warning System score. Pediatric critical
emergency?. Pediatrics. 18(3):e182. care. 13:R135.

JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 7


Schechner, S.I & Cloherty, J.P. (2004). Manual
of neonatal care. 5th ed. Philadelphia:
Lippincot & Wilkins
Tucker, K.M., Brewer, T.L., Baker, R.B.,
Demeritt, B., & Vossmeyer, M.T. (2009).
Prospective evaluation of a pediatric
inpatient early warning scoring system.
Pediatric. 14(2):79-85.
Vandenberg, S.D., Hutchinson, J.S., &
Parshuram, C.S. (2007). A cross-sectional
survey of levels of care and response
mechanisms for evolving critical illness in
hospitalized children. Pediatrics.
119(4):940-946 .
Wong, D. L. (2004). Pedoman klinis
NHSHUDZDWDQ SHGLDWULN ZRQJ DQG ZKDOH\¶V
clinical manual of pediatric nursing). (4th
ed). (Monica Eater & Sari Kurnianingsih,
Penerjemah). Jakarta: EGC

JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 8

Anda mungkin juga menyukai