Nama : Ny. R
Umur : 52 tahun
ANAMNESIS TERPIMPIN:
Lemah badan dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit (Pada
tanggal 01-04-18) dan mulai ada perbaikan setelah mengikuti program rehabilitasi
selama kurang lebih 2 bulan (11-07-18). Pasien telah menjalani pengobatan rutin
dengan ahli Neurologi dan saat ini masih rutin kontrol. Namun selama
pengobatan, pasien masih membutuhkan penanganan dari rehabilitasi medik
sehingga pasien dikonsul ke bagian instalasi rehabilitasi medik untuk menangani
gejala kelemahan yang masih ada (14-05-18). Awalnya keluhan lemah badan
sebelah kiri dirasakan tiba-tiba setelah pasien pulang dari pengajian 3 bulan yang
lalu. Saat itu pasien tiba-tiba merasa nyeri kepala saat akan membersihkan rumah,
akhirnya pasien terjatuh dan anggota gerak kiri terasa berat untuk digerakkan.
Pada saat itu pasien tidak mengalami demam, kejang, muntah, mual, sesak, dan
penurunan kesadaran. Tekanan darah saat kejadian tidak diukur, namun beberapa
jam setelah kejadian tekanan darah sistol pasien 160 mmHg. Setelah 2 bulan
terapi pada instalasi rehabilitasi medik pasien masih mengeluh keram-keram, kaku
dan nyeri pada sisi kiri tubuh pasien namun sudah ada perbaikan. Pasien mengaku
dominan menggunakan anggota gerak kanan sejak sebelum sakit. Bicara pelo ada
dan gangguan menelan ada. Tidak disertai dengan kejang, gangguan pendengaran,
dan pandangan ganda tidak ada. Buang air besar biasa. Buang air kecil lancar.
Riwayat Pengobatan:
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan
pasien.
Riwayat kebiasaan:
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, mempunyai 6 orang anak, dang
masing-masing sudah berkeluarga. Suami pasien adalah seorang mantan
pedagang di pasar tradisional. Saat ini pasien tinggal bersama suami, dan anak
terakhir yang rumahnya bersebelahan dengan rumah pasien. Rumahnya
merupakan bangunan permanen, atap seng, dinding beton, berlantai keramik, tidak
bertingkat, dan memiliki 4 buah kamar. Pasien tidak memiliki pembantu rumah
tangga. Kamar mandi dan Water Closed (WC) berada di dalam rumah, dengan
menggunakan kloset jongkok. Sumber penerangan menggunakan listrik, dan
sumber air minum menggunakan air PDAM. Untuk biaya pengobatan penderita
saat ini ditanggung oleh BPJS.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
• (GCS) : E4M5V3
Tanda Vital
Kepala
• Normosefal
Mata
• Kornea : Jernih
Telinga
Mulut
Leher
Thorax
Jantung
Pulmo
Abdomen
• Inspeksi : datar
• Perkusi : Timpani
Extremitas
Saraf otonom
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
INDEKS BARTHEL
Nilai Interpretasi:
DIAGNOSIS
Diagnosis Fungsional :
Fisioterapi
Evaluasi
Program
Terapi okupasi
Evaluasi :
Ortotik prostetik
Evaluasi:
Rencana Program:
Terapi wicara
Evaluasi :
Rencana Program :
Psikologi
Evaluasi:
Rencana Program :
• Memberikan dukungan mental pada pasien dan keluarga tentang penyakit
penderita dan prognosisnya
Social medic
Evaluasi:
• Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, mempunyai 6 orang anak dan
masing-masing sudah berkeluarga. Suami pasien adalah seorang mantan
pedagang di pasar tradisional.
Rencana Program :
Prognosis
A. Definisi
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif
cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam
atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan
gangguan peredaran darah otak non traumatik. 1
Stroke adalah penurunan fungsi otak yang terjadi dengan cepat akibat
gangguan peredaran darah otak (GPDO) yang dapat berupa penyumbatan atau
kebocoran pembuluh darah. GPDO dapat terjadi akibat iskemia oleh trombosis
atau emboli atau akibat pendarahan.1
B. Epidemiologi
Di dunia barat, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan
setelah penyakit jantung dan kanker, serta merupakan 10% kematian di dunia.
Sama halnya dengan di Indonesia, stroke terdapat di urutan ke tiga setelah
penyakit jantung dan kanker. Pada tahun 2004, stroke merupakan penyebab
kematian terbanyak di rumah sakit pemerintah di seluruh penjuru Indonesia.1
Di Indonesia diperkirakan 500.000 penduduk terkena stroke. Dari jumlah
tersebut sepertiga dapat pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan
fungsional ringan sampai sedang, dan sepertiga sisanya mengalami gangguan
berat hingga mengharuskan penderita terus menerus di tempat tidur.1
Insidensi stroke cenderung meningkat ketika melewati umur 30 tahun.
95% penderita stroke di atas umur 45 tahun, dan dua per tiga penderita stroke
berumur di atas 65 tahun. Stroke terjadi lebih banyak pada pria daripada wanita,
namun 60% kematian terjadi pada wanita. Hal ini terjadi karena wanita hidup
lebih lama daripada pria, sehingga kejadian stroke terjadi pada usia yang sudah
tua dan banyak menyebabkan kematian pada wanita. 2
C. Anatomi Vaskularisasi Otak
Otak memperoleh darah melalui dua sistem, yakni sistem karotis dan
sistem vertebral.3
1. Sistem karotis
Arteri karotis interna merupakan hasil percabangan dari a. Karotis
komunis dextradan A. Karotis komunis sinistra. A. Karotis komunis dextra
berasal dari percabangan A. Subklavia dextra, sedangkan A. Karotis
komunis sinistra berasal dari arkus aorta.
2. Sistem vertebralis
Sistem vertebral dibentuk oleh A. Vertebralis kanan dan kiri yang
berpangkal di A. Subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis
transversalis di kolumna vertebralis servikalis, masuk rongga kranium
melalui foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-masing
sepasang A. serebelli inferior. Pada batas medula oblongata dan pons,
keduanya bersatu menjadi A. basilaris, dan setelah mengeluarkan 3
kelompok cabang arteri, pada tingkat mesensefalon, A. basilaris berakhir
sebagai sepasang cabang A. serebri posterior, yang melayani daerah lobus
oksipital dan bagian medial lobus temporalis.
Darah vena dialirkan dari otak melalui 2 sistem: kelompok vena interna,
yang mengumpulkan darah ke vena Galen dan sinus rektus, dan kelompok vena
eksterna yang yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah
ke sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya melalui
vena-vena jugularis, dicurahkan menuju jantung.3
D. Klasifikasi
Stroke dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :3
1. Stroke Hemoragik
2. Stroke Non Hemoragik
Stroke Hemoragik
a. Trombosis serebri
Biasanya ada kerusakan lokal pembuluh darah akibat
aterosklerosis. Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada
tunika intima arteri besar. Plak cenderung terbentuk pada percabangan
dantempat yang melengkung. Pembuluh darah yang mempunyai resiko
adalah arteri karotis interna dan arteri vertebralis bagian atas.
Hilangnya tunika intima membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit akan
menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding
menjadi kasar. Trombosit akan melepaskan enzim adenosin difosfat yang
mengawali proses koagulasi.
b. Emboli serebri
Embolisme serebri biasanya terjadi pada orang yang lebih muda,
kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus di jantung sehingga
masalah yang dihadapi sesungguhnya adalah perwujudan penyakit
jantung. Selain itu, emboli juga dapat berasal dari plak ateroma karotikus
atau arteri karotis interna. Setiap bagian otak dapat mengalami emboli,
tempat yang paling sering adalah arteri serebri media bagian atas.
1. Sistem karotis
Gangguan penglihatan (Amaurosis fugaks / buta mendadak)
Gangguan bicara (afasia atau disfasia)
Gangguan motorik (hemiparese / hemiplegi kontralateral)
Gangguan sensorik pada tungkai yang lumpuh
2. Sistem vertebrobasiler
1. Anamnesa, dapat memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah
fokal
2. Melakukan pemeriksaan fisik neurologik
3. Skoring untuk membedakan jenis stroke :
- Skor Siriraj :
Hasil :
Keterangan :
- Skor Hasanuddin
Diagnosis banding PIS, PSA, dan SNH
SH
Gejala Klinis SNH
PIS PSA
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Scan tomografik, sangat membantu diagnosis dan membedakannya
dengan perdarahan terutama pada fase akut.
2. Angiografi serebral ( karotis atau vertebral ) untuk membantu
membedakan gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang
terganggu, atau bila scan tidak jelas.
3. Laboratorium : Bila curiga perdarahan tes koagulasi ( HT, HB, PTT,
Protrombin Time), Trombosit, Fibrinogen, GDS, Cholesterol, Ureum
dan Kreatinin.
4. EKG (Elektrokardiogram ) : Untuk menegakkan adanya miokard infark,
disritmia (terutama atrium fibrilasi) yang berpotensi menimbulkan
stroke iskemik atau TIA.
5. Foto Rongten Thorax
I. Prognosis
Sebanyak 75% penderita stroke tidak dapat bekerja kembali akibat
ketidakmampuan tubuhnya.30-50% penderita stoke mengalami depresi post-
stroke yang ditandai oleh letargi, sulit tidur, rendah diri, dan menarik diri dari
masyarakat.3 Emosi yang labil dapat terjadi sebanyak 20% pada penderita stroke.4
J. Rehabilitasi Medik Pada Pasien Sroke
Rehabilitasi penderita stroke paling baik dikerjakan di rumah sakit pada fase
akut dan pusat rehabilitasi pada fase lanjut. Di Surabaya pada saat ini belum ada
pusat rehabilitasi stroke diluar rumah sakit. Pada fase akut penderita stroke
dirawat di bangsal atau unit stroke RSUD dr Soetomo, sedangkan pada fase lanjut
dilatih di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD dr.Soetomo. Tujuan program
rehabilitasi adalah :
a. Mencegah komplikasi imobilisasi lama seperti kontraktur, ulkus
dekubitus, pneumonia, komplikasi kandung kencing selama fase akut.
b. Mengajari kembali kemampuan melakukan aktifitas hidup sehari-hari
seperti makan, berpakaian, merawat diri, cebok, mandi.
c. Melatih kembali ambulasi atau berjalan
d. Membantu penderita kembali berintegrasi dengan lingkungannya.
Rehabilitasi harus segera dimulai setelah penderita mengalami serangan
stroke. Menurut „National Stroke Foundation 2005‟ yang dikeluarkan Pemerintah
Australia tentang „ Clinical Guidelines for Stroke Rehabilitation and Recovery’,
rehabilitasi adalah proaktif dan dimulai pada hari pertama setelah serangan stroke.
Rehabilitasi dibagi menjadi dua fase yaitu fase awal dan fase lanjut.5
Fase awal
Selama fase awal, mungkin dalam keadaan koma atau „shock‟,
pengobatan ditujukan untuk mempertahankan kehidupan dan mencegah
komplikasi. Harus dipastikan tidak ada gangguan jalan nafas dan masalah
jantung.Penempatan posisi yang benar penting untuk mencegah kontraktur dan
ulkus dekubitus. 5
Luka karena tekanan dan hipostatik pneumonia dapat dicegah dengan
menggunakan matras air atau udara dan perubahan posisi setiap 2 jam pada waktu
siang dan 4 jam pada waktu malam. Prinsip-prinsip penempatan posisi penderita
stroke sebagai berikut : 1
3. Suruh penderita bernafas pelan tapi dalam melalui hidung g=hingga perut
mengembang
2. Kontraktur
3. Spastisitas
5. Heterotopic ossificans
6. Kompresi saraf
L. Kesimpulan
Keberhasilan program rehabilitasi tergantung motivasi yang kuat, adanya
sensorik, kesadaran „body image‟, komprehensi dan komunikasi.
Daftar Pustaka
1. Johnstone M. 1985. Home care for the Stroke patient. New York
:Churchill Livingstone, 1980 Kisner C, Cobby LA. Chest Physiotherapy.
2nd ed. Philadelphia: FA Davis
2. Davenport , R., Dennis, M., 2000, Acute Stroke In Neurological
Emergencies, 3rd Ed, BMJ Publishing Group, London
3. Lynch, J.K., 2004, Cerebrovskuler disorders in children, Current
Neurology and Neurosciece Reports,4:129-138
4. Adam, R.D., Victor, M., Ropper, A.H., 1997, Principles of Neurology,
6 th ,International ed., Mc Graw Hill Inc, Singapore
5. Sinaki M, Doersher P. 1993. Rehabilitation Stroke.In Sinaki ed.Basic
Clinical Rehabilitation. 2nd ed. St Louis: Mosby
6. Harvey RL,Roth ES, L 2011.Rehabilitation of Stroke Syndrome. In
Braddom RI ed. Physical Medicine& Rehablitation 4th ed. Philadelphia:
WB Saunder Co
7. Brandster ME. 1998. Stroke Rehabilitation. In Delisa JA ed. Rehabilitation
Medicine Principles and Practice. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott-Raven
8. Garrison SJ, Roth ES.2003. Stroke.In Garrison ed. Handbook of Physical
Medicine and Rehabilitation. 2nd ed. Philadelphia:Lippincott
William&Wilkins
9. National Stroke Foundation.Clinical Guidelines for Stroke Rehabilitation
and Recovery. 2005. Australian Government
10. Teasell R et al . 2012. Evidence-Based Review Of Stroke
RehabilitationExecutive Summary (15th Edition) Canadian Stroke
Network.
11. Tan Eng Seng. 1975. Rehabilitation of The Stroke Patient. Singapore
Medical Journal. Vol.16 No 3
12. Post stroke Rehablitation Fact
Sheet.http://www.ninds.nih.gov/disorder/stroke/poststrokerehab.htm