Anda di halaman 1dari 22

CRITICAL BOOK REPORT

“ HUKUM DAN ISLAM ”

OLEH:
NAMA : LILI ANDINI
NIM : 4171131021
KELAS : KIMIA DIK C 2017
DOSEN PENGAMPU : Drs. Ramli,MA
MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
penulis masih dapat membuat tugas Critical Book Report (CBR) ini tepat pada
waktunya.
CBR ini membahas tentang “Hukum dan Islam ”. Adapun tugas ini di buat
untuk memenuhi tugas CBR mata kuliah Pendidikan Agama Islam , penulis
berharap CBR ini menjadi salah satu referensi bagi pembaca bilamana hendak
memandingkan isi buku.
Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat di harapkan
supaya makalah CBR ini menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis mengucapkan
terimakasih kepada pembaca atas perhatiannya.

Medan, 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................1
1.3 Manfaat..........................................................................................................1
1.4 Identitas Buku...............................................................................................1
BAB II RINGKASAN ISI BUKU..........................................................................3
2.1 Ringkasan Buku 1.........................................................................................3
2.2 Ringkasan Buku 2.......................................................................................11
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................13
3.1 Kelebihan dan Kelemahan 1.......................................................................13
3.2 Kelebihan dan Kelemahan Buku 2..............................................................13
BAB IV PENUTUP...............................................................................................14
4.1 Kesimpulan..................................................................................................14
4.2 Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan sangat mendasar yang
diperlukan manusia. Di indonesia bnayak ragam atau macam pendidikan baik
secraa formal, informal, non formal, pendidikan Agama Islam, dll. Semua
pendidikan mempunyai fungsi, tujuan dan metode-metode tertentu untuk
mewujudkan suatu visi dan misi dalam sebuah pendidikan tersebut.Namun sering
kali kita tidak memahami bagaimanakah tujuan pendidikan itu sendiri.Bahkan kita
sebagai calon pengajar dalam pendidikan Agama kebanyakan masih belum
banyak menegetahuinya.Pendidikan Agama Islam merupakan mata
pelajaran/kuliah yang sangat penting untuk diajarkan di sekkolah umum ataupun
disekolah Islam, karena untuk mengajarkan Islma kepada generasi umat Islam
maka diperlukan proses pendidikan. Fungsi dari proses pendidikan adalah untuk
mempromosikan atau menafsirkan perubahan yang diinginkan dalam prilaku.
Maka pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk
pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan selurh potensi manusia, baik yang
berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuh suburkan hubungan yang yang
harmonis setiap pribadi dengan Allah dan alam semesta. Pendidikan islam
merupakan upaya manusia untuk melahirkan generasi yang baik generasi yang
selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan CBR dalam makalah ini adalah agar dapat lebih
mengkaji tentang Pendidikan Agama Islam dan dapat menjelaskan dengan ringkas
mengenai isi buku Pendidikan Agama Islam serta kelemahan dan kelebihan yang
ada dalam buku tersebut.

1
1.3 Manfaat

Manfaat dalam pembuatan CBR ini adalah agar kita lebih mudah memahamai
tentang kelemahan dan kelebihan dalam buku ini.Dan dapat menambah wawasan
tentang Pendidikan Agama Islam.
1.4 Identitas Buku

a. Identitas Buku 1

Judul : Islam Kaffah Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan


Tinggi

Pengarang : Tim MPK Pendidikan Agama Islam UNIMED

Penerbit : Perdana Publishing

Kota terbit : Medan

Tahun terbit : 2018

ISBN : 978-602-6462-34-3

b. Identitas Buku 2

Judul : Al-Islam Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan


Tinggi

Pengarang : Tim MPK Pendidikan Agama Islam UNIMED

Penerbit : Citapustaka Media Perintis

2
Kota terbit :Bandung

Tahun terbit : 2009

ISBN : 978-602-8208-63-5

3
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
2.1 Ringkasan Buku 1

1. Konsep Hukum Islam

A. Kedudukan Hukum Islam

Sesungguhnya, disyari'atkannya hukum oleh Allah bagi manusia adalah


untukmengatur tata kehidupan mereka, baik dalam masalah duniawi maupun
ukhrawi. Dengan mengikuti hukum tersebut, akan memperoleh ketentraman dan
kebahagiaan dalam hidup. Fungsi hukum Islam dinyatakan secara tegas dalam
surah an-Nisa’ ayat 105 yang artinya:Sesungguhnya Kami telah menurunkan
kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara
manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu.

Setiap apapun yang disyariatkan oleh Allah bagi manusia, maka hal itu
akan menuntun kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Dengan demikian, menaati
ketentuan-ketentuan hukum syariat itu,tidak lain adalah untuk kemashlahatan
manusia itu sendiri di manapun ia berada. Semakin banyak manusia menjalankan
syariat maka semakin banyak pula kemashlahatan dan kebaikan hidup yang
akandiperolehnya.

4
B. Ciri Khas Syari'at Islam
1. Bersifat menyeluruh

Di antara karakter Hukum Islam yang terpenting adalah bersifat


menyeluruh dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Selain karena pemisahan itu
berlawanan dengan tujuan Syari’at,nash sendiri melarang pengambilan sebagian
hukum syari’at dengan meninggalkan bagian yang lain. Dalam hal ini lihatlah
firman Allah pada surah al-Baqarah 85, dan an-Nisa' 150 yang artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul rasul-Nya, dan
bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-
Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami
kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu)
mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir).

Disebabkan hukum Islam disyariatkan untuk kepentingan dunia dan


akhiratmaka keadaan ini menjadi faktor terpenting yang mendorong pemeluknya
untuk menaati hukum tersebut secara publ8k dan pribadi pada waktu suka atau
duka. Setiap Mukmin percaya bahwa ketaatan mengamalkan hukum-hukum
tersebut merupakan ibadah dan akan mendapatkan pahala karenanya. Oleh sebab
itu, meskipun seseorang bisa melakukan jarimah (tindakan kriminal) dan dapat
terhindar dari hukum dunia, namun ia tidak lepas dari siksaan akhirat dan laknat
Allah.

2. Membentuk Adab dan akhlak yang baik

Ciri lain dari hubungan umat Islam dengan hukum Islam adalah bahwa
syari'at Islam mewajibkan kepada pemehuknya mempunyai akhlak yang utama.
Orang yang menegakkan syariat adalah orang yang membentuk kepribadian dan
akhlaknya kepada pencipta-Nya,makhluk, dan alam sekitarnya. Orang yang
berakhlak demikian akan mampu mengelola hawa nafsu melakukan tindakan
kriminal.

5
3. Merasa di dalam Pengawasan Allah

Adanya kesadaran bahwa meskipun pengawasan manusia terhadap


dirinyadiangapmudah namun tidak demikian sikapnya terhadappengavasan
Tuhan. la merasa tetap berada di bawah pengawasan Allah di manapunia berada.
Keadaan yang demikian akan dapat memproteksi diri dari tindakan jarimah
(pelanggaran hukum) bagi orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan
Rasulullah.

Hukum Islam berbeda dari hukum positif. Hukum positif tidak memiliki
daya psikologis yang cukup untuk mendorong manusia mentaatinya. Orang
mematuhi hukum karena menghindari ancaman yang akan dikenakan terhadap
dirinya di dunia atau di lingkungan hukumnya. Seseorang yang melakukan suatu
jarimah merasa aman karena tidak tersentuh hukum positif. Karena itu, besar
kemungkinan ia akan melakukannya lagi. Artinya, tidak ada faktor lain yang akan
menahan perbuatan seseorang untuk tidak melakukan tindakan jarimah itu kecuali
sanksi dunia semata. Namun di dalam hukum Islam, pelakunya dikontrol oleh
hukuman dunia dan kesadaran atas hukum akhirat. Oleh karena itu jumlahjarimah
pada negeri-negeri yang tidak menerapkan hukum syariat selalu bertambah dan
nilai akhlak tidak lagi mempunyai peranan. Bahkan, di antara pelaku jarimah
banyak yang berasal dari kalangan terpelajar dan berada, seiring dengan semakin
tersebarnya kemerosotan akhlak pada kalangan tersebut. Hal itu diperburuk lagi
karena dikalangan tersebut mampu mengelakkan diri dari tuntutan aturan pidana
(undang-undang) yang berlaku.

4. Sesuai setiap waktu dan tempat

Islam adalah agama yang disyariatkan Allah untuk umat akhir zaman.
Karena itu, Allah memberikan suatu kelebihan kepada syariat ini untuk mampu
beradaptasi dalam mewujudkan kemaslahatan bagi umat manusia di akhir
zamantersebut. Ajaran-ajaran Islam selalu bersifat fleksibel dalam merespons
segala sesuatu yang muncul. Dasar-dasar hukum untuk merespons segala keadaan

6
dan tempat telah dijelaskan oleh Allah di dalamAlquran dan Sunnah. Karena
itulah syariat Islam akan mampu menjadi pedoman hidup manusia hingga akhir
zaman.

C. Tujuan Hukum Islam

Pada dasarnya, tujuan Syari’ dalam mensyariatkan ketentuan-ketentuan


hukum kepada mukallaf (orang yang dibebani hukum) adalah untuk mewujudkan
kebaikan bagi kehidupan mereka, baik melalui ketentuan-ketentuan yang dharuri,
hajiy, ataupun tahsini.

Ketentuan dharuri adalah ketentuan hukum untuk memelihara kepentingan


hidup dankemaslahatannya.Seandainya norma-norma tersebut tidak dipatuhi,
niscaya mereka akan dihadapkan pada mafsadah (kesukaran) dan berbagai
Ketentuan-ketentuan dharuri itu secara umum bermuara pada upaya memelihara
lima hal, yaitu agama, jiwa, akal, harta, dan keturunan.

Ketentuan-ketentuan hajiy adalah tatanan hukun yang memberi peluang


bagi mukallaf untuk memperoleh kemudahan dalam kondisi kesukaran guna
mewujudkan ketentuan-ketentuan dharuri. Karena itu kedudukannya menjadi
penting untuk mendukung dan mewujudkan kemaslahatan dharuri tersebut.

Tahsini adalah berbagai ketentuan untuk menjalankan ketentuan dharuri


dengan cara yang paling baik. Oleh karena itu, ketentuan tahsini berkaitan erat
dengan pembinaan akhlak yang baik, kebiasaan terpuji, daan menjalankan
berbagai ketentuan dharuri dengan cara yang paling sempurna.

Fungsi hukum Islam dinyatakan secara tegas dalam surah an-nisa ayat 105
yang artinya “Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan
membawa kebenaran, supaya kamu dapat hukum kepada manusia dengan apa
yang telah Allah wahyukan kepadamu”.Diantara karakter hukum Islam yang

7
terpenting adalah bersifat menyeluruh dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Selain
karena pemisahan itu berlawanan dengan tujuan syariat,nashsendiri melarang
pengambilan sebagai hukum syariat dengan meninggalkan bagian yang lain.

2. Pembagian Hukum Islam

 Pembagian Hukum dari Perspektif Usul

Secara garis besar para ulama Ushul Fiqh membagi hukum kepada dua
macam, yaitu hukum taklifi dan hukumwadh’i.

Ketentuan Syari’ terhadap mukallaf (orang yang telah dibebani hukum)


ada tiga bentuk, yaitu tuntutan, pilihan, dan wadh’i (kondisi). Ketentuan yang
dinyatakan dalam bentuk tuntutan disebut hukum takilifi, yang dalam bentuk
pilihan disebut takhyiri, sedang yang mempengaruhi perbuatan disebut hukum
wadh,i.

Hukum taklifi menurut para ahli ushul fiqh adalah ketentuan-ketentuan


Allah dan rasul-Nya yang berhubungan langsung dengan perbuatan orang
mukallaf, baik dalam bentuk perintah, anjuran untuk melakukan, larangan, anjuran
untuk tidak melakukan atau dalam bentuk member kebebasan memilih untuk
berbuat atau tidak berbuat. Sedangkan yang dimaksud dengan hukum wadh’i ialah
ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur tentang sebab, syarat dan mani
(sesuatu yang menjadi penghalang kecakapan untuk melakukan hukum taklifi).

 Hukum Taklifi

Hukum taklifi adalah hukum yang mengandung perintah, larangan, atau


memberi pilihan terhadap seorang mukallaf, sedangkan hukum wadh’i berupa
penjelasan hubungan suatu peristiwa dengan hukum taklifi. Misalnya, taklifi
menjelaskan bahwa shalat wajib dilaksanakan umat islam, dan hukum

8
wadh’imenjelaskan bahwa waktu matahari tergelincir di tengah hari menjadi
sebab tanda bagi wajibnya seseorang menunaikan shalat zuhur.

Hukum Taklifi dalam berbagai macamnya selalu berada dalam batas


kemampuan seorang mukallaf. Sedangkan hukum wadh’i sebagiannya ada yang
diluar kemampuan manusia dan bukan merupakan aktivitas manusia. Misalnya,
seperti dalam contoh diatas tadi keadaan tergelincir matahari bukan dalam
kemampuan  manusia dan bukan pula merupakan aktivitasnya. Hubungannya
dalam perbuatan manusia hanyalah karena Allah menjadikannya (tergelincir
matahari) sebagai tanda bagi masuknya waktu zuhur.

1.      Wajib

Wajib ialah sesuatu yang diperintahkan (diharuskan) oleh Allah dan


Rasul-Nya untuk dilaksanakan oleh orang mukallaf, dan apabila dilaksanakan
akan mendapatkan pahala dari Allah, sebaliknya apabila tidak dilaksanankan
diancam dengan dosa.

Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa sesuatu yang diwajibkan


mesti dilakukan dalam arti mengikat setiap mukallaf.

2.      Mandub (sunnah)

Mandub adalah sesuatu yang dituntut syara’ (agama)


memperbuatnya  kepada orang mukallaf dengan tuntutan yang tidak mesti.

Menurut Abdul Karim Zaidan,mandub ialah sesuatu perbuatan yang


dianjurkan oleh Allah dan rasul-Nya, dimana akan diberi pahala orang yang
melaksanakannya, namun tidak dicela orang yang tidak melaksanakannya.
Mandub dibagi menjadi tiga bagian :

9
a.       Sunnah Muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan), yaitu perbuatan yang
dibiasakan oleh Rasulullah dan jarang ditinggalkannya. Misalnya, shalat sunnah
dua rakaat sebelum fajar.

b.      Sunnah Ghair Al-Muakkadah (sunnah biasa), yaitu sesuatu yang dilakukan


Rasulullah, yaitu sesuatu yang dilakukan rasulullah namun bukan menjadi
kebiasaannya. Misalnya, melakukan shalat sunnah dua kali dua rakaat sebelum
shalat zuhur, dan seperti memberikan sedekah sunnah kepada orang yang tidak
dalam keadaan terdesak.

c.       Sunnah Al-Zawaid, yaitu mengikuti kebiasaan sehari-hari Rasulullah


sebagai manusia. Misalnya, sopan santunnya dalam makan, minum, dan tidur.

3.      Haram

Haram secara etimologi berarti “sesuatu yang dilarang mengerjakannya.


Secara terminologi haram berarti sesuatu yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya,
dimana orang yang melanggarnya dianggap durhaka dan diancam dengan dosa,
dan orang yang meninggalkannya karena menanti Allah, diberi pahala.

Abdul Karim Zaidan membagi haram kepada beberapa macam, yaitu:

a.       Al-Muharram li Dzatihi, yaitu sesuatu yang diharamkan oleh syariat karena


mengandung kemudharatan bagi kehidupan manusia, dan kemudian itu tidak bisa
terpisah dari zatnya. Misalnya larangan berzina seperti dalam firman Allah berikut
ini :

Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”. (QS.al-Isra : 32)

10
Dalam surat lain juga ditegaskan mengenai haramnya mengawini orang
yang memiliki ikatan darah(se-muhrim) yang kuat seperti ibu, anak perempuan,
dll.

Artinya: ”Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang


perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu
yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara
perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang
dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu
belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak
berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak
kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan
yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. An-Nisa’ : 23)

b.      Al-Muharram Li Ghairihi, yaitu sesuatu yang dilarang bukan karena tidak


mengandung kemudaratan, namun dalam kondisi tertentu, sesuatu itu dilarang
karena ada pertimbangan faktor luar yang akan membawa kepada sesuatu yang
dilarang. Misalnya, dilarang melakukan jual beli pada waktu azan shalat jumat
sebagaimana firman Allah.

Artinya : “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat


Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual
beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Maksudnya:
apabila imam telah naik mimbar dan mu'azzin telah azan di hari Jum'at, maka
kaum muslimin wajib bersegera memenuhi panggilan mu'azzin itu dan
meninggalakan semua pekerjaannya.(QS. Al-Jumuah : 9)

Jual beli apabila dilihat kepada nilainya adalah dibolehkan, tetapi ada
larangan melakukannya pada waktu azan jumat karena akan melalaikan seseorang

11
dari memenuhi panggilan Allah (shalat jumat). ketentuan yang berlaku dalam hal
ini, seperti dikemukakan Muhammad Abu Zahrah, adalah bahwa larangan seperti
itu bilamana dilanggar dan dilaksanakan juga, maka perbuatan itu adalah sah. Jual
beli waktu azan jumat adalah sah sebagai sebab perpindahan milik dari penjual
kepada pembeli, namun pelakunya berdosa di sisi Allah.

4.        Makruh

Secara bahasa makruh berarti “sesuatu yang dibenci”. Menurut mayoritas


ulama Ushul Fiqh, makruh berarti yang dianjurkan syariat untuk
meninggalkannya, bilamana ditinggalkan akan mendapat pujian dan apabila
dilanggar tidak berdosa. Misalnya, seperti dikemukakan Wahbah az-Zuhaili
ditegaskan makruh hukumnya berkumur dan memasukan air ke hidung secara
berlebihan ketika akan berwudhu di siang hari Ramadahan karena dikhawatirkan
air akan masuk ke rongga kerongkongan dan tertelan.

Menurut kalangan Hanafiyah, makruh terbagi kepada dua macam

a.       Makruh Tahrim, yaitu sesuatu yang dilarang oleh syariat, tetapi dalil yang
melarangnya itu bersifat zhani al-wurud  (kebenaran datangnya dari hanya sampai
ke dugaan keras), tidak bersifat pasti. Misalnya, larangan meminang wanita yang
sedang dalam pinangan orang lain dan larangan membeli sesuatu yang sedang
dalam tawaran orang lain kecuali mendapatkan izin atau telah ditinggalkannya.

b.      Makruh Tanzih, yaitu sesuatu yang dianjurkan oleh syariat untuk


meninggalkannya. Misalnya memakan daging kuda dan meminum susunya pada
waktu sangat butuh di waktu perang.

 Hukum Wadhi’

12
Allah SWT menjadikan syariat itu kabar gembira dan kemudahan bagi
hambanya,dari keadaan yang lemah dan segala urusan yang darurat.
Hukum wadhi’ sebagaimana telah disebutkan dalam kitab Al-wadhih fii Usulil
Fiqih,yang ditulis oleh Muhammad Sulaiman Abdullah al-Assqar, bahwasanya
perintah Allah SWT dalam kitabnya,dengan menjadikan sebuah perintah sebagai
tanda atas perintah yang lainnya.

Adapun menurut pendapat yang lainnya,dalam buku Ushul Fikih bagi


pemula yang ditulis oleh Abdul Mughits, M.Ag hukum wadhi’ adalah hukum
yang berhubungan dengan dua hal, yakni antara dua sebab (sabab) dan yang
disebabi (musabbab), antara syarat dan disyarati (masyrut), antara penghalang
(mani’) dan yang menghalangi (mamnu’), antara hukum yang sah dan hukum
yang tidak sah. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai beberapa macam-macam
Hukum Wadh’i yakni :

1.      Sebab (al-Sabab)

Sabab yang dalam bahasa Indonesia disebut “sebab”, secara etimologis artinya
adalah “sesuatu yang memungkinkan dengannya sampai pada suatu tujuan.”Dari
kata inilah dinamakan “jalan” itu sebagai sabab, karena “jalan” bisa
menyampaikan seseorang kepada tujuan. Sedangkan menurut Prof.DR. Rachmat
Syafii, M.A dalam bukunya Ilmu Ushul Fiqih, bahwa “sebab” menurut bahasa
adalah sesuatu yang dapat menyampaikan kepada sesuatu yang lain berarti jalan
yang dapat menyampaikan kepada sesuatu tujuan. Menurut istilah adalah suatu
sifat yang dijadikan sari’ (syarat) sebagai tanda dari hukum.

Contoh dari adanya sebab sesuatu adalah sebagaimana Allah SWTberfirman yang


artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku,… “ (QS.  Al-
Maidah:6)

13
Adapun secara terminologi al-sabab adalah sesuatu yang dijadikan oleh Syari’
untuk mengetahui hukum syariattertentu, artinya hukum syariat tersebut akan
muncul jika al-sabab tersebut ada, sebaliknya hukum syariat akan hilang dengan
tidak adanya al-sabab tersebut. Seperti firman Allah SWT.dalamQS.al-Isra`:
78 yang artinya: “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir.” Dalam ayat
tersebut diterangkan bahwa condongnya matahari menjadi al-sabab adanya
kewajiban salat zuhur.

2.   Syarat (al-Syarthu)

Syarat adalah sesuatu yang berada di luar hukum syari’, tetapi keberadaan hukum
syara’ bergantung kepadanya.Apabila syarat tidak ada maka hukum pun tidak
ada, tetapi adanya syarat tidak mengharuskan adanya hukum syara’. Contohnya
seperti ketika kita akan melaksanakan shalat, maka syarat yang harus dipenuhi
adalah berwudhu. Akan tetapi ketika kita berwudhu, kita tidak harus
melaksanakan shalat.

Dilihat dari segi hubungannya dengan al-sabab dan al-musabbab, al-syarthu


dibagi menjadi dua macam:

Ø  Al-Syarthu yang menjadi pelengkap al-sabab, artinya al-syarthu menguatkan


akan makna sebab akibat (al-sababiyyah) yang terdapat dalam hukum tersebut.
Sebagai contoh, penjagaan harta benda adalah syarat untuk melaksanakan hadd
dalam pencurian.

Ø  Al-Syarthu yang menjadi pelengkap al-musabbab, artinya menguatkan hakikat


al-musabbab atau rukunnya. Sebagai contoh, menghadap kiblat menjadi syarat
sahnya salat.

3.      Pencegah (Al-Mani’)

14
Definisi al-mani’ secara etimologi berarti “penghalang dari sesuatu”.Secara
terminologi, sesuatu yang ditetapkan syariat sebagai penghalang bagi adanya
hukum atau penghalang bagi berfungsinya sesuatu sebab.Sebuah akad perkawinan
yang sah karena telah mencukupi syarat dan rukunnya adalah sebagai sebab waris
mewarisi.Tetapi masalah waris mewarisi itu bisa terhalang disebabkan suami
misalnya membunuh istrinya.

Macam-macam al-Mani’terbagi menjadi dua macam:

Ø  Mâni’ al-hukmi, yaitu al-mani’ yang dapat menghilangkan suatu hukum


syariat. Seperti tidak berlakunya qishâsh bagi seorang ayah yang telah membunuh
anaknya.

Ø  Mani’ al-sabab, yaitu al-mani’ yang dapat menghilangkan al-sabab yang telah
memunculkan suatu hukum syariat. Seperti mengurangi nisab dalam zakat yang
menjadi al-mâni’ dari kewajiban zakat.
2.2 Ringkasan Buku 2

Sesungguhnya, disyariatkannya hukum oleh Allah bagi manusia adalah untuk


mengatur tata kehidupan mereka, baik dalam masalah duniawi maupun ukhrawi.
Dengan mengikuti hukum tersebut, manusia akan memperoleh ketentraman dan
kebahagiaan dalam hidup. Fungsi hukum Islam dinyatakan secara tegas dalam
surah an-nisa ayat 105 yang artinya “Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab
kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu dapat hukum kepada
manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu”.Diantara karakter
hukum Islam yang terpenting adalah bersifat menyeluruh dan tidak bisa dipisah-
pisahkan. Selain karena pemisahan itu berlawanan dengan tujuan
syariat,nashsendiri melarang pengambilan sebagai hukum syariat dengan
meninggalkan bagian yang lain. Ciri lain dari hubungan umat Islam dengan
hukum Islam adalah bahwa syariat Islam mewajibkan kepada pemeluknya
mempunyai akhlak yang utama. Orang yang menegakkan syariat adalah orang
yang membentuk kepribadian dan akhlak-Nya kepada penciptanya, makhluk, dan

15
alam sekitarnya.Kemudian ciri dari syariat Islam ialah merasa di dalam
pengawasan Allah.Adanya kesadaran bahwa meskipun pengawasan manusia
terhadap dirinya dianggap enteng namun tidak demikian sikapnya terhadap
pengawasan Tuhan.Ia merasa tetap berada dibawah pengawasan Tuhan atau Allah
dimanapun ia berada. Keadaan yang demikian akan dapat memproteksi diri dari
tindakan jarimah atau pelanggaran hukum bagi orang yang benar-benar beriman
kepada Allah dan Rasulullah. Hukum Islam berbeda dari hukum positif.Hukum
positif tidak memiliki daya psikologis yang cukup untuk mendorong manusia
mentaatinya. Orang mematuhi hukum karena menghindari ancaman yang akan
dikenakan terhadap dirinya di dunia atau di lingkungan hukumnya. Seseorang
yang melakukan suatu jarimah merasa aman karena tidak tersentuh hukum
positif.Karena itu besar kemungkinania akan melakukannya lagi. Artinya tidak
ada faktor lain yang akan menahan perbuatan seseorang untuk tidak melakukan
tindakan jarimah itu kecuali sanksi dunia semata. Namun dalam hukum Islam
pelakunya dikontrol oleh hukuman dunia dan kesadaran atas hukum akhirat.Pada
dasarnya tujuan syar’i dalam mensyariatkan ketentuan-ketentuan hukum kepada
mukallaf atau orang yang dibebani hukum adalah untuk mewujudkan kebaikan
bagi kehidupan mereka, baik melalui ketentuan-ketentuan Yang dharuri, haji’
ataupun tahsini.Sumber hukum Islam yang disepakati oleh jumhur ahli fiqih ada
dua koma yaitu al-qur’an dan Sunnah atau hadits. Sementara itu, dalil hukum
yang tidak diperselisihkan ada 4 koma yaitu Al-qur’an, sunnah, ijma, dan qias.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kelebihan dan Kelemahan 1

1. Kelebihan
 Penggunaan kata sesuai EYD.
 Terdapat beberapa kajian teori dari para ahli yang dapat mendukung isi
buku Islam Kaffah tersebut.

16
 Teori serta pembahasan dalam buku memberikan penjelasan secara rinci
mengenai setiap materi yang dibahas.
 Mencakup cukup banyak materi kajian Islam dibandingkan dengan buku
yang menjadi pembanding.
 Terdapat lembar yang menyuruh kita memberikan catatan dan evaluasi pada
setiap akhir bab.
2. Kelemahan
 Masih banyak istilah asing yang digunakan dalam buku ini dan tidak diberi
tahu makna dari istilah tersebut.
 Terdapat kalimat yang masih bersifat ambigu sehingga menimbulkan
keraguan terhadap pembaca.
3.2 Kelebihan dan Kelemahan Buku 2

1. Kelebihan
 Pembahasan dalam buku disajikan secara berurutan atau sistematis.
 Menggunakan bahasa yang efektif dan efisien.
 Selalu memberikan contoh peristiwa atau sejarah yang pernah terjadi
berkaitan dengan setiap materi yang dibahas..
2. Kelemahan
 Penempatan tanda baca yang tidak teratur mengakibatkan pembaca
kebingungan akan maksud dari materi yang dibahas, karena bisa
menyebabkan ambigu.
 Tidak ada gambar atau tulisan di dalam buku tidak berwarna, sehingga
terkesan kurang menarik.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Dari materi yang telah di uraikan diatas, dapat kita pahami bahwasanya
Pendidikan Agama Islam itu mencakup berbagai macam keilmuan.Baik itu Al-
Qur`an itu sendiri maupun Islam, dan ilmu yang lainnya yang dapat kita temukan
dalam kehidupan kita sehari-hari.

17
4.2 Saran

Dalam CBR ini, yang tentunya pembahasan tentang Islam di sini terdapat
kekurangan mengenai isi ataupun kelemahan dan kelebihan, serta perlu di
perdalam dan diperluas lagi. Dan untuk memperluas dan mendalaminya itu butuh
waktu yang lama dan dosen yang benar-benar paham dan mengerti tentang materi
ini. Dan membutuhkan referensi yang banyak pula.

DAFTAR PUSTAKA

Matondang, H., A., (2018). Islam Kaffah. Medan : Perdana Publishing.

Matondang, H., A.,(2009).Al-Islam.Bandung:Cipta pustaka Media Perintis.

18
19

Anda mungkin juga menyukai