Anda di halaman 1dari 14

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA GORONTALO


Jalan Arif Rahman Hakim Kota Gorontalo

RENCANA KERJA DAN SYARAT


PEMBANGUNAN GEDUNG PUSAT LAYANAN HAJI DAN UMRAH TERPADU
KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA GORONTALO
BAB I
SYARAT – SYARAT UMUM DAN TEKNIS

PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor / Pemborong meliputi bagian-bagian pekerjaan  yang dinyatakan
dalam Gambar Kerja serta Buku Rencana  Kerja dan Syarat- syarat Teknis ini.

1.1 PEKERJAAN DED (DESIGN ENGERERING EVELOPMEN)


Meliputi :
a. Perencanaan pembangunan Site Office
b. Perhitungan dan analisa struktrur bangunan Site Office
c. Perhitungan dan analisa mekanikal elektrikal
d. Pembuatan spesifikasi teknis atau rencana kerja dan syarat – syarat

1.2 PEKERJAAN SITE DEVELOPMENT


Termasuk dalam pekerjaan ini perataan / pembersihan dan melaksanakan pekerjaan site
development sesuai Gambar Kerja dan RKS

1.3 PEKERJAAN PERSIAPAN


Meliputi :
a. Pembersihan Lokasi/Area Kerja dan Pemasagan Bowplank
b. Membuat Papan Nama Proyek 80x120 cm (Finishing)
c. Pek. Kantor Direksi Keet , dengan lantai plesteran
d. Pembuatan Gudang Semen dan Alat – alat
e. Pembuatan Rumah Jaga / Konstruksi Kayu
f. Pembuatan Bedeng Buruh
g. Stelingan dan Perancah
h. Listrik & Air Kerja
i. Pembuatan Laporan & Dokumentasi
j. Pengujian Laboratorium
k. Shop drawing dan as-built drawing
l. Pengadaan K3
m. Commissioning test kebocoran pipa, plat, dak serta KM/WC
n. Mobilisasi / Demobilisasi

1.4 PEKERJAAN SIPIL ARSITEKTUR, MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PLUMBING / SANITASI


Sesuai dalam Gambar Kerja.

PASAL 2
MEMULAI KERJA

Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah tanggal perintah kerja pelaksanaan pekerjaan, pihak Kontraktor /

1
Pemborong harus sudah memulai melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan.
Apabila   setelah   14 (empat belas) hari   Kontraktor   /  Pemborong   yang ditetapkan   belum melaksanakan
pembangunan  fisik  secara  nyata  di lapangan, maka  akan  diberlakukan ketentuan yang telah dibuat
oleh Pemberi Kerja / Owner dan konsultan pengawas.

PASAL 3
MOBILISASI

Mobilisasi yang dimaksud adalah mencakup hal-hal sebagai berikut :


3.1 Transportasi  peralatan  konstruksi yang berdasarkan  daftar alat-alat konstruksi yang diajukan bersama
penawaran, dari tempat pembongkarannya ke lokasi dimana alat itu akan digunakan untuk pelaksanaan
pekerjaan ini.
3.2 Pembuatan  kantor Kontraktor  / Pemborong,  gudang  dan lain-lain  di lokasi proyek untuk keperluan pekerjaan
ini.
3.3 Dengan  selalu  disertai  ijin  Konsultan  Pengawas,  Kontraktor  /  Pemborong  dapat membuat berbagai
perubahan, pengurangan dan atau penambahan terhadap alat-alat konstruksi dan instalasinya
3.4 Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sebelum kerja Kontraktor / Pemborong  harus  menyerahkan  program
mobilisasi  kepada  Konsultan  Pengawas untuk disetujui

PASAL 4
PAPAN NAMA PROYEK

Kontraktor  / Pemborong  harus memasang  Papan Nama Proyek sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas biaya
Kontraktor / Pemborong

PASAL 5
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN

5.1 Di lapangan pekerjaan, Kontraktor / Pemborong wajib menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau biasa disebut
‘Site Manajer’ yang cakap dan ahli untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa
penuh dari Kontraktor / Pemborong
5.2 Dengan adanya ‘Pelaksana’ tidak berarti bahwa Kontraktor / Pemborong lepas tanggung jawab sebagian
maupun keseluruhan terhadap kewajibannya
5.3 Kontraktor / Pemborong wajib memberitahu secara tertulis kepada Pemimpin / Ketua Proyek dan Konsultan
Pengawas, nama dan jabatan ‘Pelaksana’ untuk mendapat persetujuan
5.4 Bila dikemudian hari menurut pendapat Pemimpin / Ketua Proyek dan Konsultan Pengawas bahwa ‘Pelaksana’
dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin  pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada
Kontraktor / Pemborong secara tertulis untuk mengganti ‘Pelaksana’.
5.5 Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan  Surat Pemberitahuan,  Kontraktor  / Pemborong   harus   sudah
menunjuk   ‘Pelaksana’   yang   baru   atau   Kontraktor   / Pemborong sendiri (Penanggung Jawab / Direktur
Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan.

PASAL 6
RENCANA KERJA

6.1 Sebelum  mulai pelaksanaan  pekerjaan  di lapangan,  Kontraktor  / Pemborong  wajib membuat Rencana Kerja

2
Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa bar chart dan S-curve bahan dan tenaga.
6.2 Rencana  Kerja  tersebut  harus  sudah  mendapat  persetujuan  terlebih  dahulu  dari Konsultan Pengawas,
paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah Surat Keputusan Penunjukan (SPK) diterima oleh
Kontraktor / Pemborong. Rencana  Kerja  yang  telah  disetujui  oleh Konsultan  Pengawas  akan  disahkan
oleh Pemberi Tugas / Pemimpin / Ketua Proyek.
6.3 Kontraktor / Pemborong wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 2 (dua) kepada Konsultan
Pengawas untuk diberikan kepada Pemilik Proyek dan Perencana. 1 (satu)  salinan  Rencana  Kerja  harus
ditempel  pada dinding  bangsal  Kontraktor  / Pemborong di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik
kemajuan / prestasi kerja.
6.4 Kontraktor  /  Pemborong  harus  selalu  dalam  pelaksanaan  penbangunan  pekerjaan sesuai dengan Rencana
Kerja tersebut.
6.5 Konsultan   Pengawas   akan  menilai  prestasi  pekerjaan   Kontraktor   /  Pemborong berdasarkan Rencana
Kerja tersebut.

PASAL 7
DIREKSI KEET, LOS KERJA DAN GUDANG BAHAN

7.1 Direksi Keet ( Los Pengawas )


Kontraktor / Pemborong harus menyediakan Direksi Keet (Los Pengawas) untuk keperluan Pengawas Lapangan
dan Personalia Proyek dengan bahan semi permanen. (  Ruang  Konsultan  Pengawas  dan  Ruang  Rapat  ),
lantai  diplester, dinding  tripleks  / papan  / asbes,  diperlengkapi  dengan  kursi,  meja,  serta  alat-alat kantor
yang diperlukan. Dalam hal ini Kontraktor / Pemborong dapat memanfaatkan sementara ruangan/lokasi pada
area bangunan yang belum/tidak dibongkar yang akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
7.2 Kantor Pemborong, Los Kerja  Dan  Gudang Bahan.
Kontraktor / Pemborong atas biaya sendiri berkewajiban membuat kantor Pemborong di lapangan, los kerja
untuk para pekerja dan gudang bahan yang dapat dikunci untuk menyimpan  barang-barang,  yang mana
tempatnya / lokasinya akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas / Personalia Proyek.
7.3 Kontraktor   /  Pemborong   berkewajiban   menjaga   keamanan   dan  kebersihan   los Pemborong, los
Pengawas beserta inventarisnya.
7.4 Kantor  Pemborong,  gudang  bahan,  los-los  kerja  dan  los  lainnya  yang  dibuat  dan dibiayai  oleh
Kontraktor  / Pemborong,  setelah  selesai pelaksanaan  pembangunan  / pekerjaan tersebut, harus segera
dibongkar/dibersihkan oleh Kontraktor / Pemborong, dan bahan-bahan bekasnya menjadi milik Kontraktor /
Pemborong.
7.5 Direksi  Keet  dan  Pagar  pengaman  proyek  (butir  7.1.  dan  7.4.)  yang  dibuat  oleh Kontraktor  /
Pemborong,  setelah  selesai  pelaksanaan  pembangunan  /  pekerjaan tersebut akan ditentukan pemanfaatannya
oleh Proyek, namun apabila dianggap perlu
Direksi dapat memerintahkan kepada Kontraktor / Pemborong untuk segera membongkarnyadan
membersihkannya,   dan  bahan-bahan   bekasnya   diserahkan kepada Proyek.

PASAL 8
KEBERSIHAN DAN KESELAMATAN KERJA ( K3 )

3
8.1 Selama  masa  pekerjaan,  Kontraktor  /  Pemborong  harus  senantiasa  memelihara kebersihan  lokasi
pekerjaan,  setiap  saat sampah-sampah  pekerjaan  selalu  diangkut dan dikumpulkan di suati tempat yang telah
ditentukan.
8.2 Kontraktor / Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan cukup  di  tempat
pekerjaan  untuk  para  pekerja  dan  personil  yang  terlibat  dalam proyek.
8.3 Kontraktor / Pemborong berkewajiban menyediakan kotak PPPK di tempat pekerjaan.
8.4 Dari  permulaan  hingga  penyelesaian  pekerjaan  dan  selama  masa  pemeliharaan, Kontraktor / Pemborong
bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja, bahan dan peralatan teknis serta konstruksi yang
diserahkan Pemberi Tugas. Dalam hal terjadinya kerusakan-kerusakan, maka Kontraktor / Pemborong harus
bertanggung jawab untuk memperbaikinya.
8.5 Apabila  terjadi  kecelakaan,   Kontraktor   /  Pemborong   selekas  mungkin memberitahukan  kepada
Konsultan  Pengawas  dan mengambil  tindakan  yang perlu untuk keselamatan korban kecelakaan itu.
8.6 Selama  pembangunan  berlangsung,  Kontraktor  /  Pemborong  wajib  menyediakan tabung alat pemadam
kebakaran (Fire Extinguisher) lengkap dan siap pakai, dengan jumlah sekurang-kurangnya  4 (empat) buah
tabung. Masing-masing  tabung berkapasitas  12 kg.
8.7 Sesuai  dengan  Surat  Keputusan  Bersama  Menteri  Pekerjaan  Umum  dan  Menteri Tenaga Kerja Nomor
30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27 Januari 1984 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 33 Tahun 1977 bagi Tenaga Kerja Borongan Harian Lepas pada Kontraktor Induk maupun Sub
Kontraktor yang melaksanakan proyek-proyek Departemen Pekerjaan Umum, Pihak Kontraktor / Pemborong
yang  sedang  melaksanakan  pembangunan  /  pekerjaan  agar  ikut  serta dalam  program  ASTEK  dan
memberitahukan   secara  tertulis  kepada  Pemimpin Proyek.

PASAL 9
TENAGA DAN SARANA KERJA

Kontraktor / Pemborong harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut alat bantu
lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan serta mengadakan pengamanan, pengawasan dan
pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung
sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna sampai dengan diserah-terimakannya pekerjaan tersebut
kepada Pemberi Tugas.

9.1 TENAGA KERJA / TENAGA AHLI


Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman dengan jenis dan volume pekerjaan yang
akan dilaksanakan.
9.2 PERALATAN BEKERJA
Menyediakan alat-alat bantu seperti mesin las, alat bor, pompa alkon, alat-alat pengangkat dan pengangkut serta
peralatan-peralatan lain yang benar-benar diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
9.3 BAHAN-BAHAN BANGUNAN
Menyediakan  bahan-bahan  bangunan  dalam jumlah  yang cukup untuk  setiap  jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan serta tepat pada waktunya.
9.4 PENYEDIAAN AIR DAN LISTRIK UNTUK BEKERJA
a. Air  untuk  bekerja  harus  disediakan  oleh  Kontraktor  /  Pemborong  dengan membuat sumur pompa
sementara di lokasi proyek atau di-supply dari luar
b. Air harus bersih,  bebas dari : bau, lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya yang merusak. Penyediaan air

4
harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan dari Konsultan Pengawas / Direksi.
c. Kontraktor / Pemborong harus membuat bak penampung air untuk bekerja yang senantiasa terisi penuh
dengan kapasitas minimum 3,5 m3.
d. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor / Pemborong dan diperoleh dari sambungan sementara
PLN setempat selama masa pembangunan. Penggunaan  Genset untuk pembangkit tenaga listrik hanya
diperkenankan untuk penggunaan sementara apabila sambungan sementara PLN tidak memungkinkan dan
harus atas petunjuk Konsultan Pengawas.

PASAL 10
PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN

10.1 PERSYARATAN PELAKSANAAN


Untuk menghindari klaim dari ‘User’ / Proyek dikemudian hari, maka  Kontraktor / Pemborong   harus  
betul-betul   memperhatikan   pelaksanaan pekerjaan   struktur dengan memperhitungkan  “ukuran jadi
(finished)” sesuai persyaratan ukuran pada gambar kerja dan penjelasan RKS. Untuk pekerjaan cor beton
dihitung diluar ukuran finishing acian/plesteran.
Kontraktor  / Pemborong  wajib melaksanakan  semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk  dan syarat
pekerjaan,  peraturan persyaratan  pemakaian  bahan bangunan yang dipergunakan sesuai dengan Rencana
Kerja dan Syarat-Syarat Teknis dan atau petunjuk yang diberikan oleh Konsultan Pengawas.
Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan, pemborong harus menyediakan :
a. Penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli dibidangnya selama pelaksanaan pekerjaan dan
selama masa pemeliharaan guna memenuhi kewajiban menurut kontrak
b. Buku komunikasi untuk kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek
c. Buku Tamu untuk kunjungan tamu-tamu yang tidak ada hubungannya dengan proyek
d. Buku Direksi Mencatat   semua   petunjuk-petunjuk,   keputusan-keputusan   dan   detail   dari
pekerjaan.
10.2 STANDAR YANG DIPERGUNAKAN
Semua pekerjaan yang akan silaksanakan harus mengikuti Standar Normalisasi Indonesia, Standar Industri
Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya dengan pekerjaan, antara lain :
a. PUBI-1982  : Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia.
b. NI-3 PMI PUBB 1970 : Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia.
c. NI-8 : Peraturan Semen Portland Indonesia.
d. NI-10 : Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan.
e. PPI-1979 : Pedoman Plumbing Indonesia.
f. PUIL-1977 : Peraturan Umum Instalasi Listrik.
g. PPBI-1984 : Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia.
h. SII : Standar Industri Indonesia.
i. SKSNIT-15-1991-03(PBI-1991 ) : Peraturan Beton Bertulang Indonesia.
j. AVWI : Peraturan Umum Instalasi Air.
k. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1981
l. Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Tentang Keselamatan Tenaga Kerja yang
dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia
m. Keputusan    Menteri    Pekerjaan    Umum    Nomor    02/KPTS/1985    tentang penanggulangan

5
bahaya kebakaran.

Jika tidak terdapat di dalam Peraturan / Standar / Normalisasi tersebut di atas, maka berlaku  Peraturan  /
Standar  / Normalisasi  Internasional  ataupun  dari negara asal produsen bahan / material / komponen yang
bersangkutan.

hubungannya dengan pekerjaan, antara lain :


a. Dokumen  Lelang  yang  sudah  disahkan  oleh  Pemberi  Tugas  (Gambar  Kerja, RKS, BQ, BA,
Aanwijzing dan Surat Perjanjian / Kontrak ).
b. Shop Drawing yang dibuat oleh Kontraktor / Pemborong dan sudah disetujui /
disahkan oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas

PASAL 11
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN

11.1 Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang  berhubungan
dengan  pelaksanaan pembangunan /  pekerjaan,  baik  bersifat teknis maupun administratif.
11.2 Dalam   pembuatan   laporan   tersebut,   pihak   Kontraktor   /   Pemborong   harus memberikan data-data
yang diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.
11.3 Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan secara rutin dibuat oleh Pengawas Lapangan dari Konsultan
Pengawas
11.4 Laporan-laporan  tersebut  di  atas  setiap  minggu  dan  bulannya,  harus  diserahkan kepada Pemimpin
Proyek untuk bahan monitoring.

PASAL 12
TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR / PEMBORONG

12.1 Kontraktor  / Pemborong  harus  bertanggung-jawab  penuh  atas kualitas  pekerjaan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.
12.2 Kehadiran   Konsultan   Pengawas   selaku  wakil  Pemberi   Tugas  untuk   melihat, mengawasi,  menegur
atau  memberi  nasehat  tidak  mengurangi  tanggung  jawab penuh tersebut di atas.
12.3 Kontraktor / Pemborong bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat pelaksanaan
pekerjaan. Kontraktor / Pemborong berkewajiban memperbaiki kerusakan tersebut dengan biaya
Kontraktor / Pemborong sendiri.
12.4 Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, maka Kontraktor /
Pemborong  berkewajiban  memberikan  saran-saran  perbaikan kepada Pemberi Tugas melalui Konsultan
Pengawas. Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor / Pemborong bertanggung  jawab atas segala
kerusakan yang timbul.
12.5 Kontraktor / Pemborong  bertanggung  jawab  atas keselamatan  tenaga  kerja yang dikerahkan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
12.6 Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor / Pemborong dalam melaksanakan pekerjaan menjadi
tanggung jawab Kontraktor / Pemborong.
12.7 Selama   pembangunan   belangsung,   Kontraktor   /   Pemborong   harus   menjaga keamanan bahan /
material, barang milik proyek, milik Konsultan Pengawas dan milik Pihak Ketiga yang ada di lapangan,

6
maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah terima.Bila terjadi kehilangan bahan-bahan
bangunan yang telah disetujui, baik yang telah dipasang maupun yang belum, adalah tanggung jawab
Kontraktor / Pemborong dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya Pekerjaan Tambah.
12.8 Apabila   terjadi   kebakaran,   Kontraktor   /  Pemborong   bertanggung   jawab   atas akibatnya, baik yang
berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.
12.9 Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor / Pemborong harus segera mengangkut bahan bongkaran dan
sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar lokasi pekerjaan. Segala
pembiayaannya menjadi tanggung jawab Kontraktor / Pemborong.

PASAL 13
KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT BAHAN

13.1 Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini maupun dalam Berita
Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan dipergunakan  maupun  syarat-syarat  pelaksanaan
harus  memenuhi  syarat-syarat yang  tercantum  dalam  A.V.  1941  dan  Persyaratan   Umum  Bahan
Bangunan Indonesia (PUBI Tahun 1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan termaksud, serta
ketentuan-ketentuan dan syaratbahan-bahan lainnya yang berlaku di Indonesia.Seluruh barang material
yang dibutuhkan dalam menyelesaikan  pekerjaan, seperti material, peralatan dan alat lainnya, harus dalam
kondisi baru dan dengan kualitas terbaik untuk tujuan yang dimaksudkan.
13.2 MERK PEMBUATAN BAHAN / MATERIAL & KOMPONEN JADI.
a. Kecuali   bila  ditentukan   lain  dalam   Dokumen   Kontrak,   semua   merk pembuatan  atau  merk
dagang  dalam  Rencana  Kerja  dan  Syarat-syarat Teknis ini dimaksudkan  sebagai dasar
perbandingan  kualitas / setara dan tidak diartikan sebagai sesuatu yang mengikat. Setiap keterangan
mengenai peralatan, material barang atau proses, dalam bentuk nama dagang, buatan atau nomor
katalog harus dianggap sebagai penentu standar atau kualitas dan tidak boleh ditafsirkan sebagai upaya
membatasi   persaingan,   dan   Kontraktor   /   Pemborong   harus   dengan sendirinya menggunakan
peralatan, material, barang atau proses, yang atas penilaian Konsultan Pengawas dan Konsultan
Perencana, sesuai dengan keterangan  itu.  Seluruh  material  paten  itu  harus  dipergunakan   sesuai
dengan instruksi pabrik yang membuatnya.
b. Bahan / material dan komponen jadi yang dipasang / dipakai, harus sesuai dengan yang tercantum
dalam Gambar Kerja dan RKS, memenuhi standar spesifikasi  bahan tersebut,  mengikuti  peraturan
persyaratan  bahan bangunan yang berlaku.
c. Apabila  dianggap  perlu,  Konsultan  Pengawas  berhak  untuk  menunjuk tenaga ahli yang diajukan  /
ditunjuk  oleh pabrik dan atau supplier  yang bersangkutan tersebut sebagai Pelaksana.Dalam  hal ini,
Kontraktor  / Pemborong  tidak  berhak  mengajukan  klaim sebagai pekerjaan tambah.
d. Disyaratkan dalam satu merk pembuatan atau merk dagang hanya diperkenankan untuk   setiap   jenis  
bahan   yang   boleh   dipakai   dalam pekerjaan ini.
e. Penggunaan  bahan  produk  lain  yang  setaraf  dengan  apa  yang dipersyaratkan  harus disertai test
dari Laboratorium  lokal / dalam negeri baik kualitas, ketahan serta kekuatannya dan harus disetujui
oleh Konsultan Pengawas secara tertulis dan diketahui oleh Konsultan Perencana. Apabila  diperlukan
biaya  untuk  test  laboratorium,  maka  biaya  tersebut harus ditanggung  oleh Kontraktor  /
Pemborong  tanpa  dapat  mengajukan sebagai biaya pekerjaan tambah.

7
f. Kontraktor  / Pemborong  terlebih dahulu harus memberikan  contoh-contoh  semua bahan-bahan yang
diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Konsultan Pengawas / Direksi dan Konsultan Perencana
untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis sebelum semua bahan-bahan tersebut didatangkan /
dipakai.Contoh bahan tersebut yang harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas / Direksi dan
Konsultan  Perencana  adalah sebanyak  4 (empat)  buah dari satu bahan yang ditentukan  untuk
menetapkan  “standard  of  appearance”  dan  disimpan  di  ruang Direksi.  Paling  lambat  waktu
penyerahan  contoh  bahan  adalah  2  (dua)  minggu sebelum jadwal pelaksanaan.
g. Keputusan   bahan,   jenis,   warna,   tekstur   dan   produk   yang   dipilih,   akan  di- informasikan
kepada Kontraktor / Pemborong selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan
contoh bahan tersebut.
13.3 PENYIMPANAN MATERIAL
Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang bersangkutan dan atau sesuai
dengan spesifikasi bahan tersebut.
a. Penempatan   bahan-bahan   material   diatur   dengan   pertimbangan yang matang agar tidak
mengganggu kelancaran pekerjaan serta sirkulasi /  akses pekerja.Bahan material disusun
dengan metoda yang baik dengan cara FIFO (first in first out), sehingga tidak ada bahan
material yang tersimpan terlalu lama dalam gudang / stock material.
b. Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan kesesuaian untuk
pekerjaan. Material harus diletakkan di atas permukaan yang bersih, keras dan bila diminta
harus ditutupi. Material harus disimpan demikian   rupa   agar   memudahkan   pemeriksaan.  
Benda-benda   milik pribadi tidak boleh dipergunakan untuk penyimpanan tanpa ijin tertulis
dari pemiliknya.
c. Tempat  penyimpanan  barang  harus  dibersihkan  (clearing)  dan  diratakan (levelling)
menurut petunjuk Konsultan Pengawas.
d. Bagian tengah tempat penyimpanan  barang harus ditinggikan  dan miring kesamping sesuai
dengan ketentuan, sehingga memberikan drainase / pemasukan dari kandungan air / cairan
yang berlebihan.Material harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan
pemisahan bahan (segregation), agar timbunan tidak berbentuk kerucut, dan menjaga gradasi
serta mengatur kadar air. Penyimpanan agregat kasar harus ditimbun dan diangkat / dibongkar
demi  lapis  dengan  tebal  lapisan  tidak  lebih  dari  1  (satu)  meter.  Tinggi tempat
penyimpanan tidak lebih dari 5 (lima) meter.

PASAL 14
PEMERIKSAAM BAHAN-BAHAN

14.1 Bahan-bahan yang didatangkan / dipakai harus sesuai dengan contoh-contoh yang telah disetujui Konsultan
Pengawas seperti yang diatur dalam Pasal 14 di atas.
14.2 Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan afkir  /  ditolak  oleh
Konsultan  Pengawas,  harus  segera  dikeluarkan  dari  lokasi bangunan / proyek  selambat-lambatnya
dalam tempo  3 x 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
14.3 Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana
dan ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana berhak

8
memerintahkan pembongkaran kembali   kepada   Kontraktor   /  Pemborong,   yang  mana  segala
kerugian   yang diakibatkan   oleh   pembongkaran   tersebut   menjadi   tanggungan   Kontraktor   /
Pemborong   sepenuhnya. Disamping   itu  pihak  Kontraktor   /  Pemborong   tetap dikenakan denda
sebesar  1 o/oo (satu per mil) dari harga borongan.
14.4 Jika  terdapat  perselisihan  dalam  pelaksanaan  tentang  pemeriksaan  kualitas  dari bahan-bahan tersebut,
maka Kontraktor / Pemborong harus menguji dan memeriksakannya  ke laboratorium Balai Penelitian
Bahan pemerintah untuk diuji dan   hasil   pengujian   tersebut   disampaikan   secara   tertulis   kepada  
Konsultan Pengawas / Direksi / Konsultan Perencana. Segala biaya pemeriksaan ditanggung oleh
Kontraktor / Pemborong.
14.5 Sebelum ada kepastian dari laboratorium di atas tentang baik atau tidaknya kualitas dari bahan-bahan
tersebut, Pelaksana tidak diperkenankan  melanjutkan pekerjaan- pekerjaan yang menggunakan bahan-
bahan tersebut di atas.
14.6 Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong harus memberikan penjelasan lengkap
tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan tempat pekerjaan yang akan dilaksanakan.

PASAL 15
SUPPLIER DAN SUB KONTRAKTOR

15.1 Jika Kontraktor / Pemborong menunjuk Supplier dan atau Kontraktor bawahan (Sub Kontraktor) didalam
hal pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor/ Pemborong “wajib” memberi-tahukan
terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas / Direksi  untuk mendapatkan persetujuan.
15.2 Kontraktor  / Pemborong  wajib  mengadakan  koordinasi  pelaksanaan  dengan  Sub
Kontraktor dan Supplier bahan atas petunjuk Konsultan Pengawas.
15.3 Supplier   wajib   hadir   mendampingi   Konsultan   Pengawas   di   lapangan   untuk pekerjaan khusus
dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai instruksi pabrik.

PASAL 16
PEMBERSIHAAN TEMPAT KERJA

16.1 Pekerjaan  ini mencakup  pembersihan,  pembongkaran Dua Gedung Lama,  pembuangan  lapisan tanah
permukaan, dan pembuangan bongkahan material gedung lama serta pembersihan tumbuh-tumbuhan dan
puing-puing didalam daerah kerja, kecuali benda-benda yang telah ditentukan harus tetap di tempatnya
atau yang harus dipindahkan sesuai dengan ketentuan Pasal-pasal yang lain dari spesifikasi ini. Pekerjaan
ini mencakup pula perlindungan/penjagaan  tumbuhan dan benda-benda yang ditentukan harus tetap berada
di tempatnya dari kerusakan atau cacat.
16.2 Konsultan  Pengawas  akan  menetapkan  batas-batas  pekerjaan,  dan  menentukan semua pohon, semak,
tumbuhan dan benda-benda lain yang harus tetap berada di tempatnya. Kontraktor / Pemborong harus
menjaga semua jenis benda yang telah ditentukan harus tetap di tempatnya.
16.3 Segala  obyek  yang  ada di muka  tanah  dan  semua  pohon,  tonggak, kayu  lapuk, tunggul, akar,
serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintangan-rintangan lainnya yang muncul, yang tidak
diperuntukan  berada disana; harus dibersihkan dan atau dibongkar serta dibuang bila perlu. Pada daerah
galian,  segala  tunggul  dan  akar  harus  dibuang  dari  daerah galian sampai  kedalaman  sekurang-
kurangnya    50  cm.  di bawah  elevasi lubang  galian sesuai Gambar Kerja. Lubang-lubang akibat

9
pembongkaran harus di-urug dengan material yang memadai dan dipadatkan sampai 90 %  dari kepadatan
kering maksimum AASHTO  T 99.

PASAL 17
PENGUKURAN KONDISI TAPAK & PENENTUAN PEIL +0.00

17.1 PEKERJAAN PENGUKURAN KONDISI TAPAK.


a. Sebelum    pelaksanaan    pekerjaan,    Kontraktor    diwajibkan    melakukan pengukuran kondisi
“existing” tapak terhadap posisi rencana bangunan. Hasil pengukuran harus diserahkan kepada Direksi
/ Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
b. Ketidak-cocokan yang terjadi antara Gambar Kerja dan keadaan yang sebenarnya   di   lapangan,  
harus   segera   dilaporkan   kepada   Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
c. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya  dilakukan dengan alat-alat waterpass & theodolit.
d. Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga phytagoras hanya
diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Konsultan
Perencana.
e. Sebagai keharusan dari Kontrak ini dan tanpa biaya tambahan, Kontraktor / Pemborong harus
menyediakan khusus untuk digunakan oleh Konsultan Pengawas segala peralatan, instrumen, personil
dan tenaga survey, dan lain- lain material  yang mungkin  dibutuhkan  dalam  memeriksa pemasangan
/ pematokan (setting out) atau untuk pekerjaan-pekerjaan lain yang terkait. Semua peralatan
pengukuran harus disediakan lengkap termasuk tripod dan lain-lain.
f. Atas tanggungan biaya sendiri, Kontraktor / Pemborong harus mengadakan survey dan pengukuran
tambahan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor / Pemborong harus bertanggung
jawab atas ketepatan pengukuran dan survey yang dikerjakan oleh karyawannya.
g. Setiap   tanda   yang   dibuat   oleh   Konsultan   Pengawas   ataupun   oleh Kontraktor harus dijaga
baik-baik. Bila terganggu atau rusak, harus segera diperbaiki oleh Kontraktor  atas tanggungan biaya
sendiri.
h. Setiap jenis pekerjaan dari bagian apapun, tidak boleh dikerjakan sebelum
persiapannya (setting out) disetujui oleh Konsultan Pengawas.
i. Kontraktor   /  Pemborong   harus   mengajukan   3  (tiga)   salinan   / copy penampang  melintang
(cross  section)  kepada  Konsultan  Pengawas yang akan mengesahkan salah satu salinan atau
merevisinya, kemudian mengembalikannya kepada Kontraktor / Pemborong. Bila Konsultan
Pengawas perlu mengadakan perubahan / revisi, Kontraktor / Pemborong harus mengajukan lagi
salinan cross section untuk persetujuan tersebut di atas. Cross section dari Kontraktor / Pemborong
harus digambar di atas kertas kalkir  agar  memungkinkan  direproduksi.  Bila  cross  section
ini akhirnya disetujui, maka Kontraktor / Pemborong harus menyerahkan gambar kalkir asli dan 3
(tiga) lembar hasil reproduksinya kepada Pemimpin Proyek. Gambar cross section harus memakai
judul dan ukuran sesuai dengan yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
17.2 PEKERJAAN PENENTUAN  PEIL  + 0,00
Pekerjaan  penentuan  peil   + 0,00  (finishng  Arsitektur)  adalah  permukaan lantai finishing ruangan
Lantai Satu seperti tertera dalam gambar kerja yaitu + 63 cm lebih tinggi dari permukaan tanah asli
(Existing)

10
Selanjutnya  peil + 0,00 ini ditandai dengan patok ukur yang ditentukan di lapangan dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas.

PASAL 18
PEMASANGAN PATOK UKUR DAN PAPAN BANGUNAN ( BOUWPLANK )

18.1 PATOK UKUR.


a. Kontraktor  /  Pemborong  harus  membuat  patok-patok  untuk membentuk garis-garis sesuai dengan
gambar, dan harus memperoleh persetujuan Konsultan Pengawas sebelum memulai pekerjaan. Bila
dianggap perlu, Konsultan Pengawas dapat merevisi garis-garis / kemiringan dan meminta
Kontraktor / Pemborong untuk membetulkan patok-patok itu. Kontraktor   /  Pemborong   harus  
mengajukan   pemberitahuan   mengenai rencana   pematokan   atau   penentuan   permukaan   (level)  
dari   bagian pekerjaan tertentu, tidak kurang dari   48 (empat puluh delapan) jam, agar susunan patok
itu dapat diperiksa. Kontraktor / Pemborong harus membuat pengukuran atas pekerjaan pematokan
dan Konsultan Pengawas akan memeriksa pengukuran itu.
b. Patok ukur dibuat dari kayu secukupnya, berpenampang 5 x 7 cm. tertancap kuat ke dalam tanah
sedalam 100 cm. dengan bagian yang muncul diatas muka tanah cukup untuk memberikan indikasi
peil + 0,00 sesuai Gambar Kerja, dan diatasnya ditambahkan pipa besi untuk mencantumkan patokan
ketinggian diatas peil + 0,00.
c. Indikasi selanjutnya  selain tersebut  di atas agar dicantumkan  pada patok ukur sesuai petunjuk
Konsultan Pengawas.
d. Pada dasarnya, patok ukur ini dibutuhkan sesuai patokan ketinggian atau peil permukaan yang ada
dantercantum dalam Gambar Kerja.
e. Jumlah  patok  ukur  yang  harus  dibuat  oleh  Kontraktor  minimal  2 (dua) buah, dan lokasi
penanamannya sesuai petunjuk dan persetujuan Konsultan Pengawas  sedemikian  rupa  sehingga
tidak  mengganggu  atau terganggu selama pelaksanaan pembangunan berlangsung.
f. Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang jelas,  dan  dijaga
keutuhannya  sampai  pelaksanaan  pembangunan selesai dan ada instruksi dari Konsultan Pengawas
untuk dibongkar.
18.2 PAPAN BANGUNAN (BOUWPLANK).
a. Papan bangunan (bouwplank) dibuat dari kayu Kelas III dengan ukuran tebal 3 cm. dan lebar 15 cm.,
lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.
b. Papan bangunan dipasang pada patok kayu  5/7 dengan jarak satu sama lain adalah 1,50 m tertancap di
tanah sehingga tidak dapat digerak-gerakkan atau diubah.
c. Papan  bangunan  dipasang  sejarak  2,00  m.  dari  as  pondasi  terluar  atau sesuai dengan keadaan
setempat.
d. Tinggi  sisi atas papan  bangunan  harus  sama  dengan  antara  satu dengan lainnya atau rata
waterpass, kecuali dikehendaki lain oleh Konsultan Pengawas.
e. Setelah  selesai  pemasangan  papan  bangunan,  Kontraktor  / Pemborong harus melaporkan kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
f. Kontraktor / Pemborong harus menjaga dan memelihara keutuhan dan ketepatan letak papan bangunan
ini sampai tidak diperlukan lagi.

11
PASAL 19
PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN

19.1 IJIN MEMASUKI TEMPAT KERJA


a. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor / Pemborong, tetapi karena bahan
/ material ataupun komponen jadi maupun mutu  pekerjaannya  sendiri  ditolak  oleh  Konsultan
Pengawas  /  Direksi, harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor /
Pemborong  dalam  waktu  yang  ditetapkan  oleh  Konsultan  Pengawas  / Direksi.
b. Tidak  ada  pekerjaan  yang  boleh  ditutupi  atau  menjadi  tidak terlihat sebelum mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas, dan Kontraktor / Pemborong  harus memberikan  kesempatan
sepenuhnya kepada Petugas / Ahli dari Konsultan Pengawas untuk memeriksa dan mengukur
pekerjaan yang akan ditutup dan tidak terlihat.
c. Kontraktor  / Pemborong  harus  melaporkan  kepada  Konsultan Pengawas kapan setiap pekerjaan
sudah siap atau diperkirakan akan siap diperiksa dan Konsultan  Pengawas  tidak  boleh  menunda
waktu pemeriksaan,  kecuali apabila Konsultan Pengawas memberikan petunjuk tertulis    kepada
Kontraktor / Pemborong  apa yang harus dilakukan.
d. Bila  permohonan  pemeriksaan  pekerjaan  itu  dalam  waktu  2  x  24 jam (dihitung dari waktu
diterimanya Surat Permohonan Pemeriksaan, tidak terhitung hari libur / hari raya) tidak dipenuhi /
ditanggapi oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor / Pemborong dapat meneruskan pekerjaannya
dan  bagian   yang  seharusnya   diperiksa   dianggap   telah  disetujui   oleh Konsultan Pengawas /
Direksi.
e. Bila Kontraktor / Pemborong  melalaikan perintah, Konsultan Pengawas / Direksi berhak menyuruh
membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki.
f. Biaya   pembongkaran   dan   pemasangan   /  perbaikan   kembali   menjadi tanggungan  Kontraktor  /
Pemborong,  tidak dapat di-klaim  sebagai  biaya pekerjaan tambah maupun alasan untuk
perpanjangan waktu pelaksanaan.
19.2 KEMAJUAN PEKERJAAN
a. Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan oleh  Kontraktor  /
Pemborong  demikian  pula  metode  / cara pelaksanaan pekerjaan harus diselenggarakan  sedemikian
rupa, sehingga diterima oleh Konsultan Pengawas.
b. Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu menurut  penilaian
Konsultan  Pengawas  telah terlambat,  untuk menjamin penyelesaian pada waktu yang telah
ditentukan atau pada waktu yang diperpanjang,   maka  Konsultan   Pengawas   harus
memberikan petunjuk secara tertulis langkah-langkah yang perlu diambil guna melancarkan laju
pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
19.3 PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN
Bila Kontraktor / Pemborong atau petugas lapangannya tidak berada di tempat kerja dimana Konsultan
Pengawas bermaksud untu memberikan petunjuk atau perintah, maka  petunjuk  atau  perintah  itu  harus
dipatuhi  dan  dilaksanakan  oleh  semua petugas pelaksana atau petugas yang ditunjuk oleh Kontraktor /
Pemborong untuk menangani pekerjaan itu.
19.4 TOLERANSI.

12
Seluruh   pekerjaan yang dilaksanakan  dalam Kontrak ini harus dikerjakan sesuai dengan toleransi yang
diberikan dalam spesifikasi dan toleransi lainnya yang ditetapkan pada bagian lainnya.

13

Anda mungkin juga menyukai