Pielonefritis Inayah Budiarti
Pielonefritis Inayah Budiarti
(MAKALAH)
DISUSUN OLEH :
INAYAH BUDIARTI (18076)
KELAS 3B
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang maha
pengasih dan penyayang yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PIELONEFRITIS”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada penulis dalam
rangka pengembangan dasar ilmu KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Mata
Kuliah KMB merupakan mata kuliah yang mempelajari tentang bagaimana
melakukan medikal bedah dalam dunia keperawatan. Penulis yakin tanpa adanya
bantuan dari semua pihak, makalah ini akan mengalami banyak hambatan. Oleh
karena itu tidak berlebihan penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu pengerjaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .........................................................................II
DAFTAR ISI .........................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan .........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pielonefritis..................................................................3
2.2 Penyebab........................................................................................3
2.3 Patofisiologi ................................................................................3
2.4 Tanda dan Gejala .........................................................................4
2.5 Pathway Pielonefritis ..................................................................6
2.6 Evaluasi Diagnostik. ....................................................................7
2.7 Penatalaksanaan .........................................................................8
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.....................................................................................16
4.2 Saran...............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi Traktus Urinarius (UTI) sering terjadi dan menyerang manusia tanpa
memandang usia, terutama perempuan. UTI bertanggung jawab atas sekitar tujuh
juta kunjungan pasien kepada dokter setiap tahunnya di Amerika Serikat
(Stamm,1998). Secara mikro biologi UTI dinyatakan ada jika terdapat bakteriuria
bermakna (ditemukan mikroorganisme patogen 105 ml pada urin pancaran tengah
yang dikumpulkan pada cara yang benar). Abnormalitas dapat hanya
berkolonisasi bakteri dari urine (bakteriuria asimtomatik) atau bakteriuria dapat
disertai infeksi simtomatikndari struktur-struktur traktus urinarius/ UTI umumnya
dibagi dalam dua sub kategori besar: UTI bagian bawah (uretritis,sistitis,
prostatitis) dan UTI bagian atas (pielonefritis akut). Sistitis akut (infeksi vesika
urinaria) dan pielonefritis akut ( infeksi pelvis dan interstisium ginjal) adalah
infeksi yang paling berperan dalam menimbulkan morbilitas tetapi jarang berakhir
sebagai gagal ginjal progresif.
Pielonefritis merupakan infeksi piala pada ginjal, tubulus dan jaringan interstisial
dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra
dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% sampai 25% curah jantung,
bakteri jarang yang mencapai ginjal melalui aliran darah; kasus penyebaran secara
hematogen kurang dari 3%.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
Pielonefritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang
disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi bakteri pada jaringan ginjal
yang di mulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal. Infeksi ini
dapat mengenai parenchym maupun renal pelvis (pyelum= piala ginjal).
2.2 Penyebab
Bakteri E. Coli.
Resisten terhadap antibiotik.
Obstruksi ureter yang mengakibatkan hidronefrosis.
Infeksi aktif.
Penurunan fungsi ginjal.
Uretra refluk.
Bakteri menyebar ke daerah ginjal, darah, sistem limfatik.
2.3 Patofisiologi
Masuk ke dalam pelvis ginjal dan terjadi inflamasi. Inflamasi ini menyebabkan
pembekakan daerah tersebut, dimulai dari papila dan menyebar ke daerah korteks.
Infeksi terjadi setelah terjadinya cytitis, prostatitis (asccending) atau karena
infeksi steptococcus yang berasal dari darah (descending).
Pyelonefritis akut.
Pyelonefritis kronik.
1. Pyelonefritis akut
3
berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai. Infeksi bakteri
dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi
fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atau dikaitkan dengan selimut.abses
dapat di jumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada
akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi.
Kronik pielonefritis kronik juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat
juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.
Pyelonefritis kronik dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat
inflamasi yang berulang kali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan
terjadinya renal faiure (gagal ginjal) yang kronik. Ginjal pun membentuk
jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses
perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang –
ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.
Pembagian Pyelonefritis akut sering di temukan pada wanita hamil,
biasanya diawali dengan hidro ureter dan Pyelonefrosis akibat obstruksi
ureter karena uterus yang membesar.
4
2. Pyelonefritis kronik
5
2.5 Pathway Pielonefritis
6
2.6 Evaluasi Diagnostik.
7
Evaluasi Diagnostik. Suatu urogram intravena dan ultrasound dapat dilakukan
untuk mengetahui lokasi obstruksi di traktus urinarius, menghilangkan obstruksi
adalah penting untuk menyelamatkan ginjal dari kehancuran. Kultus urine dan tes
sensitivitas dilakukan untuk menentukan organisme penyebab sehingga agens
antimikrobial yang tepat dapat diresepkana.
Pada orang dewasa. VUR dan nefropati refluks dapat berkaitan dengan
gangguan obstruktif dan neoruligik yang menyebabkan sumbatan pada
drainase urine (seperti batu ginjal atau vesika urinaria neurologik akibat
diabetes atau cidera batang otak). Namun, sebagian besar orang dewasa
yang memiliki jaringan parut pada ginjal akibat pyelonefritis kronik
mendapat lesi-lesi ini pada awal masa kana-kanaknya. Bkti-bukti yang
menyokong mekanisme refluks infeksi ini berasal dari percobaan pada
hewan dan pengamatan pada manusia dengan hasil sebagai berikut : 85%
sampai 100% anak-anak dan 50% orang dewasa dengan jaringan parut
ginjal menderita VUR (Tolkoff-Rubin,2000) .
8
Mekanisme penyataannya nefropati refluks yang mulai terjadi pada awal
masa kanak-kanak dapat njelskan bagmenjelaskan pembentukan jaringan
parut dan kerusakan ginjal pada banyak pasien, masih sulit untuk
menjelaskan bagaimana perjalanan kerusakan ginjal progresif karena pada
sejumlah orang orang dewasa dengan pyelonifritis tahap akhir tidak dapat
refluks maupun UTI. Beberapa pasien bahkan tidak dapat mengingat sama
sekali pernah mengalami UTI berulang. Teori paling populer untuk
menjelaskan gagal ginjal progisif yang terjadi pada pasien dengan refluks
yang sudah dikoreksi dengan urine steril adalah teori hemodinamik
intrarenal atau hipotesis hiperfitrasi (Rose, Rennke, 1994). Menurut teori
ini, infeksi awal penyebab kerusakan nefron mengakibatkan kompensasi
peningkatan tekanan kapiler glomelurus (Pgc) dan hiperperfusi pada sisa
2.7 Penatalaksanaan
9
Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan adalah infeksi kronik atau
kambuhan yang muncul sampai beberapa bulan atau tahun tampa gejala.
Setelah program antimikrobial awal, pasien dipertahankan untuk terus
diwah penanganan antimikrobial sampai bukti adanya bukti adanya infeksi
tidak terjadi, seluruh faktor penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan
fungsi ginjal stabil. Kadar keratininserum dan hitung darah pasien dipantau
durasinya pada terapi jangka panjang.
BAB III
10
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PIELONEFRITIS
1. Identifikasi Pasien
Anak wanita dan wanita dewasa mempunyai insidens infeksi saluran kemih
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria.
2. Riwayat Penyakit
11
b. Data fokus
Perkusi: resona
Auskultasi:
Kriteria evaluasi : tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul.
12
6. Jika dipasang kateter indwelling, Kateter memberikan jalan bakteri
berikan perawatan kateter 2 n kali untuk memasuki kandung kemih dan
per hari. naik ke saluran perkemihan.
7. Kolaborasi Temuan-temuan ini dapat memberi
Konsul dokter bila: sebelumnya tanda kerusakan jaringan lanjut dan
kuning gading-urine kuning, jingga perlu pemeriksaan luas.
gelap, berkabut atau keruh. Pla
berkemih berubah, sering berkemih
dengan jumlah sedikit, perasaan
ingin kencing, meneter setelah
berkemih. Nyeri menetap atau
bertambah sakit.
8. Berikan analgesic sesuia kebutuhan Analgesic memblok lintasan nyeri
dan evaluasi keberhasilannya. sehingga mengurangi nyeri.
9. Memberikan antibiotik. Buat Akibat dari haluaran urin
berbagai variasi sediaan minum, memudahkan berkemih sering dan
termasuk air segar. Pemberian air membantu membilas saluran
sampai 2400 ml/hari. berkemih.
13
3. Dorong meningkatkan pemasukan Peningkatan hidrasi membilas bakteri
cairan.
4. Kaji keluhan kandung kemih penuh. Retensi urin dapat terjadi
menyebabkan distensi jaringan
(kandungan kemih/ginjal).
5. Observasi perubahan status mental: Akumulasi sisa uremik dan
perilaku atau tingkat kesadaran. ketidakseimbangan elektrolit dapat
menjadi toksik pada susunan saraf
pusat.
6. Kecuali dikontaminasikan: ubah Untuk mencegah status urin.
posisi pasien setiap 2 jam.
7. Kolaborasi Pengawasan terhadap disfungsi ginjal.
Awasi pemeriksaan laboratorium;
elektrolit, BUN, kreatinin.
8. Lakukan tindakan untuk memelihara Asam urin menghalangi tumbuhnya
asam urin. kuman
9. Tingkatkan masukan sari buah berri Peningkatan masukan sari buah dapat
dan berikan obat-obatan untuk berpengaruh dalam pengobatan
meningkatakanasam urine. infeksi saluran kemih.
.
14
tujuan, gambaran singkat, persiapan terapeutik.
yang dibutuhkan sebelum
pemeriksaan, perawatan sebelum
pemeriksaan, perawatan sesudah
pemeriksaan.
3. Pastikan pasien atau orang terdekat Instruksi verbal dapat dengan mudah
telah menulis perjanjian untuk untuk dilupakan.
perawatan lanjut dan instruksi
tertulis untuk perawatan sesudah
pemeriksaan.
4. Instruksikan pasien untuk pasien sering menghentikan obat
menggunakan obat yang diberikan, mereka, jika tanda-tanda penyakit
minum sebanyak kurang lebih mereda. Cairan menolong membilas
delapan gelas per hari khususnya ginjal. Asam piruvat dari sari buah
sari buah berri. berri membantu mempertahankan
keadaan asam urin dan mencegah
pertumbuhan bakteri.
5. Berikan kesempatan pada pasien Untuk mendeteksi isyarat indikatif
untuk mengekspresikan perasaan kemungkinan ketidakpatuhan dan
dan masalah tentang rencana membantu mengembangkan
pengobatan. penerimaan rencana terapeutik.
.
15
- Peningkatan pemahaman klien dan keluarga mengenai kondisi dan pengobatan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pielonefritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang
disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi bakteri pada
jaringan ginjal yang di mulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik
ke ginjal. Infeksi ini dapat mengenai parenchym maupun renal pelvis
(pyelum= piala ginjal).
16
Masuk ke dalam pelvis ginjal dan terjadi inflamasi. Inflamasi ini
menyebabkan pembekakan daerah tersebut, dimulai dari papila dan
menyebar ke daerah korteks. Infeksi terjadi setelah terjadinya cytitis,
prostatitis (asccending) atau karena infeksi steptococcus yang berasal dari
darah (descending).
B. Saran
Diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat menambah wawasan dan
mengaplikasikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan klien.
DAFTAR PUSTAKA
17
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/28/askep-infeksi-saluran-kemih/
http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=89
http://www.indonesia.com/f/10918-pielonefritis/
18