Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA
PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELLITUS

Disusun Oleh:
Indi Andini
NIM. 20176322019

Dosen Pembimbing:
Ns. Gusti Barlia, S. Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-IV
2019/2020
I. Konsep Keluarga
A. Definisi keluarga
Keluarga adalah perkumpulan dua orang atau lebih individu
yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap
tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (suprajitno
2010).
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu
yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-
tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain
(Mubarak, 2011).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk
berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu mengetahui
kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertaqwa kepada
tuhan, memiliki hubungan selaras dan seimbang antara anggota
keluarga dan masyarakat tentang lingkungannya (buku asuhan
keperawatan keluarga dengan pendekatan keperawatan transkultural,
2012).
Dari beberapa pengertian tentang keluarga tersebut di atas
maka dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah:
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang terikat oleh hubungan
darah perkawinan atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah
mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial.
B. Ciri-ciri keluarga
Ciri-ciri keluarga menurut, effendy dalam harmoko (2012)
yaitu;
a. Diikat tali perkawinan
b. Ada hubungan batin
c. Ada ikatan batin
d. Memiliki tanggung jawab masing-masing
e. Ada pengambilan keputusan
f. Kerjasama
g. Interaksi
h. Tinggal dalam suatu rumah
C. Tujuan keluarga
Bergabungnya dua orang atau lebih yang kemudian akan
membentuk keluarga, keluarga mempunyai beberapa tujuan. Menurut
friedman (2013) tujuan keluarga adalah sebagai perantara yaitu
menanggung semua harapan dan kewajiban-kewajiban masyarakat
serta membentuk, mengubah sampai taraf tertentu sehingga dapat
memenuhi berbagai kebutuhan dan kepentingan setiap individu yang
berada dalam keluarga, juga untuk menciptakan peran-peran sosial
bagi anggota keluarga (ayah, ibu dan anak) serta dapat memelihara
suatu kebudayaan bersama yang diperoleh dari budaya umum yang
berada dilingkungan keluarga tersebut.
D. Bentuk keluarga
Ada beberapa bentuk keluarga menurut effendy dalam harmoko
(2012) yaitu:
a. Keluarga inti (nuclear family) , merupakan keluarga yang
dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang
terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran
natural maupun adopsi.
b. Keluarga asal (family of orgin), merupakan suatu unit keluarga
tempat asal seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar (extended familiy), keluarga inti yang
ditambahkan dengan keluarga lain (karena hubungan darah),
misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu, termasuk keluarga
moderen, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta
keluarga sejenis (guy/ lesbian family).
d. Keluarga berantai (serial family), keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
suatu keluarga inti.
e. Keluarga duda atau janda (single family), keluarga yang terbentuk
karena percerian dan atau kematian pasangan yang dicintai.
f. Keluarga komposit (composite family), keluarga dari perkawinan
poligami dan hidup bersama .
g. Keluarga kohabitas (cohabitation), dua orang menjadi satu
keluarga tanpa pernikahan , bisa memiliki anak atau tidak.
h. Keluarga inses (insect family), seiring dengan masuknya nilai-
nilai global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat,
dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak
perempuan menikah dengan ayah kandungnya.
i. Keluarga tradisional dan nontradisional, keluarga tradisional
diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga non tradisional tidak
diikat oleh perkawinan.
E. Jenis-jenis keluarga
a. Patrilineal, keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melaluli jalur garis ayah.
b. Matrilineal, keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
c. Patriokal, sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ayah.
d. Matriokal, sepasang suami istri yang tingal bersama keluarga
sedarah ibu.
e. Keluarga kawinan, hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.
F. Struktur dan fungsi keluarga
a. Fungsi afektif (the affective funcation) adalah fungsi keluarga
yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangn individu dan
psikososial anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar
berperan dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak
lahir. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak,
membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak dan meneruskan nila-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi reproduksi (the reproduction function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic funcation) yaitu keluarga yang
berfungsi memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan secara ekonomi dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkstkan penghasilan untukmemenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care
funcation) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan
anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.
Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluaraga dibidang
kesehatan.  Sedangkan tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan
kesehatan adalah:
1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarganya,
2) Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat,
3) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
4) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota
keluarganya,
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
fasilitas kesehatan.
Dari beberapa fungsi keluarga di atas, ada pula tiga fungsi
pokok anggota keluarga terhadap anggota keluarganya, antara lain
asih, yaitu memberikan kasih sayang, perhatian rasa dan rasa
aman, serta kehangatan kepada anggota keluarga sehingga dapat
memungkinkan mereka untuk bertumbuh dan berkembang sesuai
dengan usia dan kebutuhannya. Sedangkan asuh, yaitu meraujuk
kepada kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara dengan baik sehingga diharapkan
mereka menjadi anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial,
dan spiritual. Dan asah, yaitu memenuhi kebutuhan pendidikan
anak sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam
mempersiapkan masa depannya.
G. Tahap perkembangan dan tugas keluarga
Menurut effendy dalam harmoko (2012), tahap perkembangan
keluarga berdasarkan siklus kehidupan keluarga terbagi menjadi atas
8 tahap:
a. Keluarga baru (beginning family), yaitu perkawinan dari sepasang
insan yang menandakan bermulanya keluarga baru . keluarga
pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan, yaitu membina
hubungan kepuasaan bersama, menetapkan tujuan bersama, dan
merencanakan anak atau KB.
b. Keluarga sedang mengasuh anak (child bearing family) , yaitu
dimulai dengan kelahiran anak perrtama hingga bayi berusia 30
bulan. Mempunyai tugas perkembangan seperti persiapan bayi,
membagi peran dan tanggung jawab, adaptasi pola hubungan
seksual, pengetahuan tentang kehamilan , persalinan menjadi
orang tua.
c. Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu keluarga dengan
anak pertama yang berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun .
mempunyai tugas perkembangan , yaitu membagi waktu,
pengaturan keuangan, merencanakan kelahiran yang berikutnya
dan membagi tanggung jawab dengan anggota keluarga lain .
d. Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengan anak pertam
berusia 13 tahun. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu
menyediakan aktivitas untuk anak, pengaturan keuangan , kerja
samadalam menyelesaikan masalah, memperhatikan kepuasaan
anggota keluarga dan sistem komunikasi keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan anak usia pertama 13
tahun sampai denan 20 tahun. Tugas perkembangan keluarga ini
untuk menyediakan fasilitas kebutuhan keluarga yang berbeda,
menyertakan keluarga dalam tanggung jawab dan
mempertahankan filosofi hidup.
f. Keluarga dengan anak dewasa, yaitu keluarga dengan anak
pertama, meninggalkan rumah dengan tugas perkembangan
keluarga, yaitu menata kembali sumber dan fasilitas, penataan
tanggung jawab antar anak, mempertahankan komunikasi terbuka,
melepaskan anak dan mendapatkan menantu.
g. Keluarga usia pertengahan, yaitu dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir pensiun. Adapun tugas
perkembangan, yaitu mempertahankan suasana menyenangkan,
bertanggung jawab pada semua tugas rumah tangga, membina
keakraban dengan pasangan, mempertahankan kontak dengan
anak berpartisipasi dalam aktivitas sosial.
h. keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga
dimulai dari salah satu pasangan memasuki masa pensiun, terus
berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dunia.
Adapun tugas perkembangan keluarga ini , yaitu menghadapi
pensiun, saling merawat, memberi arti hidup, mempertahankan
kontak dengan anak, cucu, dan masyarakat.
II. Konsep Penyakit atau masalah terkait
A. Definisi
Diabetes mellitus (DM) dari bahasa yunani : diabainein yang artinya
“tembus” atau ”pancuran air” , dan kata latin mellitus, “rasa manis” ,
yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang di
tandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus
menerus bervariasi, terutama setelah makan. diabetes mellitus
merupakan penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, berkembangnya
komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (long, 2011).
Diabetes mellitus atau penyakit kencing manis adalah penyakit yang
dapat ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi batas normal
(hiperglikemia) dimana hal itu akibat tubuh kekurangan insulin baik
absolut maupun relative (hasdianah, 2012).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia,
glukosa yang normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu darah, glukosa
dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi (brunner &suddarth,
2013).
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh
penurunan sekresi insulin atau sensitivitas insulin atau kedua nya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler dan
neuropati (sudoyo dkk, 2009 dalam buku NANDA NIC NOC edisi
revisi jilid 1, 2016).
Diabetes mellitus yang dikenal juga dengan kencing manis atau gula
darah tinggi adalah penyakit kronis (menahun) yang terjadi ketika
pankreas tidak memproduksi cukup insulin , atau ketika tubuh tidak
secara efektif menggunakan insulin. Diabetes biasa ditandai dengan gula
darah diatas normal. Sedangkan diabetes tipe 2 adalah diabetes yang
disebabkan tubuh tidak efektif menggunakan atau kekurangan insulin
yang relatif dibandingkan kadar gula darah (bimsa,2017).

B. Etiologi
1) Diabetes Mellitus Tipe 1
Menurut brunner & suddarth 2013. Diabetes tipe I ditandai oleh
penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik,
imunologi dan mungkin pula lingkungan (misalnya, infeksi virus)
diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.
Berikut faktor-faktor yang berisiko:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri;
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik
kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetik ini
dimiliki pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human
leucocyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun
lainnya.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respo
otoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing.
c. Faktor lingkungan
Penyelidikan juga dilakukan terhadap kemungkinan faktor-
faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai
contoh, hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
produksi sel beta.
2) Diabetes Mellitus Tipe 2
Menurut brunner & suddarth 2013. Mekanisme yang tepat
menyababkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada
diabetes tipe II masih belum diketahui secara pasti. Namun faktor
genetik diperkirakan memegang peran sebagai proses terjadinya
resistensi insulin. Selain itu terdapat beberapa faktor-faktor resiko
tertentu yang dapat berhubungan dengan proses terjadinya diabetes
mellitus tipe II.
Adapun faktor-faktor resikonya adalah:
a. Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang
secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun.
Diabetes sering muncul setelah seseorang memiliki usia rawan
tersebut, terutama setelah 45 tahun pada mereka yang berat
badannya berlebih , sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap
insulin.
b. Obesitas
Pada yang mengalami obesitas (kegemukan) terdapat korelasi
bermakna antara obesitas dan kadar gula glukosa darah, pada
derajad kegemukan dengan IMT >23 dapat menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200 mg/dl.
c. Riwayat keluarga
Diabetes mellitus menurut silsilah keluarga yang mengidap
diabetes mellitus, karena kelainan gen yang mengakibatkan
tubuhnyan tidak dapat menghasilakan insulin dengan baik.

C. Patofisiologi
Menurut brunner & suddarth tahun 2013 patofisiologi pada diabetes
mellitus tipe I terdapat ketidak mampuan untuk menghasilkan insulin
karna sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikrmia-puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Di samping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikrmia postprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar; akibatnya,
glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang
berlebihan , pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak
yang menyebakan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan
kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Menurut brunner & suddarth tahun 2013 patofisiologi pada diabetes
mellitus tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin, yaitu: resistansi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor tersebut, terjadi sel resistansi insulin
pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistansi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini
terjadi akibat sekresi insulin berlebihan , dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin , maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
dibetes tipe II namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adkuat
untuk mencegah pemecahan lemak produksi badan keton yang
menyertainya. Karena itu , ketoasidosis diabetik tidak terjadi proses
diabete tipe II. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
( selama betahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat
berjalan terdeteksi. Juka gejalanya dialami pasien, gejal tersebut sering
bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan , iritabilitas, poliruria,
polipsia, lika pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau
pandangan yang kabur jika kadar glukosanya sangat tinggi (brunner &
suddarth, 2013).
D. Pathway
Gambar 2.1. Pathway (patofisiologi) diabetes mellitus
Defisiensi insulin

Glukagon ↑
Penurunan pemakaian glukosa oleh sel

Glukoneogenesis Hiperglikemia

Lemak Protein Glycosuria

Ketogenesi BUN ↑ Kekurangan


Osmotik diuresis
volume cairan
Resiko gangguan nutrisi Nitrogen urine
kurang dari kebutuhan pH ↓ Dehidrasi

Asidosis Trombosis

 Koma Aterosklerosis
 kematian

Makrovaskuler Mikrovaskuler

Ekstremitas Retina Ginjal


Jantung Serebral

Gangren Retinopati diabetik Nefropati


Miokard
Stroke
infark
Gangguan penglihatan Gagal ginjal
Gangguan integritas
kulit
Nyeri akut
Resiko injury
E. Manifestasi Klinis
Menurut hasdianah, (2012) tanda dan gejala diabetes mellitus dapat
digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronis.
a. Gejala akut diabetes mellitus
Gejala penyakit diabetes mellitus dari satu penderita kependerita
lain bervariasi bahkan, mungkin tidak menunjukan gejala apapun
saat tertentu.
1) Pada permulaan gejala yang ditujukan meliput serba banyak
(poly), yaitu:
a) Banyak makan (polyphagia)
b) Banyak minum (polydipsia)
c) Banyak kencing (polyuria)
2) Bila keadaan tersebut tidak segera diobat akan timbul gejala:
a) Banyak minum
b) Banyak kencing
c) Nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun cepat
d) Mudah lelah
e) Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual bahkan
penderita akan jatuh koma yang disebut dengan koma
diabetik.
b. Gejala kronis diabetes mellitus
Gejala kronis yang di alami oleh penderita diabetes mellitus
adalah sebagai berikut:
1) Kesemutan
2) Kulit terasa panas, atau seperti ditusuk-tusuk jarum
3) Rasa tebal kulit
4) Kram
5) Mudah mengantuk
6) Mata kabur, biasanya sering ganti kaca mata
7) Gatal disekitar kemaluan terutama wanita
8) Gigi mudah goyah dan mudah lepas kemampuan seksual
menurun bahkan impotensi
F. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari diabetes mellitus adalah:
a. Akut
1) Hipoglikemia dan hiperglikemia
2) Penyakit makrovaskuler mengenia pembuluh darah besar,
penyakit koroner (cardiovaskuler, penyakit pembuluh darah
kapiler).
3) Penyakit mikrovaskuler, mengenia pembuluh darah kecil,
retinopati,nefropati.
4) Neuropati saraf sensorik ( berpengaruh pada ekstrimitas), saraf
otom berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskuler.
b. Kronik
1) Neuropati diabetik
2) Retinopati diabetik
3) Nefropati diabetik
4) Protenuria
5) Kelainan koroner
6) Ulkus/gangren
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain :
A) grade 0 : tidak ada luka
B) grade i :kerusakan hanya sampai pembukaan kulit
C) grade ii : kerusakan kulit mencapi otot tulang
D) grade iii : terjadi abses
E) grade iv : gangren pada kaki bangian distal
F) grade v : gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1. Kadar glukosa darah
Pemeriksaan glukosa darah untuk menetapkan DM meliputi:
i. Glukosa darah puasa
ii. Glukosa 2 jam post prandial (2 jam pp)
iii. Glukosa darah sewaktu
ADA ( american diabetic association )/ WHO ( World health
organization ) menetepkan kriteria menegakkan diagnosa DM adalah bila
glukosa darah sewaktu >200 mg/dl, atau glukosa darah puasa . 126
mg/dl.
Sebagai persiapan, penderita diminta puasa selam 10 jam dan tidak
boleh lebih. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pagi hari karena ada efek
diurnal horman terhadap glukosa. Yang digunakan sebagai sampel
biasanya serum atau plasma. Bila whole blood yang digunakan sebagai
sampel nilai kadar glukosa umumnya lebih rendah 15% dibanding
glukosa plasma atau serum.

Tabel kadar glukosa darah sewaktu


Kadar glukosa darah Belum pasti DM DM
sewakru (mg/dl)
Plasma vena 100-200 >200
Darah kapiler 80-100 >200
Kadar glukosa darah Belum pasti DM DM
puasa (mg/dl)
Plasma kapiler 110-120 >120
Darah kapiler 90-110 >110

2. kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2


kali pemeriksaan :
1) glukosa plasma sewaktu . 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2) glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3) glukosa plasma dan sempel yang di ambil 2 jam kemudian
sesudah mengkonsumsi 75 gram karbohidrat ( 2 jam post
prandial (pp) >200 mg/dl)
3. Tes laboratorium DM
Jenis test pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes
diagnostik, tes pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi
komplikasi.
4. Tes Saring
Tes saring pada DM adalah :
1) GDP dengan GDS
2) Tes glukosa urine:
a) Tes konvensional ( metode reduksi/ benedict)
b) Tes carik celup ( metode glucose oxidase/ hexokinase)
5. Tes diagnostik
Tes diagnostik pada DM adalah :
1) GDS ( gula darah sementara )
2) GDP ( gula darah puasa )
3) GD2PP ( glukosa darah 2 jam post prandial ), glukosa jam ke 2
TTGO.
4) Tes monitoring terapi
Tes monitoring terapi DM adalah:
a) GDP : plasma vena, darah kapiler.
b) GD2PP : plasma vena
c) Alc darah vena, darah kapiler
5) Tes untuk mendeteksi komplikasi
Tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :
a) Mikroalbuminuria : urine
b) Ureum, kretinin, asam urat
c) Kolestrol total: plasma vena ( puasa)
d) Kolestrol LDL: plasma vena (puasa)
e) Kolestrol HDL: plasma vena ( puasa)
f) Trigliserilida : plasma vena (puasa)
(NANDA NIC NOC, 2016)
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan teraupetik pada setiap tipe
diabetes adalah mencapai kadar glukosa darsh norma.
Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet
Syarat diet diabetes mellitus hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarah pada berat badan normal
3) Mempertahankan kadar KGD normal
4) Memperbaiki modifikasi diit sesuai keadaan penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal ketat diet
3) Jenis: boleh atau tidak
Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan
kandungan kalorinya.
1) Diit DM I : 110 kalori
2) Diit DM II : 1300 kalori
3) Diit DM III: 1500 kalori
4) Diit DM IV: 1700 kalori
5) Diit DM V: 1900 kalori
6) Diit DM VI 2100 kalori
7) Diit DM VII : 2300 kalori
8) Diit DM VIII: 2500 kalori
Keterangan :
Diit I sampai III : diberikan kepada penderita yang terlalu
gemuk
Diit IV sampai V : diberikan kepada penderita dengan berat
badan yang normal
Diit VI sampai VIII: diberikan kepada penderita kurus, diabetes
remaja atau diabetes komplikasi.
Dalam melaksanakan diabetes sehari-hari hendaklah diit
pedoman 3 j yaitu:
J1 : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi
atau ditambahi
J2: jumlah diit harus sesuai interval
J3 : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori diit diabetes mellitusn harus
disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi
dilaksanakan dengan menghitung percentage of relative body
weight ( BBR = berat badan normal ) dengan rumus :
BBR = BB (kg) X 100%
TB (cm)-100
1) Kurus : BBR <90%
2) Normal ( ideal ) : BBR 90-110%
3) Gemuk : BBR >110%
4) Obeaitas apabila BBR >120%
a) Obesitas ringan : BBR 120 -130%
b) Obesitas sedang : BBR 130-140%
c) Obesita berat : BBR 140-200%
d) Morbid: BBR >200
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari
untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah :
1) Kurus: BB X 40-60 kalori sehari
2) Normal : BB X 30 kalori sehari
3) Gemuk : BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari

b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap harinya adalah:
i. Meningkatakan kepekaan insulin
ii. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
iii. Memperbaikan aliran perifer dan menbah suplai ke oksigen
iv. Meningkatkan kadar kolestrol -high density lipoprotein
v. Merangsang pembentukan glikogen baru
vi. Menurunkan kolestrol (total) dan trigliserida dalam darah
karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
c. Penyuluhan
Tujuan penyuluhan yaitu klien mampu mempertahankan
hidup dan mencegah komplikasi yang lebih lanjut. Penyuluhan
meliputi , penyuluhan untuk mencegah primer ditujukan untuk
kelompok resiko tinggi, penyuluhan pencegahan sekunder
ditujukan pada diabetes terutama pasien yang baru, materi yang
diberikan meliputi : pengertian diabetes , gejela dan
pentalakasanan.
Penyuluhan untuk mencegah tersier ditujukan pada diabetes
lanjut dan materi yang diberika meliputi ; cara perawatan dan
pencegah komplikasi, upaya rehabilitasi dan lain-lain. Penyulahan
kesehatan masyarakat rumah sakit (PKMRS) merupakan salah
satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM , melalui
bermacam-macam cara atau media misalnya : leaflet, poster, tv,
kaset, vidio, diskusi, kelompok, dan sebgainya.
d. Obat-obatan
i. Tablet OAD ( oral antidiabetes)
1. Mekanisma kerja sulfanailurea
a. Kerja OAS tingkat perseptor pankreatik, ekstra pancreas
b. Kerja OAD tingkat perseptor
2. Mekanisme kerja biguanida
Biguanida mempunyai efek yang dapat meningkatkan
efektivitas insulin yaitu:
a. Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik
i. Menghambat absorbsi karbohidrat
(b) Menghambat glukoneogenesis dihati
(c) Meningkatkan afinita pada reseptor insulin
b. Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan
jumlah reseptor insulin
c. Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai
efek intraseluler
ii. Insulin
1. Indikasi penggunaan insulin
a. DM tipe I
b. DM tipe II yang pada saat tertentu dapat dirawat
dengan OAD
c. DM kehamilan
d. DM dan gangguan pada hati yang berat
e. DM dan koma lain pada DM
f. DM operasi
g. DM patah tulang
2. Beberapa cara pemberian insulin
a. Suntikan insulin subkutan
Insulin reguler mencapai pincak kerjanya pada 1-4
jam, sesudah suntikan subcutan.
b. Lokasi suntikan
Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yaitu
dinding perut, lengan, dan paha.
c. Dalam suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja
insulin dicapai, ini berarti suntikan intramuskuler
akan lebih cepat efeknya daripada subkutan.

III. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Diabetes Mellitus


A. Pengkajian keperawatan
1. Identitas keluarga
1) Nama keluarga
2) Alamat atau tempat tinggal
3) Komposisi keluarga
4) Genogram
5) Tipe keluarga
6) Latar belakang budaya
a) Kebiasaan makan keluarga berapa kali sehari, bagaimana
dengan menu makanannya apakah menu orang dewasa
dan anak balita disamakan, bagaimana pengolahan atau
cara memasaknya, berapa banyak porsi yang dihabiskan.
b) Pemanfaatan fasilitas kesehatan prilaku keluarga di dalam
memanfaatkan fasilita kesehatan merupakan faktor
penting dalam pengelolaan diabetes mellitus. Ketidak
mampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada alan menimbulkan komplikasi lebih
lanjut dari diabetes mellitus.
7) Status sosial ekonomi
a) Pendidikan tingkat pendidikan keluarga berpengerahu
terhadap tindakan untuk mengatasi masalah keluarga
tentang diabetes mellitus dengan benar dan tepat termasuk
cara pengelolaannya.
b) Pekerjaan dan penghasilan yang tidak seimbag akan
mempengaruhi keluarga dalam melakukan pengobatan
dan perawatan pada anggota keluarga yang sakit salah
satunya disebabkan oleh tidak seimbangnya sumber-
sumber yang ada di keluarga.

8) Aktivitas
Aktivitas yang berlebihan atau tidak sesuai dengan
keinginan yang membuat seseorang kehilangan banyak
kalori, jika tidak didukung dengan asupan energi/ kalori
yang seimbang akan mengakibatkan keadaan yang lebih
buruk. Pada saat gula darah pasien < 100 anjurkanlah pasien
untuk makan cemilan terlebih dahulu sebelum melakukan
aktivitas yang berlebihan.
2. Tahap dan riwayat perkembangan
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh usia anak
tertua dari keluarga inti, riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap
upaya pencegahan penyakit, upaya dan pengalaman keluarga
terhadap pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan kesehatan.
3. Data lingkungan
1) Karakteristik rumah, yang menjelaskan tentang hasil
identifikasi rumah yang dihumni keluarga meliputi luas, tipe,
jumlah ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah ventilasi,
peletakan perabotan rumah tangga, sarana pembuangan air
limbah, dan kebutuhan MCK , keadaan akan lebih mudah
dipelajari bila digambar dengan denah.
2) Karateristik tetangga dan komunitas setempat.
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh
mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat.
4. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga menjelaskan bagaimana cara
keluarga berkomunikasi, siapa pengambil keputusan utama,
dan bagaimana peran anggota keluarga dalam menciptakan
komunikasi.
2) Nilai atau norma keluarga menjelaskan nilai atau norma yang
dipelajari dan dianut oleh keluarga yang berhubugan dengan
kesehatan.
3) Struktur peran yang menjelaskan peran masing-masing
anggota keluarga secara formal maupan informal baik di
keluarga atau di masyarakat.
5. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif, hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri
anggota keluarga, perasaan keluarga, bagaiman keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
2) Fungsi sosialisasi menjelaskan tentang hubungan keluarga,
sejauh mana anggota keluarga belajar tentan disiplin, nialai,
norma, budaya, dan perilaku yang berlaku di keluarga dan
masyarakat.
3) Fungsi reproduksi hal yang perlu dikaji adalah apakah
keluarga mampu mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
4) Fungsi ekonomi, hal yang dikaji adalah kemampuan keluarga
dalam memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi, tempat
untuk mengembangkan kemampuan individu, serta upaya
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
5) Fungsi pemenuhan atau pemeliharaan kesehatan, tujuan
pengkajian yang berkaitan dengan tugas keluarga di bidang
kesehatan:
a) Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal
masalah kesehatan. Hal yang perlu dikaji adala sejuah
mana kemampuan keluarga untuk dapat mengetahui fakta
dari masalah kesehatan yang sedang dialami , meliputi
pengertian, tanda dan gejala, penyebab, faktor yang
mempengarruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah
kesehatan terutama yang di alami anggota keluarga.
b) Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil
keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, hal ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,
dengan mempertimbangkan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan untuk memutuskan tindakan
keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh
keluarga diharapkan tepat agar maslah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan teratasi.
c) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan ,
sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat
dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbsatan yang telah
diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat
dilakukan ditempat pelayanan kesehatan ataudi rumah
apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan
tindakan untuk pertolongan pertama.
d) Memodifikasi lingkungan rumah adalah salah satu upaya
untuk pemenuhan atau pemeliharaan kesehtan yang dapat
menunjang kesehatn keluarga, ketidaksanggupan dalam
hal ini dapat berpengaruh teerhadap kesehatan anggota
keluaraga . ketidak sanggupan tersebut disebabkan karena
ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit.
e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada, pemanfaatan
fasilitas kesehatan yang ada secara optimal oleh keluarga
dapat membantu keluarga mngenali secara dini dan
mengatasi masalah kesehatan yang timbul pada anggota
keluaraga. Yang perlu dikaji sejauh mana keluarga
mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, sejauh mana
keluarga mengetahui keuntungan-keuntungan
mengunakan fasilitas kesehatan.
6. Pola istirahat tidur
Kebutuhan istirahat tidur harus dikaji berapa tidur siang
atau pun malam hari. Kemudian bagaimana dengan tidurnya
nyenyak atau terganggu.
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
Metode yang digunakan pada pemerikasan fisik tidak berbeda
dengan pemeriksaan di klinik. Yaitu head to toe dimana pada
tahap memeriksakan fisik ini akan dilakukan secara detail dari
ujung rambut hingga ujung kaki. Yang tujuannya untuk mencari
data objektif untuk menemukan maslah yang memungkinkan ada
dari data objektif untuk menemukan masalah yang kemungkinan
ada dari masing-masing anggota keluarga.
8. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada. Hal ini agar dapat
melakukan asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan harapan
keluarga yang diinginkan serta membantu dalam menentukan
tujuan dari asuhan keperawatan pada keluarga.
B. Perumusan masalah
Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data di analisis untuk
dapat perumusan diagnosa keperawatan. Analisa data adalah
kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir rasional
sesuai latar belakang ilmu pengetahuan.
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan
dilakukan analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokan data
dibedakan atas data subjektif dan data objektif dan berpedoman pada
teori abraham maslow yang terdiri dari:
a. Kebutuhan dasar atau fisiologis
b. Kebutuhan rasa aman nyaman
c. Kebutuhan cinta dan kasih sayang
d. Kebutuhan harga diri
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sebagian dapat
diambil kesimpulan tentang maslah keperawatan dan kemungkinan
penyebab, yang dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan
meliputi aktual, potensial dan kemungkinan.

C. Skoring masalah dan prioritas masalah


Tabel skoring masalah
No Kriteria Skala Bobot Skoring
1 Sifat masalah 3 1
- Tidak/ kurang sehat 2
- Ancaman kesehatan 1
- Keadaan sejahtera
2 Kemungkinan maslah dapat 2 2
diubah 1
- Mudah 0
- Sebagian
- Tidak dapat
3 Potensi masalah untuk dicegah 3 1
- Tinggi 2
- Cukup 1
- Rendah

4 Menonjolnya masalah 2 1
- Masalah berat harus segera 1
ditangani 0
- Ada masalah tapi tidak
perlu segera ditangani
- Masalah tidak dirasakan
Total skor

Lembar skoring keluarga ini bertujuan mencari nilai tertinggi dan


terendah dari diagnosa-diagnosa keperawatan keluarga yang muncul
saat rumusan masalah, yang dimana diagnosa keperawatan melakukan
intervensi keperawatan keluarga dengan nilai tertinggi akan menjadi
prioritas pertama dalam melakukan intervensi keperawatan dan
diagnosa keperawatan keluarga dengan nilai terendah akan menjadi
prioritas terakhir dalam melakukan intervensi keperawatan.
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria
2. Skor dibagi dengan angka tertingggi dan kalikan dengan bobot
skala
× bobot
skala tetinggi
3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria
4. Total skor tertinggi adalah 5.
D. Perencanaan, rasional, dan intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Kurangnya Setelah dilakukan tindakan Diskusikan dengan klien tentang : Keluarga menjadi tahu tentang
pengetahuan pertemuan … x diharapkan - penyakitnya DM penyakit DM dan bias
keluarga keluarga: - Diet yang tepat. menjelaskan kembali tentang
b.d kurangnya - paham tentang penyakit DM. - Bantu klien untuk masalah latihan fisik apa saja yang telah petugas
informasi tentang - paham tentang gejala dan yang tepat. jelaskan tentang penyakit DM,
perjalanan penyakit penyebab penyakit DM dan - anjurkan klien untuk melakukan OR diet, aktivitas fisik/OR yang
komplikasinya secara rutin.
DM tepat.

2. Manajemen Setelah dilakukan tindakan - menjelaskan tentang : pengertian, - Keluarga menjadi tahu tentang
kesehatan keluarga pendidikan, kesehatan, keluarga
tujuan perawatan keluarga DM, masalah penyakit DM dan
tidak kefektif pada mampu merawat anggota
perawatan kaki dan senam kaki DM, perawatan kaki dan senam kaki
keluarga b.d keluarga dengan masalah DM Hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada DM
ketidakmampuan kaki penderita DM. - Pasien mampu dan mau
keluarga mengenali - mendemontrasikan senam kaki DM mendemontrasikan senam kaki
masalah dalam - memberikan motivasi kepada keluarga DM.
merawat anggota untuk melakukan senam kaki secara
keluarga dengan DM rutin
3. Pemeliharaan Setelah dilakukan pendidikan Anjurkan keluarga menciptakan Supaya lingkungan kelihatan
kesehatan tidak kesehatan keluarga mampu lingkungan yang bersih dan sehat bagi bersih dan nyaman.
efektif b.d merawat /memodifikasi individu dan keluarga
ketidakmampuan masalah lingkungan - Membuka jendela
5
1

mengatasi masalah individu/keluarga - Menambah pencahayaan dengan


individu/keluarga Dengan kriteria : genteng kaca
-rumah bersih - Membersihkan rumah dan
- barang – barang tertata rapih merapihkan barang-barang yang
masih di pergunakan.
IV. Daftar Pustaka
Brunner & suddarth, 2013. Keperawatan medikal-bedah Edisi 12. Jakarta
ECG

Buku Asuhan Keperawatan Keluarga dengan pendekatan keperawtan


transkultural, 2012

Effendy dalam harmoko, 2012. Eprints.ums.ac.id. brunner &suddarat

Kemenkes kesehatan republik indonesia. Profil kesehatan indonesia tahun


2013. Retrived desember 5 2015 http://.depkes.go.id.

Long, B.C. 2011. Perawatan medikal bedah (suatu pendekatan proses


keperawatan). Volume 3. Bandung: yayasan IAPK padjajaran.

Nanda, 2106. Buku saku diagnosis keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai