Anda di halaman 1dari 8

BAB III

DERAJAT KESEHATAN

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, UPTD

Puskesmas Loa Ipuh terus berupaya meningkatkan akses masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan yang bermutu. Namun pembangunan kesehatan masih

menghadapi berbagai tantangan, antara lain masih terjadinya kesenjangan status

kesehatan masyarakat antar wilayah, antar status sosial dan ekonomi, munculnya

berbagai masalah kesehatan/penyakit baru (new emerging diseases) atau penyakit

lama yang muncul kembali (re-emerging diseases).

UPTD Puskesmas Loa Ipuh merupakan salah satu fasilitas kesehatan

tingkat pertama yang melaksanakan arahan dari kementrian kesehatan dan

berpedoman pada Millennium Development Goals (MDGs)/Tujuan Pembangunan

Millennium. Tujuan bersama dalam MDGs tersebut meliputi 1) Menanggulangi

kemiskinan dan kelaparan; 2) Mencapai pendidikan dasar untuk semua; 3)

Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; 4) Menurunkan

angka kematian anak; 5) Meningkatkan kesehatan ibu; 6) Memerangi penyebaran

HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya; 7) Kelestarian lingkungan

hidup; dan 8) Membangun kemitraan global dalam pembangunan. Dari 8 tujuan

MDGs tersebut, 5 di antaranya terkait langsung dengan bidang kesehatan yaitu

MDGs 1, 4, 5, 6 dan 7.

Untuk menilai keberhasilan MDGs tersebut diperlukan analisa situasi

derajat kesehatan. Untuk mengetahui dan membahas mengenai derajat kesehatan

sesuai dengan tujuan MDGs yang ada (MDGs 4,5,6,7) di Puskesmas Loa Ipuh ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu angka kematian anak, angka kematian
ibu, angka penyebaran HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya dan

angka sumber air bersih.

3.1 ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS)

3.1.1 Angka Kematian Bayi dan Anak Balita

Angka kematian bayi dan balita menggambarkan tingkat

permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor

penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil,

tingkat keberhasilan program KIA dan KB serta kondisi lingkungan sosial

dan ekonomi.

Angka kematian bayi dan balita di Puskesmas Loa Ipuh pada tahun

2018 tercatat jumlah kematian bayi sebesar 3 bayi dari 226 kelahiran.

Adapun data kematian bayi dan balita dari tahun 2016 s/d 2018 dapat

dilihat pada grafik dibawah.

Gambar 3. Data Kematian Bayi & Balita

DATA KEMATIAN BAYI DAN BALITA


10
10
9
8
7 6 LOA IPUH
6 5 MALUHU
4 LOA IPUH DARAT
5
4
3
2 1 1 1
1 0 0
0
2016 2017 2018

Tahun 2016 s/d 2018


Sumber : Program MTBS Puskesmas Loa Ipuh

Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa jumlah kematian bayi dan

balita di wilayah kerja Puskesmas Loa Ipuh tahun 2016 tercatat jumlah

kematian bayi dan balita sebesar 5 orang kemudian tahun 2017 meningkat

menjadi 15 orang dan Tahun 2018 turun menjadi 8 Orang.

Jumlah Kematian bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Loa

Ipuh tahun 2018 tinggi karena adanya peningkatan jumlah penduduk.

3.1.2 Angka Kematian Maternal (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) selama 3 tahun terakhir di UPTD

Puskesmas Loa Ipuh tidak menyumbangkan angka kematian yang cukup

signifikan. Kematian ibu terjadi pada tahun 2016 sebanyak 1 orang,

sedangkan di tahun 2017 tidak ada kematian pada ibu yang terjadi di

wilayah kerja Puskesmas Loa Ipuh dan Tahun 2018 sebanyak 1 Orang di

Kelurahan Loa Ipuh Darat. Hal ini dikarenakan adanya penyakit penyerta

dari ibu tersebut setelah melakukan proses persalinan yang menyebabkan


kematian.

A NGKA KEMA TIA N MA TER NA L (A KI) TA HUN


2015-2018
Loa Ipuh Maluhu Loa Ipuh Darat
1 1
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1 0 0 0 0 0 0 0
0
2016 2017 2018

3.2 ANGKA KESAKITAN

Angka kesakitan penduduk diperoleh dari pencatatan Sistem

Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) yang berasal dari pencatatan

Puskesmas dan Puskesmas Pembantu serta Polindes di wilayah kerja

Puskesmas Loa Ipuh. Berdasarkan pencatatan tahun 2018 sepuluh

penyakit terbanyak dapat dilihat pada gambar berikut :


Gambar 4. Data 10 Besar Penyakit Kunjungan Pasien Puskesmas Loa Ipuh

Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2018

Data 10 Besar Penyakit di Puskesmas Loa Ipuh


Tahun 2018
Reumatoid Arthitis 702
Kencing Manis (DM) 723
Pnuemonia 737
Pharingitis 865
Dermatitis 876
Dyspepsia 1,106
Nasopharingitis akut 1,237
Hipertensi Primer 1,416
Gastritis 1,893
Infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas 2,686
0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000

Data 10 Besar Penyakit di Puskesmas Loa Ipuh Tahun 2018

Sumber : Simpus Puskesmas Loa Ipuh Tahun 2018

3.3 STATUS GIZI

Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang

menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara

penilaian status gizi pada balita adalah dengan anthropometri yang diukur

melalui indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) atau Berat Badan

terhadap Tinggi Badan (BB/TB). Berat Badan menurut Badan (BB/TB)

dan Tinggi Badan menurut (TB/U).


Perkembangan keadaan gizi masyarakat dapat dipantau melalui

hasil pencatatan dan pelaporan program gizi masyarakat di puskesmas

yang tercermin dalam hasil penimbangan bayi dan balita setiap bulannya

diposyandu. Dari data terlihat bahwa jumlah sasaran bayi dan balita pada

tahun 2018 sebanyak 2.937 dan yang di timbang selama 1 tahun sebanyak

anak. Selain itu balita yang naik berat badannya ada 1.521 anak.

Adapun kasus gizi buruk yang tercatat pada tahun 2016 s/d 2018

adalah sebagai berikut :

Gambar 5. Data Jumlah Kasus Gizi Buruk

Puskesmas Loa Ipuh Tahun 2016 s/d 2018

Gizi Buruk
27
30 21
25
15
20
15
10
5
0
2016 2017 2018

Gizi Buruk

Sumber : Program Gizi Masyarakat Puskesmas Loa Ipuh


Dari data tersebut terlihat bahwa adanya Penurunan kasus gizi

buruk di UPTD Puskesmas Loa Ipuh dari tahun 2016 s/d 2018 . Pada

tahun 2016 angka kasus gizi buruk sebanyak 19 Anak Tahun 2017

sebanyak 27 Anak dan menurun lagi di tahun 2018 sebanyak 15 anak.

Munculnya kasus gizi buruk ini diakibatkan oleh pola asuh orang tua yang

kurang baik serta ada juga keluarga yang memiliki banyak anak sehingga

ada anak yang kurang diperhatikan dari asupan gizinya dan mengakibatkan

munculnya kasus gizi buruk. Jika diperhatikan dari status ekonomi

keluarga, rata-rata keluarga yang anaknya menderita gizi buruk berasal

dari keluarga dengan kategori mampu yang dapat dilihat dari grafik

dibawah.

Gambar 6. Data Kasus Gizi Buruk Berdasarkan Status Ekonomi

Tahun 2018 di Puskesmas Loa Ipuh

Tidak Mampu
25%

Mampu
Tidak Mampu
Mampu
75%

Sumber : Program Gizi Masyarakat Puskesmas Loa Ipuh

Dari seluruh kasus gizi buruk tersebut, pada tahun 2016 telah

dilakukan intervensi sepenuhnya oleh pihak Dinas Kesehatan dengan

memberikan bantuan kepada keluarga penderita, sedangkan pada tahun

2018 belum sempat dilakukan intervensi oleh Dinas Kesehatahn setempat.


Oleh karena itu, pada tahun 2018 dilakukan konseling dan pemberian

PMT hasil distribusi dari Dinas Kesehatan oleh Puskesmas Loa Ipuh dan

Pengadaan dari Puskesmas Loa Ipuh.

Dari beberapa data diatas dapat dianalisa bahwa terjadinya kasus

gizi buruk disebabkan oleh pola asuh keluarga yang kurang baik, selain itu

kesibukan orang tua juga menjadi faktor penyebab terjadi kasus gizi buruk

ini.

Anda mungkin juga menyukai