Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PIELONEFRITIS

(MAKALAH)

DISUSUN OLEH :
INAYAH BUDIARTI (18076)
KELAS 3B

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA WACANA METRO


TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang maha
pengasih dan penyayang yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PIELONEFRITIS”.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada penulis dalam
rangka pengembangan dasar ilmu KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Mata
Kuliah KMB merupakan mata kuliah yang mempelajari tentang bagaimana
melakukan medikal bedah dalam dunia keperawatan. Penulis yakin tanpa adanya
bantuan dari semua pihak, makalah ini akan mengalami banyak hambatan. Oleh
karena itu tidak berlebihan penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu pengerjaan makalah ini.

Akhirnya penulis menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima
kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih
baik. Semoga laporan ini memberi manfaat bagi banyak pihak.

Metro, juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .........................................................................II
DAFTAR ISI .........................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan .........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pielonefritis..................................................................3
2.2 Penyebab........................................................................................3
2.3 Patofisiologi ................................................................................3
2.4 Tanda dan Gejala .........................................................................4
2.5 Pathway Pielonefritis ..................................................................6
2.6 Evaluasi Diagnostik. ....................................................................7
2.7 Penatalaksanaan .........................................................................8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PIELONEFRITIS


3.1 Pengkajian Keperawatan.................................................................10
3.2 Diagnosa ........................................................................................11
3.3 Intervensi.........................................................................................11
3.4 Implementasi ................................................................................15
3.5 Evaluasi...........................................................................................15

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.....................................................................................16
4.2 Saran...............................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang

Infeksi Traktus Urinarius (UTI) sering terjadi dan menyerang manusia tanpa
memandang usia, terutama perempuan. UTI bertanggung jawab atas sekitar tujuh
juta kunjungan pasien kepada dokter setiap tahunnya di Amerika Serikat
(Stamm,1998). Secara mikro biologi UTI dinyatakan ada jika terdapat bakteriuria
bermakna (ditemukan mikroorganisme patogen 105 ml pada urin pancaran tengah
yang dikumpulkan pada cara yang benar). Abnormalitas dapat hanya
berkolonisasi bakteri dari urine (bakteriuria asimtomatik) atau bakteriuria dapat
disertai infeksi simtomatikndari struktur-struktur traktus urinarius/ UTI umumnya
dibagi dalam dua sub kategori besar: UTI bagian bawah (uretritis,sistitis,
prostatitis) dan UTI bagian atas (pielonefritis akut). Sistitis akut (infeksi vesika
urinaria) dan pielonefritis akut ( infeksi pelvis dan interstisium ginjal) adalah
infeksi yang paling berperan dalam menimbulkan morbilitas tetapi jarang berakhir
sebagai gagal ginjal progresif.

Pielonefritis merupakan infeksi piala pada ginjal, tubulus dan jaringan interstisial
dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra
dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% sampai 25% curah jantung,
bakteri jarang yang mencapai ginjal melalui aliran darah; kasus penyebaran secara
hematogen kurang dari 3%.

Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks ureterivesikal, dimana katup


uretevesikal yang tidak kompeten meynyebabkan urine mengalir balik (refluks) ke
dalam ureter. Obstruksi traktus urinarius ( yang meningkatkan kerentanan ginjal
terhadap infeksi), tumor kandung kemih, striktur, hiperplasia prostatik benigna,
dan batu urinarius merupakan penyebab yang lain. Pielonefritis dapat akut dan
kronis.

1
1.2       Rumusan Masalah

Permasalahan yang kami angakt dalam makalah ini adalah bagaimana


asuhan keperawatan pada pielonefritis.

1.3       Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dasar tentang pielonefritis.

2. Untuk mengetahui pembagian dari pielonefritis.

3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien  pielonefritis.

2
BAB II

KONSEP DASAR PIELONEFRITIS

2.1       Pengertian Pielonefritis

Pielonefritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang
disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi bakteri pada jaringan ginjal
yang di mulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal. Infeksi ini
dapat mengenai parenchym maupun renal pelvis (pyelum= piala ginjal).

2.2       Penyebab

 Bakteri  E. Coli.
 Resisten terhadap antibiotik.
 Obstruksi ureter yang mengakibatkan hidronefrosis.
 Infeksi  aktif.
 Penurunan fungsi ginjal.
 Uretra refluk.
 Bakteri menyebar ke daerah ginjal, darah, sistem limfatik.

2.3       Patofisiologi

Masuk ke dalam pelvis ginjal dan terjadi inflamasi. Inflamasi ini menyebabkan
pembekakan daerah tersebut, dimulai dari papila dan menyebar ke daerah korteks.
Infeksi terjadi setelah terjadinya cytitis, prostatitis (asccending) atau karena 
infeksi  steptococcus yang berasal dari darah (descending).

Pyelonefritis dibagi menjadi 2 macam yaitu :

 Pyelonefritis akut.
 Pyelonefritis kronik.

1. Pyelonefritis akut

Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang


karena tetapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20 % dari infeksi yang

3
berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai. Infeksi bakteri
dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi
fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atau dikaitkan dengan selimut.abses
dapat di jumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada
akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi.

Kronik pielonefritis kronik juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat
juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.
Pyelonefritis kronik dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat
inflamasi yang berulang kali dan timbulnya  parut dan dapat menyebabkan
terjadinya renal faiure (gagal ginjal) yang kronik. Ginjal pun membentuk
jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses
perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang –
ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.
Pembagian Pyelonefritis akut sering di temukan pada wanita hamil,
biasanya diawali dengan hidro ureter dan Pyelonefrosis akibat obstruksi
ureter karena uterus yang membesar.

2.4       Tanda dan Gejala


1. Pyelonefritis akut ditandai dengan pembengkakan ginjal atau
pelebaran penumpang ginjal.

2. Pada pengkajian di dapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil,


nausea, nyeri pada pinggang , sakit kepala, nyeri otot dan adanya
kelemahan fisik.
3. Pada perkusi di daerah CVA ditandai dengan adanya tenderness.
4. Client biasanya di sertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa
hari.
5. Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria
dengan bau yang tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah
putih.

4
2. Pyelonefritis kronik

Pyelonefritis kronik terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang. Sehingga


kedua ginjal perlahan-lahan mejadi rusak.

2.4  Tanda dan Gejala

1. Adanya serangan Pyelonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak


mempunyai gejala yang sfesifik.
2. Adanya keletihan.
3. Sakit kepala, nafsu makan rendah dan berat badan menurun.
4. Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis,
proteinuria, pyuria, dan kepekatan urin menurun.
5. Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami
gagal ginjal.
6. Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.
7. Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada
jaringan.
8. Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hypertensi.

5
2.5 Pathway Pielonefritis

6
2.6       Evaluasi Diagnostik.

7
Evaluasi Diagnostik. Suatu urogram intravena dan ultrasound dapat dilakukan
untuk mengetahui lokasi obstruksi di traktus urinarius, menghilangkan obstruksi
adalah penting untuk menyelamatkan ginjal dari kehancuran. Kultus urine dan tes
sensitivitas dilakukan untuk menentukan organisme penyebab sehingga agens
antimikrobial yang tepat dapat diresepkana.

1. Diagnosa pyelonefritis kronik

Dulu hampir selalu dipakai bila ditemukan kelainan tubulointerstisial ini,


pengertian tentang derajat VUR yang berat dapat menyebabkan
pembentukan jaringan parut pada ginjal, atrofi, dan dilatasi kaliks (nefropati
refluks0, yang lazim didiagnosis sebagai pyelonefritis kronik, sekarang ini
sudah diterima dengan baik. Mekanisme penyebab jaringan parut diyakini
merupakan gabungan dari efek : (1) VUR, (2) refluks intrarenal, dan (3)
infeksi (kunin, 1997; tolkoff-Rubin, 2000; Rose, Rennke, 1994). Keparahan
VUR merupakan satu-satunya faktor penentu terpenting dari kerusakan
ginjal. Banyak bukti yang menyongkong pendapat bahwa keterlibatan ginjal
pada nefropati refluks terjadi pada awal masa kanak-kanak sebelum usia 5
sampai 6 tahun, karena pembentukan jaringan parut yang baru jarang terjadi
setelah  usia ini. Penjelasan dari pengamatan ini adalah bahwa refluks
intrarenal terhenti sewaktu anak menjadi lebih besar (kemungkinan besar
karena perkembangan ginjal), walaupun demikian VUR dapat terus
berlanjut.

Pada orang dewasa. VUR dan nefropati refluks dapat berkaitan dengan
gangguan obstruktif dan neoruligik yang menyebabkan sumbatan pada
drainase urine (seperti batu ginjal atau vesika urinaria neurologik akibat
diabetes atau cidera batang otak). Namun, sebagian besar orang dewasa
yang memiliki jaringan parut pada ginjal akibat pyelonefritis kronik
mendapat lesi-lesi ini pada awal masa kana-kanaknya. Bkti-bukti yang
menyokong mekanisme refluks infeksi ini berasal dari percobaan pada
hewan dan pengamatan pada manusia dengan hasil sebagai berikut : 85%
sampai 100% anak-anak  dan 50%  orang dewasa dengan jaringan parut
ginjal  menderita VUR (Tolkoff-Rubin,2000) .

8
Mekanisme penyataannya nefropati refluks yang mulai terjadi pada awal
masa kanak-kanak dapat njelskan bagmenjelaskan pembentukan jaringan
parut dan kerusakan ginjal pada banyak pasien, masih sulit untuk
menjelaskan bagaimana perjalanan kerusakan ginjal progresif karena pada
sejumlah orang orang dewasa dengan pyelonifritis tahap akhir tidak dapat
refluks maupun UTI. Beberapa pasien bahkan tidak dapat mengingat sama
sekali pernah mengalami UTI berulang. Teori paling populer untuk
menjelaskan gagal ginjal progisif yang terjadi pada pasien dengan refluks
yang sudah dikoreksi dengan urine steril adalah teori hemodinamik
intrarenal atau hipotesis hiperfitrasi (Rose, Rennke, 1994). Menurut teori
ini, infeksi awal penyebab kerusakan nefron mengakibatkan kompensasi
peningkatan tekanan  kapiler glomelurus (Pgc) dan hiperperfusi pada sisa

nefron yang masih relatif normal. Tampaknya hipertensi intraglomerulus ini


menimbulkan cidera pada glomerulus dan akhirnya menyebabkan sklerosis.
Konsep cedera glomerulus yang diperantaikeadaan hemodinamik ini
didukung oleh semakin banyaknya bukti dari percobaan menunjukan bahwa
pengendalian hipertensi sistemik terutama dengan pemberian obat-obat
penghambat enzim konversi angiotensi (ACE) seperti koptopril atau
enalapril maleat memperlambat penurunan GFR pada banyak pasien gagal
ginjal. Obat-obatan ini menurunkan Pgc dengan melawan kerja angiotensin II
dan dilatasi arteriol eferen. Penurunan Pgc juga terjadi jika makanan
berprotein dibatasi hanya 20 sampai 30g/hari, dilengkapi dengan asam
amino dan analog ketonya.

2.7     Penatalaksanaan

Pasien pyelonifritis akut beresiko terhadap bakterimia dan memerlukan


terapi antimikrobisl ysng intensif. Terapi parental diberikan se;lama 24
samapi 28 jam sampai pasien afrebil. Pada waktu tersebut, agens oral dspst
diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis akan efektif apabila
ditangani hanya dengan agens oral. Untuk mrncega perkembang biakannya
bakteri yang tersisa, maka pengobatan pyelonefritis akut biasanya lebi lama
dari pada sistesis.

9
Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan adalah infeksi kronik atau
kambuhan yang muncul sampai beberapa bulan atau tahun tampa gejala.
Setelah program antimikrobial awal, pasien dipertahankan untuk terus
diwah penanganan antimikrobial sampai bukti adanya bukti adanya infeksi
tidak terjadi, seluruh faktor penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan
fungsi ginjal stabil. Kadar keratininserum dan hitung darah pasien dipantau
durasinya pada terapi jangka panjang.

Penatalaksanaan agens antimokrobial pilihan di dasarkan pada identifikasi


patogen melalui kultur urin. Jika bakteri tidak dapat hilang dari urin,
nitrofurantion atau kombinasi sulfametoxazole dan trimetrhopim dapat
digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri. Fungsi renal ketat,
terutama jika medikasi potensial toksin bagi ginjal.

BAB III

10
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PIELONEFRITIS

3.1       Pengkajian Keperawatan

1. Identifikasi Pasien

Anak wanita dan wanita dewasa mempunyai insidens infeksi saluran kemih
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria.

2. Riwayat Penyakit

a.   Keluhan utama : nyeri punggung dibawah dan disuria.

b.   Riwayat penyakit sekarang: masuknya bakteri ke kandung kemih


sehingga menyebabkan infeksi.

c.   Riwayat penyakit dahulu: mungkin pasien pernah mengalami penyakit


seperti ini sebelunnya.

d.  Riwayat penyakit keluarga: ISK bukanlah penyakit keturunan.

3. Pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan: kurangnya pengetahuan


pasien tentang pencegahan.
b. Pola istirahat dan tidur: istirahat dan tidur pasien mengalami
gangguan karena gelisah dan nyeri.
c. Pola eliminasi: pasien cenderung mengalami disuria dan sering
kencing.
d. Pola aktivitas: aktivitas pasien mengalami gangguan karena rasa
nyeri yang kadang     datang.
3. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital

TD: normal / meningkat

Nadi: normal/ meningkat

Respirasi: normal/ meningkat

Temperatur: normal/ meningkat

11
b.  Data fokus

Inpeksi: rekuensi miksi b (+), lemah dan lesu, urin keruh

Palpasi: suhu tubuh meningkat atau tidak

Perkusi: resona

Auskultasi:

3.2       Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi


uretra, kandung kemih dan struktur urinasius lain.
2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstuksi pada kandung
kemih atau pun stuktur traktus urinarius lain.
3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

3.3       Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan: nyeri dan ketidakseimbangannya berhubungan dengan


inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain.

Kriteria evaluasi : tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul.

No. Intervensi Rasional

1. Pantau haluaran urine terhadap Untuk mengidentifikasi indikasi


perubahan warna, bau dan pola kemajuan atau penyimpangan dari
berkemih, masukan dan haluaran hasil yang diharapkan.
setiap 8 jam dan pantau hasil
urinalisis ulang.
2. Catat lokasi, lamanya intensitas Membantu mengevaluasi tempat
skala (1-10) penyebaran nyeri. obstroksi dan penyebab nyeri.
3. Berikan tindakan nyaman, seperti Meningkatkan relaksasi, menurunkan
pijatan punggung, lingkungan tegangan otot.
istirahat.
4. Bantu atau dorong penggunaan Membantu mengarahkan kembali
nafas berfokus relaksasi. perhatian dan untuk relaksasi otot.
5. Berikan perawatan perineal. Untuk mencegah kontaminasi uretra

12
6. Jika dipasang kateter indwelling, Kateter memberikan jalan bakteri
berikan perawatan kateter 2 n kali untuk memasuki kandung kemih dan
per hari. naik ke saluran perkemihan.
7. Kolaborasi Temuan-temuan ini dapat memberi
Konsul dokter bila: sebelumnya tanda kerusakan jaringan lanjut dan
kuning gading-urine kuning, jingga perlu pemeriksaan luas.
gelap, berkabut atau keruh. Pla
berkemih berubah, sering berkemih
dengan jumlah sedikit, perasaan
ingin kencing, meneter setelah
berkemih. Nyeri menetap atau
bertambah sakit.
8. Berikan analgesic sesuia kebutuhan Analgesic memblok lintasan nyeri
dan evaluasi keberhasilannya. sehingga mengurangi nyeri.
9. Memberikan antibiotik. Buat Akibat dari haluaran urin
berbagai variasi sediaan minum, memudahkan berkemih sering dan
termasuk air segar. Pemberian air membantu membilas saluran
sampai 2400 ml/hari. berkemih.

2. Diagnosa Keperawatan: Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan


obstruksi mekanik pada kandung kemih atau pun struktur traktus urianarius
lain.

Kriteria Evaluasi: Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda


gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria).

No. Intervensi Rasional


1. Awasi pemasukan dan pengeluaran Memberikan informasi tentang fungsi
karakteristik urin. ginjal dan adanya komplikasi.
2. Tentukan pola berkemih pasien.

13
3. Dorong meningkatkan pemasukan Peningkatan hidrasi membilas bakteri
cairan.
4. Kaji keluhan kandung kemih penuh. Retensi urin dapat terjadi
menyebabkan distensi jaringan
(kandungan kemih/ginjal).
5. Observasi perubahan status mental: Akumulasi sisa uremik dan
perilaku atau tingkat kesadaran. ketidakseimbangan elektrolit dapat
menjadi toksik pada susunan saraf
pusat.
6. Kecuali dikontaminasikan: ubah Untuk mencegah status urin.
posisi pasien setiap 2 jam.
7. Kolaborasi Pengawasan terhadap disfungsi ginjal.
Awasi pemeriksaan laboratorium;
elektrolit, BUN, kreatinin.
8. Lakukan tindakan untuk memelihara Asam urin menghalangi tumbuhnya
asam urin. kuman
9. Tingkatkan masukan sari buah berri Peningkatan masukan sari buah dapat
dan berikan obat-obatan untuk berpengaruh dalam pengobatan
meningkatakanasam urine. infeksi saluran kemih.
.

3. Diagnosa Keperawatan: Kurangnya pengetahuan tantang kondisi, prognosis,


dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

Kriteria evaluasi: Menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik,


rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.

No. Intervensi Rasional


1. Kaji ulang proses penyakit dan Memberikan pengetahuan dasar
harapan yang akan datang. dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.
2. Berikan informasi tentang: sumber Pengetahuan apa yang diharapkan
infeksi, tindakan untuk mencegah dapat mengurangi ansietas dan
penyebaran, jelaskan pemberian membantu mengembangkan
antibiotik, pemeriksaan diagnostik: kepatuhan pasien terhadap rencana

14
tujuan, gambaran singkat, persiapan terapeutik.
yang dibutuhkan sebelum
pemeriksaan, perawatan sebelum
pemeriksaan, perawatan sesudah
pemeriksaan.
3. Pastikan pasien atau orang terdekat Instruksi verbal dapat dengan mudah
telah menulis perjanjian untuk untuk dilupakan.
perawatan lanjut dan instruksi
tertulis untuk perawatan sesudah
pemeriksaan.
4. Instruksikan pasien untuk pasien sering menghentikan obat
menggunakan obat yang diberikan, mereka, jika tanda-tanda penyakit
minum sebanyak kurang lebih mereda. Cairan menolong membilas
delapan gelas per hari khususnya ginjal. Asam piruvat dari sari buah
sari buah berri. berri membantu mempertahankan
keadaan asam urin dan mencegah
pertumbuhan bakteri.
5. Berikan kesempatan pada pasien Untuk mendeteksi isyarat indikatif
untuk mengekspresikan perasaan kemungkinan ketidakpatuhan dan
dan masalah tentang rencana membantu mengembangkan
pengobatan. penerimaan rencana terapeutik.
.

3.4       Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dilakukan berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat


dan disesuaikan dengan kondisi pasien

3.5       Evaluasi Keperawatan

- Pasien tidak merasa nyeri waktu berkemih.

- Mempertahankan hidrasi adekuat dengan kriteria: tanda-tanda vital stabil,


masukkan dan     keluaran urine seimbang.

-  Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.

15
-  Peningkatan pemahaman klien dan keluarga mengenai kondisi dan pengobatan.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pielonefritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang
disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi bakteri pada
jaringan ginjal yang di mulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik
ke ginjal. Infeksi ini dapat mengenai parenchym maupun renal pelvis
(pyelum= piala ginjal).

16
Masuk ke dalam pelvis ginjal dan terjadi inflamasi. Inflamasi ini
menyebabkan pembekakan daerah tersebut, dimulai dari papila dan
menyebar ke daerah korteks. Infeksi terjadi setelah terjadinya cytitis,
prostatitis (asccending) atau karena  infeksi  steptococcus yang berasal dari
darah (descending).

B.  Saran
Diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat menambah wawasan dan
mengaplikasikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan klien.

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. EGC:


Jakarta

Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit


Volume 2. EGC: Jakarta

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal  Edisi 8


Bedah Volume 2. EGC: Jakarta

17
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/28/askep-infeksi-saluran-kemih/

http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=89

http://www.indonesia.com/f/10918-pielonefritis/

18

Anda mungkin juga menyukai