Anda di halaman 1dari 12

ASE ± Volume 12 Nomor 1, Januari 2016: 1 - 12

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN DAERAH IRIGASI


DI PROVINSI SULAWESI UTARA

Leo Hengky Kalesaran,


Jailani Husain,
Bobby V. J. Polii

ABSTRACT

The objectives of this research were: (1) to get the new information and knowledge about the irrigation
area system management existing in North Sulawesi Province, (2) to study about the complexity aspects of the
irrigation area system management, and (3) to know the model of irrigation area management system in North
Sulawesi Province, and to propose the alternative one. This research was designed as descriptive one. Data and
information were collected through in-depth interviews and by questionnaires. Twenty one representatives of
irrigation stakeholders in North Sulawesi were selected as respondents by using purposive sampling method. The
result showed that (1) the distribution and management of irrigation area in North Sulawesi Province was
determined by the criteria and status authority stated in the Ministry of Public Work and Public Housing of
Indonesia Regulation which consisted of: Irrigation area authorized to the central government, provincial
government, and regency or municipal government. It was found that 25.162 Ha from 80.792 Ha of potential
irrigated land had not been converted as irrigated land. (2) From those two main components of irrigation areas,
which are irrigation infrastructure, and irrigation land, it was found that the government more focused their
activities and budget in supporting the irrigation infrastructure operation and maintenance, while other factors
regarding to the management of irrigation land, such as water catchment area condition, the local commission of
irrigation, regulation system, inter-sector coordination system, the direction of sector policies development, and the
environment and sustainable development concerns had not got enough attention, and (3) The model of irrigation
area management system existing LQ 1RUWK 6XODZHVL 3URYLQFH ZDV VWLOO D µFORVH V\VWHP´ ,W LV UHFRPPHQGHG WR
FKDQJH WKLV WR EH DQ ³RSHQ V\VWHP´ VR WKDW RWKHU UHODWHG sectors can get involved.*ghmk*

Keywords: evaluation, irrigation area management, North Sulawesi

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mendapatkan gambaran dan pemahaman terkini tentang kondisi
daerah irigasi di Provinsi Sulawesi Utara, 2) mengkaji aspek-aspek atau faktor-faktor yang berhubungan dengan
program, atau sistem pengelolaan daerah irigasi, serta 3) memahami model sistem pengelolaan daerah irigasi di
Provinsi Sulut, dan mengusulkan alternatif model sistem. Pengambilan data dilakukan melalui survey dan
wawancara, menggunakan alat bantu kuesioner dan catatan-catatan penelitian. Sampel responden dipilih secara
sengaja (purposive sampling) dari instansi-instansi. Jumlah sampel yang dipilih yaitu sebanyak 21 responden. Daftar
pertanyaan sebagai alat bantu, dirancang berbeda-beda sesuai lingkup tugas responden dan keterkaitannya dengan
permasalahan daerah irigasi. Kesimpulan temuan dalam penelitian ini adalah (1) penyebaran dan pengelolaan
Daerah irigasi di Provinsi Sulawesi Utara ditentukan berdasarkan kriteria penetapan status daerah irigasi sesuai
kewenangan yang diatur berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang terdiri dari:
Daerah Irigasi Kewenangan Pemerintah (Pusat), Kewenangan Pemerintah Provinsi, dan Kewenangan Pemerintah
Kabupaten/Kota. Dari luas keseluruhan daerah irigasi potensial yang ada sebesar 80.792 Ha, masih terdapat 25.162
diantaranya yang tidak atau belum dikelola menjadi daerah irigasi fungsional. (2) Dari dua komponen utama pada
daerah irigasi, yaitu jaringan irigasi, dan kesatuan lahan irigasi, ternyata kebijakan-kebijakan yang ada pada
umumnya hanya menyangkut pembinaan dan pengelolaan jaringan irigasi, sedangkan menyangkut pembinaan dan
pengelolaan kesatuan lahannya yang mencakup antara lain: aspek keterkaitan dengan sektor lain, aspek peraturan
perundang-undangan, keterkaitan dengan kebijakan sektoral, kepentingan lingkungan hidup dan pembangunan
berkelanjutan, dan lain-lain, hampir tidak mendapat perhatian, dan permasalahan-permasalahan yang ada masih
belum mendapat penanganan. (3) Model sistem pengelolaan daerah irigasi di Provinsi Sulawesi Utara saat ini
merupakan model sistem yang tertutup dengan komponen (pelaku) utama Sektor Kementerian PUPR yaitu Bidang
Sumberdaya Air Dinas Pekerjaan Umum dan UPT Balai Wilayah Sungai. Berdasarkan hasil penelitian ini maka
direkomendasikan untuk mengubah ini menjadi "sistem terbuka" sehingga sektor terkait lainnya dapat terlibat.

Keywords: evaluasi, pengelolaan daerah irigasi, Sulawesi Utara

1
Evaluasi Sistem Pengelolaan Daerah Irigasi ....................................(Leo Kalesaran, Jailani Husain, Bobby Polii)

PENDAHULUAN dikelola menjadi lahan beririgasi. Dibandingkan


dengan luas keseluruhan lahan pertanian di Sulut
Di Provinsi Sulawesi Utara hingga saat ini yaitu sebesar 929.086 Ha (BPS, 2014), luas lahan
telah dibangun sebanyak 384 daerah irigasi, yang beririgasi (fungsional) tersebut hanya sebesar 5,99
bervariasi mulai dari tingkatan irigasi teknis, persen, padahal, dalam rangka mendukung
semi teknis, hingga irigasi sederhana (pedesaan), strategi pembangunan daerah menuju
dengan luas daerah irigasi masing-masing yang swasembada beras dan swasembada pangan
juga bervariasi. Berdasarkan Peraturan Menteri sebagaimana diarahkan dalam RPJMD Provinsi
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Permen Sulut Tahun 2010-2015, peningkatan infrastruktur
PUPR) Nomor 14/PRT/M/2015 Tanggal 21 April pertanian termasuk perluasan lahan beririgasi
2015 Tentang Kriteria dan Penetapan Status masih sangat diperlukan. Luas daerah irigasi
Daerah irigasi, tanggungjawab pengembangan dan yang tidak dikelola sebesar 25.162 Ha
pengelolaan daerah irigasi ditentukan sebagaimana disebut di atas, jika dibandingkan
berdasarkan: dengan luas daerah irigasi Sangkup yang baru
a. kedudukannya pada wilayah pemerintahan, dibangun di kabupaten Bolaang-Mongondow
yang terdiri dari: daerah irigasi strategis Utara, yaitu sebesar 3.601 Ha, maka luas
nasional yang luasannya lebih dari 10.000 Ha, tersebut setara dengan tujuh proyek irigasi
daerah irigasi lintas negara, daerah irigasi Sangkup. Untuk membangun satu proyek
lintas daerah provinsi, daerah irigasi lintas irigasi seperti Irigasi Sangkup memerlukan
daerah kabupaten/kota, serta daerah irigasi
biaya yang relatif besar, selain itu, di Provinsi
yang terletak utuh pada satu kabupaten/kota;
Sulut saat ini tidaklah mudah untuk
b. kewenangan dan tanggung jawab sesuai
tingkatan pemerintahan, yang meliputi:
mendapatkan areal yang memenuhi syarat untuk
daerah Irigasi kewenangan pemerintah (pusat) pembangunan jaringan irigasi baru. Pasandaran
dengan luas yakni lebih besar dari 3000 Ha, (2005) mengingatkan, bahwa dengan semakin
daerah irigasi kewenangan pemerintah meningkatnya populasi penduduk dan semakin
provinsi dengan luas areal 1000 Ha hingga terbatasnya penyediaan lahan, ketersediaan
3000 Ha, dan daerah irigasi kewenangan lahan perkapita untuk produksi pertanian akan
pemerintah kabupaten/kota dengan luas semakin berkurang. Oleh sebab itu, selain
kurang dari 1000 Ha. upaya-upaya yang dilakukan oleh Bidang
Di dalam Permen PUPR Nomor 14 Tahun Sumberdaya Air Dinas Pekerjaan Umum Provinsi
2015 tersebut telah dinyatakan juga bahwa Sulut dan UPT Balai Wilayah Sungai
kewenangan instansi untuk menangani Kementerian PUPR Provinsi Sulawesi Utara,
pengelolaan irigasi, yaitu pemerintah, pemerintah Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulutpun
provinsi, maupun pemerintah kabupaten/kota, telah melakukan upaya-upaya peningkatan luas
hanya terbatas pada jaringan atau saluran primer lahan persawahan dengan membangun/
dan sekunder, sedangkan kewenangan dan memperluas infrstruktur pada jaringan irigasi
tanggung jawab pengelolaan pada jaringan tersier tersier, termasuk mengembangkan lahan-lahan
diberikan kepada petani pemakai air. Pada Tabel sawah tadah hujan dan perluasan lahan untuk
1. Diperlihatkan tentang jumlah daerah irigasi di penanaman padi ladang.
Provinsi Sulut berdasarkan kewenangan dan
tanggungjawab pengelolaannya oleh Pemerintah. Tabel 1. Luas Daerah Irigasi (DI) di Provinsi
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa luas potensial Sulut Berdasarkan Kewenangan
keseluruhan daerah irigasi di Provinsi Sulut saat Kewe- Jumlah Luas Daerah (Ha)
ini, yaitu sebesar 80.792 Ha dan luas nangan DI
fungsionalnya sebesar 55.630 Ha (68,85 persen). Potensial Fung-
Data ini, jika dibandingkan dengan data luas sional
daerah irigasi yang ditetapkan berdasarkan Pemerintah 4 20.602 10.354
Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007, sekitar 8 (pusat)
tahun sebelumnya, luas fungsional dari Provinsi 12 17.633 14.183
keseluruhan daerah irigasi ini relatif tidak Kab./Kota 288 42.557 31.093
mengalami peningkatan, masih terdapat sebesar Jumlah 304 80.792 55.630
25.162 Ha potensi daerah irigasi yang tidak Sumber : Permen PUPR No.14/PRT/M/2015

2
ASE ± Volume 12 Nomor 1, Januari 2016: 1 - 12

Dibalik upaya-upaya yang telah dilaksanakan model sistem pengelolaan daerah irigasi di Provinsi
oleh instansi-instansi sebagaimana disebut di atas Sulut, dan mengusulkan alternatif model sistem.
untuk memantapkan dan meningkatkan luas
fungsional daerah irigasi, terdapat indikasi-
indikasi ancaman, hambatan dan kendala dalam METODE PENELITIAN
pengelolaan daerah irigasi, seperti antara lain:
rusaknya lahan pada daerah hulu irigasi sebagai Tempat dan Waktu Penelitian
area tangkapan dan resapan air (water-catchment Penelitian ini dilaksanakan di beberapa
area), adanya potensi pencemaran kualitas air daerah/lokasi kedudukan dari penjabat
akibat kegiatan pertambangan liar yang pemerintahan yang terkait dengan aspek-aspek
menggunakan senyawa air raksa (Hg), konversi pengelolaan daerah irigasi, yaitu: di kota Manado
lahan yang dilakukan pada daerah hulu maupun (tempat kedudukan instansi pemerintah Provinsi
di dalam daerah irigasi dengan berbagai faktor Sulut), Kabupaten Minahasa, Kabupaten
penyebabnya, anomali iklim yang menyebabkan Minahasa Selatan, dan Kabupaten Minahasa
kekeringan atau banjir, terbatasnya peraturan Utara. Pelaksanaan penelitian dilakukan sejak
perundang-undangan dan kebijakan sektor bulan Oktober 2015 hingga bulan Desember
pembangunan, lemahnya koordinasi program dan 2015.
integrasi secara lintas sektor, serta belum
tegasnya kepentingan lingkungan hidup dan Teknik Pengumpulan Data
pembangunan berkelanjutan, dan lain-lain, yang Pengambilan data dilakukan melalui survey
bila hal-hal ini tidak ditata atau ditangani dengan dan wawancara, menggunakan alat bantu
baik, dapat menghambat pencapaian target-target kuesioner dan catatan-catatan penelitian, terhadap
pembangunan daerah dan nasional di Provinsi penjabat pemerintahan dan instansi/pihak yang
Sulawesi Utara. Adanya upaya pemerintah untuk berkaitan/memiliki kewenangan di bidang peng-
membangun berbagai waduk dan bendungan di elolaan sumberdaya air, pertanian, lingkungan
seluruh Indonesia untuk menunjang program hidup, pengelolaan DAS, serta perizinan.
swasembada pangan dan kedaulatan pangan, yang Sampel responden dipilih secara sengaja
berimplikasi pada pembiayaan investasi publik (purposive sampling) dari instansi-instansi, yaitu:
yang relatif besar, seyogyanya didukung dengan UPT Balai Wilayah Sungai Kementerian PUPR
pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari Provinsi Sulut (yang dinilai dapat mewakili
program-program pengembangan irigasi yang GDHUDK LULJDVL ³EHVDU´ GDQ ³ZLOD\DK VHQWUD
selama ini telah dilakukan, tetapi kajian-kajian atau SURGXNVL %RODDQJ 0RQJRQGRZ´ %LGDQJ 6'$
evaluasi program tentang daerah irigasipun relatif Dinas PU Provinsi Sulut, Dinas Pertanian dan
tidak tersedia. Oleh sebab itu, salah satu tindakan Peternakan Provinsi Sulut, UPT Balai Pengelola
manajemen yang sangat dibutuhkan dan relevan DAS Tondano (yang wilayah kerjanya menyebar
untuk ditempuh pada saat penting bagi di seluruh Provinsi Sulut); Penjabat Bidang SDA
keberlangsungan suatu program adalah evaluasi Dinas PU, Bidang Pengelolaan Lahan Air/
(Savva dan Frenken (2002), sebagaimana yang Prasarana Dinas Pertanian, Badan Lingkungan
akan dilakukan dalam penelitian ini. Hidup, dan Badan Perizinan pada beberapa
Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk kabupaten/kota yaitu: Kabupaten Minahasa,
mendapatkan gambaran dan pemahaman terkini Kabupaten Minahasa Selatan, dan Kabupaten
tentang kondisi daerah irigasi di Provinsi Sulawesi Minahasa Utara (yang dianggap mewakili daerah
Utara, 2) mengkaji aspek-aspek atau faktor-faktor LULJDVL ³NHFLO´ GDQ ³ZLOD\DK VHQWUD SURGXNVL
yang berhubungan dengan program, atau sistem
0LQDKDVD´ VHUWD PHZDNLOL 3HQJXUXV
pengelolaan daerah irigasi, serta 3) memahami
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Daftar

3
Evaluasi Sistem Pengelolaan Daerah Irigasi ....................................(Leo Kalesaran, Jailani Husain, Bobby Polii)

pertanyaan sebagai alat bantu, dirancang berbeda- HASIL DAN PEMBAHASAN


beda sesuai lingkup tugas responden dan
keterkaitannya dengan permasalahan daerah Keadaan Umum dan Penyebaran Daerah irigasi
irigasi. Jumlah sampel yang dipilih yaitu Penyebaran daerah irigasi di Provinsi Sulawesi
sebanyak 21 responden. Utara, tidak merata pada seluruh kabupaten/kota,
tetapi pada umumnya terdapat pada dua daerah
Indikator Evaluasi/Aspek-aspek Kajian lumbung padi, yang pada masa sebelum
Di dalam Permen PUPR Nomor 12 Tahun 2015, berlakunya pemekaran-pemekaran wilayah dan
terdapat beberapa indikator kinerja suatu sistem pembentukan daerah-daerah otonomi baru, yaitu
irigasi yang meliputi: prasarana fisik, produktivitas GDHUDK DWDX GDODP KDO LQL GLVHEXW ³ZLOD\DK
tanaman, sarana penunjang, organisasi personalia, Bolaang-0RQJRQGRZ´ GDQ ³ZLOD\DK 0LQDKDVD´
dokumentasi, dan kondisi kelembagaan P3A. Jika Selama sekitar tiga dekade terakhir tidak ada
mencermati berbagai permasalahan yang ada pada pembangunan jaringan irigasi besar berupa
suatu daerah irigasi, ternyata permasalahannya waduk atau bendungan. 3HPEDQJXQDQ ³ZDGXN
relatif lebih kompleks dan terdapat beberapa 6DQJNXS´ \DQJ PHQJKDVLONDQ daerah irigasi
indikator penting yang tidak tercakup di dalam Sangkup, direncanakan dan direalisasi pada dekade
Permen PUPR Nomor 12 Tahun 2015, sehingga terakhir ini, seluas 3.601 Ha, atau hanya mencakup
aspek-aspek yang dikaji dalam penelitian ini 4,46 persen dari keseluruhan luas potensi daerah
diformulasi kembali disesuaikan dengan jangkauan irigasi di Sulut. Dengan relatif kecilnya luas daerah
pelaksanaannya, yang meliputi: (1) Keadaan Umum irigasi yang ada dibandingkan dengan luas lahan
dan Penyebaran Daerah Irigasi, (2) Pengelolaan pertanian di Provinsi Sulut (lihat Tabel 2), maka
Jaringan Irigasi, (3) Pengelola Air Irigasi, (4) pemerintah dan pemerintah daerah perlu mengkaji
Kondisi Daerah Hulu Irigasi, (5) Komisi Irigasi, (6) kembali keberadaan daerah irigasi yang belum
Penerapan Peraturan Perundang-undangan, (7) dijadikan lahan beririgasi seluas 25.162 Ha. Jika hal
Koordinasi Lintas Sektor, (8) Arah Kebijakan ini dibiarkan, maka masyarakat tidak memperoleh
Pemerintah, (9) Kepentingan Lingkungan Hidup manfaat atasnya, dan investasi pemerintah (publik)
dan Pembangunan Berkelanjutan, serta (10) Model yang begitu besar untuk membangun infrastruktur
Sistem Pengelolaan Daerah irigasi. yang ada, serta pengeluaran anggaran-anggaran
operasional, pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan
Analisis Data irigasi selama bertahun-tahun akan menjadi
Data dan informasi hasil penelitian, berupa data mubazir dan cenderung merugikan negara. Oleh
kuantitatif maupun kualitatif, dianalisis secara karena itu, pemerintah atau pemerintah daerah,
deskriptif. Terhadap indikator atau aspek berupa sesuai kewenangannya perlu melakukan peninjauan
kebijakan dan peraturan perundang-undangan, teknik
ulang dan inventarisasi atas lahan-lahan yang belum
pembahasan dan penulisannya tidak sepenuhnya
dijadikan lahan beririgasi (sawah), serta
mengikuti metode-metode kajian hukum tetapi
disesuaikan dengan pembahasan deskriptif.
menentukan kebijakan dan skenario-skenario
penanganan masalah.

Tabel 2. Luas Daerah Irigasi dan Luas Lahan Pertanian di Sulut

Luas Daerah Irigasi Lahan Kering Total Luas Lahan Pertanian


(fungsional) (bukan sawah)

55.630 Ha 866.241 Ha 929.086 Ha

Sumber : Badan Pusat Statistik (2014)

4
ASE ± Volume 12 Nomor 1, Januari 2016: 1 - 12

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konversi di tingkat kabupaten/kota di seluruh Provinsi Sulawesi
lahan pada daerah irigasi yang semakin meluas dan Utara. Adanya manual-manual operasi dan
mengakibatkan pengalihan status/peruntukan lahan pemeliharaan jaringan irigasi berbentuk formulir-
melalui pembangunan sarana pemukiman/ formulir isian yang telah tersedia pada setiap gugus
perumahan, sarana usaha, dan peruntukan- tugas, telah sangat membantu kelancaran pelaksanaan
peruntukan lainnya, yang berdampak langsung teknis pengelolaan jaringan irigasi. Melalui gugus
maupun tidak langsung terhadap berkurangnya tugas dan prosedur operasi yang ada, beberapa
daerah irigasi, hendaknya dapat dilakukan indikator usaha tani pada tingkat jaringan tersierpun
pencegahan sesuai dengan peraturan perundang- dapat diketahui/dicatat, antara lain menyangkut luas
tanam, perguliran tanaman, musim tanam atau indeks
undangan yang ada. Sehubungan dengan hal ini,
pertanaman, dan produksi padi.
pemerintah yang berkewenangan terutama di
Masalah yang ditemukan dalam pengelolaan
kabupaten/kota, perlu melakukan penyuluhan-
jaringan irigasi adalah (1) menyangkut
penyuluhan dan sosialisasi tentang ketentuan atau
pengangkatan tenaga-tenaga/staf gugus tugas yang
kebijakan-kebijakan yang berlaku.
ternyata tidak semuanya merupakan pegawai tetap
atau pegawai negeri, (2) adanya pengangkatan staf
Pengelolaan Jaringan irigasi
Pengelolaan jaringan irigasi yaitu kegiatan berupa
yang ternyata belum memiliki pengalaman atau
operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi sesuai kompetensi yang sesuai dengan penempatannya, (3)
kewenangan pemerintah atau pemerintah daerah, domisili dari petugas/staf yang bukan pada lokasi
dilakukan pada jaringan primer dan sekunder oleh jaringan irigasi. Untuk menanggulangi permasalah-
VXDWX XQLW ³JXJXV WXJDV´ \DQJ EHUDGD GL EDZDK an kompetensi staf atau petugas, disarankan kepada
otorisasi dinas pekerjaan umum kabupaten/kota, yang pemerintah atau pemerintah daerah yang ber-
disebut Cabang Dinas atau UPT(D), yang struktur kewenangan pada daerah irigasi untuk membangun
atau susunan pengelolanya sesuai Pedoman pusat-pusat bimbingan dan pelatihan petugas
Penyelenggaraan Operasi Jaringan Irigasi yang diatur jaringan irigasi, serta mengupayakan penempatan
dalam Permen PUPR Nomor 12 Tahun 2015 Tentang petugas/staf, walaupun bukan dalam jabatan negeri,
Eksploitasi dan Pemeliharaan (EP) Jaringan Irigasi tetapi penangkatannya sesuai dengan prinsip-
dapat dilihat pada Tabel 3. prinsip hubungan ketenagakerjaan berdasarkan
Keberadaan gugus tugas pengelola jaringan irigasi peraturan perundang-undangan yang berlaku, demi
ternyata sangat strategis, tidak hanya pada tahap penghargaan terhadap hak-hak konstitusi atau hak-
alokasi atau distribusi air pada saluran primer dan hak azasi manusia. Selain itu, peme-
sekunder, tetapi pada keseluruhan musim tanam di rintah/pemerintah daerah sepantasnya melakukan
daerah irigasi, karena peranan gugus tugas ini sebagai peninjauan atau penelitian kembali, untuk melihat
sumber dan pengelola data/informasi awal keberadaan sejauh mana sarana-prasarana penunjang yang ada,
(debit) air pada jaringan irigasi sebagai titik awal termasuk bangunan-bangunan pelengkap dan
dalam siklus perencanaan pola tanam dan pembagian fasilitas petugas pada tiap daerah irigasi telah
air pada petak-petak tersier. Kedudukan dan peranan
tersedia atau dapat disediakan.
gugus tugas ini sangat berarti terutama pada saat
komisi irigasi ternyata tidak ada atau tidak berfungsi

Tabel 3. Struktur Pengelola/Petugas Operasi Jaringan Irigasi

Jabatan Kompensasi Minimal Pendidikan


Kepala Ranting Mampu melaksanakan tupoksi Sarjana Muda/D-III
Pengamat/ Cabang Dinas/ Konwil/ di areal irigasi 5.000-7500 Ha Teknik Sipil
Pengamat Juru/Mantri Pengairan Mampu melaksanakan tupoksi di areal STM Bangunan
irigasi 750-1.500 Ha
Petugas Operasi Bandung Mampu melaksanakan tupoksi ST/SMP
Petugas Pintu Air Mampu melaksanakan tupoksi ST/SMP
Sumber : Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015

5
Evaluasi Sistem Pengelolaan Daerah Irigasi ....................................(Leo Kalesaran, Jailani Husain, Bobby Polii)

Pengelola Air Irigasi 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan


Pengelolaan air irigasi dilakukan pada dua antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
tingkatan, yaitu (1) pengelolaan air pada jaringan Pemerintah Kabupaten/Kota, (2) Perpres No. 24
utama (pada saluran primer dan saluran sekunder) Tahun 2010 Tentang Kedudukan Tugas dan Fungsi
yang biasa disebut tata air makro, dan (2) Kementerian negara serta susunan organisasi dan
pengelolaan air pada jaringan/saluran tersier atau fungsi Eselon-I kepada Kementan untuk
disebut tata air mikro. Pengelolaan air makro menetapkan Pedoman Pembinaan dan
dilakukan oleh unit gugus tugas di bawah Pemberdayaan P3A yang ditindaklanjuti dengan
kewenangan Dinas Pekerjaan Umum, sedangkan Permentan Nomor 79 Tahun 2012 Tentang
pengelolaan air mikro dilakukan oleh pengurus Pedoman Pembinaan dan Pemberdayaan P3A.
perkumpulan petani pemakai air (P3A). 3DGD PDVD \DQJ GLVHEXW ³WUDQVLVL´ LQL PHPDQJ
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama terlihat bahwa, untuk kondisi di provinsi Sulawesi
beberapa tahun terakhir ini ternyata sebahagian Utara yang penggunaan utama air irigasi adalah
pengurus/organisasi P3A berada dalam keadaan untuk keperluan irigasi pertanian, tetapi pihak
kurang aktif atau tidak aktif. Hasil wawancara pengelolanya adalah pengurus P3A yang tidak
dengan para responden (pengurus P3A) semuanya dan tidak harus merupakan anggota
mengJDPEDUNDQ WHUMDGLQ\D NRQGLVL ³WUDQVLVL´ GDUL masyarakat yang profesinya pertanian khususnya
pembinaan oleh Dinas pekerjaan Umum padi sawah, telah menciptakan suatu suasana
Kabupaten/Kota yang beralih ke Dinas Pertanian. VHPDFDP ³kesenjangan´ DQWDUD SHQJXUXV 3 $
Berdasarkan dokumen-dokumen pembinaan P3A dengan Kelompok Tani. Untuk memperbaiki
yang diterbitkan dalam bentuk peraturan keadaan ini, maka di waktu-waktu mendatang,
pemerintah dan peraturan menteri, dapat ditarik su- selayaknyalah jika pelayanan air irigasi pada suatu
atu pemahaman bahwa arah pembinaan P3A daerah irigasi yang hanya melayani irigasi untuk
melalui Dinas Pekerjaan Umum didasarkan pada pertanian, maka pengurus P3Anya dipilih dari
kepentingan pengelolaan sumberdaya air ber- antara anggota kelompok tani itu sendiri. Pada saat
dasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun yang sama, dengan diterbitkannya Permen PUPR
1982 Tentang Tata Pengaturan Air, yang Nomor 30 Tahun 2015 Tentang Pengembangan dan
hakekatnya mencakup banyak keperluan seperti: air Pengelolaan Sistem Irigasi, yang ternyata isi dari
minum yang dianggap paling utama, kemudian permen tersebut lebih banyak menyangkut
pertanian, usaha-usaha perkotaan, ketenagaan, pembinaan pengelolaan irigasi kepada
industri, pertambangan, lalu lintas air, P3A/GP3A/IP3A, maka agar tidak terjadi tumpang-
pengapungan, rekreasi, kesehatan, dan lain-lain. tindih pembinaannya, sebaiknya Pengurus P3A
Oleh karena itu, dalam pedoman-pedoman yang dibina oleh Kementerian PUPR atau
pelaksanaan pengelolaan jaringan irigasi yang dinas/instansi pelaksana di bawahnya, hanya
diterbitkan oleh Kementerian PUPR hingga saat ini dibentuk pada daerah irigasi yang memiliki jenis-
masih tetap memberi peran kepada P3A sebagai jenis usaha atau penggunaan lain termasuk irigasi
pengelola air irigasi. Sementara itu, pembinaan untuk pertanian, sehingga keberadaan anggota
P3A melalui Dinas Pertanian, didasarkan pada pengurus yang bukan anggota kelompok tani
kepentingan sesuai PP No. 23 Tahun 1982 Tentang tersebut dalam kepengurusan P3A mendapat
Irigasi, yang menekankan pada penggunaan irigasi landasannya.
pertanian sebagai kegiatan utama. Perubahan-
perubahan payung hukum peraturan perundang- Kondisi Daerah Hulu Irigasi
undangan yang terjadi di bidang sumberdaya air Masalah utama pada daerah hulu irigasi yaitu
dan irigasi memang telah memberi dampak negatif masih adanya kegiatan perusakan-perusakan hutan,
dan mengganggu pengaturan di tingkat pelaksana. pembangunan pemukiman/perumahan, dan aktivitas
Beberapa peraturan yang dijadikan dasar hukum pertambangan, yang mengakibatkan terjadinya
untuk pembinaan petani pemakai air (P3A) pada perubahan kondisi daerah hulu irigasi atau daerah
Kementerian Pertanian adalah; (1) PP No.38 Tahun aliran sungai (DAS), yang pada gilirannya

6
ASE ± Volume 12 Nomor 1, Januari 2016: 1 - 12

mengurangi kapasitas penyimpanan dan pengaliran air otomatis menggugurkan keabsahan PP No 20


di daerah tangkapan dan resapan air, serta mengurangi Tahun 2006 Tentang Irigasi yang menjadi payung
stabilitas dan kemampuan lahan pada daerah hulu hukum pembentukan komisi irigasi pada waktu itu,
irigasi dalam pengendalian limpasan permukaan pada mengakibatkan peran dan fungsi komisi ini tidak
saat terjadinya hujan. Terjadinya gangguan-gangguan berjalan. Di tingkat Pemerintah Provinsi Sulut,
atau perubahan siklus hidrologi pada daerah hulu komisi ini telah dibentuk dengan Keputusan
irigasi yang sangat nyata dengan adanya anomali Gubernur Sulut Tahun 2014, tapi dengan payung
iklim pada beberapa tahun terakhir ini yang hukum yang sudah tidak berlaku, komisi ini tidak
menciptakan keadaan kemarau yang menyimpang berperan secara optimal. Peraturan Menteri PUPR
(tidak sama) dari kebiasaan dan mengakibatkan
Nomor 17 Tahun 2015 Tentang Komisi Irigasi yang
kekeringan, atau kebanjiran, menyebabkan kondisi
ditetapkan pada tanggal 21 April 2015 yang
debit air yang sangat fluktuatif pada jaringan irigasi
dan menjurus pada penurunan debit andalan sehingga
mengisyaratkan bahwa semua pemerintah daerah
mengurangi tingkat layanan air untuk kebutuhan yang memiliki daerah irigasi untuk membentuk
irigasi pertanian. Laporan para responden komisi irigasi, ternyata juga belum dapat direalisasi.
mengungkapkan bahwa selang tahun 2015, kondisi Tidak adanya komisi irigasi yang dalam fungsinya
ketersediaan air irigasi pada daerah irigasi sebagai institusi yang diserahkan kewenangan
kewenangan kabupaten/kota relatif bervariasi tapi berdasarkan peraturan yang ada untuk memberi
pada umumnya mengalami penurunan debit air, pertimbangan/rekomendasi kepada pemerintah
sedangkan pada daerah-daerah irigasi kewenangan daerah dalam penanganan lahan-lahan beririgasi
provinsi secara umum dinilai dalam keadaan cukup yang akan dikonversi, mengakibatkan ketentuan ini
disesuaikan dengan pola tanam dan perguliran diabaikan, dan karena ketentuan ini tidak
tanaman yang selama ini dilakukan. Pada daerah dikoordinasikan atau disinergiskan dengan instansi
irigasi kewenangan pemerintah, kecuali pada daerah lain yang berwewenang dalam pengurusan izin-izin,
irigasi Sangkup yang kondisi debir airnya dinilai maka ketentuan-ketentuan atau persyaratan yang
cukup karena ditunjang dengan keadaan curah hujan seharusnya menjadi bagian dari prosedur pemberian
yang mendukung yaitu sebesar 2257 mm yang diukur izin, akhirnya tidak dapat dilaksanakan. Terjadinya
pada stasiun pengamat cuaca selama 11 bulan, sejak konversi-konversi lahan berupa pembangunan
bulan Januari hingga November 2015 (BMKG pemukiman, dan usaha-usaha pada daerah irigasi
Kayuwatu, 2015), selain itu, pada ketiga daerah irigasi bahkan pada lahan-lahan beririgasi, ternyata masih
lainnya, semuanya mengalami penurunan debit. Pada berlangsung terus dan berpotensi memperkecil
Tabel 4. ditunjukan tentang gambaran ketersediaan air daerah irigasi. Untuk mencegah semakin
pada 4 daerah irigasi kewenangan pemerintah dan
meluasnya kegiatan konversi lahan pada daerah
pada 12 daerah irigasi kewenangan Pemerintah
irigasi, komisi irigasi pada kabupaten/kota harus
Provinsi Sulut.
segera dibentuk dan agenda-agenda yang menjadi
prioritas antara lain, adalah mempersiapkan
Komisi Irigasi
kebijakan dan peraturan-peraturan daerah tentang
Komisi irigasi merupakan institusi independen
penanganan konversi lahan pada daerah irigasi, dan
yang dibentuk dan berfungsi antara lain, untuk
hal ini sejalan dengan kebijakan di bidang pertanian
memberi pertimbangan-pertimbangan dan usulan
sebagaimana diatur di dalam PP Nomor 1 Tahun
kebijakan kepada pemerintah/kepala daerah dalam
2011 Tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan
pengelolaan jaringan irigasi, pengelolaan air irigasi,
Pertanian Pangan Berkelanjutan.
dan kebijakan konversi daerah irigasi. Komisi ini
seharusnya ada atau dibentuk di tingkat provinsi
Penerapan Peraturan Perundang-undangan
dan kabupaten/kota yang memiliki daerah irigasi,
Sejarah panjang tentang pengaturan hak-hak atas
tapi ternyata hingga tahun 2015, komisi ini belum
air di Indonesia telah berlangsung sejak peraturan-
dibentuk pada seluruh kabupaten/kota di Provinsi peraturan tentang sumberdaya air dan irigasi
Sulawesi Utara. Dengan dibatalkannya UU No.7 ditetapkan pada jaman kolonial Belanda.
Tahun 2004 Tentang Sumberdaya Air yang secara Kepentingan atas air sebagai kebutuhan pokok

7
Evaluasi Sistem Pengelolaan Daerah Irigasi ....................................(Leo Kalesaran, Jailani Husain, Bobby Polii)

manusia yang strategis menuntut negara untuk P3A, seyogyanya dapat dipisahkan secara tegas
mengelola secara adil demi kesejahteraan seluruh dengan kewenangan-kewenangan instansi teknis
bangsa. Diterbitkannya UU No 7 Tahun 2004 pertanian yang juga membina kelompok P3A,
Tentang Sumberdaya Air sebagai pengganti Undang- mengingat pasal 3 ayat (1) Permen PUPR Nomor
undang No 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan, pada 30/PRT/M/2015 itu sendiri juncto pasal 4 ayat (1)
akhirnya terbukti mengandung kepentingan yang Permen PUPR Nomor 14/PRT/M/2015 Tentang
bertentangan dengan konstitusi. Undang-undang Kriteria dan Penetapan Status Daerah Irigasi yang
Nomor 7 Tahun 2004 ini, yang di dalam konsiderans MXVWUX PHQ\DWDNDQ EDKZD ³SHQJHPEDQJDQ GDQ
dan pertimbangan hukum di dalamnya menyatakan pengelolaan sistem irigasi bertujuan mewujudkan
bahwa peraturan-peraturan yang ada sebelumnya
NHPDQIDDWDQ DLU GDODP ELGDQJ SHUWDQLDQ´ -DGL
(yaitu UU No 11 Tahun 1974) telah tidak sesuai
pengorganisasian P3A untuk mewujudkan
dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan zaman
pelaksanaan PP No 22 Tahun 1982 Tentang Tata
dan karena itu juga telah dinyatakan tidak berlaku
setelah berlakunya undang-undang yang baru, tetapi Pengaturan Air yang mencakup pelayanan air
dengan dibatalkannya keseluruhan Undang-undang dalam arti bidang-bidang yang luas, dapat
Nomor 7 Tahun 2004 pada tahun 2014 oleh menimbulkan kerancuan.
Mahkamah Konstitusi, otomatis menyangkut
pengelolaan sumberdaya air atau pengairan, kembali Koordinasi Lintas Sektor
ke Undang-undang lama agar tidak terjadi Satu masalah yang diangkat sebagai topik studi
kekosongan hukum. Pembatalan Undang-Undang kasus dalam penelitian ini, yakni masalah izin
ini, setidak-tidaknya telah memperlihatkan adanya mendirikan bangunan (IMB) pada daerah irigasi.
perbedaan-perbedaan kepentingan dan upaya Sebagaimana disinggung pada bagian terdahulu,
perebutan hak penguasaan atas air oleh kalangan bahwa ketentuan izin tentang konversi lahan pada
tertentu. Implikasi atas dibatalkannya UU Nomor 7 daerah irigasi, dikeluarkan pemerintah setelah
Tahun 2004, adalah goyahnya kekuatan hukum dari mendapat pertimbangan atau rekomendasi dari
berbagai peraturan-peraturan perundang-undangan komisi irigasi (lihat PP No 20 Tahun 2006 Tentang
yang telah ada selama sekitar delapan tahun yang Irigasi dan Permen PUPR No 17 Tahun 2015
dipayungi oleh undang-undang ini. PP No 20 Tentang Komisi Irigasi). Ketentuan ini ternyata
Tahun 2006 Tentang Irigasi, yang merupakan tidak diketahui oleh instansi pengelola perizinan
implementasi UU No 7 Tahun 2004, yang juga terpadu, dan selama ini, tidak ada sosialisasi atau
dipakai sebagai acuan dalam perundang-undangan koordinasi dengan pihak-pihak instansi terkait,
lain (misalnya Peraturan Menteri Lingkungan sehingga ketentuan yang seharusnya menjadi
Hidup tentang kegiatan wajib AMDAL, dengan bagian dari prosedur pemberian IMB, ternyata tidak
demikian menimbulkan kerapuhan hukum, bila berlaku. Akibatnya, prosedur pemberian IMB di
terjadi perdebatan atau konflik perundang- daerah irigasi tidak dibedakan dengan permohonan
undangan atas pasal-pasal terkait yang digunakan izin pada lokasi pemukiman biasa. Demikian juga
dalam peraturan perundang-undangan itu. PHQ\DQJNXW ³SHWD GDHUDK LULJDVL´ \DQJ VHPHVWLQ\D
Mencermati perkembangan produk hukum tentang menjadi dokumen daerah dan disosialisasi ke
pembinaan P3A, ada indikasi terjadinya tumpang berbagai instansi terkait, ternyata tidak dilakukan,
tindih atau bahkan potensi konflik perundang- sehingga Badan Lingkungan Hidup, misalnya,
undangan jika pengaturannya di tingkat sebagai instansi koordinasi pengawasan lingkungan
pelaksanaan pada level operasional tidak diatur hidup, ternyata tidak memiliki agenda atau program
dengan baik. Kewenangan-kewenangan instansi pada daerah irigasi, atau program untuk
teknis Bidang pengelolaan sumberdaya air dalam kepentingan daerah irigasi, bahkan Badan
pembinaan P3A sebagaimana diatur dalam Permen Pengelola Daerah Aliran Sungai, BPDAS Tondano,
PUPR Nomor 30/PRT/M/2015 Tentang ternyata juga tidak memiliki (tidak mengetahui)
Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi, WHQWDQJ ³SHWD GDHUDK LULJDVL´ GL 3URYLQVL 6XODZHVL
yang di dalamnya berisi tertang tentang pembinaan Utara. Penelusuran lebih lanjut juga membuktikan
bahwa pada kantor BPDAS Tondano, tidak ada

8
ASE ± Volume 12 Nomor 1, Januari 2016: 1 - 12

program-program konservasi dan rehabilitasi lahan dibangun bertumpu pada sektor pelaksana (utama),
\DQJ EHUWHPD ³SHQ\HODPDWDQ GDHUDK LULJDVL´ dan keberadaan sektor lain terkait (sektor
padahal, secara teoritis, semua daerah irigasi penunjang) seakan-akan hanya sebagai pelengkap.
terletak di dalam DAS, dan gangguan atau Proses atau sistem koordinasi seperti ini harus
kerusakan pada daerah DAS, terutama pada daerah diubah, dengan menjadikan program sebagai inti
hulu DAS, atau daerah hulu irigasi, akan dan penggerak utama keterlibatan sektor-sektor dan
berdampak pada daerah irigasi, karena antara DAS bukan sebaliknya.
dan daerah irigasi merupakan komponen atau
bagian dari suatu daur hidrologi. Arah Kebijakan Pemerintah
6DODK VDWX ³SURGXN´ PDQDMHPHQ \DQJ Setelah mencermati berbagai ketentuan atau
berkaitan dengan kepentingan koordinasi secara pengaturan tentang daerah irigasi, ternyata hingga
lintas sektor, adalah terbentuknya forum-forum saat ini belum ditemukan bentuk kebijakan
koordinasi lintas sektor, misalnya Forum pemerintah yang secara tegas memberi perhatian
Koordinasi Pengelolaan DAS yang dikemas oleh atau perlindungan terhadap daerah irigasi, dalam
Kantor BPDAS Tondano, dan Dewan Sumberdaya pengertian seluruh aspek yang melekat di
Air atau Dewan Air yang dikemas oleh Bidang dalamnya, selain yang menyangkut jaringan atau
Sumberdaya Air Dinas PU Provinsi Sulut (yang infrastruktur irigasi. Dokumen-dokumen penge-
saat ini tidak aktif karena belum mendapatkan lolaan DAS di Provinsi Sulut berupa program-
landasan hukum yang kuat sehubungan dengan program dan skenario pengelolaan DAS, ternyata
pembatalan UU No 7 Tahun 2004). Selain wadah dapat dikatakan tidak, atau belum berkesesuaian
seperti itu, sudah menjadi kelaziman bahwa instansi dengan kepentingan daerah irigasi karena belum
pemerintah seringkali melakukan rapat-rapat memperlihatkan terciptanya area-area program
koordinasi, rapat evaluasi, dan sebagainya, yang terkoneksi antara instansi pengelola DAS dan
mengundang instansi atau pihak lain untuk hadir. pengelola sumberdaya air, padahal, dengan
Hasil wawancara dengan para responden diterbitkannya PP Nomor 37 Tahun 2012 Tentang
memperlihatkan bahwa keberadaan dan mekanisme Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
forum atau rapat-rapat yang ada, ternyata tidak diarahkan pada (1) pengelolaan DAS yang
efektif, karena selain unsur pihak utama, yang dipertahankan dan (2) DAS yang dipulihkan,
biasanya telah melakukan persiapan-persiapan merupakan peluang yang baik, untuk meng-
dengan baik, pihak-SLKDN ³LQVWDQVL OXDU´ \DQJ sinergiskannya dan mengintergasikan program
diundang biasanya hanya mengirimkan perlindungan dan pemeliharaan daerah irigasi ke
perwakilannya dan tidak memiliki kapasitas dalam sistem pengelolaan DAS. dengan upaya-
pengambilan keputusan atau kebijakan, sehingga upaya perlindungan dan pemeliharaan daerah
forum-forum dan rapat-rapat yang dilakukan irigasi. Pada saat yang sama, kebijakan-kebijakan
terkesan hanya menjadi langkah formalitas, dan pengelolaan sumberdaya air yang berjalan saat ini
akhirnya keputusan-keputusan yang diambil juga yang ditetapkan dengan berbagai peraturan menteri
PHQMDGL ³NHSXWXVDQ VHSLKDN´ \DQJ SDGD JLOLUDQQya memiliki keterbatasan dan kelemahan serta potensi
tidak dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak lain konflik hukum, terutama ketika muncul peraturan-
yang terkait. Pertanyaannya di sini adalah, apakah peraturan menteri lain yang juga mengatur tentang
program atau keputusan yang ditetapkan oleh suatu hal yang sama. Pembinaan terhadap P3A
Forum Koordinasi Pengelolaan DAS, misalnya, yang ditetapkan dengan 2 permen, yaitu oleh
dapat ditindaklanjuti oleh instansi/dinas di luar Kementerian PUPR dan oleh Kementerian
BPDAS?, atau keputusan yang ditetapkan pada Pertanian, seharusnya dapat dikoordinasikan lagi
suatu rapat koordinasi di satu Dinas PU misalnya, dan diperbaiki untuk menghindari dampak negatif
akan ditindaklanjuti oleh Dinas Kehutanan?, dan yang dapat terjadi di kemudian hari.
sebagainya. Kelemahan dari proses atau sistem
koordinasi yang ada yaitu karena koordinasi yang

9
Evaluasi Sistem Pengelolaan Daerah Irigasi ....................................(Leo Kalesaran, Jailani Husain, Bobby Polii)

Tabel 4. Kondisi Ketersediaan Air pada Daerah Irigasi (Permukaan) Kewenangan Pemerintah dan
Pemerintah Provinsi Sulut pada Tahun 2015
No. Nama Daerah Irigasi Kewenangan Ketersediaan Air
Tersedia Cukup Kurang
1. DI. Sangkup Pemerintah ¥
2. DI. Torout Pemerintah ¥
3. Kosinggolan Pemerintah ¥
4. Dataran Tinggi Kotamobagu Pemerintah ¥

5. Ayong Bolangat Baelang Pemda Sulut ¥


6. Lolak Pinogoluman Monanow Pemda Sulut ¥
7. Pusian Molong Pemda Sulut ¥ ¥
8. Tombolikat Sita Pemda Sulut ¥
9. Buko Tuntung Pemda Sulut ¥
10. Noongan Pemda Sulut ¥
11. Ranoyapo Pemda Sulut ¥
12. Lahendong Pemda Sulut ¥
13. Ranombolay Pemda Sulut ¥
14. Talawaan Meras Pemda Sulut ¥
15. Moayat-Pawak Pemda Sulut ¥
16. Buyat Pemda Sulut ¥
Sumber : Data Primer (2015)

. Salah satu kebijakan penting di sektor pertanian perkapita untuk produksi pertanian semakin
yang dapat disinergiskan dengan pengelolaan daerah berkurang, Amang dan Sawit (1999) juga
irigasi adalah, dengan diterbitkannya Undang-Undang mengemukakan pendapatnya bahwa, berbicara
Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan tentang pangan berarti menyangkut beras, karena
Pertanian Pangan Berkelanjutan. Di dalam undang- sumber pangan utama di Indonesia adalah beras. Dari
undang ini beserta peraturan-peraturan kedua pendapat tersebut, sangat jelas menunjukkan
pelaksanaannya, mengatur bahwa lahan-lahan bahwa fungsi dan peranan daerah irigasi sangat
pertanian terutama lahan beririgasi dapat diberikan strategis dalam pembangunan bangsa Indonesia.
perlindungannya termasuk terhadap upaya-upaya kepentingan lingkungan hidup dan pembanguan
untuk membatasi terjadinya konversi lahan beririgasi. berkelanjutan pada daerah irigasi adalah
Berkaitan dengan upaya-upaya perlindungan lahan pembangunan yang diharapkan dapat memenuhi
pertanian pangan berkelanjutan ini yang juga harus kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi
disinkronisasi dengan kegiatan/program penataan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
ruang daerah, maka kegiatan-kegiatan yang kebutuhan mereka (Fauzi, 2004).
dibutuhkan atau harus dipersiapkan terutama dalam Ditinjau dari segi geografis, daerah irigasi di
rangka penyusunan peraturan daerah, harus segera Provinsi Sulut, terutama daerah irigasi kewenangan
dilakukan. pemerintah (pusat) yang luasannya lebih dari 3.000
Ha serta daerah irigasi kewenangan pemerintah
Kepentingan Lingkungan Hidup dan Provinsi Sulut yang luasnya antara 1.000 Ha hingga
Pembangunan Berkelanjutan 3.000 Ha, merupakan hamparan lahan, dan bentang
Sebagaimana telah dinyatakan oleh Pasandaran alam yang layak dipandang sebagai kawasan atau
(2005) pada bagian awal, bahwa dengan semakin bagian dari kawasan lingkungan hidup. Di Provinsi
meningkatnya populasi penduduk dan semakin Sulawesi Utara terdapat kawasan-kawasan hutan yang
terbatasnya penyediaan lahan, ketersediaan lahan luasnya lebih kecil dari daerah irigasi. Dengan
memandang daerah irigasi ini sebagai kawasan atau

10
ASE ± Volume 12 Nomor 1, Januari 2016: 1 - 12

bagian dari kawasan lingkungan hidup, maka berbasis sektor, sektor-sektor secara otomatis
perhatian pemerintah dan pemerintah daerah untuk mendapat alokasi dana pembangunan, sehingga
mengelola daerah irigasi seharusnya menggunakan program-SURJUDP \DQJ GLVXVXQ WHUNHVDQ ³PHQFDUL
pendekatan lingkungan hidup dan dikelola secara kegiatan untuk memenuhi kuota anggaran yang
lintas sektor, serta menjamin bahwa semua aktivitas di akDQ GLGDSDW DWDX PHQMDGL WDUJHW´ GDQ DVSek
dalam daerah irigasi termasuk di dalamnya kegiatan- sinkronisasi serta integrasi program dengan sektor
kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan dapat lain menjadi terabaikan.
dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan. Dengan menerapkan paradigma pembangun-an
Selama ini terkesan bahwa yang menjadi fokus berbasis program, model sistem pengelolaan daerah
perhatian pemerintah/pemerintah daerah adalah
irigasi menjadi sistem yang dinamis, terbuka, dan
pembangun-an dan pemeliharaan jaringan
mampu berkembang secara terkait dengan sistem-
(infrastruktur fisik) irigasi, sedangkan aspek-aspek
sistem yang lain yang selama ini ditempatkan di
yang berkaitan dengan lahan (merupakan kewenangan
luar sistem. Terdapat dua skenario pengelolaan
instansi lain) relatif terabaikan. Dari fakta-fakta dan
daerah irigasi yang dapat diusulkan, yaitu, pertama,
informasi yang ditemukan, pada akhirnya
mengembangkan daerah irigasi sebagai bagian
menunjukan bahwa daerah irigasi merupakan
tidak terpisahkan dari (sistem) pengelolaan DAS,
daerah pertanian yang eksklusif tetapi terabaikan
dan kedua, menata daerah irigasi sebagai prioritas
dalam upaya perlindungan lahan pertanian pangan
Model Sistem Pengelolaan Daerah Irigasi berkelanjutan.
Sistem pengelolaan daerah irigasi yang ada saat
LQL PHUXSDNDQ VLVWHP ³WHUWXWXS´ GDODP SHQJHUWLDQ KESIMPULAN DAN SARAN
bahwa semua aktivitas dan proses yang ada, hanya
WHUEDWDV SDGD UXDQJ ³WXSRNVL´ GDUL LQVWDQVL VHNWRU Kesimpulan
pelaksana utama, yakni sektor PU, padahal masih 1. Penyebaran dan pengelolaan Daerah irigasi di
Provinsi Sulawesi Utara ditentukan berdasarkan
terdapat banyak hal lain yang berhubungan dengan
kriteria penetapan status daerah irigasi sesuai
pengelolaan daerah irigasi tetapi merupakan
kewenangan yang diatur berdasarkan Peraturan
kewenangan atau tupoksi instansi lain. Sebagai
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
akibat dari masih adanya berbagai hal atau
permasalahan di dalam daerah irigasi yang tidak Rakyat, yang terdiri dari: Daerah Irigasi
Kewenangan Pemerintah (Pusat), Kewenangan
dapat ditangani atau bukan merupakan kewenangan
Pemerintah Provinsi, dan Kewenangan
instansi sektor utama, pengawasan terhadap daerah
Pemerintah Kabupaten/Kota. Dari luas
irigasi menjadi lemah, kegiatan konversi lahan
keseluruhan daerah irigasi potensial yang ada
beririgasi menjadi peruntukan lain relatif tidak
sebesar 80.792 Ha, masih terdapat 25.162
dapat dikendalikan, dan secara umum terkesan
diantaranya yang tidak atau belum dikelola
bahwa selama ini, daerah irigasi tidak menjadi
menjadi daerah irigasi fungsional.
perhatian dalam perencanaan pembangunan di
2. Dari dua komponen utama pada daerah irigasi,
daerah. Oleh karena itu, pengelolaan daerah irigasi
yaitu jaringan irigasi, dan kesatuan lahan
harus dipandang sebagai program lintas sektor yang
karenanya harus membuka peluang bagi sektor lain irigasi, ternyata kebijakan-kebijakan yang ada
untuk bekerjasama tanpa melanggar batas-batas pada umumnya hanya menyangkut pembinaan
tupoksi masing-masing sektor. Paradigma dan pengelolaan jaringan irigasi, sedangkan
pembangunan yang ada saat ini harus diubah dari menyangkut pembinaan dan pengelolaan
kesatuan lahannya yang mencakup antara lain:
pembangunan berbasis sektor menjadi pembangun-
an berbasis program. Masalah pembangunan aspek keterkaitan dengan sektor lain, aspek
(lahan) pada daerah irigasi yang terjadi saat ini, peraturan perundang-undangan, keterkaitan
dengan kebijakan sektoral, kepentingan
antara lain merupakan sumbangan dari penerapan
lingkungan hidup dan pembangunan ber-
paradigma yang ada. Dengan paradigma program
kelanjutan, dan lain-lain, hampir tidak

11
Evaluasi Sistem Pengelolaan Daerah Irigasi ....................................(Leo Kalesaran, Jailani Husain, Bobby Polii)

mendapat perhatian, dan permasalahan- Perundang-undangan Bidang Sumberdaya Air.


permasalahan yang ada masih belum mendapat Buku 1. Kementerian Pekerjaan Umum dan
penanganan. Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal
Sumberdaya Air.
3. Model sistem pengelolaan daerah irigasi di ----------, 2015. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974
Provinsi Sulawesi Utara saat ini merupakan Tentang Pengairan. Himpunan Perundang-
model sistem yang tertutup dengan komponen undangan Bidang Sumberdaya Air. Buku 1.
(pelaku) utama Sektor Kementerian PUPR yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Bidang Sumberdaya Air Dinas Pekerjaan Rakyat, Direktorat Jenderal Sumberdaya Air.
Umum dan UPT Balai Wilayah Sungai. -----------, 2015. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Nomor 30/PRT/M/2015
Saran Tanggal 21 April 2015 Tentang Pengembangan
1. Pembinaan/penataan kembali lahan di dalam dan Pengelolaan Sistem Irigasi. (Diakses di
daerah irigasi terutama pemberdayaan potensi internet pada tanggal 5 Desember 2015).
-----------, 2015. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
daerah irigasi yang belum dikonversi menjadi
dan Perumahan Rakyat Nomor 14/PRT/M/
daerah irigasi fungsional, harus segera 2015 Tanggal 21 April 2015 Tentang Kriteria
dilakukan oleh pemerintah daerah dan Penetapan Status Daerah Irigasi. Dalam
kabupaten/kota yang memiliki daerah irigasi, Himpunan Peraturan Perundang-undangan
dan segera membentuk komisi irigasi. Bidang Sumberdaya Air. Buku 2. Kementerian
2. Penyusunan dan penerapan undang-undang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
yang konsisten tentang pengelolaan sumberdaya Direktorat Jenderal Sumberdaya Air.
air sebagai payung hukum utama bagi sistem -----------, 2015. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
pengelolaan daerah irigasi, dan berbagai dan Perumahan Rakyat Nomor 17/PRT/M/2015
peraturan pelaksanaannya, terutama peraturan Tanggal 21 April 2015 Tentang Komisi Irigasi.
Dalam Himpunan Peraturan Perundang-
daerah, harus segera direalisasikan.
undangan. Buku 3. Kementerian Pekerjaan
3. Pengelolaan daerah irigasi di Provinsi Sulawesi Umum dan Perumahan Rakyat, Direktorat
Utara dapat disinergiskan dengan program Jenderal Sumberdaya Air.
pengelolaan DAS dan program perlindungan Amang dan Sawit. 1999. Kebijakan Beras dan Pangan
lahan pertanian pangan berkelanjutan. Nasional. Penerbit IPB Press.
BMKG. 2015. Data Jumlah Curah Hujan. Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
DAFTAR PUSTAKA Stasiun Klimatologi Kayuwatu Manado.
BPS Sulut. 2015. Sulut Dalam Angka.
Anonim, 1982. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Fauzi A., 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan
Tahun 1982 Tentang Tata Pengaturan Air. Lingkungan Hidup. Penerbit PT Gramedia
----------, 1982. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Pustaka Utama. Jakarta.
Tahun 1982 Tentang Irigasi. Savva A. P. and Frenken K. (2002). Monitoring
----------, 2009. Undang-Undang Nomor 41 Tahun The Technical and Financial Performance
2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian of an Irrigation Scheme. Water
Pangan Berkelanjutan. Resources Development and Management
----------,2009. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun FAO Sub-Regional Office for East and
2011 Tentang Penetapan dan Alih Fungsi Southern Africa In collaboration with with
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Sithole, Simon Madjiwa, and Tove Ijlja.
----------, 2012. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Harare. Diakses pada ftp://ftp.fao.org/
Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah agl/aglv/docs/irrigman14.pdf.
Aliran Sungai. 6RHNLUPDQ DQG -XV¶DW 1994. Food and Nutrition
----------, 2015. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Policies In The Sixth Five Year
Perumahan Rakyat Nomor 12/PRT/M/ 2015 Development Plan. Indonesian Food
Tanggal 21 April 2015 Tentang Eksploitasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Dalam Himpunan
Journal No.10 Vol V:6-19.

12

Anda mungkin juga menyukai