Anda di halaman 1dari 10

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang memiliki kekuatan bersifat

memaksa, yaitu jika dilanggar atau melanggar akan mengakibatkan timbulnya sanksi tegas. Sumber hukum
dilihat dari dua segi, diantaranya segi material dan segi formal.

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan terbentuknya aturan-aturan. Aturan tersebut
sifatnya memaksa, jadi jika melanggar akan mendapatkan sanksi. Sumber Hukum ada 2 jenis yaitu sumber
hukum material dan formal.

A. Berikut ini sumber hukum material dan formal

Sumber hukum material adalah segala kaidah, aturan, atau norma yang menjadi patokan atau sumber dari
manusia untuk bersikap dan bertindak. Atau sumber hukum materi yaitu tempat dari manakah material itu
diambil. Suatu keyakinan atau perasaan hukum dari individu dan juga pendapat umum yang dapat menentukan
isi hukum. Dengan begitu keyakinan atau perasaan hukum individu dan pendapat umum yang merupakan faktor
yang dapat mempengaruhi pembentukan hukum. Baca juga artikel: Pengertian hukum dan tujuannya.

Apa itu sumber hukum?


Hukum formal adalah dapat disebut juga sebagai penerapan dari hukum material, sehingga hukum formal dapat
berjalan serta ditaati oleh semua objek hukum. Berikut ini macam-macam atau sumber-sumber dari hukum
formal:

 Yang pertama yaitu Undang-undang, merupakan suatu peraturan yang memiliki kekuatan hukum yang
mengikat, yang dipelihara oleh penguasa Negara tersebut. Misalnya seperti: UU, PP, Perpu dan lain
sebagainya.
 Yang kedua yaitu kebiasaan, merupakan perbuatan yang sama yang dilakukan secara terus-menerus
sehingga menjadi suatu hal yang selayaknya dilakukan. Seperti misalnya: adat-adat di daerah yang
dilakukan secara turun-temurun yang sudah menjadi hukum di daerah tersebut.
 Yang ketiga yaitu Yurisprudensi, merupakan keputusan dari hakim pada masa lalu atau masa lampau
pada suatu perkara yang sama sehingga dijadikan keputusan oleh para hakim pada masa selanjutnya.
Hakim sendiri bisa membuat keputusan sendiri, apabila perkara tersebut tidak diatur sama sekali di
dalam UU.
 Yang keempat yaitu traktat, merupakan perjanjian yang dilakukan oleh 2 (dua) negara atau lebih.
Perjanjian tersebut mengikat antar negara yang terlibat dalam traktat ini. Secara otomatis traktat
tersebut juga dapat mengikat warganegara dari Negara yang bersangkutan.
 Dan yang kelima yaitu doktrin, merupakan pendapat dari para ahli hukum terkemuka, yang dijadikan
dasar ataupun asas-asas penting dalam hukum dan juga penerapannya.
 engertian sumber hukum secara umum adalah segala sesuatu yang bisa melahirkan
hukum. Sumber hukum juga biasa disebut sebagai asal muasal hukum. Sebelum
mengetahui lebih lanjut mengenai jenis sumber hukum, tentunya Anda perlu memahami
terlebih dahulu tentang definisi dari sumber hukum tersebut agar tidak bingung. Dalam
definisi lain sumber hukum adalah segala sesuatu yang bisa mengeluarkan aturan-
aturan dengan sifat memaksa. Artinya jika ada yang melanggar hukum maka ia harus
menerima sanksi yang tegas sesuai dengan hukuman yang telah ditentukan.

 Pengertian sumber hukum secara umum adalah segala sesuatu yang bisa melahirkan
hukum. Sumber hukum juga biasa disebut sebagai asal muasal hukum. Sebelum
mengetahui lebih lanjut mengenai jenis sumber hukum, tentunya Anda perlu memahami
terlebih dahulu tentang definisi dari sumber hukum tersebut agar tidak bingung. Dalam
definisi lain sumber hukum adalah segala sesuatu yang bisa mengeluarkan aturan-
aturan dengan sifat memaksa. Artinya jika ada yang melanggar hukum maka ia harus
menerima sanksi yang tegas sesuai dengan hukuman yang telah ditentukan.
 Agar Anda lebih paham mengenai macam-macam sumber hukum, tentunya tak hanya
mengetahui jenisnya saja tapi juga harus mengetahui contoh-contohnya agar dapat
melaksanakannya dalam kehidupan bermasyarakat secara nyata. Berikut adalah
beberapa macam sumber hukum beserta contohnya.
 Macam Macam Sumber Hukum dan Contohnya :
 1. Sumber hukum material
Macam sumber hukum yang pertama adalah sumber hukum material. Definisi dari
sumber hukum material adalah norma, kaidah atau aturan yang berasal dari manusia
untuk mengatur bagaimana bersikap dan bertindak dalam hidup bermasyarakat. Dalam
pengertian lainnya, dapat juga dikatakan bahwa sumber hukum material disebut juga
sebagai tempat dimana material tersebut diambil. Isi hukum dapat ditentukan oleh
pendapat individu ataupun pendapat masyarakat. Dengan begitu pembentukan hukum
dapat ditentukan berdasarkan keyakinan terhadap hukum dari masyarakatnya sendiri.

 2. Sumber hukum formal
Sumber hukum yang ke dua adalah sumber hukum formal. Sumber hukum formal
memiliki hubungan erat dengan sumber hukum material, dimana sumber hukum formal
merupakan pengaplikasian dari sumber hukum material. Dengan begitu hukum formal
harus berjalan dan ditaati oleh semua objek hukum. Objek hukum disini adalah semua
masyarakat dan warga Negara yang berada di suatu Negara. Tak hanya berlaku untuk
warga Negara Indonesia saja, tapi juga berlaku untuk warga Negara asing yang menetap
di Indonesia.
 Beberapa contoh dari sumber-sumber hukum formal yang ada di Indonesia yang
pertama adalah Undang-undang, yang memiliki kekuatan mengikat dan dijaga oleh
penguasa Negara. Selain undang-undang, terdapat pula sumber hukum lainnya seperti
perpu, PP, dan lain sebagainya. Contoh yang kedua adalah kebiasaan masyarakat,
seperti adat istiadat dan tradisi yang berlaku di berbagai daerah Indonesia yang berbeda.
Adat istiadat tersebut memang tidak berasal dari pemerintah, namun harus ditaati karena
sudah merupakan aturan yang berasal dari nenek moyang secara turun-temurun.
 Contoh macam-macam sumber hukum formal yang ketiga adalah Yurisprudensi, yang
merupakan keputusan dari hakim masa lalu mengenai suatu perkara. Dan keputusan
tersebut digunakan kembali oleh hakim di masa mendatang saat terjadi perkara yang
sama. Jika suatu perkara di vengadilan tidak diatur dalam Undang-undang maka hakim
berhak untuk membuat keputusan sendiri. Contoh jenis sumber hukum yang keempat
adalah traktat. Traktat adalah suatu perjanjian yang dilakukan oleh dua Negara atau
lebih. Perjanjian tersebut bersifat mengikat dan harus dipatuhi oleh warga Negara.
 Contoh macam-macam sumber hukum formal yang terakhir adalah doktrin. Doktrin
adalah sumber hukum yang berasal dari pendapat-pendapat ahli hukum terkemuka yang
kemudian dijadikan landasan penting dalam hukum yang berlaku. Tak hanya digunakan
sebagai landasannya, tapi juga dalam penerapannya.
 Baca juga : Pengertian hukum
 Demikian beberapa penjelasan mengenai definisi sumber hukum, macam-macam
sumber hukumyang berlaku di Indonesia beserta contoh-contohnya. Setiap warga
Negara Indonesia tentunya wajib mengetahui sumber hukum yang berlaku agar dapat
hidup sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah demi mewujudkan
Negara yang teratur.
Sumber hukum tata negara Indonesia mencakup sumber hukum dalam arti
materiil dan sumber dalam arti formil. Sumber hukum materiil tata negara
adalah sumber yang menentukan isi kaidah hukum tata negara, dan contoh
sumber hukum yang termasuk dalam arti materiil yaitu Pancasila sebagai
dasar dan pandangan hidup bernegara.

Sumber hukum dalam arti formil diantaranya :

 Hukum perundang-undangan ketatanegaraan


 Hukum adat ketatanegaraan
 Hukum kebiasaan ketatanegaraan atau konvensi ketatanegaraan
 Yurisprudensi ketatanegaraan (Putusan hakim TUN)
 Hukum perjanjian internasional ketatanegaraan (Traktat)
 Doktrin ketatanegaraan (Pendapat ahli Hukum tata negara).

Sumber hukum formil

1.Undang-undang dasar 1945

Undang-undang dasar 1945 merupakan segala induk dari peraturan


perundang-undangan di Indonesia dan merupakan hukum tertinggi di
Indonesia dan segala peraturan perundang-undangan yang dibuat ,tidak
boleh bertentangan dengan UUD 1945.

2.Ketetapan MPR

Istilah ketetapan MPR tidak terdapat dalam UUD 1945, namun berdasarkan
surat Presiden yang ditujukan kepada DPR no.2262/HK/1959 tanggal 20
Agustus 1959,dikenal bentuk peraturan perundang-undangan salah satunya
adalah Keputusan MPRS yaitu peraturan perundang-undangan yang dibuat
berdasarkan pasal 2 UUD 1945.

Istilah ketetapan itu sendiri baru dikenal pada sidang pertama MPRS yang
didasarkan pada pasal 3 UUD 1945 yang menyatakan bahwa MPR bertugas
untuk menetapkan Undang-undang dan Garis-garis besar haluan negara
(GBHN). Kemudian berdasarkan memorandum DPR-GR bahwa sumber
hukum Republik Indonesia dan tata urutan peraturan Perundang-undangan
Republik Indonesia  ditetapkan dalam TAP MPRS No.XX/MPRS/1966 jo Tap
MPR No.V/MPR/1973 bahwa Tap MPR tersebut telah ditetapkan dalam
hierarki perundang-undangan Republik Indonesia.

Sumber hukum tata negara Indonesia mencakup sumber hukum dalam arti
materiil dan sumber dalam arti formil. Sumber hukum materiil tata negara
adalah sumber yang menentukan isi kaidah hukum tata negara, dan contoh
sumber hukum yang termasuk dalam arti materiil yaitu Pancasila sebagai
dasar dan pandangan hidup bernegara.

Sumber hukum dalam arti formil diantaranya :

 Hukum perundang-undangan ketatanegaraan


 Hukum adat ketatanegaraan
 Hukum kebiasaan ketatanegaraan atau konvensi ketatanegaraan
 Yurisprudensi ketatanegaraan (Putusan hakim TUN)
 Hukum perjanjian internasional ketatanegaraan (Traktat)
 Doktrin ketatanegaraan (Pendapat ahli Hukum tata negara).

Sumber hukum formil

1.Undang-undang dasar 1945

Undang-undang dasar 1945 merupakan segala induk dari peraturan


perundang-undangan di Indonesia dan merupakan hukum tertinggi di
Indonesia dan segala peraturan perundang-undangan yang dibuat ,tidak
boleh bertentangan dengan UUD 1945.

2.Ketetapan MPR

Istilah ketetapan MPR tidak terdapat dalam UUD 1945, namun berdasarkan
surat Presiden yang ditujukan kepada DPR no.2262/HK/1959 tanggal 20
Agustus 1959,dikenal bentuk peraturan perundang-undangan salah satunya
adalah Keputusan MPRS yaitu peraturan perundang-undangan yang dibuat
berdasarkan pasal 2 UUD 1945.
Istilah ketetapan itu sendiri baru dikenal pada sidang pertama MPRS yang
didasarkan pada pasal 3 UUD 1945 yang menyatakan bahwa MPR bertugas
untuk menetapkan Undang-undang dan Garis-garis besar haluan negara
(GBHN). Kemudian berdasarkan memorandum DPR-GR bahwa sumber
hukum Republik Indonesia dan tata urutan peraturan Perundang-undangan
Republik Indonesia  ditetapkan dalam TAP MPRS No.XX/MPRS/1966 jo Tap
MPR No.V/MPR/1973 bahwa Tap MPR tersebut telah ditetapkan dalam
hierarki perundang-undangan Republik Indonesia.

Menurut Tap MPR No.I/MPR/1978 pasal 100, produk MPR tersebut dibedakan
menjadi 2 bagian yaitu :

 Ketetapan (Mempunyai kekuatan Extern dan intern),yang meliputi


bidang legislatif dilaksanakan dengan Undang-undang,dan
ketetapan yang meliputi bidang eksekutif dilaksanakan dengan
Keputusan Presiden (Kepres).
 Keputusan (Bersifat Intern).

3.Undang-undang/ PERPU

Undang-undang pada dasarnya memiliki arti secara formil dan materiil.


Undang-undang dalam arti formil adalah suatu bentuk keputusan atau
ketentuan yang dikeluarkan oleh pembentuk Undang-undang dengan
prosedur tertentu.

Undang-undang dalam arti materiil adalah Setiap bentuk keputusan


pemerintah yang mempunyai kekuatan mengikat tanpa memperhatikan
prosedur pembuatannya dan tata cara serta lembaga yang membuatnya.
Dasar dari pembuatan Undang-undang ialah Pasal 5 ayat (1) dan pasal 20
ayat (1) UUD 1945.

Asas-asas Perundang-undangan yaitu:

 Undang-undang tidak boleh berlaku surut.


 Undang-undang yang berlaku kemudian,membatalkan Undang-
undang yang terdahulu.
 Undang-undang yang dibuat lembaga yang lebih tinggi,lebih tinggi
pula kekuatan berlakunya (Lex superiori derogat lex inferiori).
 Lex Spesialis derogat lex generalis.
 Undang-undang tidak dapat diganggu gugat.

Dalam pasal 22 ayat (1) UUD 1945 dinyatakan bahwa Dalam keadaan ihwal
dan kegentingan yang memaksa maka presiden berhak mengeluarkan
PERPU.

Yang dimaksud dengan kegentingan yang memaksa (Noodverordeningsrecht)


adalah keadaan yang mendesak sehingga Presiden dalam hal ini Pemerintah
perlu bertindak cepat membuat dan mengeluarkan peraturan yang sederajat
dengan Undang-undang tanpa melalui persetujuan DPR.

Dalam UUD sementara 1950/ atau UUDS 1950 menggunakan istilah Undang-
undang darurat untuk menyebut PERPU tersebut. Pemakaian kata-kata
darurat dalam Undang-undang dapat menimbulkan kekeliruan  dengan
pengertian hukum darurat negara.

Hukum/hak darurat negara (Staatnoodrecht) berbeda


dengan Noodverordeningsrecht yang menjadi dasar dari PERPU (Peraturan
pengganti Undang-undang). dalam Noodverordeningsrecht, karena keadaan
mendesak yang menyebabkan penguasa menyimpang dari cara biasa dalam
membuat peraturan yang setingkat dengan Undang-undang. Sedangkan
dalam Staatnoodrecht dikarenakan negara dalam keadaan bahaya sehingga
penguasa menyimpang dari peraturan.

Negara dalam keadaan bahaya (Staatnoodrecht) dibedakan menjadi 2


macam:

1. Staatnoodrecht Konstitusionil/Staatnoodrecht Objektif,yaitu


timbulnya bahaya yang dapat mengancam dalam negara sudah
dapat diperhitungkan terlebih dahulu sehingga telah dipersiapkan
peraturan-peraturan yang dapat diperlakukan namakala keadaan
bahaya tersebut benar-benar terjadi. Sedangkan Staatnoodrecht
Objektif,yaitu bahwa syarat-syarat dan akibat dari tindakan
penguasa didasarkan pada ukuran-ukuran sebagaimana yang telah
diukur dalam peraturan yang telah dipersiapkan tersebut.
2. Staatnoodrecht extra konstitusional/Staatnoodrecht subjektif,yaitu
bahwa terjadinya negara dalam keadaan bahaya tersebut belum
dapat diprediksikan sebelumnya,sehingga dalam mengatasi
persoalan tersebut tidak dapat didasarkan pada aturan-aturan yang
sudah disiapkan sebelumnya.

Penulisan Undang-undang

UU No.52 Prp 1960 : Prp artinya Peraturan pemerintah pengganti Undang-


undang (Perpu). Prps artinya Peraturan Presiden. Pnps artinya Penetapan
Presiden. Apabila dibelakang No dalam UU itu maksudnya adalah bahwa
Undang-undang tersebut berasal dari kata-kata tersebut.

4.Peraturan pemerintah (PP)

Pasal 5 ayat (2) UUD 1945,Presiden menetapkan peraturan pemerintah


untuk menjalankan Undang-undang sebagaimana mestinya.Presiden tidak
akan menetapkan peraturan pemerintah tersebut sebelum ada Undang-
undangnya,mengingat bahwa Undang-undang tersebut merupakan sumber
hukum tata negara,maka Peraturan pemerintah tersebut juga merupakan
sumber hukum tata negara.

5.Keputusan Presiden

Keputusan Presiden pertama kalinya dikenal sebagai bentuk peraturan


perundang-undangan berdasarkan surat Presiden yang ditujukan kepada
DPR tertanggal 20 Agustus 1959 No.2262/HK/1959. Keputusan Presiden
tersebut dimasukkan kedalam peraturan perundang-undangan guna
melaksanakan peraturan Presiden maupun Undang-undang dibidang
pengangkatan dan pemberhentian baik personalia,pegawai atau anggota
DPR.
Kepres tersebut merupakan keputusan khusus (einmalig) yang berfungsi
untuk Melaksanakan ketetapan MPR dalam bidang eksekutif dan peraturan
pelaksana. Dalam prakteknya,Keputusan Presiden (Kepres) dibedakan 2
bagian yaitu:

1. Tindakan pengaturan dalam rangka menjalankan pemerintahan


sepanjang Presiden berpendapat tidak perlu diatur dengan Undang-
undang,sebab dalam UUD 1945 tidak mewajibkannya dan
merupakan persoalan sederhana.
2. Sebagai tindakan penetapan seperti yang dimaksud dalam
Memorandum DPR-GR.

Mengingat bahwa Keputusan Presiden tersebut merupakan pelaksanaan dari


UUD dan Tap MPR,maka Kepres tersebut dijadikan sebagai sumber hukum
tata negara.

6.Peraturan pelaksana lainnya

Yang dimaksud dengan peraturan pelaksana lainnya adalah Peraturan


Pelaksanaan yang ada setelah Tap.MPR no.XX/MPR/1966, misalnya
Peraturan menteri,yang dibuat berdasarkan pada peraturan yang lebih tinggi
sesuai dengan hierarkinya.

7.Konvensi

Pengertian Konvensi menurut pendapat para ahli yaitu:

1. Menurut Mr.J.H.P Bellefroid dalam bukunya ” Inleiding tot de


rechtwetemchap nederland” menyatakan bahwa Convention adalah
suatu peraturan walaupun tidak ditetapkan oleh pemerintah,tetapi
ditaati oleh seluruh rakyat karena mereka yakin peraturan itu
berlaku sebagai hukum.
2. Menurut A.K Pringgodigdo,Convention adalah kelaziman yang timbul
dalam praktek hidup.
3. Menurut Prof.Dr Ismail Suny menyatakan bahwa Convention
tersebut ada karena kebutuhan akan ketentuan-ketentuan untuk
pelengkap rangka dasar hukum konstitusi karena sebagaimana
disebutkan UUD 1945 bahwa UUD hanyalah merupakan sebagian
dari hukum dasar yang tertulis saja, dan disamping itu masih ada
hukum dasar yang tidak tertulis yang timbul dan terpelihara dalam
praktek ketatanegaraan.

Konvensi sama dengan kebiasaan ketatanegaraan dengan adanya keyakinan


hukum dari golongan atau orang-orang yang berkepentingan dan keyakinan
tersebut dipercaya memuat hal-hal yang baik dan karena adanya nilai-nilai
yang baik dalam aturan tersebut maka harus ditaati.

8.Traktat

Traktat ketatanegaraan tidak sama persis dengan perjanjian,namun ada


kemiripan karena traktat tersebut merupakan suatu perjanjian,hanya saja
prosesnya berbeda dengan perjanjian pada umumnya.

Berdasarkan negara yang mengikutinya,Traktat dikelompokkan menjadi :

1. Traktat bilateral (diikuti dua negara saja)


2. Traktat multilateral (diikuti oleh beberapa negara).
3. Traktat kolektif/terbuka yaitu Traktat yang terbuka yang
memberikan kesempatan kepada negara-negara lain yang semula
tidak ikut menandatangani traktat tersebut,kemudian ikut.

Menurut pendapat E.Utrecht,dalam traktat ada tahapan-tahapan yang harus


dilalui yaitu:

1. Penetapan (Sluiting),yaitu penetapan dari isi perjanjian tersebut


oleh masing-masing delegasi yang akan membuat perjanjian
tersebut. hasil dari penetapan ini disebut consep
verdraag (penetapan isi oleh masing-masing delegasi).
2. Persetujuan,yaitu penetapan-penetapan pokok isi perjanjian
tersebut kemudian diparaf sebagai tanda persetujuan
sementara,kemudian dibawa pulang kenegara masing-masing guna
mendapatkan persetujuan DPR masing-masing negara, dan dalam
tahap ini masih dapat dilakukan perubahan.
3. Penguatan (Bekrachtiging), yaitu setelah diperoleh persetujuan oleh
kedua negara tersebut kemudian disusul dengan penguatan atau
disebut juga ratifikasi oleh masing-masing kepala negara.Pada
tahap ini tidak dapat lagi dilakukan perubahan karena pada tahap
ini Traktat tersebut sudah mempunyai kekuatan yang mengikat.
4. Pengumuman (afkondiging),yaitu Traktat telah ditandatangani oleh
kepala negara tersebut,kemudian diumumkan kepada khalayak
ramai dengan cara tukar menukar dokumen.

Traktat yang telah melalui tahapan tersebut telah berlaku mengikat kepada
para pihak yang menandatanganinya dan berlaku asas “Pacta sun servanda”
yang artinya setiap perjanjian harus ditaati dan dihormati.

Kekuatan hukum mengikatnya suatu Traktat terhadap penduduk suatu


negara terdapat 2 pendapat yang berbeda yaitu:

1. Menurut Paul Laban,bahwa Traktat tersebut tidak secara langsung


mengikat penduduk suatu negara karena Traktat merupakan
perjanjian yang dibuat oleh antar negara sehingga hanya mengikat
negara saja. Agar traktat tersebut mengikat warga negara dari
negara yang bersangkutan maka harus dijadikan hukum nasional
negara yang bersangkutan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
2. Menurut van Vollen hoven,bahwa Traktat tersebut secara otomatis
langsung mengikat penduduk suatu negara. hal tersebut
dikarenakan bahwa traktat merupakan perjanjian antar
negara,sehingga berdasarkan teori Primat hukum antar negara
menyatakan bahwa hukum antar negara mempunyai kedudukan
lebih tinggi dari hukum nasional.

Anda mungkin juga menyukai