Anda di halaman 1dari 62

Traumatologi Forensik

1. Traumatologi adalah cabang ilmu Kedokteran yang mempelajari tentang luka dan
cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa)
2. Luka adalah ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.

Pembagian kekerasan
I. Mekanik
A. Benda tumpul
1. Luka lecet geser
2. Luka lecet tekan
3. Luka robek
4. memar
B. Benda tajam
1. Luka iris
2. Luka tusuk
C. Senjata api
II. Fisika
A. Suhu(panas/dingin)
1. Padat
2. Cair
B. Listrik/petir
1. AC
2. DC
III. Kimia
A. Asam kuat
B. Basa kuat

Akibat Trauma
Aspek Medik
1. Kelainan Fisik
2. Gangguan Fungsi
3. Infeksi
4. Penyakit
5. Kelainan Psikis
Aspek Yuridis
1. Luka ringan
2. Luka Sedang
3. Luka berat/cacat

Terjadinya Trauma
A. Pembunuhan
B. Bunuh Diri

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 1
C. Kecelakaan
Penulisan Perlukaan
Area/Lokasi luka
Jenis dan bentuk luka
Ukuran/demensi luka
Arah luka
Waktu luka
Keadaan luka

Contoh Pemeriksaan luka


 Area/lokasi, pada dahi kanan 6 cm dari garis tengah, 3 cm dari puncak alis mata
kanan
 Jenis dan bentuk luka, terdapat luka iris
 Ukuran/dimensi luka, panjang 2 cm, lebar 1 cm dan dalam 1 cm
 Arah luka, dari tengah kearah tepi
 Waktu luka, luka tampak kemerahan, bengkak dan pada bagian tepi terdapat bekuan
darah
 Keadaan luka, luka tampak kotor berpasir

Pola Perlukaan Tabrakan Mobil

Background
 Increased the density of population
 Increase the mobility
 Increased transportation system
 Increase the risk of accidents
 Need evaluation, prevention, treatment to reduce the fatalities and mortalities.

Pendahuluan
 Kecelakaan lalu lintas merupakan kasus terbanyak di IKF RSS
 Perlu mempelajari cara penurunan angka morbiditas dan mortalitas akibat KLL
 Perlu mengetahui mekanisme sarana pelindung

Penyebab kecelakaan lalulintas


 Faktor kendaraan : cek kendaraan sebelum dipakai
 Faktor manusia: belum mahir, sembrono
 Cuaca: hujan, kabut, salju
 Alkohol/obat-obatan
 Penyakit
Autopsy
 Sebab kematian
 Trauma akibat kecelakaan
 Mencari adanya aktivitas kriminal

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 2
 MR à dokumen
 Identifikasi
Terjadinya perlukaan
 Benturan antara korban dengan interior kendaraan
 Benturan antara kendaraan dengan benda lain
 Terlempar dari kendaraan
 Terbakar

The dynamics of vehicular injury


 Perlukaan jaringan disebabkan karena adanya perubahan kecepatan gerakanà
akselerasi/deselerasi.
 60-80% adalah tabrakan frontal à kekerasan karena deselerasi.
 6% adalah akselerasi kendaraan dan penumpang.
 Sisanya adalah roll-over dan sideswipes.
 G=C(V2)/D
 V: kecepatan km/jam, D: stopping distance (m) C: konstanta 0.0039
 V= 80 km/jam, menabrak dinding hingga melesak ke dalam sejauh 25 cm, maka
gaya deselerasi : 0.0039x 802/0,25= 99 G
 Kerusakan jaringan tergantung pada gaya yang bekerja per unit area.

OBJECTIVES
 To understand the mechanism of transportation injuries
 To understand the patterns of transportation injuries
 To understand the systems to prevent injuries
 To understand the autopsy/ clinical forensic on a road traffic accidents

KEPALA
 Mengenai kaca depan atau frame
 Berupa luka memar,luka lecet, abrasi, dan luka iris superfisial pada dahi, hidung,dan
wajah
 Perdarahan tampak hebat à jangan melupakan trauma yang lebih berbahaya
 Dapat terjadi fraktur basis cranii à mengikuti petrosusà sella tursica àhinge fraktur
 Intracranial hemorrhage
 Rawan lukaà lebih tipisà parietotemporal, lateral frontal, dan lateral occipital
 Fraktur tengkorak berbahaya jika melukai alat vital: arteri, otak
 Depressed skull fracture dapat mengakibatkan epilepsi traumatik: kejang tonik-klonik.
Muncul beberapa minggu-2 tahun pasca trauma
 Ekstradural/epidural hematom biasanya berhubungna dengan fraktur tengkorak.
 Tanda klinik: lucid atau latent interval : initial fase concussion hingga cukup
akumulasi darah untuk menimbulkan tekanan intrakrnaialà koma
 Antara 2 jam hingga 7 hari
 Coup-countercoup

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 3
LEHER
 Terjadi hyperfleksi diikuti hyperekstensi leher
 Fraktur cervical atas atau dislokasi occipital-atlas
 Med. spinalis dapat tertarik ke bawahà avulsi batang otak pada sambungan ponto-
medulla
 C1-2 à gerakan rotasi. fleksi-ekstensi à C yg lebih rendah

DADA DAN PERUT


 Sopir à stir
 Berupa luka lecet tekan dan memar pada dinding dada
 Fraktur strenum transversal
 Fraktur costa bilateralà kenai paru-paru mudaà lentur
 Ruptur atau transeksi aorta, inkomplet lacerasi tunika intima
 Jantung: myocardial contusion à aritmia, lacerasi kantong perikard, ruptur atrium dan
ventrikel kanan-kiri
 Lacerasi hati dan limpa, laserasi kapsul – ruptur.
 Subcapsular Hematom à awal tidak parah à pecah: perdarahan hebat

ANGGOTA BAWAH
 Lutut vs dashboard à fx patella, femur distal, dislokasi sendi panggul,fx collumn
femoris
 Saat mendapatkan trauma yg sama,Orang tua dapat mengalami kematian meskipun
yang muda selamatà kelenturan tulang,kondisi jantung
 Tabrakan dari arah samping
 Luka dapat terjadi pada satu atau dua sisi
 Jika ke arah sopir (dari kanan), abrasi, lacerasi, dan fraktur cenderung pada sisi kanan.
 Lengan dan tungkai kanan bisa fraktur
 Fx costa lebih dominan pada sisi kanan
 Ruptur aorta sama bahayanya dg frontal impact
 Luka pada jantung: sda
 Ruptur hati dan limpa, serta ginjal kanan
 Dari arah kanan lebih berbahya dari pada kiri

TERGULING
 Lebih ringan dibanding tabrakan depan/samping, jika penumpang tidak terlempar atau
menabrak batu/pohon
 Penumpang dapat terlempar komplit, atau hanya sebagian tubuhnya saja, kemudian
masuk lagi.
 Pola luka tidak khas

ARAH BELAKANG
 Biasanya tidak fatal.
 Leheràhiperekstensià fraktur atau dislokasi cervikal

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 4
SEPEDA MOTOR
 Kebanyakan kasus pada sepeda motor adalah terlempar dari kendaraan akibat
kecepatan tinggi atau ketidakstabilan roda dua
 Trauma umum terjadi adalah di kepala
 Pelindung tubuh:
 Helmà kepala à pakaian untuk melindungi gesekan dengan jalan/tanah

MOBIL
 Trauma jaringan pada tabrakan kendaran terjadi akibat adanya perubahan kecepatan,
yaitu akselerasi atau deselerasi
 à G=C(V2)/D
 C: konstanta 0.0039, V: kecepatan km/jam, D: stopping distance:m
 Trauma yang terkadi tergantung gaya/unit area

SABUK PENGAMAN
 Digunakan untuk mengekang/menahan tubuh melawan gaya deselerasi
 Menurunkan gaya deselerasi per unit area dengan menyebarkannya melalui seluruh
permukaan sabuk ke tubuh
 Dapat mencegah terlemparnya tubuh ke luar
 Menurunkan 12.5 % (di Virginia Australia) dan 20 % (di UK) angka kematian pada
pengemudi dan penumpang depan.
 Rata-rata menurunkan 45%

Type Sabuk Pengaman


 Simple lap-strap à berbahaya terhadap aorta
 Diagonal à memungkinkan lepas dari bawah
 Diagonal plus lap-strap
 Shoulder harnessà mobil balap

Simple Lap Strap Diagonal Diagona +lap strap Shoulder harness

Seatbelt Injuries
 Menghalangi pemakai dalam usaha menyelamatkan diri pada kasus kendaraan
terbakar à prosentase kecil
 Penggunaan yang kurang benar à mis. Terpilin akan menurunkan kontak area.

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 5
 Kendor à tubuh dapat bergerak sebelum tiba-tiba tertahan à menurunkan jarak tubuh
dengan interior.
 Untuk anak-anak dan tubuh kecil à melorotà menjerat leher
 Pada perempuan à menekan jar. Mamaeà selama deselerasi melukai kelenjarnya
 Gravidarum à berpengaruh pada uterus dan fetus à tanpa sabuk, trauma lebih jelek
 Trauma akibat sabuk pengaman bervariasi mulai dari luka memar hingga fatal
 Luka memar dapat terjadi pada dinding abdomen atau dada
 Simple lap-strapà bahaya terhadap isi rongga abdomen
 Diagonal strap mencegah abdominal injury (karena mencegah hyperfleksi), tetapi
berbahaya terhadap trauma thorax

AIRBAG
 Akan mengembang secara cepat akibat sensitif deselerasi
 Dirancang untuk menghalangi/menahan kontak antara tubuh dengan sisi depan
kendaraan,
 Sebagai banta dan mencegah kekerasan kontak dan hyperflexi
 Memberi perlindungan untuk tabrakan dari arah depan dan harus digunakan bersama
dengan sabuk pengamanà 50%
 Penggunaan airbag saja: menurunkan 14% dari fatalitas
 Seatbelts saja: 45%
 Kecepatan mengembang 100-200 mph, waktu mengembang 30 milidetik, jarak antara
airbag dengan tubuh 12-20 inchi

Airbags injury
 Kematian dapat terjadi pada postur tubuh kecil dan anak dibawah 13 th à
craniocerebrispinal injury
 Posisi tubuh terlalu dekat dengan steer (< 10 inchi) adalah berbahaya
 Fatal inujuries: fraktur/dislokasi cervical spinal, basis kranii, trauma pada organ dalam
rongga dada dan abdomen

Perlindungan khusus
 Pelampung à cegah tenggelam
 Masker O2 à pesawat terbang

Toksikologi Forensik

 Racun adalah suatu zat yang dimasukkan/kontak dengan tubuh sehingga dapat
menimbulkan gangguan kesehatan – kematian
 Contoh tindakan kriminal:
- Usaha pembunuhan
- Usaha untuk menyebabkan luka serius
- Melemahkan korban untuk kriminal

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 6
- Usaha aborsi ilegal
- dll

Pengumpulan sampel
 Bilas lambung
 10 ml darah
 Urine
 Feces
è 10 mg sodium fluoride/10 ml darah sebagai engawet dan antyikoagulan

TERAPETIK POISON

ORGANOPHORUS
 Inhalasi, absorbsi melalui kulit intak, membran mukosa, saluran gastrointestinal
 Dosis fatal : paration 80-175 mg
diazinon 1 g /oral
Fatal period : 3-6 jam

OTOPSI

ENDRIN
 Dosis fatal : 5-6 g

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 7
 Fatal periode :” 1-2 jam
 Otopsi :
- tanda asp[hyxia
- busa mulut
- mukosa saluran nafas congesti dan berbuih-kemerahan
 Isi lambung berbau minyak tanah
 Organ dalam kongesti
OPIUM
 Dosis fatal : opium 2 g, morphin 0,2 g
 Fatal periode : 6-12 jam
 Otopsi :
 Muncul tanda asphyxia
 Mulut –hidung berbuih
 bau khas opium saat pembukaan dada
 Kongesti organ dalam

BARBITURAT
 Dosis fatal : short acting 1-2 g. Med act 2-3 g, long acting 3-4 g
 Periode fatal : 1- beberapa hari
 Temuan otopsi:
- tanda asphyxia
- Butiran putih pada lambung
- Organ dalam kongesti
- Edem Otak, globus palidus lunak, bintik2 perdarahan dalam white matter

FOOD POISINING
 Umumnya oleh grup salmonella, selain itu streptococci, colli, serta shigellan
 Biasanya karena memakan makanan yg diawetkan , misal makanan dalam kaleng
 Otopsi :
- mukosa lambung dan usus bengkak & kongesti, ulkus
- Hepar : fatty change
 Diagnosis:
- History
- Gejala klinik
- Ditemukan organisme dalam makanan dan sample darah/muntahan
- Sisa makanan èHewan coba

BOTULISM
 Otopsi:
- organ dalam kongesti
- PA : organ-organ trombosis
 Diagnosis:
- Riwayat

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 8
- Gejala nklinik
- ditemukan organisme dalam sampel makanan
 Ditemukan toxin dalam sampel darah/jaringan
 Ditemukan baccillus dalam muntahan/feses korban

SIANIDA
 Dosis fatal : murni : 50-60 mg, potassium sianida 200-300 mg
 Periode fatal : murni 2-10 menit, potasium sianida 30 menit
 Otopsi :
- Mata dilatasi pupil
- Mulut berbuih, sedikit korosi karena garam
- Livor mortis warna merah terang
- Kongesti organ-organ dalam

CO
 Otopsi:
- Livor mortis warna merah terang
- hidung-mulut berbuih
- Organ dalam kongesti
Diagnosis:
- riwayat
- Ditemukan kandungan CO tinggi

ALKOHOL
 dosis fatal

METHANOL
 Initial symptoms 12-24 hours after ingestion.
 Methanol blood levels peak at 30-90 minutes following ingestion

NEUROLOGIC MANIFESTATIONS
 disinhibition and ataxia. Following a latent period, patients may develop headache,
nausea, vomiting, or epigastric pain.
 In later stages, drowsiness may rapidly progress to obtundation and coma.
 Seizures may occur as a complication of the metabolic derangement or as a result of
damage to the brain parenchyma

VISION LOSS
 Formic acid accumulates within the optic nerve, which results in the classic visual
symptoms of flashes of light and blurring.
 Patients initially may present with diminished visual acuity, which can progress to
scotomata and scintillations. The frank blindness that develops sometimes responds to
immediate therapy; however, complete loss of vision is a common sequela.

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 9
GENERAL PHYSICAL EXAMINATION
  As symptoms develop, most signs are related to metabolic acidosis; these are
manifested as tachycardia, tachypnea, hypertension, and altered mental status.
Pulmonary edema and acute respiratory distress may ensue, requiring intubation.

NEUROLOGIC EXAMINATION
 ocular findings in patients with methanol poisoning are prominent during a careful
neurologic examination.
 Visual symptoms necessitate a thorough examination of the fundi. Optic disc
hyperemia occurs early in the course of methanol intoxication. Pupillary response to
light is compromised and, subsequently, is lost. Little or no retinal damage is
observed

Tanatologi

Definisi
 Tanatologi :
- mempelajari kematian
- perubahan yang terjadi postmortem
- faktor yg mempengaruhi perubahan
 Mati : berhenti fungsi sirkulasi dan respirasi secara permanent è
mati klinis
 Instrument dapat mempertahankan denyut jantung dan respirasi
è brain death
è transplantasi
è brain stem death is death
 Saat Kematian
Faktor-faktor yang dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian:
1. Livor mortis
2. Rigor mortis
3. Penurunan suhu tubuh
4. Derajat pembusukan
5. Pengosongan lambung
6. Aktivitas serangga
7. TK

1. Livor mortis:
 Lebam mayat: matià henti sirkulasi à gravitasi bumi, eritrosit akan menempati tempat
tempat terbawah, membentuk bercak warna merah keunguan, kecuali pada bag. tubuh
yang tertekan.
 Muncul 30 menit-2 jam è intensitas meningkat, &menetap 8-12 jam
 Dx: cherry red: CN, CO

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 10
2. Rigor Mortis
 Akibat hilangnya ATP dari otot. ATP digunakan serabut aktin and miosin tetap lentur.
ATP habis è aktin-miosin menggumpalèkaku
 Muncul 2 jam PM è 12 jam kaku lengkap è 12 jam kmd hilang.
 Px: fleksi-anteflexi sendi
 Yang mempengaruhi : suhu tubuh , volume otot, suhu lingkungan, keadaan sebelum
mati
 Cadaveric spasmus: kekakuan otot yg tejadi pada saat kematian dan menetap è
hilangnya ATP lokal saat mati karena kelelahan/emosi hebat sesaat sebelum mati.
 Heat stiffening: kekakuan otot akibat koagulasi protein otot karena panas è serabut
otot memendek sehingga terjadi flexi sendi.
 Cold stiffening: kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin, sehingga terjadi
pembekuan cairan tubuhè pemadatan jaringan lemak subkutan –otot.
3. Penurunan Suhu Tubuh
 Terjadi karena proses pemindahan panas dari benda ke benda lain yang lebih dinginè
radiasi, konduksi, evaporasi, konveksi
 Dipengaruhi : suhu lingkungan, konstitusi tubuh, pakaian
 Pengukuran : suhu rectal di TKP

Formula:
 PMI = 37 C –RT C +3
 PMI = 8.6 F - RT (F)
1.5
4. DEKOMPOSISI
 Terjadi akibat proses degradasi jaringan karena autolisis dan kerja bakteri.
 Muncul 24 jam PM, berupa warna kehijauan dimulai dari daerah sekum è menyebar
seluruh ddg perut è bau busuk karena terbentuk gas (H2S, HCN dll) è kulit ari
terkelupas è bula
 Gas yang terjadi menyebabkan pembengkakan
 Rambut mudah dicabut
 Wajah membengkak
 Bola mata melotot, kelopak mata membengkak,lidah terjulur

Mummifikasi
 Terjadi pd suhu panas, kering, tubuh akan terdehidrasi secara cepat
 Terjadi 12-14 minggu
 Jaringan berubah menjadi keras,kering, warna coklat gelap, berkeriput dan tidak
membusuk.

Adipocere
 Terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak, atau berminyak, yang terjadi di
dalam jaringan lunak tubuh PM

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 11
 Lemak terhidrolisis menjadi asam lemak bebas karena kerja lipase endogen dan enzim
bakteri.
 faktor yg mempermudah terbentuknya adipocere adalah kelembaban dan suhu panas.
 Adipocere memerlukan waktu beberapa minggu-bulan
 Relatif resistant terhadap pembusukan
5. Pengosongan lambung
 Sandwich terdigesti kira-kira 1 jam.
 A large meal à 3-5 h.

6. Insect activity
 Menggunakan siklus hidup serangga untuk memeprkirakan ssat kematian
 Necrophagus species : pemakan bangkai/tubuh jenazah
 Predators dan parasites memakan serangga necrophagus
 Omnivorous sp: memakan keduanya, baik itu bangkai maupun serangga necrophagus

Telur 1-2 hari  larva 6-10 hari  pupa 12-18 hari  lalat dewasa

7. Keadaan TKP
 Lampu
 Koran
 TV
 Kuitansi pembelian

Derajat kerusakan sel:


1.flowcytometri
2. analisis DNA/RNA

Tanatologi

Tujuan:
1. Sistem investigasi medicolegal
2. Kematian
3. Penyebab- mekanisme- cara kematian
4. Perubahan postmortem: livor dan rigor mortis
5. Decomposisi, mumifikasi, adipocere
6. Estimasi waktu kematian

1) Sistem investigasi medicolegal


 Cononer (bukan physician)  investigasi penyebab kematian dan cara kematian

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 12
 Tidak diperlukan untuk berkonsultasi dengan physician, mungkin atau tidak mungkin
memerintahkan otopsi
 1-2 minggu training
 Modifikasi
 Pemeriksaan medis (physician)  investigasi penyebab dan cara kematian
 US
 Board certification
 Sistem continental: polisi sebagai penyidik meminta dokter memeriksa tubuh
 Indonesia

2) Kematian
 Terhentinya secara permanen respiratory-cardiovaskular-neurology
 Kematian batang otak
 Kriteria: deep koma dengan ventilasi (respirasi spontan yg tidak memadai disebabkan
oleh kerusakan otak)
 Didiagnosis oleh 2 dokter yang terdaftar dan berpengalam selama 5 tahun.

3) Penyebab, cara, mekanisme kematian


- Penyebab kematian adalah cedera atau penyakit yang menghasilkan kekacauan
fisiologis dalam tubuh yang mengakibatkan kematian
- Mekanisme kematian adalah kekacauan fisiologis yang dihasilkan oleh penyebab
kematian
- Cara kematian menjelaskan bagaimana penyebab kematian keluar : alam ,
pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, undet
 Sudden or unexpected natural death
- Bisa seketika ( ventrikel aritmia ), tiba-tiba tetapi tidak seketika ( infark miokard )
atau kasus di mana individu ditemukan mati
- Tak terduga atau tidak dapat dijelaskan kemtian natural

4) Perubahan postmortem
- Perubahan postmortem memiliki pola tertentu 
- Estimasi / penentuan selang waktu post mortem
- mobilisasi / posisi korban setelah kematian
- Penyebab - cara kematian
[waktu kematian]
- Perubahan postmortem  waktu penentuan kematian
- Livor mortis, rigor mortis, suhu tubuh, tingkat dekomposisi, perubahan kimia
- Aliran - cytometry, isi perut, aktivitas serangga, dan spidol adegan
[livor mortis]
= Postmortem hypostatis = lividity

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 13
- Sirkulasi ceases  gravitasi menarik ke bawah darah stagnan ke area  sedimentasi
diakses termurah dari sel darah merah  warna merah kebiruan
- Didistribusikan ke daerah terendah dengan kompresi gratis  tergantung pada posisi
tubuh setelah kematian
- Dimulai dalam 30 menit- 2 jam, mengembangkan secara bertahap, biasanya mencapai
perubahan warna maksimum pada 8-12 jam
- Pemeriksaan : perpindahan livor mortis pada tekanan ibu jari
- Biasa kebiruan red  oksigenasi pada saat kematian
- Tenggelam, mungkin beralih ke pink  pembentukan oksihemoglobin merah muda
dengan mengorbankan gelap berkurang hb
- warna cherry pink dari hypostasisà carboxyhemoglobin  keracunan CO
- Biru - merah muda  sianida
- Kecoklatan red  methaemoglobinemia  klorat
[bruish]
- Perdarahan subkutan
- Mungkin ada di mana2
- Tekanan Thumb ( - )
- sedikit meningkatkan

[livor mortis]

- Akumulasi sel darah merah akibat gravitasi


- Terendah adalah kompresi bebas tekanan
- Thumb
- Datar

[rigor mortis]

- Otot kaku setelah kematian  ATP  aktin dan myosin filamen permanen
complexed dan rigor mortis set
- Muncul 2-4 jam, sepenuhnya berkembang di 6-12 jam. setelah 24-36 jam menghilang.
- Mengkonsumsi ATP sebelum kematian  mempercepat
- Tenggelam sepenuhnya 2-3 h
- Semua otot pada waktu dan tingkat yang sama  paling jelas dalam otot kecil
- kejang kadaver : penampilan sesaat  intense aktivitas fisik dan atau emosional
- Heat stiffening  denaturasi dan koagulasi jaringan protein ketika makan 
pugilistik
- Cold stiffening  membeku

5) Dekomposisi
- Campuran proses : autolisis internal dan proses eksternal ( bakteri, jamur dll )
- Faktor : suhu, badan negara kelembaban dll
- Perubahan warna kehijauan pertama kanan bawah perut 24-36 jam  tubuh lainnya
- Pembengkakan akibat pembentukan gas dan marbling ( hemolisis dari pembuluh
darah
Eka Prasasti Clearinsyah
Forensic Pathologic Page 14
- 60-72 h mengalami umum kembung
- pembentukan vesikel, slip kulit, rambut slippage  tubuh berwarna hijau - hitam.
- Cairan dekomposisi akan mengalir dari hidung dan mulut, dan menumpuk di rongga
tubuh
- Bergegas oleh obesitas, pakaian tebal, sepsis, tinggi T
- Tertunda di lingkungan yang dingin
- Ketika dekomposisi telah ditetapkan dalam, pendinginan mungkin tidak berhenti
dekomposisi sepenuhnya
- Internaly, dekomposisi lambat dari pada permukaan
- tubuh tenggelam memperlambat up pembusukan :    
 - Suhu lingkungan rendah     
- Perlindungan dari predator mamalia serangga dan kecil.
- Tubuh terkubur di bumi jauh lebih lambat dibandingkan di udara atau air
Adipocere
- Adipocere : zat lilin berasal dari tubuh lemak  kondisi lembab
- Cl perfringens yang menghasilkan lecithinase yang memfasilitasi hidrolisis dan
hidrogenasi Setelah bulan ( 3-12 bulan )  brittle dan berkapur.
- Adipocere menghambat pembusukan dengan meningkatkan keasaman jaringan ,
dehidrasi memperlambat pertumbuhan bakteri
Mumifikasi
- Sebuah pengeringan jaringan di tempat mencairkan pembusukan
- Hanya terjadi di lingkungan kering , tetapi dapat terjadi dalam kondisi beku
- Kulit dan jaringan di bawahnya yang keras
Postmorte damage oleh predator
- predasi hewan aprt dari rantai makanan alami à mengembalikan protein , lemak dan
karbohidrat.
- Kerusakan dari anjing predator nad tikus biasanya jelas
- Penghilang jaringan yang paling aktif adalah belatung, tahap larva lalat
- Serangga dewasa bertelur pada tubuh segar, memilih luka atau daerah lembab . Telur
menetas dalam satu atau dua hari, dan beberapa siklus belatung mengembangkan ,
menumpahkan kasus mereka pada interval tergantung pada spesies
- Dalam air, semua hewan air dapat merusak tubuh dicelupkan
- Anjing dan rubah dapat meninggalkan luka tusukan karena penetrasi gigi tajam

Calliphora

- Calliphora dewasa meletakkan telur di tubuh  8-14 h menetas di 6-7 C ( tidak akan
menetas di t bawah 4C )  pertama instar / tahap bertahan 8-14 h  instar kedua 2-3
lain hari  instar ketiga tinggal 3 hari  pupa 12 hari  terbang bersayap
- Beberapa belatung, dewasa, pupa, pupa kosong dan telur harus dikirim setelah fiksasi
dengan alkohol 80 % , label, bernomor

Postmortem chemistry

- Humor vitreous  PM interval (sturner) -7.12 x kons. Potassium (mEg/L) -39.1


Eka Prasasti Clearinsyah
Forensic Pathologic Page 15
- Chlorida dan sodium  menurunkan
- Glukosa  menurunkan

Body cooling

- Setelah kematian  metabolisme terhenti  penurunan suhu  suhu lingkungan


- waktu kematian = 37 C -rectal suhu +3
- waktu kematian = (temp 98.6F - rektal ) /1.5

Gastric empytying

- Memperkirakan interval antara eatning dan kematian


- Spitz  sedikit makanan ( sandwich) dicerna dalam 1 jam     makan besar memakan
waktu 3-5 jam makan
- Adelson  ringan ½ - 2 h, ukuran medium makan 3-4 jam, dan makanan berat 4-6
jam .

Flow cytometry

- Perbandingan dari tingkat degradasi sel dalam jaringan dengan standar


- degradasi DNA

Luka Akibat Tembakan

TUJUAN
• Memahami bagaimana cara mengidentifikasi luka tembak
• Memahami bagaimana cara menentukan arah tembakan dengan menganalisis luka
tembak
• Mampu membedakan luka tembak masuk dengan luka tembak keluar
• Mampu memperkirakan kaliber senjata

DEFINISI
• Luka tembak adalah luka yang diakibatkan oleh terjangan anak peluru ( proyektil )
dengan atau tanpa disertai terjangan komponen tembakan lainnya yang keluar dari
laras senjata pada saat penembakan

KOMPONEN YANG KELUAR DARI LARAS SENJATA BERSAMA PROYEKTIL


• Bubuk mesiu
• Asap
• Api

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 16
KOMPONEN YANG KELUAR SAAT TEMBAKAN

ANALISA LUKA TEMBAK MASUK.


1. Efek Terjangan Proyektil
• Proyektil adalah komponen yang paling bertanggungjawab terhadap terjadinya luka
tembak
• Terjangan peluru pada permukaan target tembak membentuk luka tembak masuk
• Prinsipnya, terjangan sebuah proyektil akan membentuk sebuah luka tembak masuk,
yg terdiri atas dua luka, yaitu lubang proyektil dan zona lecet di sekelilingnya
• Luka tembak masuk mempunyai nilai investigasi tinggi dibandingkan dengan luka
tembak keluar

LUKA TEMBAK MASUK

Terbentuknya Zona Lecet


• Setelah pelatuk ditarik, proyektil meluncur meninggalkan moncong laras relatif
bergerak mengikuti garis lurus menuju sasaran/target
• Gerakan mengikuti garis lurus disebabkan/dipertahankan oleh rotasi proyektil pada
sumbunya yg tercipta karena bagian dalam laras mempunyai alur berbentuk spiral
• Gerakan rotasi proyektil ini ketika menyentuh kulit dan jaringan lunak akan
menyebabkan terbentuknya zona lecet

Terbentuknya Lubang Proyektil

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 17
• Karena energi kinetik dari proyektil saat penembakan jauh lebih kuat dibandingkan
daya elastis kulit dan jaringan lunak sekitarnya, maka proyektil dengan mudah
menembusnya membentuk lubang proyektil

BENTUK ZONA LECET


• Bentuk zona lecet dipengaruhi oleh arah datangnya tembakan
• Bila proyektil menerjang target secara tegak lurus, maka akan terbentuk sebuah
lubang proyektil dikelilingi zona lecet berbentuk cincin
• Bila arah terjangan menyamping/miring/oblique, maka akan terbentuk luka tembak
masuk yang terdiri atas lubang proyektil yang dikelilingi zona lecet berbentuk oval.
Zona lecet ini asimetris, dimana salah satu sisi lecet yang mengelilingi lubang
proyektil lebih lebar

PROYEKTIL DATANG TEGAK LURUS DG TARGET

PROYEKTIL DATANG DG ARAH MIRING ( BENTUK OVAL )

MENILAI ARAH TEMBAKAN


• Sisi zona lecet yang lebih lebar menunjukkan sisi dari arah mana datangnya proyektil

PROYEKTIL DATANG DG ARAH MIRING

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 18
KELIM LEMAK
• Bagian dalam laras senjata api yang terawat dengan baik akan selalu dilumasi oli, hal
ini dapat menyebabkan permukaan proyektil menjadi berminyak setelah melewati
laras tsb
• Proyektil berminyak ini akan membentuk zona lecet yang kotor kehitaman yang
disebut kelim lemak

PROYEKTIL BERMINYAK MENGENAI TARGET DG ARAH MIRING

BENTUK LUKA TEMBAK MENURUT BAGIAN TUBUH


• Sebuah proyektil yang secara tegak lurus menerjang bagian tubuh yang mempunyai
densitas rendah, seperti perut,menyebabkan luka tembak berbentuk bulat
• Sedangkan bila menerjang bagian tubuh yang mempunyai densitas tinggi, seperti pada
kepala, menyebabkan sebagian dari energi kinetik dan gas panas akan terpantul
kembali menyebabkan terbentuknya luka robek berbentuk bintang/stelata di sekeliling
lubang proyektil

PROYEKTILMENGENAI BAGIAN LUNAK DENGAN ARAH TEGAK LURUS

PROYEKTIL TEGAK LURUS MENGENAI DAHI

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 19
Luka Tembak Keluar

• Jika proyektil yang menerjang tubuh masih mempunyai energi dan kecepatan yang
cukup, maka proyektil dapat menembus tubuh, keluar pada sisi yg berlawanan dengan
luka tembak masuk membentuk luka tembak keluar
• Luka tembak keluar ini tidak memiliki zona lecet, umumnya lebih lebar, bentuk tak
beraturan dan terdiri dari lubang dan area luka robek
• Bentuk yg demikian itu akibat serpihan tulang ikut terdorong keluar oleh proyektil

2. EFEK BUBUK MESIU


• Bubuk mesiu memberikan efek bintik-bintik hitam di sekeliling luka tembak masuk
yang dikenal sebagai kelim tattoage
• Kelim tattoage ini masuk cukup dalam ke dalam jaringan lunak sehingga tidak dapat
hilang saat diusap
• Bubuk mesiu dapat mencapai sasaran penembakan hingga jarak 60 cm

EFEK BUBUK MESIU

3. EFEK ASAP/JELAGA
• Suatu tembakan yang pembakaran mesiunya tak sempurna akan menghasilkan
asap/jelaga

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 20
• Jelaga ini hanya menempel pada permukaan target membentuk kelim jelaga yang
mudah hilang dengan pengusapan
• Jelaga ini dapat mencapai target hingga jarak 30 cm

EFEK ASAP

4. EFEK API
• Api/gas panas akan memberi efek luka bakar pada kulit yang disebut kelim api pada
saat penembakan terjadi
• Api dapat mencapai sasaran hingga jarak 15 cm

EFEK API

KLASIFIKASI LUKA TEMBAK MASUK


1. LUKA TEMBAK TEMPEL
• Jejas laras terjadi ketika ujung laras senjata ditempelkan dengan kuat terhadap
permukaan target pada saat penembakan, sehingga terjadi benturan antara rim ujung
senjata dengan target
• Jejas laras ini akan tampak jelas pada luka tembak tempel pada bagian tubuh yang
mempunyai densitas tinggi, mis. pada kepala
• Luka tembak tempel terdiri dari luka tembak tempel hard contact dan soft contact

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 21
JEJAS LARAS
• Luka tembak tempel biasanya berbentuk bulat dengan luka lecet berbentuk cincin di
sekeliling lubang proyektil
• Di bagian luar dari luka utama akan ditemukan jejas laras
• Luka tembak tempel ini akan tampak kotor kehitaman akibat produk tembakan yang
terdorong masuk ke dalam luka

BENTUK LUKA TEMBAK TEMPEL


• Bentuk luka tembak tempel tergantung dari densitas jaringan di bawah luka
• Tembakan tempel pada kepala yg memiliki densitas tinggi akan menghasilkan luka
robek tak beraturan berbentuk stelata yang terkesan kotor akibat efek pantul energi
tembakan dan produknya
• Pada daerah perut yang berdensitas rendah, luka tembak tempel akan berbentuk bulat
dengan atau tanpa jejas laras di bagian luar luka utama

SKEMA LUKA TEMBAK TEMPEL PADA DAHI

EFEK PANTUL ENERGI TEMBAKAN PADA TEMBAKAN TEMPEL


• Saat tembakan terjadi, bersamaan dengan keluarnya peluru muncul pula api/gas
panas, bubuk mesiu, dan asap/jelaga yang masuk ke dalam target akan membentur
jaringan padat, mis tulang, selanjutnya sebagian akan dipantulkan kembali ke luar

HARD CONTACT

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 22
• Tekanan laras yang kuat pada tembakan tempel akan menyebabkan kulit membentuk
sumbatan di sekeliling lingkar laras
• Energi dan produk tembakan yang terpantul akan menerobos dengan hebat jaringan
lunak di bawah sumbatan kulit tersebut, menghasilkan luka robek ireguler disekeliling
luka dengan jejas laras di bagian luarnya

SOFT CONTACT
• Tekanan laras yg ringan tidak akan menghasilkan sumbatan kulit, sehingga masih
mungkin terdapat celah di sekeliling lingkar laras
• Sehingga efek pantul energi dan produk tembakan akan menerobos celah yang ada,
menyebabkan zona lecet yang kotor dan kehitaman di sekeliling luka dengan atau
tanpa jejas laras di sekeliling luka utama

LUKE TEMBAK SOFT CONTACT

2. LUKA TEMBAK JARAK DEKAT


• Luka tembak jarak dekat terjadi bila di sekeliling luka tembak masuk hanya terdapat
kelim tattoage akibat bubuk mesiu.
• Jarak jangkau mesiu mencapai sekitar 60 cm

3. LUKA TEMBAK JARAK SANGAT DEKAT


• Terdapatnya kelim jelaga dan kelim api pada luka tembak masuk menunjukkan jarak
tembak yang sangat dekat
• Jelaga mampu menjangkau sasaran hingga jarak 30 cm
• Api/gas panas mampu menjangkau sasaran hingga jarak 15 cm

4. LUKA TEMBAK JARAK JAUH


• Luka tembak jarak jauh terjadi jika luka tembak hanya terdiri dari lubang proyektil
yang dikelilingi zona lecet
• Komponen tembakan penyerta proyektil yang mempunyai jangkauan terjauh adalah
bubuk mesiu, yaitu sekitar 60 cm
• Maka jarak tembak > 60 cm akan menghasilkan luka tembak jarak jauh

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 23
MEMPERKIRAKAN KALIBER SENJATA API
• Dengan mengukur diameter luka tembak masuk, maka akan diketahui kaliber senjata
• Rumus: K (kaliber)= Diameter (mm)/25,4
• Misal: diameter lubang luka= 8,128 mm. Maka kaliber senjata ditransfer ke dalam
inci: 8,128 /25,4 =0,32
• Kaliber senjata adalah .32

PERLUKAAN AKIBAT LEDAKAN

TUJUAN
• Memahami perlukaan atau kematian akibat suatu ledakan

TEMPAT LEDAKAN
• Perlukaan atau kematian akibat ledakan dapat terjadi di lingkungan sipil maupun
militer
• Ledakan di lingkungan sipil umumnya terjadi di kawasan industri, pertambangan
ataupun ledakan pada kawasan industri kimia

MEKANISME PERLUKAAN ATAU KEMATIAN AKIBAT SUATU LEDAKAN


• Suatu ledakan akan menghasilkan gelombang kejut, gas panas, bara api,
puing/pecahan benda padat yang beterbangan, serta debu produk ledakan
• Bila gelombang kejut menerjang tubuh saat ledakan terjadi, akan berakibat kerusakan
tubuh yang parah
• Suatu ledakan terutama akan menyebabkan kerusakan parah pada jaringan tubuh atau
bagian tubuh yang kaya dengan rongga udara, misalnya paru-paru

EFEK GELOMBANG KEJUT


• Gelombang kejut dapat melewati jaringan/organ tubuh yang kepadatannya merata dan
homogen, seperti hati dan otot tanpa menyebabkan kerusakan
• Sebaliknya, kerusakan hebat akan terjadi pada paru-paru karena struktur paru yang
terdiri atas alveoli berisi udara, stroma serta vasa, yang menyebabkan rancang bangun
paru-paru tidak homogen dan kepadatannya tidak merata.

EFEK GELOMBANG KEJUT ( lanjutan )


• Struktur seperti paru-paru ini menyebabkan energi gelombang kejut yang memasuki
udara alveoli memberikan tekanan retraksi hebat pada alveoli dan terjadilah destruksi

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 24
EFEK DARI PECAHAN BENDA PADAT
• Tubuh rawan mengalami perlukaan akibat pecahan benda padat seperti bodi dan isi
bom, juga dari benda-benda di sekitar tempat tersebut yang terlempar akibat ledakan
• Pecahan-pecahan benda ini akan melukai tubuh dengan efek kinetik yang sama
dengan suatu tembakan senjata api, membentuk luka-luka robek yang dalam dan
kadang-kadang berciri seperti luka tusuk
• Debu panas dan kotoran akan menerjang tubuh dengan hebat, menyebabkan luka
bakar yang luas dan kotor

EFEK GAS PANAS


• Luka-luka bakar yang kotor dapat terjadi akibat gas panas bercampur debu yang
menerjang tubuh, terutama pada bagian yang tidak tertutup pakaian
• Luka bakar juga dapat diakibatkan secara tidak langsung, yaitu dari benda di sekitar
ledakan yang terbakar yang kemudian menerjang tubuh

BAROTRAUMA

Tujuan:
• Mengetahui Efek Tekanan Atmosfer Sangat Tinggi dan Sangat Rendah pada Tubuh.

PENDAHULUAN
• Perbedaan tekanan udara tubuh dan lingkungan misalnya pada saat melakukan
penerbangan atau menyelam dapat membuat respon tubuh berubah.
• Bila tubuh tidak mampu menyeimbangkan tekanan dengan kondisi di luar tubuh maka
akan timbul trauma yang disebut Barotrauma.
• Trauma akan dialami oleh bagian tubuh yang memiliki rongga seperti telinga bagian
tengah, sinus, dan paru-paru.

DEFINISI
• Barotrauma adalah kerusakan jaringan dan sekuelenya yang terjadi akibat perbedaan
antara tekanan udara (tekan barometrik) di dalam rongga udara fisiologis dalam tubuh
dengan tekanan di sekitarnya.

ETIOLOGI
• Tubuh manusia mengandung gas dan udara dalam jumlah yang signifikan. Beberapa
diantaranya larut dalam cairan tubuh.
• Udara sebagai gas bebas juga terdapat di dalam saluran pencernaan, telinga tengah,
dan rongga sinus, yang volumenya akan bertambah dengan bertambahnya ketinggian.
• Tiap kenaikan 10 meter tekanan berkurang 1 atmosfer
• Tiap kenaikan 120 meter volume gas yg terperangkap dalam rongga tubuh bertambah
1%

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 25
PATOFISIOLOGI
TELINGA
- Telinga tengah merupakan suatu rongga tulang dengan hanya satu penghubung ke
dunia luar, yaitu melalui tuba Eustachii. Ujung tuba di bagian telinga tengah akan
selalu terbuka, karena terdiri dari massa yang keras/tulang.
- Ujung tuba di bagian pharynx akan selalu tertutup karena terdiri dari jaringan
lunak,yaitu mukosa pharynx dan hanya akan membuka pada waktu menelan,
menguap, dan saat valsava maneuver.
- Kelainan yg terjadi disebut Barotitis.
• Perbedaan anatomi antara kedua ujung tuba ini mengakibatkan udara yg melaluinya
lebih mudah mengalir keluar daripada masuk kedalam cavum tympani. Hal inilah
yang menyebabkan kejadian barotitis lebih banyak dialami pada saat menurun dari
pada saat naik.
• Dengan menurunnya tekanan lingkungan, udara dalam telinga tengah akan
mengembang dan secara pasif akan keluar melalui tuba eustakius.
• Dengan meningkatnya tekanan lingkungan, udara dalam telinga tengah dan dalam
tuba eustakius menjadi tertekan. Hal ini cenderung menyebabkan penciutan tuba
eustakius.
• Jika perbedaan tekanan antara rongga telinga tengah dan lingkungan sekitar menjadi
terlalu besar (sekitar 90 sampai 100mmhg), maka bagian kartilaginosa diri tuba
eustakius akan semakin menciut.
• Jika tidak ditambahkan udara melalui tuba eustakius untuk memulihkan volume
telinga tengah, maka struktur-struktur dalam telinga tengah dan jaringan didekatnya
akan rusak dengan makin bertambahnya perbedaan.
• Mula-mula membrana timpani tertarik kedalam. Retraksi ini menyebabkan pecahnya
pembuluh-pembuluh darah kecil
• Kadang-kadang tekanan dapat menyebabkan ruptur membrana timpani.

Gejala-gejala klinik barotrauma telinga


• Gejala descent barotrauma:
-Nyeri (bervariasi) pada telinga yang terpapar.
-Kadang ada bercak darah dihidung atau nasofaring.
-Rasa tersumbat dalam telinga/tuli konduktif.
• Gejala ascent barotrauma:
-Rasa tertekan atau nyeri dalam telinga.
-Vertigo.
-Tinnitus/tuli ringan.
-Barotrauma telinga dalam sebagai komplikasi.

Sinus Paranasalis
• Ada 4 buah sinus pada tubuh kita, tapi yang sering terganggu adalah 2 buah, yaitu
sinus maxilaris dan sinus frontalis, sedang yang 2 buah lagi, yaitu sinus ethmoidalis
dan sinus sphenoidalis jarang terganggu.

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 26
• Kelainan di sinus-sinus ini disebut : Barosinusitis.
• Sinus barotrauma terjadi ketika terjadi perbedaan tekanan antara udara di dalam sinus
dengan tekanan di luar.

Patofisiologi
• Sinus paranasalis bermuara di rongga hidung. Lubang muara tersebut relatif sempit.
Dinding rongga sinus ini dilapisi oleh mukosa dan selalu dalam keadaan basah.
• Sewaktu di permukaan laut, tekanan udara di sinus sama dengan di rongga hidung/di
udara luar sekitar tubuh,
• Ketika kita berada di tempat tinggi (mis naik pesawat), maka bila kecepatan naik dari
pesawat demikian besar, maka mengingat sempitnya lubang muara sinus itu, aliran
udara yang terjadi tidak akan dapat mencapai keseimbangan tekanan, berarti tekanan
di dalam rongga sinus lebih tinggi daripada di rongga hidung, dengan akibat
terjadinya penekanan terhadap mukosa sinus.
• Inilah yang mengakibatkan timbulnya rasa sakit dan inflamasi, yang disebut
Barosinusitis.

Penyakit dekompresi
• Salah satu komplikasi dari barotrauma adalah kolaps paru.
• Barotrauma yang berefek pada paru adalah trauma pada paru selama naik ke
permukaan air dari kedalaman.
• Pada saat naik ke permukaan air, tekanan atmosfer turun dan volume di paru
meningkat.
• Bila tumpukan udara dalam alveoli tidak dapat di buangdengan pernapasan normal
maka alveoli dapat pecah ketika naik ke permukaan air.
• Bila alveoli pecah, udara dapat keluar ke cavitas pleura.
• Beberapa saat kemudian udara dapat menembus jaringan menyebabkan emphysema
subcutaneous (terlihat gelembung udara di bawah kulit) atau emphysema mediastinal
(udara tertimbun di jaringan & rongga dada).
• Bila gelembung gas menembus system peredaran darah dapat menyebabkan emboli
sehingga mengurangi suplai darah ke organ.

Foresic Fotografi

Latar belakang
• Deskripsi luka pada visum et repertum bertele-tele, sangat panjang, sulit dimengerti
• Foto dapat menggambarkan sesuatu dengan lebih jelas dari pada rangkaian 1000 kata
• Visum et repertum disertai gambar foto luka/ temuan penting pada korban
• Setiap pemeriksaan jenazah dan forensik klinik è dilengkapi dengan dokumen foto

Peralatan
1. Kamera :

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 27
- milik rumah sakit (buka pribadi)
- khusus kamera, bukan smartphone
- oleh orang yang mampu memotret
2. Sumber cahaya: lampu (jika ada: mini studio)
3. Penggaris/mistar berbentuk “L”
4. Pinset
5. label

Perhatian
• Perlu Informed consent untuk pemeriksaan dan pemotretan
• Menjaga “medical confidentiality”:
- wartawan jurnalis TV/koran/majalah dll
è prohibited
- tidak disebarluaskan melalui berbagai cara apapun, misal : FB, email,
BBM,WA

Cara pengambilan potret


• Set ‘white balance’ disesuaikan dengan sumber cahaya yg ada è pastikan warna putih
kertas putih = warna putih di layar monitor kamera
• Kalungkan kamera di leher atau kolongkan ditangan pemotret è kamera tidak jatuh
• Memegang kamera dengan kedua tangan, jari tangan tidak menutupi lampu “flash”
• Hindari getaran tangan/ kamera saat pemotretan
• Pastikan sumber cahaya cukup, jika kurang gunakan sumber cahaya tambahan
• Hindari kemunculan bayangan tangan pemotret
• Perhatikan pantulan cahaya meja otopsi (bahan stainless steel)
• Posisi kamera tegak lurus obyek yang akan dipotret pada obyek
• Pastikan tidak ada sesuatu benda pengganggu disekitar obyek, misal gunting, pinset,
tangan pemeriksa, dll
• Sekitar luka harus bersih dari darah, cairan pembusukan, dll
• bersihkan luka terlebih dahulu dengan handuk basah (hindari penggunan air mengalir)
sebelum dipotret

Forensik klinik
• Semua luka/kelainan harus difoto tersendiri
• Jika lokasi luka sangat berdekatan, bisa di foto secara bersama
• Jenazah
• potret tubuh jenazah (sebelum dilakukan pemeriksaan) seluruh tubuh dalam satu shot.
• potret tubuh jenazah (seluruh tubuh kepala hingga kaki) tanpa baju dan aksesories
• Potret tubuh bagian dorsal (livor mortis) , kepala hingga kaki utuh dalam satu shot
• Potret wajah koban (tegak lurus)
• Potret gigi geligi
• Potret semua luka yang ada
• Potret ciri-khusus (tatto, skar luka/operasi)

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 28
• Aksesoris khusus korban difoto saat masih dikenakan, misal : cincin di jari manis kiri,
arloji di lengan kanan, dll
• Potret Pakaian dan aksesori (setelah dilepaskan dari tubuh jenazah)
• Potret identifikasi pakain dan aksesori (brand, ukuran, nama/badge, dll)
• Potret kelainan khusus pada pakaian (bekas tembakan/tusuk/jejas ban/dll)

Surat Keterangan Dokter

Definisi
• Surat keterangan yang dibuat oleh dokter sesuai keahliannya berdasarkan
pemeriksaan terhadap pasien yang dapat dibuktikan kebenarannya
• Dasar : Kodeki
ps 2. Seorang dokter senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi
ps 3. Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
pertimbangan keuntungan pribadi
ps 7. seorang dokter hanya memberikan keterangan atau pendapat yang dapat
dibuktikan kebenarannya
Ps 8: seorang dokter harus ………. memperhatikan aspek pelayanan kesehatan yang
menyeluruh (promotif, preventif,kuratif, dan rehabilitatif) serta berusaha menjadi
pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya
Ps 13: wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang penderita,
bahkan setelah penderita meninggal dunia

Pasien

Rekam Medik
Surat Ketr. dokter V et R
Bukan projusticia pro justicia
perlu IC tidak perlu IC
Asuransi,dll pengadilan

Penulisan surat
• Tertulis nama dan alamat instansi pemeriksa
• Judul surat Keterangan
• Identitas pasien
• Isi
• Tempat dan tanggal pembuatan
• Nama dan tanda tangan dokter pemeriksa
• Dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu jabatan

Surat keterangan sehat


• Benarkah SEHAT ? à kriteria apa ?

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 29
• Certificate of health : hasil pemeriksaan tim kesehatan

Surat keterangan sakit


• Diagnosis à medical confidentiality à ijin pasien
• Memerlukan waktu istirahat à
- setelah rawat inap àsesuai waktu rawat inap
- rawat jalan à masa kritis, menular, menghindari keadaan lebih berat, dll

Surat Keterangan Kematian


• Siapa yang berhak mengeluarkan ?
• à perlu registrasi
• Sebab kematian ?

Surat Keterangan lahir


• Sebutkan jam, hari, tanggal , bulan, tahun
• Tempat lahir
• Keadaan saat lahir
• Jenis kelamin
• BB,PB,no RM anak
• Nama ibu dan RM
• Nama ayah à hati-hati

Untuk klaim asuransi


• Perlu informed consent pasien/ahli waris untuk mengambil data RM pasien

Fungsi Keterangan Dokter


• Tidak seorangpun dapat di pidana tanpa alat pembuktian yang syah
• Alat bukti menurut ps 184 KUHAP:
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
• Keterangan dokter (sebagai ahli) dapat dikatagorikan sebagai alat bukti:
a. Ket. Ahliè lisan ps 186 KUHAP
b. surat è tertulis ps 187 KUHAP
• Yang berwenang meminta ket. Ahli:
1. Penyelidik (ps 5 KUHAP)
2. Penyidik (KUHAP ps 6) pangkat min. Pembantu Letnan Dua.
Penyidik pembantu min. sersan dua. Jika PNS, gol II/b dan II/a
3. hakim

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 30
Visum et repertum
• Definisi: keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik yang berwenang
mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati, ataupun
bagian tubuh manusia berdasarkan keilmuannya dan dibawah sumpah, untuk
kepentingan peradilan

Dasar Hukum
- KUHAP ps 133
(1) penyidik berwenang minta ket ahli kpd ahli KK, atau dr dan atau ahli lainnya.
(2) permintaan dilakukan secara tertulis, disebutkan dengan tegas untuk px luka atau px
mayat dan atau otopsi
- KUHAP ps 179
Setiap dokter atau dokter ahli KK atau ahli lainnya jika diminta, wajib memberikan
keterangan demi keadilan

VeR vs rekam medik


• Rekam medik: catatan seluruh hasil px medis serta tindakan tx/perawatan
• milik pasien è rahasia sesuai PP no 10 th 1966 dg sanksi hukum sesuai KUHP 322
• Rahasia boleh dibuka dengan izin pasien
• VeR boleh dibuka projustia

Jenis VeR:
1. VeR janazah
2. Ver perlukaan termasuk keracunan
3. VeR kejahatan susila
4. VeR psikiatrik

JenisVeR Klinik :
1. Sementara : kesimpulan derajat luka -
2. Lanjutan
3. Definitif

Visum Klinik
• Isi/bagian :
1. Pro Justisia
2. Pendahuluan : data adm pemohon, pemeriksa, pasien/BB,identitas peristiwa
3. Pemberitaan : Ku datang, hasil Px: Ax, Px fisik, Px penunjang, Terapi.
4. Kesimpulan: identitas, diagnosis
5. Penutup : berdasar sumpah jabatan
Projustisia: -dapat sebagai pengganti meterai (KUHAP ps 136)
Pendahuluan:
- Identitas pemohon

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 31
- Identitas pemeriksa
- Tempat pemeriksaan
- Saat pemeriksaan jam, tgl, bulan, tahun
- Identitas korban (polisi)
- Keterangan perihal peristiwa
Pemberitaan:
- Hasil pemeriksaan obyektif medis
- Tindakan yang dilakukan
- Menggunakan bahasa awam
- Angka ditulis huruf
Kesimpulan:
-subyektif medis

Contoh Pemberitaan
RM:
CM anemis, dispneu, Tensi 90/60, Resp. 32/menit. Pada IC III dext. Terdapat v. scissum
penetrans 3 cm horisontal, kedua sudut luka lancip, dst.
VeR:
Korban datang dalam kedaan sadar, agak pucat dan tampak sesak nafas. Pada dada kanan
setinggi sela iga ketiga terdapat luka terbuka tepi rata berbentuk garis mendatar sepanjang
tiga sentimeter, kedua sudut luka lancip, luka menembus dinding dada, dst

Kasus perlukaan
• Tujuan : mengetahui sebab luka dan derajat luka/sakitnya untuk memenuhi rumusan
delik dalam KUHP
• Korban dg luka ringan è dapat merupakan hasil tindak pidana penganiayaan ringan
(KUHP ps 352)
• Bisa juga karena kecelakaan, usaha bunuh diri
• Luka ringan : memar/lecet kecil di lokasi yang tidak berbahaya, tidak menurunkan
fungsi alat tubuh tertentu
• Luka berat:
- jatuh sakit/luka tanpa harapan sembuh
- menimbulkan bahaya maut
- tidak mampu jalankan tugas
- kehilangan salah satu pancaindera
- lumpuh, gugur/mati kandungan
- terganggunya jalan pikir 4 mgg/lebih
• Kesimpulan : dituliskan luka yg ditemukan, penyebabnya, derajat luka dituliskan
rumusan delik dalam KUHP
contoh :
pada korban laki-laki ini ditemukan memar pada pipi kiri akibat kekerasan tumpul yang
tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam melakukan pekerjaan

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 32
Contoh kesimpulan
• Pada korban pria ini, ditemukan patah tulang tertutup pada paha kanan akibat
kekerasan tumpul, yang dapat mengakibatkan penyakit dan halangan dalam
melaksanakan pekerjaanya selama…… hari/minggu
• Pada anak laki-laki ini ditemukan luka terbuka dan memar pada mata kanan akibat
kekerasan tumpul yang mengakibatkan hilangnya indera poenglihatan sebelah kanan
untuk selamanya
• Diskripsi Luka
• Jumlah luka
• Lokasi : regio anatomik, koordinat
• Bentuk luka: sebelum dan sesudah dirapatkan
• Ukuran luka: sebelum dan sesudah dirapatkan
• Sifat luka:
- garis batas luka:bentuk, tepi, sudut luka
- daerah didalam garis batas luka
tebing luka, jembatan jaringan, dasar
luka
- daerah disekitar luka:
memar, tatoase, jelaga, bekuan darah

VER korban kejahatan seksual


• Umumnya dugaan persetubuhan : perkosaan, persetubuhan pada wanita tidak berdaya,
wanita belum cukup umur
• Tugas dokter: membuktikan persetubuhan, kekerasan, usia korban, PMS, kehamilan,
kelainan psikiatrik
• Bukti persetubuhan mis: deflorasi himen, laserasi vulva/vagina, adanya cairan
semen/sperma
• Kesimpulan : perkiraan usia korban, ada tidak tanda persetubuhan (bila mungkin),
kapan terjadinya, ada tidak kekerasan.

VER Psikatrik
• Ps 44(1) KUHP perbuatan yg tidak dapat dipertanggungjawabkan karena cacat jiwa
dalam tumbuhnya atau karena penyakit, tidak dipidana.
• Untuk terdakwa/tersangka

Pencabutan permintaan VeR


• Dilakukan oleh pangkat yang lebih tinggi dari pembuat permintaan VeR

VER jenazah
• Surat permintaan jelas: PL,autopsy
• Jenazah diberi label, segel
• Dengan persetujuan keluarga

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 33
Prosedur permintaan
• Dilakukan secara tertulis (KUHAP ps 133 ayat 2, ditujukan kepada instansi bukan
individu dokternya.
• Jenazah harus diperlakukan dengan baik, diberi label identitas, dan penyidik wajib
memberitahuakan kel.
• Korban hidup : diantar petugas

Pemeriksaan Laboratorium

Tujuan
Memahami pemeriksaan lab. Pada pemeriksaan forensik :
1. Golongan darah,
2. Tes apung paru
3. Destruction tes è diatom
4. Toksikologi
5. Entomology
6. Patologi anatomi
7. DNA
 Pemeriksaan sperma
 Pemeriksaan semen
 Bite mark
 Pemeriksaan mikrobiologi
 Memahami cara pengawetan sampel
 Memahami cara pembungkusan sampel
 Memahami administrasi

Toksikologi
 Mengetahui adanya racun/obat è kualitatif, kuantitatif, semikuantitatif
 Sampel : urine, darah,organ
 Metode : lab sederhana, rapid tes, Gas kromatografi
 Napza : rapid tes  Sampel diteteskan pada kertas, teteskan reagen tertentu è amati
perubahan warna
 Alkohol è tes conway , gas kromatografi
 Arsen è
 Sianida è
 Racun-racun lain

Golongan darah
Direct aglutinasi è sampel segar è reaksi antigen antibodi pada permukaan eritrosit è 1-2 tetes
darah + antigen
- Sampel + antigen A

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 34
- Sampel + antigen B
Jika A menggumpal B tidak è A

 Absorbsi elusi è bercak darah kering


 PCR + restriction enzyme è melihat genotype AA, AB,AO,BO,BB,OO

Tes apung paru


 Tujuan bayi lahir hidup atau mati
 Kedua paru, setiap lobus paru, serta potongan tiap lobus paru, dan setelah diinjak
untuk mengeluarkan udara èdimasukkan kedalam toples bening berisi air è diamati
terapung atau tenggelam
 Terapung è pernah bernafas
 Tenggelam è belum pernah bernafas

Destruction tes
 Untuk melihat adanya diatom è tenggelam
 Sampel : paru-paru, ginjal, hati, otak, limpa
 Organ dipotong-potong kecil-kecil
 Ditambahkan asam kuat ( as. sulfat/nitrat)
 Dipanaskan è sampai hancur
 Dicuci dengan penambahan air è sentrifugasi
 Buang supernatant è ulangi sampai jernih
 Apuskan ke gelas preparat è amati diatom dibawah mikroskop

Tes belatung
 Ambil belatung dari jenazah è sampel yang berbeda-beda
 Tujuan : mengetahui jenis dan umur larva è perkiraan saat kematian korban
 Masukkan ke dalam air panas è mati
 Pemeriksaan : ukur panjang larva
 potong larva untuk melihat bentuk spirakel è mengetahui jenis serangga

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 35
Histopatologi
 Tujuan : melihat reaksi intravitalitas, adanya penyakit tertentu, keganasan, kelainan
sel lainnya
 Sampel : setiap organ dalam, perlukaan, fraktur tulang, kulit : jejas jerat, hematom,
luka bakar
 Potong sampel yang akan diperiksa è 1-2 cm3è diikat dengan tali 30 cm è ujung tali
lain diberi labelèsampel dimasukkan formalin
 Sampel dibuat paraffin blok è dipotong tipis um
 Diberi pewarnaan tertentu
 Dilihat dibawah mikroskop
 Reaksi intravital : sebukan lekosit pmn

Amniotic fluid embolism


Fetal squames, lanugo hair, vernix, and mucin can embolize to small pulmonary
arteries. Seen here areepithelial squames in a peripheral pulmonary artery.
A child drowned in a fresh water canal, and some of the plant material in the water
was aspirated into a bronchus.

Bercak semen
 Woodlamp (UV lamp) è melacak bercak semen è berfluorescence
 Potong kain terduga è masukkan dalam tabung reaksi è rendam dalam larutan
fisiologis o/nè bercak larut è sentrifugasiè pelet dibuat sediaan apusè periksa
mikroskop

Sperma
 Wet slide : vaginal-anal-oral swab
 Amati langsung dibawah mikroskop
 Cek adanya sperma : bentuk seperti kecebong mempunyai kepala dan ekor

Tes semen
 P30
 Tes spermin

Pemeriksaan mikrobiologi
 Untuk mengetahui adanya mikroorganisme tertentu misal penyakit infeksi tertentu

Sexual Violence In Adolescents

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 36
Tujuan

• Memahami pengertian kekerasan fisik dan seksual

• Memahami kepentingan medikolegal

• Memahami prosedur dan etika pemeriksaan

Kekerasan seksual adalah masalah global.

Mayoritas : wanita  pria dan anak-anak

Dampak negatif terhadap kesehatan:

1. Kesehatan reproduksi dan seksual : kehamilan yg tidak diinginkan, IMS, HIV, adopsi
perilaku seksual yg beresiko.
2. Kesehatan mental : serius dan tahan lama: depresi, penyalahgunaan zat, gangguan
stress pasca trauma, bunuh diri.

Sexual violence / kekerasan seksual

istilah yang mencakup berbagai macam kegiatan, termasuk pemerkosaan / seks paksa ,
penyerangan tidak senonoh dan perilaku obsesif

seksual menyadari definisi hukum dari kekerasan seksual dalam yurisdiksi mereka sendiri è
 usia persetujuan dan pernikahan.

Definisi oleh Jewkes 2012, setiap tindakan seksual, mencoba untuk mendapatkan tindakan
seksual, komentar seksual yg tdk diinginkan, tindakkan seksual di jalan, menggunakan
kekerasan fisik, oleh setiap orang tanpa memandang hubungan korban.

Pernyataan / perjanjian palsu untuk aktivitas seksual:

- Ancaman kekerasan fisik: 1. ancaman sebagai keuntungan ( ex: promosis ditempat


kerja atau nilai yg baik), tekanan psikologis atau blackmail/pemerasan. 2. Tidak dapat
memberikan persetujuan: cacat mental lumpuh karena efek dari alkohol atau obat-
obatan.

Laki-laki sebagai korban kekerasan seksual

Laki-laki paling sering mengalami kekerasan seksual dalam bentuk:

- Seks anal
- Dipaksa masturbasi oleh pelaku
- Seks oral
- Dipaksa masturbasi korban

Pelanggaran seksual:
Eka Prasasti Clearinsyah
Forensic Pathologic Page 37
- Menurut KUHP, coitus mungkin terjadi dalam (288), atau non perkawinan (284-287).
- Dalam perkawinan: terluka atau menyebabkan kematian istri di bawah umur
- Tujuan hukum medicolegal:
1. Tanda-tanda coitus
2. Tanda-tanda kekerasan
3. Estimasi umur
4. Competen pernikahan

Tanda-tanda coitus:

- Coitus adalah penetrasi penis (sepenuhnya atau sebagaian) kedalam vagina


- Bukti tergantung pada:
1. Ukuran penis
2. Tingkat / derajat penetrasi
3. Bentuk dan elastisitas hymen
4. Kehadiran dan konsisi ejakulat
5. Posisis coitus
6. Waktu

Ejakulat

- Mendeteksi sperma  bukti terbaik


- Mendeteksi komponen : p30, enzim asam fosfat, kholin, spermin
- Tidak adanya ejakulat: 1. Tidak coitus, 2. Coitus tanpa ejakulat, coitus menggunakan
kondom

Estimasi waktu

- Sperma: 4-5 jam setelah coitus: sperma bergerak 24-36 jam: tidak bergerak tetap di
bagian dan mati pada korban sampai 7-8 hari
- Umur luka: penyembuhan total 7-10 hari

Tanda kekerasan

- Bekas gigitan, hematom, abrasi


- Mulut, bibit, leher, payudara, pergelangan, femur dan genital
- Membutuhakan uji toksikologi  chemical violence/ kekerasan kimia

Estimasi umur

- KUHP 284 dan 287  dibawah 12 atau 15 tahun


- Perkembangan fisik, tanda seksual secondaru, gigi, tulang, cranial sutura fusion
- Competen pernikahan: biology menarche, hukum 16 tahun

Homosexual

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 38
- Sebuah perlanggaran seksual dibawah umur (KUHP 292) atau sejarah perkawinan
- Pemeriksaan/ uji:
1. Laki-laki: estimasi umur, ejakulat, anus (bentuk corong, M.sphincter ani relaxed)
2. Wanita : umur, tanda2 manipulasi genital oleh tangan atau benda.

Penilaian dan pemeriksaan

- Memperoleh informed conseny


- Sejarah medis
- Pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki “top to toe”
- Pemeriksaan detail genito-anal
- Mencatat dan mengklasifikasikan luka
- Mengumpulakan spesimen yang terindikasi untuk tujuan diagnosis

Informed consent: adalah isu sentral dalam masalah medis-hukum


1.Examination , termasuk pemeriksaan genitalia dan anus .
2. Koleksi spesimen untuk penyelidikan medis untuk mendiagnosa masalah medis .
3. Koleksi spesimen untuk investigasi kriminal .
4. Photography .
5. Memberikan laporan secara lisan dan atau tertulis kepada polisi atau penyidik lainnya
6.Treatment dari kondisi medis yg teridentifikasi

Sejarah medis:
- hubungan medis/ bedah/ sejarah psykiatri
- hubungan sejarah genikologi
- alergi
- status medis dan imunitas
- sejarah pelanggaran dari pasien dan pihak lain
- current symptoms

Deskripsi luka : pertimbangkan : site, ukuran, bentuk, mengeliling/ lingkaran/ sekitar, warna,
kontur, course contents, umur, perbatasan, kedalaman.

Klasifikasi luka:

- abrasi : disrupsi/ gangguan lapisan luar kulit


- bruise/memar: area perdarahan di bawah kulit
- laserasi: robeknya jaringan sekunder akibat trauma tumpul
- insisi/ sayatan: jenis pemotongan cedera dgn (biasanya) yg jelas, margin reguler
- stab: luka dari kedalaman lebih besar dari panjang, yg dihasilakan oleh benda tajam
Eka Prasasti Clearinsyah
Forensic Pathologic Page 39
step 1

- Penampilan umum pasien dan sikap.


- Mulailah dengan tangan pasien ; ini akan meyakinkan pasien.
- Mengambil tanda-tanda vital,
- Periksa kedua sisi kedua tangan yg cedera. Amati pergelangan tangan tanda-tanda
tanda pengikat. Jejak bukti mungkin perlu dikumpulkan ( beberapa wilayah hukum
memerlukan kerokan kuku ).

Step 2

- Memeriksa lengan untuk cedera pertahanan : memar, lecet, luka atau luka gores
- Setiap site tusukan intravena harus dicatat.

Step 3

- Permukaan bagian dalam lengan atas dan ketiak atau aksila perlu hati-hati mengamati
tanda-tanda memar.
- Korban yang telah ditahan oleh tangan sering menampilkan memar ujung jari pada
lengan atas.

Step 4

- Periksa wajah. mata hitam dan tanda-tanda hidung berdarah


- Mulut harus diperiksa dengan hati-hati, memeriksa memar , lecet dan luka mukosa
bukal.
- Petechiae pada hard / langit-langit lunak dapat menunjukkan penetrasi.
- Periksa untuk frenulum robek dan patah gigi.
- Mengumpulkan swab lisan, jika diindikasikan.

Step 5

- Memeriksa telinga dan di belakang telinga, untuk bukti bayangan bruising  telinga
telah melanda ke kulit kepala.
- Gunakan otoscope untuk memeriksa gendang telinga.

Step 6

- Palpasi lembut kulit kepala dapat mengungkapkan kelembutan dan pembengkakan ,


sugestif hematoma.
- Rambut rontok karena rambut menarik selama serangan dapat menyebabkan sejumlah
besar rambut longgar untuk dikumpulkan di tangan bersarung pemeriksa ; alternatif,
menyisir lembut dapat memulihkan rambut longgar.
- Gaya elektrostatik bisa, bagaimanapun, menyebabkan sejumlah besar rambut longgar
untuk dipertahankan di kepala sampai pasien berikutnya mengambil mandi atau
mandi.

Step 7
Eka Prasasti Clearinsyah
Forensic Pathologic Page 40
- Memar pada leher dapat menunjukkan serangan yang mengancam jiwa . memar jejak
dapat dilihat dari kalung dan barang-barang lain dari perhiasan di telinga dan di leher.
- Suction -jenis memar dari gigitan harus dicatat dan diusap untuk air liur sebelum
disentuh.

Step 8

- Payudara dan bagasi harus diperiksa dengan sebanyak martabat dan privasi seperti
yang dapat diberikan.
- Menyelidiki cedera kehadiran.
- Payudara sering target serangan dan sering digigit dan sehingga dapat
mengungkapkan bukti memar hisap atau trauma tumpul.
- Jika payudara tidak diperiksa, alasan untuk tidak melakukannya harus
didokumentasikan.

Step 9

- Pasien kemudian dapat berbaring untuk pemeriksaan perut.


- Pemeriksaan untuk memar, lecet, luka dan jejak bukti.
- Palpasi abdomen harus dilakukan untuk menyingkirkan trauma internal maupun untuk
mendeteksi kehamilan.

Step 10

- Paha bagian dalam seringkali menjadi sasaran memar ujung jari atau trauma tumpul
( yang disebabkan oleh lutut ).
- Mungkin ada lecet atau laserasi ke lutut dan kaki
- Hal ini penting untuk memeriksa pergelangan kaki ( dan pergelangan tangan ) sangat
erat tanda-tanda menahan diri dengan ligatures.
- Telapak kaki juga harus diperiksa.

Step 11

- Memeriksa bokong dan bagian belakang kaki


- Bukti harus dikumpulkan dengan penyeka dibasahi ( untuk semen , air liur , darah )
atau pinset ( untuk rambut , serat , rumput , tanah ).
- Mendokumentasikan kehadiran tato

Penggunaan lampu Wood untuk mendeteksi air mani pada daerah kulit di mana ini diduga
adalah praktek klinis tidak lagi dianjurkan  tidak berpendar semen serta diperkirakan
sebelumnya, dan metode yang lebih dapat diandalkan untuk mendeteksi air mani ( mis
penyeka ) karena itu harus digunakan.

Uji Genito-anal

- Posisi litotomi
- Membuat pasien merasa nyaman dan sesantai mungkin

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 41
Uji Genital

- Daerah luar wilayah genital dan anus harus diperiksa, Periksa mons pubis.
- Vestibulum vagina harus diperiksa membayar perhatian khusus pada labia majora ,
labia minora, klitoris, selaput dara atau sisa-sisa himen , fourchette posterior dan
perineum.  
- Sebuah swab dari alat kelamin eksternal harus diambil sebelum eksplorasi atau
spekulum pemeriksaan digital dicoba.

Step 2

- Jika ada darah yang cerah hadir, itu harus diusap dengan lembut dalam rangka origin,
yaitu apakah vulva atau dari yang lebih tinggi dalam vagina.

Uji Pendukung : deteksi mani (p30), deteksi sperma

- Koleksi spesimen forensik  


- Label, kemasan dan pengangkutan spesimen forensik
- untuk mempertahankan lacak balak bukti  kesempatan
- terapi  
- mengatur perawatan lanjutan
- penyimpanan dokumentasi  
- penyediaan laporan medis-hukum

Ethical issues

- Autonomy. Hak pasien untuk membuat keputusan atas nama mereka sendiri. Semua
langkah-langkah yang diambil dalam memberikan pelayanan didasarkan pada
persetujuan dari pasien.
- Beneficence. Tugas atau kewajiban untuk bertindak dalam kepentingan terbaik dari
pasien.
- Non - maleficence. Tugas atau kewajiban untuk menghindari kerugian bagi pasien .
- Justice or fairness. Melakukan dan memberikan apa yang menjadi hak karena .

Diagnostik test, specimen collection and forensic issues

Tujuan utama dari pemeriksaan forensik adalah untuk mengumpulkan bukti yang
dapat membantu membuktikan atau menyangkal hubungan antara individu dan / atau antara
individu dan benda-benda atau tempat.

- Mengumpulkan hati-hati , menghindari kontaminasi ; mengumpulkan spesimen sedini


mungkin ; 72 jam setelah serangan itu nilai materi pembuktian menurun secara
drastis;  
- label semua spesimen akurat ;  
- kering semua spesimen basah ;
- memastikan spesimen adalah bukti aman dan tamper ;
- menjaga kontinuitas;
Eka Prasasti Clearinsyah
Forensic Pathologic Page 42
- Rincian dokumen semua prosedur pengumpulan dan penanganan .

 Mendokumentasikan semua menemukan dengan rekam medis


 Visum et Repertum  projustia , bukti tertulis
 Ahli witnessè menjelaskan di pengadilan

Infanticide & child abuse

Tujuan

• Memahami pengertian infanticide


• Memahami kepentingan medikolegal
• Memahami tujuan pemeriksaan
• Memahami memperkirakan maturitas, umur bayi/infant
• Memahami perkiraan bayi lahir mati atau hidup.

Infanticide:

- Menurut KUHP 341.342 , 343


- Adalah membunuh bayi yang baru lahir dengan ibu
- Pada atau setelah melahirkan Takut akan menemukan disampaikan bayi

The role of forensic pathologist

- Membantu dalam mengidentifikasi ibu ( jika ia tidak diketahui )


- Memperkirakan kematangan bayi
- Menentukan apakah bayi masih hidup pada saat lahir
- Untuk menentukan penyebab kematian  alami atau tidak alami

Estimasi of maturity

Jangka penuh ( 40 minggu kehamilan ) :    

1. Berat 2550-3360 g    


2. Panjang dari kepala - tumit 48-52 cm
3. Panjang Crown - rump : 28-32 cm    
4. Lingkar kepala 33-38 cm    
5. Pusat osifikasi di ujung bawah femur diameter 6 mm    
6. Lanugo tidak ada, hanya di atas bahu    
7. Rambut kepala 2-3 cm panjang

- Testis teraba di skrotum ; labia vulva menutup lubang vagina


- umbilikus adalah tengah-tengah antara xiphisternum dan pubis
- Mekonium gelap hadir dalam int besar.
- Haase ( Crown - heel ) dan Streeter ( Crown - coccigeus ) Aturan

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 43
Cara mengetahui bayi lahir hidup?

- Uji hidrostatik, mengambang paru-paru dalam air . Sink stillborn/ lahir mati , float
 bernapas
- Alveoli colleps  tidak bernapas
- Deteksi udara di perut
- Masalah : pembusukan , resusitasi

Penyebab kematian

- Natural : penyakit , kelainan fatal, usia pra - dewasa kematian


- Tak wajar :
1. Suffocation  aplikasi langsung ke wajah untuk menutup hidung dan mulut
2. Pencekikan
3. Cedera kepala : melempar , gagah
4. Drwoning dll

Child abuse
 Mendapatkan kekerasan secara berulang, termasuk juga kurangnya asupan nutri,
perawatan, dan kasih sayang

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 44
 Perlukaan umunya adalah direct manual violence, berupa memar pada tubuh anak.
Jika mengenai kepalaè dapat menyebabkan kerusakan otak
 Munchasusen’s syndrome by proxy : adalah tipe child abuse oleh ibu. Korban sering
dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan akibat gejala klinis yang dibuat
dengan cerita fiktif.
 Misal : ibu menyuntik insulinè dibawa ke RS sebagai hypoglikemia

Sudden infant death syndrome


 Adalah kematian mendadak pada bayi yang tampak sehat sebelumnya, namun
kematiannya tidak dapat djelaskan meskipun otopsi telah dilakukan
 Insidensi 0.2-0,4% per kelahiran hidup
 Umur-2 bulan-2 tahun
 Biasanya meninggal saat tidur, atau ditemukan meninggal pada pagi hari
 Hipotesa è prolonged sleep apnoea

Asphyxia

 Kematian Aphyxial disebabkan oleh kegagalan sel untuk menerima atau


memanfaatkan oksigen
 Isi oksigen yang normal 90-100 mm Hg.  Hipoksia yang fatal : 40-20 mm Hg     post-
mortem oksigen dalam darah à tidak ada nilai  perubahan PM cepat sign  klasik
 non spesifik :     kemacetan visceral, ptechiae, dan fluiditas darah

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 45
Suffocation/ mati lemas
- Adalah oksigen yang tidak memadai di lingkungan
- Dalam terperangkap di udara kandang ketat, cukup awalnya oksigen  exhausted 
asfiksia
- Biasanya kecelakaan. Bunuh diri dan pembunuhan yang langka
- Environmental suffocation underground chamber
- O2 normal dalam suasana 20 %. Kematian mungkin terjadi pada 8 % dalam beberapa
menit

Smoothering
- Disebabkan oleh obstruksi mekanis saluran napas eksternal
- Biasanya pembunuhan atau bunuh diri dan jarang kecelakaan Tidak ada temuan
otopsi tertentu.
- Tidak ada wajah ptechial, konjungtiva
- Contoh : menempatkan kantong plastik di atas kepala masing-masing, lelucon
menghalangi hidung dan mulut

Choking
- Disebabkan oleh terhalangnya dalam saluran udara
- Natural : fulminan epiglottitis
- Pembunuhan : isian kertas toilet ke bayi yang baru lahir mulut.
- Kecelakaan : benar-benar obstruksi sepotong makanan   café coronary  sambil
makan , tiba-tiba berhenti bicara , berdiri , dan runtuh CPR  tidak efektif . Mulut ke
mulut resc.  tidak naik dada
- diagnosis choking  airway

- sejumlah kecil makanan  massive aspirasi makanan

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 46
Mekanisme asphyxia
- Tekanan pada bagian luar tubuh mencegah respirasi.
- 3 jenis : asfiksia traumatik , asfiksia posisi , dan kerusuhan -crush asfiksia
- traumatik terjadi ketika beban berat menekan ke bawah di dada atau perut bagian atas,
membuat respirasi mustahil.
- Temuan otopsi : kemacetan kepala, leher, bukti trauma di dada
- Posisi asphyxia biasanya berhubungan dengan alkohol atau intoksikasi obat

- Terperangkap dalam ruang terbatas, karena posisi tubuh, mereka tidak bisa bergerak
out  pembatasan napas  kematian

- Riot crush, terjadi kerusuhan, ketika dada tertekan oleh menyerbu orang menumpuk
di atas satu sama lain. Gerakan pernafasan dilarang oleh tumpukan manusia ini 
distribusi zat

Fatal pressure on the neck

Mekanisme kematian :

1. Airway oklusi : kompresi langsung laring atau trakea atau tertutup faring dengan
mengangkat laring  sekitar 15 kg
2. Oklusi vena leher  kemacetan, sianosis, edema, ptechiae atas garis penyempitan.
Sistem jugularis eksternal yang paling rentan       
Cepat meningkatnya tekanan vena di kepala, terutama arteri karotid masih paten  2
kg
3. Kompresi arteri karotid. karotis sebagian besar tertutup oleh otot-otot sternomastoid
 perlu tekanan yang lebih tinggi  benar-benar tersumbat > 4 minutesà otak
ireversibel rusak
4. Efek saraf. Tekanan pada baroreseptor di karotis sinus  pass sampai ke otak
melalui saraf glossopharyngeal ke inti kesepuluh di batang otak, kemudian kembali
melalui supply vagus ke jantung dan organ-organ lainnya  lebih umum di manual
strangulasi  finger lebih rentan untuk menggali secara mendalam dari otot
sternomastoid . Hanging  pucat wajah, bebas dari tanda-tanda congesti - perdarahan

Manual strangulation
- Diproduksi oleh tekanan dari tangan, lengan, atau anggota tubuh lainnya terhadap
leher, menekan struktur leher internal
- Temuan otopsi : memar diskoid pada leher akibat jari pad, 1-2 cm. Memar pada
jaringan internal leher. Radiografi leher  keadaan tulang belakang leher dan tulang
rawan laring
- Fraktur hyoid dan tulang tiroid  70 %
- Air mata intima atau perdarahan di atau dekat karotis .
Hanging
- Adalah bentuk cekikan ligatur di mana gaya diterapkan leher berasal dari hambatan
gravitasi tubuh / bagian badan.

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 47
- Biasanya bunuh diri , kecelakaan jarang terjadi, dan pembunuhan yang sangat langka.
menggantung
- Peradilan berbeda dari kasus forensik biasa
- Cepat jatuh tubuh tiba-tiba ditangkap , tulang belakang leher terkilir akibat yang

Autopsy apperance
- hypostatis postmortem pertama terjadi di kaki dan tangan  posisi vertikal untuk
beberapa jam.
- Perdarahan Ptechial
- Congesti
- Perdarahan jaringan leher
- Fraktur laring
- Kerusakan pada intima arteri karotid

Mekanisme hanging
- Reflex serangan jantung  strechting sinus karotis
- Karotid ( vertebral ) occludsion arteri
- occlussion vena
- obstruksi jalan napas
- Sumsum tulang belakang - batang otak gangguan .

Ligature strangulation
- Tekanan oleh konstriksi leher dengan sebuah tali.
- Penampilan otopsi : mark ligatur pada leher, biasanya di atas atau di bawah
menonjolnya laring
- perdarahan jaringan leher
- asfiksia klasik
- Tyroid - hyoid fraktur

Autoerotic asphyxia
- Mekanisme dasar : hipoksia serebral  menghasilkan halusinasi yang bersifat erotis
hilangnya progresif  kontrol sukarela
- Metode : ligatur , masker dll  
- Masokis , Transvetism : memakai atribut perempuan
- Literatur Pornografi

Autopsy & Exhumation

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 48
Autopsy = diseksi investigasu mayat = necropsy
Post mortem exam  1. External exam/Pl. 2. Dissection/PD

Anatomical autopsy
- Studi anatomi manusia
- Pendidikan untuk mahasiswa kedokteran ( * art . 1 )
- mahasiswa kedokteran + ahli ( * art . 7 )
- Pre - otopsi - posting è etika dan agama ( * ps 8 )
- * PP no 18 th 1981

Clinical autopsy
 Efek pengobatan, penyebaran penyakit
 Sebab pasti penyakit/kelainan sbg sebab kematian & efek terapi (*artc. 1a).
 IC è pasien/keluarga (*ps. 2a)
 tanpa IC: - unidentified dalam 2x24 jam
- membahayakan masyarakat (*ps. 2c).

Otopsi forensik
- Permintaan tertulis dari polisi ( Penyidik , jaksa , hakim )
- Tim otopsi :

Prosedur
1. Administrative:

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 49
 Surat permintaan dari penyidik
 Informed consent
 Label
2. Ananmnmesis
3. External examination
4. Internal iexamination
5. Collect samples
6. Visum et repertum (autopsy report)

External examination
 photographs
 Position
 Clothing and properties
 Postmortem changes
 Examine all injuries and pathological findings
 Samples collcetion

Internal Examination
 Dissection (I,Y, Y -modified)
 Examine all of the injury and pathological findings
 Thorax
 Abdomen
 Pelvis
 Head
 Other parts of body
 Hemorrage and fluids : remove and measure. Identifiy the source bleedings
 Wound description
 Collect samples
 Lab. Exam
 Visum et repertum

Biosafety
- Kewajiban dokter untuk dia / dirinya sendiri
- Cadaver  menular  peralatan keselamatan     
- khusus kain, apron, boot, topi, kacamata, masker, lateks / kapas sarung tangan ,
deterjen, desinfektan
- Polisi bertanggung jawab atas keamanan selama otopsi

Etika
 hormati jenazah
 empati terhadap keluarga yang berduka
 Gunakan peralatan yang berkualitas
 Melakukan pemeriksaan dengan serius

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 50
sesuai prosedur

Confidentiality
 Autopsy report
 Documentation
 Regulation:

Administrativ
 Surat/ berita acara serah terima BB
 Surat permintaan otopsi, disertai IC bermeterai dari keluarga
 Berita acara pemeriksaan atas TKP, saksi
 Segel-label barang bukti
 Bukti pembayaran biaya pemeriksaan

Regulation
 PP no 18 th 1981 : otopsi klinis&anatomis serta transplantasi alat-organ manusia
 Fatwa no 4 th 1955 dari majlis pertimbangan kesehatan dan syara` Menkes: è mubah
untuk science, pendidikan dokter,keadilan

Doctor Obligation
1. Ps 133 ayat 1-3 KUHAP
2. Ps 134 ayat 1-3 KUHAP
3. Ps 135 KUHAP
4. Ps 179 KUHAP
5. Ps 180 KUHAP
6. Ps 187 KUHAP

Sanksi pelanggar kewajiban dokter


1. Ps 216 KUHP
2. Ps 222 KUHP
3. Ps 224 KUHP
4. Ps 522 KUHP

Hambatan otopsi:
1. Tidak/kurang memahami pentingnya otopsi
2. Tidak/belum mengetahui persoalan
3. Biaya otopsi
4. Sosial budaya

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 51
Ekshumation

 = bongkar mayat
 melakukan pembongkaran makam, untuk melakukan otopsi pada jenazah
 Sebab : tidak dilakukan pemeriksaan jenazah sebelumnya, namun belakangan ada
permasalahan tentang sebab dan cara kematiannya; atau korban pembunuhan ; second
opinion.

Prosedur
 Koordinasi antar penyidik, pemerintah desa setempat dan keluarga korban
 Membuat tenda tertutup, meja otopsi, ember dan sumber air
 Melakukan penggalian kubur, amati tanah lapis-demi lapis
 Ambil sampel tanah disekitar ‘lubang tubuh’ dan tanah diluar area makam
 Angkat jenazah, letakkan di meja otopsi
 photograph
 Otopsi seperti biasa
 Ambil sampel untuk pemeriksaan penunjang
 Setelah selesai, kuburkan kembali
 Menuliskan visum et repertum

Transplantasi
 Adalah tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia
dari orang yang sama atau berbeda, sebagai terapi untuk menggantikan alat dan atau
jaringan yang tidak berfungsi dengan baik.
 IC tertulis dari penderita/kel diatas kertas bermeterai dengan 2 orang saksi
 Tidak boleh dilakukan oleh dokter yang merawat donor ybs

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 52
Donor
 Donor hidup è IC setelah diberi penjelasan ttg akibat,resiko, prosedur operasi
 Pengambilan organ/jar tubuh mns korban kecelakaan è IC tertulis dari kel terdekat.
 Donor/kel yang meninggal tidak berhak tas kompensasi apapun sebagai imbalan
transplantasi
 Orang tua è tidak boleh menandatangani IC pengambilan organ anaknya, kecuali
untuk regenerative tissue

Mati
 Berhentinya secara permanen fungsi otak, pernafasan, denyut jantung.
 Saat mati donor ditentukan oleh 2 orang dokter , tidak ada sangkut paut medik dengan
dokter yang melakukan transplantasi

Hal yang dilarang


 Jual beli alat dan atau jar tubuh manusia
 Kirim-terima alat dan atau jartubuh manus dalam semua bentuk ke dan dari LN
 Kecuali untuk keperluan penelitian ilmiah

Drowning & Burn Trauma

Tenggelam/ Drowning :
- Definisi tenggelam dan perendaman
- Penyebab dan mekanisme kematian
- Penampilan karakteristik ' ini di otopsi
- Pemeriksaan laboratorium

Membakar/ Burn:
- Definisi cedera panas , melepuh , dan panas kering
- Ante mortem vs post mortem luka bakar
- Penampilan di otopsi
- Pemeriksaan laboratorium

Definisi tenggelam:
 Drowning (air masuk ke saluran pernapasan atau paru-paru)
 Immersion (mayat tertutup air)
 Submersion (kontak muka dengan air)

Jadi jika mayat yang ditemukan di air, itu tidak selalu berarti disebabkan mati karena
tenggelam.
Ada dua prinsip : 1. Kontak dengan air. 2. Terhirup air ke dalam saluran pernapasan

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 53
Physiologi drowning:
Ketika orang tenggelam, kondisi ini akan membuat :
- Holding napas
- Inspirasi involunter dan megap-megap di titik puncaknya
- Hilang kesadaran
- Kematian

Penyebab dan mekanisme kematian:


- Penyebab kematian adalah tenggelam
- Mekanisme: 1). Asphyxia (wet tenggelam). 2). Laryngeal spasm (dry tenggelam). 3).
Reflex vagal (dry tenggelam).

Temuan Autopsy :
- Pemeriksaan external
 Washerwomen di tangan dan di telapak (terlihat putih dan keriput)
 Goose flesh (cutis anserina)
 Mushroom like di lubang hidung, mulut, dan saluran pernapasan (putih berbusa atau
cairan darah)
 Temukan tanda asphyxia dan cadaveric spasm

- Pemeriksaan internal
 Busa putih atau hemorrhagic ditemukan di trakea dan bronkus
 Air dapat ditemukan di perut
 Terjadi dilatasi ventrikel kanan
 Edema paru
 Pembengkakan otak
 Congesti

Bagaimana menentukan diagnosis tenggelam:


Berdasarkan:
 Keadaan kematian
 Berbagai temuan otopsi
 Tes kimia/ laboratorium test:
- Histopatologi/ toxikologi
- Test destruction/ test diatom
- Test jus paru
- Test gettler klorida

Laboratorium test:
 Destruction test/ diatom test:
- Untuk mengidentifikasi diatom dalam jaringan tenggelam korban.

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 54
- Diatom mikroskopis ganggang unicelular ( ukuran 5-500 m )
- Digunakan sytem organ tertutup ( tulang femur lebih atau dikemas ginjal dari tubuh
non - membusuk ).
- Sampel dicerna dalam asam consentrated , kemudian diperiksa deposit dalam
mikroskop standar.
- Untuk melihat apa jenis diatom di dalam air di mana korban tenggelam , dan
kemudian dibandingkan.
- Hasil negatif tidak berarti, tanpa tenggelam

Gettler Chlorida Test


- Untuk menentukan korban yang tewas di segar atau air asin.
- Ini adalah analisis darah di sisi kanan dan kiri jantung.
- Di air tawar, tingkat klorida tinggi di kanan daripada di sebelah kiri.
- Di air asin , tingkat klorida tinggi di sebelah kiri dari sisi kanan .

Perbedaan mekanisme tenggelam di air tawar dan air asin:


- Di air tawar
 Banyak air masuk ke alveoli dan penyerapan untuk sirkulasi
 Hypervolume dan hemodilusi
 Ventrikel fibrilasi (hiperkalemia)
 Kematian

- Di air asin
 Banyak air masuk ke alveoli mengandung garam
 Air dari peredaran keluar ke alveoli
 Hypovolume dan hemokonsentrasi
 Edema paru
 Kematian

Burn trauma
Dapat dibagi menjadi 5:
1. Api/flash
2. Kontak
3. Pancaran panas
4. Pedas/ scalding
5. Kimia

Definisi:
- Luka bakar api : kontak dari tubuh dan api (flash )
- Kontak luka bakar : kontak fisik antara tubuh dan benda panas ( 70 oC atau lebih
tinggi )
- Radiant panas luka bakar : disebabkan oleh gelombang panas ( gelombang
elektromagnetik )
Eka Prasasti Clearinsyah
Forensic Pathologic Page 55
- Panas luka bakar : disebabkan oleh cairan panas ( air )
- luka bakar kimia : disebabkan oleh zat kimia

Flame burns/ flash burn


- Flash luka bakar adalah varian dari api membakar.
- Disebabkan oleh pengapian mendadak atau ledakan gas.
- Biasanya adalah durasi pendek , membakar seragam.
- Hasil secara parsial - ketebalan luka bakar dan rambut hangus.

Radiant heat burn


- Tidak ada kontak antara tubuh dan api, atau objek panas.
- Awalnya, kulit tampak eritematosa dan melepuh, dengan bidang slip kulit.
- Dengan kontak yang terlalu lama dengan api kecil, kulit akan menjadi cokelat muda
dan kasar (a welldone kalkun ).
- Awalnya rambut masih utuh, jika terus cukup lama , akan ada hangus tubuh .

Faktor yang menentukan radiant heat burn:


 Suhu gelombang panas
 Saat paparan
 Pakaian dari kulit

Severity of burn injuries


Tergantung pada:
1. Memperpanjang area yang terbakar
2. Tingkatan keparahan luka bakar
3. Usia korban
4. Kehadiran cedera inhalasi

In living individual:
- Luasnya luka bakar diindikasikan sebagai persentase dari total luas permukaan tubuh
- Hal ini ditentukan oleh “rule of nines”

Penyebab dari api: 1. Immediate, 2. Delayed


1. Immediate : Disebabkan oleh cedera termal langsung ke tubuh atau menghirup asap
2. Delayed : Mungkin dua atau tiga hari disebabkan oleh shock, kehilangan cairan , atau
kegagalan pernafasan akut dan sepsis

Bagaimana distingush

 Antemortem burns
- Ada eritematosa lecet atau luka bakar sekitarnya
- Ada jelaga di laring dan trakea
- Livor mortis akan memiliki warna merah ceri ( berarti keracunan karbon monoksida )
- Pemeriksaan mikroskopik dapat melihat tanda-tanda dari reaksi inflamasi
Eka Prasasti Clearinsyah
Forensic Pathologic Page 56
 Postmortem burns
- Tidak ada eritematosa
- Tidak ada jelaga di laring dan trakea
- Kami tidak dapat menemukan livor mortis dengan cherry warna merah
- Pemeriksaan mikroskopik tidak dapat melihat tanda-tanda dari reaksi inflamasi

Kesimpulan
- Penyebab kematian oleh Tenggelam jika kita menemukan kontak dengan air dan
menghirup air ke dalam saluran pernapasan
- Ada tanda-tanda untuk membedakan ante mortem dari post mortem luka bakar luka

Soal-Soal

1. Manakah dibawah ini yang bukan merupakan tanda-tanda klasik asfiksia?


A. Sianosis
B. Tardieuv spots
C. Livor mortis lebih luas
D. Kongesti
E. Livor mortis berwarna merah terang

2. Manakah yang bukan merupakan penyebab terjadinya asfiksia?


A. Penyakit paru-paru
B. Trauma mekanik
C. Racun sianida
D. Vagal refleks
E. Tenggelam

3. Manakah dibawah ini yang benar terkait dengan sianosis?


A. Warna merah terang
B. Terlihat di bagian dalam tubuh
C. Terlihat jika Hemoglobin yang tereduksi lebih dari 5 gram %
D. Terlihat di sklera dan conjungtiva
E. Terlihat jika hemoglobin yang tereduksi kurang dari 5 gram%

4. Manakah yang merupakan alasan paling benar terkait dengan darah lebih encer pada kasus
asfiksia?
A. Karena hemoglobin meningkat
B. Karena jumlah eritrosit meningkat
C. Karena jumlah lekosit meningkat
D. Karena aktivitas fibrilinosin meningkat
E. Karena aktivitas oksigen meningkat

5. Manakah yang merupakan tanda-tanda asfiksia yang selalu ada?


A. Sianosis

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 57
B. Kongesti
C. Petechiae haemorragic
D. Tardieuv spot
E. Livor mortis lebih gelap

6. Manakah dibawah ini yang paling benar merupakan tahapan proses asfiksia?
A. Dyspneu – apneu – konvulsi – paralise
B. Dyspneu – konvulsi – paralise – apneu
C. Dyspneu – konvulsi – apneu – paralise
D. Dyspneu – paralise – konvulsi – apneu
E. Dyspneu – paralise – apneu – konvulsi

7. Manakah dibawah ini yang benar terkait dengan Smothering?


A. Penutupan jalan nafas bagian luar yaitu hidung dan mulut
B. Penutupan jalan nafas bagian dalam yaitu laring
C. Penutupan jalan nafas bagian luar yaitu leher
D. Penekanan dinding dada luar
E. Penekanan dinding perut luar

8. Manakah dibawah ini yang benar terkait dengan autoerotic asphyxia?


A. Biasa mati karena alat kelamin terjepit.
B. Umumnya pada wanita
C. Biasanya TKP di tempat ramai
D. Di TKP ada gambar-gambar karikatur
E. Di TKP ada gambar-gambar erotic dan kaca

9. Manakah dibawah ini yang benar terkait dengan ligature strangulation?


A. Umumnya bunuh diri
B. Umumnya kecelakaan
C. Lebih disebabkan karena kekuatan tangan daripada berat badan
D. Lebih disebabkan karena berat badan daripada kekuatan tangan
E. Ditemukan jejas dileher berbentuk huruf U

10. Manakah dibawah ini yang benar terkait dengan perbedaan hanging karena gantung diri
dengan pembunuhan?
A. Hanging karena bunuh diri TKP berantakan
B. Hanging pembunuhan talinya simpul hidup
C. Hanging karena gantung diri jarak kaki dengan lantai lebih pendek
D. Hanging karena pembunuhan jarak kaki dengan lantai lebih pendek
E. Hanging karena gantung diri talinya simpul mati

11. Tindakan abortus berdasarkan hukum di Indonesia dilarang, namun setelah ada Undang-
Undang Kesehatan No 23 tahun 1992 dan direvisi dengan Undang-Undang Kesehatan
No 36 tahun 2009, tindakan abortus provokatus bisa dilakukan dengan beberapa alasan.
Manakah alasan dibawah ini yang benar menunjukan tindakan abortus bisa dilakukan?
A. Dengan indikasi kedaruratan medis yg terdeteksi sejak usia dini, yg mengancam
nyawa ibu atau janin, penyakit genetik sedang/cacat bawaan yg dapat diperbaiki atau

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 58
tidak menyulitkan hidup diluar kandungan dan kehamilan korban perkosaan dengan
trauma psikis yang berat.
B. Dengan indikasi kedaruratan medis yg terdeteksi sejak usia pertengahan, yg
mengancam nyawa ibu atau janin, penyakit genetik sedang/cacat bawaan yg tidak
dapat diperbaiki atau menyulitkan hidup diluar kandungan dan kehamilan korban
perkosaan dengan trauma psikis yang sedang.
C. Dengan indikasi kedaruratan medis yg terdeteksi sejak usia dini, yg mengancam
nyawa ibu atau janin, penyakit genetik berat/cacat bawaan yg tidak dapat
diperbaiki atau menyulitkan hidup diluar kandungan dan kehamilan korban
perkosaan dengan trauma psikis yang berat.
D. Dengan indikasi kedaruratan medis yg terdeteksi sejak usia dini, yg mengancam
nyawa ibu atau janin, penyakit genetik sedang/cacat bawaan yg dapat diperbaiki atau
tidak menyulitkan hidup diluar kandungan dan kehamilan korban perkosaan dengan
trauma psikis yang sedang.
E. Dengan indikasi kedaruratan medis yg terdeteksi sejak usia dini, yg tidak mengancam
nyawa ibu atau janin, penyakit genetik berat/cacat bawaan yg dapat diperbaiki atau
tidak menyulitkan hidup diluar kandungan dan kehamilan korban perkosaan dengan
trauma psikis yang berat.

12. Abortus provokatus bisa dilakukan pada kehamilan korban perkosaan dengan trauma
psikis yang berat. Namun harus memenuhi persyaratan sesuai ketentuan hukum. Manakah
dibawah ini yang benar merupakan persyaratan abortus provokatus sesuai ketentuan
hukum pada kasus diatas?
A. Umur kehamilan lebih dari 6 minggu, dilakukan oleh dokter umum, di Puskesmas.
B. Umur kehamilan kurang dari 6 minggu, dilakukan oleh dokter kandungan, di rumah
sakit.
C. Umur kehamilan lebih dari 6 minggu, dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dan berwenang dan di rumah sakit yang memenuhi syarat.
D. Umur kehamilan kurang dari 6 minggu, dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dan berwenang dan di sarana pelayanan kesehatan yang memenuhi
syarat.
E. Umur kehamilan kurang dari 6 minggu, dilakukan oleh dokter umum, di sarana
pelayanan kesehatan yang memenuhi syarat.

13. Jika anda sebagai dokter umum yang bekerja di Puskesmas daerah perifer, mendapat
pasien hamil anak kedua, usia 35 tahun dengan penyakit jantung koroner yang berat.
Orang tuanya minta anda melakukan aborsi untuk menyelamatkan ibunya. Apakah
tindakan yang paling tepat harus anda lakukan?
A. Menyetujui dan segera melaksanakan tindakan aborsi
B. Menyetujui dan minta inform consent dari pasien
C. Menyetujui, membentuk tim dan minta inform consent dari pasien
D. Menolak dan segera merujuk pasien ke rumah sakit
E. Menolak dan menegur orang tua pasien

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 59
14. Dibawah ini adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan tindakan
abortus yang tidak melanggar hukum, kecuali :
A. Umur kehamilan
B. Penyakit ibu
C. Cacat janin
D. Umur ibu
E. Korban perkosaan

15. Seorang ibu usia 30 tahun primigravidarum dengan kelaianan jantung. Setelah
kehamilan berumur 6 bulan, ibu mengalami serangan jantung dan harus bayinya
digugurkan jika ibunya ingin selamat. Apakah yang paling tepat menjadi pertimbangan
agar tidak melanggar hukum?
A. Kesepakatan tim medis
B. Inform consent orang tua
C. Inform consent ibu/suaminya
D. Consent tim kerohanian
E. Consent komite etik rumah sakit

16. Kecelakaan pada alat transportasi bisa terjadi kapan saja. Pernyataan dibawah ini yang
benar merupakan faktor-faktor terjadinya kecelakaan pada pesawat terbang, kereta api
dan kapal laut adalah :
A. Faktor manusia, faktor alam, dan faktor ketrampilan
B. Faktor manusia, faktor alam dan faktor cuaca
C. Faktor manusia, faktor cuaca dan faktor mesin
D. Fakor manusia, faktor cuaca dan faktor keuangan
E. Faktor manusia, faktor cuaca dan faktor kebijaka

17. Manakah penyebab kekerasan yang benar dari luka-luka yang kita temukan pada
kecelakaan pesawat terbang, kapal laut, dan kereta api ?
A. Trauma tumpul, tajam, dan senjata api
B. Trauma tumpul, tajam dan zat kimia
C. Trauma tumpul, tajam dan barotrauma
D. Trauma tumpul, tajam dan suhu panas
E. Trauma tumpul, tajam dan radiasi

18. Pada kecelakaan transportasi, pemeriksaan korban atau otopsi dilakukan secara
spesifik. Apakah tujuan utama dari pemeriksaan ini?
A. Untuk menentukan identitas korban
B. Untuk menentukan sebab kematian korban
Eka Prasasti Clearinsyah
Forensic Pathologic Page 60
C. Untuk menentukan ada tidaknya faktor kesalahan manusia
D. Untuk menentukan saat kematian
E. Untuk menentukan tanda-tanda kematian sekunder

19. Pada kecelakaan transportasi, banyak ditemukan korban massal sehingga dilakukan
pemeriksaan pada semua korban. Apakah tujuan utama pemeriksaan pada semua korban
atau jenasah tersebut?
A. Untuk menentukan sebab kematian
B. Untuk menentukan cara kematian
C. Untuk menentukan saat kematian
D. Untuk menentukan mekanisme kematian
E. Untuk menentukan identitas korban

20. Pada kecelakaan kapal laut, korban atau jenasah yang dilakukan pemeriksaan bisa
ditemukan luka-luka. Keadaan atau luka-luka apakah yang benar bisa ditemukan pada
kecelakaan tersebut?
A. Luka robek, luka tusuk, luka tembak dan tenggelam
B. Luka robek, luka tusuk, luka bakar dan tenggelam
C. Luka robek, luka iris, luka tembak dan tenggelam
D. Luka robek, luka iris, luka bakar dan keracunan
E. Luka robek, luka tusuk , luka bakar dan keracunan

21. Pada kecelakaan pesawat terbang, manakah yang benar menurut rutherford prosentase
yang paling besar tempat terjadinya kecelakaan?
A. Pada saat mendarat
B. Pada saat sedang terbang
C. Pada saat parkir
D. Pada saat akan terbang
E. Pada saat berputar

22. Pada kecelakaan kapal laut dan kapal terbang yang jatuh ke laut ditemukan korban
tenggelam. Pada pemeriksaan luar korban atau jenasah yang tenggelam ditemukan tanda
yang menunjukkan korban tenggelam semasih hidup. Manakah tanda dibawah ini yang
benar menunjukkan korban tenggelam semasih hidup?
A. Washer women hands
B. Cutis anserina (goose flesh)
C. Mush room like appearance
D. Gambaran tatto
E. Gambaran lebam mayat

23. Pada kecelakaan transportasi sering ditemukan korban atau jenasah mengalami luka
bakar. Manakah tanda dibawah ini yang menunjukkan korban mengalami luka bakar
semasih hidup pada pemeriksaan luar?

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 61
A. Ditemukan bula
B. Ditemukan warna luka bakar kemerahan
C. Ditemukan warna luka bakar putih
D. Ditemukan warna luka bakar coklat
E. Ditemukan kulit dalam keadaan gosong

24. Pada kecelakaan transportasi ditemukan luka robek dan tusuk karena kekerasan
tumpul dan tajam. Manakah pernyataan dibawah ini yang benar tentang perbedaan luka
karena kekerasan tumpul dan tajam?
A. Luka robek tepinya tidak rata dan ada jembatan jaringan, sedangkan luka tusuk
tepinya tidak rata dan tidak ada jembatan jaringan
B. Luka robek tepinya tidak rata dan tidak ada jembatan jaringan, sedangkan luka tusuk
tepinya rata dan ada jembatan jaringan
C. Luka robek tepinya rata dan ada jembatan jaringan, sedangkan luka tusuk tepinya
tidak rata dan tidak ada jembatan jaringan
D. Luka robek tepinya tidak rata dan ada jembatan jaringan, sedangkan luka
tusuk tepinya rata dan tidak ada jembatan jaringan
E. Luka robek tepinya tidak rata dan tidak ada jembatan jaringan, sedangkan luka tusuk
tepinya tidak rata dan ada jembatan jaringan

25. Pada kecelakaan transportasi ditemukan luka tusuk dan iris. Manakah pernyataan
dibawah ini yang benar tentang perbedaan luka iris dan tusuk?
A. Luka iris panjang luka lebih besar daripada dalam luka, sedangkan luka tusuk
dalam luka lebih besar daripada panjang luka
B. Luka iris dalam luka lebih besar daripada panjang luka, sedangkan luka tusuk
panjang luka lebih besar daripada dalam luka
C. Luka iris tepinya rata dan kedua sudut luka tumpul, sedangkan luka tusuk tepi rata
dan kedua sudut luka tajam
D. Luka iris tepinya rata dan kedua sudut luka tajam, sedangkan luka tusuk tepi rata dan
kedua sudut luka tumpul
E. Luka iris tepinya tidak rata dan kedua sudut luka tajam, sedangkan luka tusuk tepi
tidak rata dan kedua sudut luka tajam

Eka Prasasti Clearinsyah


Forensic Pathologic Page 62

Anda mungkin juga menyukai