Anda di halaman 1dari 11

Tugas Kelompok ke-3

Week 8 sesi 12

1. Jelaskan Hak dan Kewajiban Wajib Pajak dalam Pemeriksaan Pajak!

Hak Wajib Pajak dalam pemeriksaan pajak adalah sebagai berikut:


 Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa.
 Meminta tindasan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak.
 Menolak untuk diperiksa apabila Pemeriksa tidak dapat menunjukkan Tanda Pengenal
Pemeriksa dan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak.
 Meminta penjelasan tentang maksud dan tujuan pemeriksaan.
 Meminta tanda bukti peminjaman buku-buku, catatan-catatan, serta dokumen-dokumen yang
dipinjam oleh Pemeriksa Pajak.
 Meminta rincian berkenaan dengan hal-hal yang berbeda antara hasil pemeriksaan dengan SPT
mengenai koreksi-koreksi yang dilakukan oleh Pemeriksa Pajak terhadap SPT yang telah
disampaikan.
 Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha dibocorkan.
 Memperoleh lembar asli Berita Acara Penyegelan.
Kewajiban Wajib Pajak dalam pemeriksaan pajak adalah sebagai berikut:
Pasal 29 UU KUP mengatur kewajiban WP ketika dilakukan pemeriksaan, antara lain:
1. WP yang diperiksa wajib:
• Memperlihatkan buku, catatan, atau bukti dokumen
• Memberi kesempatan untuk memasuki tempat yang dipandang perlu untuk pemeriksaan
• Memberikan keterangan lain yang diperlukan
2. Buku, catatan, dokumen serta data, informasi, dan keterangan lain wajib dipenuhi oleh WP
paling lama 1 bulan sejak permintaan disampaikan.
3. Jika dalam mengungkapkan dokumen yang diminta, WP terikat suatu kewajiban untuk
merahasiakan, kewajiban untuk merahasiakan ditiadakan untuk pemeriksaan.

2. Jelaskan prosedur pemeriksaan pajak terhadap wajib pajak yang mempunyai Hubungan
Istimewa !
Berdasarkan Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER – 22/PJ/2013, berikut Pedoman
Pemeriksaan Terhadap Wajib Pajak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa:
- Menetapkan Pedoman Pemeriksaan sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan ini
sebagai pedoman pelaksanaan Pemeriksaan Terhadap Wajib Pajak Yang Mempunyai
Hubungan Istimewa yang selanjutnya disebut Pemeriksaan transfer pricing.

TAXN6023 – Advanced Taxation


- Jenis dan bentuk surat dan/atau dokumen yang diperlukan dalam pelaksanaan Pemeriksaan
Terhadap Wajib Pajak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa dibuat dengan menggunakan
format sesuai contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

Prosedur pemeriksaan pajak terhadap wajib pajak yang mempunyai Hubungan Istimewa
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau
bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuanperaturan perundang-undangan perpajakan. Dalam Pemeriksaan
transfer pricing, tahapan yang dilakukan terdiri dari:
A. Tahapan Persiapan Pemeriksaan Transfer Pricing
Dalam pemeriksaan transfer pricing, tahapan persiapan dilakukan sesuai dengan tata cara
pemeriksaan yang berlaku. Hal yang perlu diperhatikan adalah Pemeriksa Pajak seharusnya
mengumpulkan dan mempelajari data Wajib Pajak terkait hubungan istimewa dengan lawan
transaksinya. Tahapan ini termasuk melakukan:
1) Menentukan karakteristik usaha wajib pajak
2) Memilih metode transfer pricing
3) Menetapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha
B. Tahapan Pelaksanaan Pemeriksaan
Tahapan pelaksanaan Pemeriksaan transfer pricing terdiri dari menentukan karakteristik usaha
Wajib Pajak, memilih metode transfer pricing, dan menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman
usaha. Dalam pelaksanaan pemeriksaan transfer pricing, Pemeriksa Pajak perlu memperhatikan
dokumen yang menjadi dasar penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha pada transaksi
dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
C. Tahapan Pelaporan Pemeriksaan Transfer Pricing
Tahapan pelaporan pemeriksaan transfer pricing dilakukan sesuai dengan tata cara pemeriksaan
yang berlaku.

3. Prinsip self-assessment dalam pemenuhan kewajiban perpajakan adalah bahwa


Wajib Pajak (WP) diwajibkan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar
sendiri, dan melaporkan pajak yang terutang sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, sehingga penentuan besarnya pajak yang
terutang dipercayakan pada WP sendiri melalui Surat Pemberitahuan (SPT) yang
disampaikannya. Penerbitan suatu surat ketetapan pajak hanya terbatas kepada
WP tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau
karena ditemukannya data fiskal yang tidak dilaporkan oleh WP.
a) Jelaskan jenis-jenis Surat Ketetapan Pajak dan jelaskan alasan /fungsi masing –
masing SKP tersebut diterbitkan!
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

TAXN6023 – Advanced Taxation


SKPKB digunakan untuk menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit
pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan
jumlah yang masih harus dibayar. Dalam jangka waktu lima tahun setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun
Pajak, Dirjen Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam
hal-hal sebagai berikut:
1. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak
atau kurang dibayar;
2. Apabila surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana
yang telah ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada
waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;
3. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak
seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif
0%
4. Apabila kewajiban sebagaimana dimaksud pada peraturan yang sudah ditentukan
tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang;atau
5. Apabila kepada wajib pajak diterbitkan nomor pokok wajib pajak dan/atau
dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak secara jabatan sebagaimana pada peraturan
yang sudah ditentukan
2.Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
SKPKBT merupakan surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah
pajak yang telah ditetapkan sebelumnya. Jumlah kekurangan pajak yang terutang
dalam SKPKBT ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100%
dari jumlah kekurangan pajak tersebut. Sanksi tidak akan dikenakan apabila SKPKBT
tersebut diterbitkan berdasarkan keterangan tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak
sendiri, dengan syarat Direktur Jendral Pajak belum mulai melakukan tindakan
pmeriksaan dalam rangka penerbitan SKPKBT.

3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)


Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada
pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang. Direktur Jenderal Pajak, setelah
melakukan pemeriksaan, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila
jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak
yang terutang. Berdasarkan permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak,
setelah meneliti kebenaran pembayaran pajak, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar apabila terdapat pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Surat

TAXN6023 – Advanced Taxation


Ketetapan Pajak Lebih Bayar masih dapat diterbitkan lagi apabila berdasarkan hasil
pemeriksaan dan/atau data baru ternyata pajak yang lebih dibayar jumlahnya lebih
besar daripada kelebihan pembayaran pajak yang telah ditetapkan.
4.Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah
pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan
tidak ada kredit pajak.Direktur Jenderal Pajak, setelah melakukan pemeriksaan,
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Nihil apabila jumlah kredit pajak atau jumlah
pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.
5.Surat Tagihan Pajak (STP)

   Surat Tagihan Pajak adalah  surat ketetapan pajak yang diterbitkan dalam hal:

1. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;


2. Dari hasil penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak akibat salah tulis dan atau
salah hitung;
3. WP dikenakan sanksi administrasi denda dan/atau bunga;
4. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN, tetapi tidak melaporkan
kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
5. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi membuat Faktur
Pajak;
6. Pengusaha Kena Pajak tidak membuat Faktur Pajak atau membuat Faktur Pajak tetapi tidak
tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya Faktur Pajak. Surat Tagihan Pajak mempunyai
kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak, sehingga dalam hal penagihannya
dapat dilakukan dengan Surat Paksa;
7. Pengusaha Kena Pajak melaporkan Faktur Pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur
pajak dikeani sanksi;
8. Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian pajak
masukan diwajibkan membayar kembali.

b) Berapa lama daluwarsa penetapan pajak!


Kedaluwarsa penetapan pajak ditentukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak akhir
Masa Pajak atau Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.

4. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak


(DJP), maka akan diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang dapat
mengakibatkan pajak terutang menjadi kurang bayar, lebih bayar, atau nihil. Jika
Wajib Pajak tidak sependapat maka dapat mengajukan keberatan atas surat
ketetapan tersebut. Selanjutnya apabila belum puas dengan keputusan keberatan

TAXN6023 – Advanced Taxation


tersebut maka Wajib Pajak dapat mengajukan banding. Langkah terakhir yang
dapat dilakukan oleh Wajib Pajak dalam sengketa pajak adalah peninjauan
kembali ke Mahkamah Agung.
a) Jelaskan perbedaan banding dan keberatan!

Pengajuan keberatan pajak memiliki dasar hukum yakni:


 UU No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang
telah beberapa kali mengalami perubahan.
 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No 202/PMK.03/2015 tentang
Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan (penyempurnaan dari No
9/PMK.03/2013).
Dasar hukum yang menaungi banding adalah Undang-Undang Nomor 14 tahun 2002
tentang Pengadilan Pajak.

Sementara, proses hukumnya meliputi keberatan, banding, hingga peninjauan kembali


Keberatan
Keberatan pajak adalah mekanisme yang disediakan Ditjen Pajak bagi wajib pajak
yang tidak puas dan tidak sependapat terhadap hasil pemeriksaan pajak. Biasanya,
wajib pajak yang menempuh upaya hukum melalui pengajuan keberatan pajak tidak
puas dengan penetapan jumlah rugi, total jumlah pajak, dan jumlah potongan pajak
yang diputuskan petugas pemeriksa
Keberatan pajak yang disampaikan wajib pajak biasanya diajukan atas:
 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB).
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB).
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Baya Tambahan (SKPKBT).
 Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).
 Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
peraturan perpajakan.

Sebagai wajib pajak, Anda memiliki hak untuk mengajukan keberatan atas suatu
ketetapan pajak. Caranya dengan mengajukan keberatan secara tertulis kepada DJP.
Surat pengajuan keberatan ini paling lambat bisa Anda ajukan tiga bulan sejak
tanggal dikirimnya surat ketetapan pajak/sejak tanggal pemotongan/pemungutan.
Wajib pajak bisa melewati waktu yang telah ditetapkan, asalkan wajib pajak mampu
menunjukkan bahwa waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan atau terjadi
suatu hal di luar kuasa wajib pajak.
Setelah surat keberatan diterima, maka wajib pajak harus menunggu keputusan atas
keberatan tersebut dalam jangka waktu 12 bulan.

TAXN6023 – Advanced Taxation


Banding Pajak
Banding pajak baru bisa wajib pajak lakukan ke Badan Pengadilan Pajak apabila
wajib pajak merasa belum puas dengan hasil atau isi surat keputusan keberatan atas
keberatan yang sebelumnya sudah diajukan

Proses banding pajak harus dilakukan oleh pihak terkait, antara lain:
 Banding pajak dapat diajukan oleh wajib pajak itu sendiri, ahli waris, pengurus, atau
kuasa hukum wajib pajak.
 Apabila selama proses banding pajak pemohon meninggal dunia, maka banding
pajak dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya.
 Jika selama proses banding pajak pemohon melakukan penggabungan, pemecahan,
peleburan/pemekaran usaha, maka banding pajak bisa dilanjutkan oleh pihak yang
menerima pertanggung jawaban karena terjadinya kasus tersebut.

Berikut ini hak-hak pemohon banding pajak:


 Selama jangka waktu 3 bulan sejak diterimanya keputusan banding pajak, pemohon
banding berhak melengkapi surat bandingnya untuk memenuhi ketentuan yang
berlaku.
 Surat bantahan bisa dimasukan dalam jangka waktu 30 hari sejak diterimanya surat
uraian banding pajak.
 Pemohon banding berhak hadir dalam persidangan untuk memberikan keterangan
lisan serta bukti yang diperlukan sepanjang memberitahukan kepada ketua
pengadilan pajak secara tertulis.
 Pemohon banding pajak berhak hadir dalam sidang pembacaan keputusan.
 Pemohon banding pajak berhak didampingi atau diwakilkan oleh kuasa hukumnya
yang telah terdaftar/mendapat izin kuasa hukum dari ketua pengadilan pajak.
 Pemohon banding pajak bisa meminta kepada majelis perihal kehadiran saksi.

b) Jelaskan syarat pengajuan banding dan keberatan!


Syarat-syarat pengajuan keberatan:
a. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
b. mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau
dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan disertai
alasan-alasan yang menjadi dasar penghitungan;
c. 1 (satu) keberatan diajukan hanya untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak, untuk 1
(satu) pemotongan pajak, atau untuk 1 (satu) pemungutan pajak;

TAXN6023 – Advanced Taxation


d. Wajib Pajak telah melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah
yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau
pembahasan akhir hasil verifikasi, sebelum Surat Keberatan disampaikan;
e. diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal:
o surat ketetapan pajak dikirim; atau
o pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga;
kecuali Wajib Pajak dapat menunjukan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat
dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak;
f. Surat Keberatan ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal Surat Keberatan
ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, Surat Keberatan tersebut harus dilampiri
dengan surat kuasa khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) Undang-
Undang KUP; dan
g. Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
Undang-Undang KUP.
Ketentuan khusus:
 Dalam hal Surat Keberatan yang disampaikan oleh Wajib Pajak tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d,
atau huruf f, Wajib Pajak dapat melakukan perbaikan atas Surat Keberatan tersebut
dan menyampaikan kembali sebelum jangka waktu 3 (tiga) bulan terlampaui.
 Tanggal penyampaian Surat Keberatan yang telah diperbaiki merupakan tanggal
Surat Keberatan diterima.
 Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak yang
masih harus dibayar yang tidak disetujui dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan
atau pembahasan akhir hasil verifikasi sebagaimana tercantum dalam Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,
dan belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai dengan 1
(satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan.

Syarat-syarat pengajuan banding:


 Tiap 1 keputusan, diajukan 1 surat banding.
 Permohonan banding harus diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia. Jangka
waktu permohonan surat banding adalah 3 bulan sejak keputusan keberatan
diterima, kecuali ada aturan lain dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.
 Surat banding juga harus dilampiri surat keputusan keberatan tersebut.
 Banding hanya bisa diajukan jika besarnya jumlah pajak terutang yang dimaksud
sudah dibayar 50%.
 Lampirkan Surat Setoran Pajak (SSP) atau Pemindah Bukuan (Pbk).
Jangan lupa untuk melengkapi data-data atau bukti pendukung seperti Surat ketetapan
Pajak (SKP), surat permohonan keberatan, SPT, laporan keuangan, dan lainnya.

TAXN6023 – Advanced Taxation


Apabila sidang banding pajak akan dilaksanakan, maka pemohon banding akan
mendapat pemberitahuan paling lambat 14 hari sebelum sidang dimulai.

5. Jelaskan ketentuan perpajakan dalam rangka Penyidikan Pajak baik dari sisi
Penyidik dan Wajib Pajak yang disidik!
Menurut undang-undang no 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang no 28 Tahun
2007, pengertian penyidikan adalah sebagai berikut:

“Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang


dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti
itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta
menemukan tersangkanya”.

Tujuan utama dari dilakukanya proses penyidikan adalah untuk menemukan


tersangka yang melakukan tindak pidana dalam perpajakan. Dengan dilakukannya
penyidikan, barang bukti untuk menemukan tersangka diharapkan dapat ditemukan
untuk kemudian segera menjadi dasar dalam menetapkan tersangka.

Dalam Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, pihak yang berwenang untuk
melakukan proses penyidikan adalah Pejabat pegawai Negeri Sipil tertentu di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik
tindak pidana di bidang perpajakan.

Wewenang yang dimiliki Penyidik adalah sebagai berikut:


1.      Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau laporan
tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas.
2.      Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan.
3.      Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan   
sehubungan dengan tindak pidana dibidang perpajakan.
4.      Memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana
di bidang perpajakan.
5.      Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti
tersebut;

TAXN6023 – Advanced Taxation


6.      Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan;
7.      Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang,
benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
8.      Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang
Perpajakan.
9.      Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi.
10.  Menghentikan penyidikan;dan/atau melakukan tindakan lain yang perlu untuk
kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan proses penyidikan, penyidik memberitahukan dimulainya


penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui
penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam undang-Undang Hukum Acara Pidana. Apabila diperlukan, penyidik
juga dapat meminta bantuan aparat penegak hukum lain demi kelancaran proses
penyidikan.

Ketentuan Pidana dimaksudkan agar dalam proses penyidikan terdapat kepastisan


hukum yang jelas. Ketentuan pidana tersebut, sesuai dengan pasal 41B Undang-
Undang no 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang no 28 Tahun 2007,
pengertian penyidikan bebunyi sebagai berikut:

“Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan


tindak
 pidana di bidang perpajakan dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp 75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).”

Sementara itu, apabila tindak pidana di bidang perpajakan dilakukan oleh pegawai
Direktorat Jenderal Pajak (dalam hal ini melakukan korupsi), maka pegawai
Direktorat Jenderal Pajak yang terbukti melakukan tindak korupsi tersebut akan
diproses sesuai dengan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi.

Sesuai dengan Pasal 44 Undang-Undang no 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan


Umum dan Tatacara Perpajakan, wewenang untuk menghentikan proses penyidikan
dimilki oleh Menteri Keuangan.

TAXN6023 – Advanced Taxation


Apabila Wajib Pajak telah melunasi hutang pajak yang tidak atau kurang dibayar,
atau yang tidak seharusnya dikembalikan ditambah dengan sanksi administrasi berupa
denda sebesar empat kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, atau yang
tidak seharusnya dikembalikan, maka Menteri Keuangan dapat meminta Jaksa Agung
untuk segera menghentikan penyidikan. Selanjutnya, Jaksa Agung dapat melakukan
pengehentian penyidikan sesuai dengan yang diminta oleh menteri keuangan paling
lama enam bulan setelah Menteri Keuangan menyampaikan surat permintaannya. 

Berikut adalah Peraturan Menteri Keuangan RI No. 129/PMK.03/2012 Bab II tentang


TATA CARA PERMINTAAN PENGHENTIAN PENYIDIKAN OLEH WAJIB
PAJAK

Pasal 2

(1) Dalam rangka penghentian Penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44B
Undang-Undang KUP, Wajib Pajak mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Menteri Keuangan dengan memberikan tembusan kepada Direktur Jenderal Pajak.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri pernyataan tertulis yang
berisi pengakuan bersalah dan bukti tertulis mengenai penyerahan jaminan pelunasan
dalam bentuk escrow account.
(3) Besarnya jaminan pelunasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah jumlah
kerugian pada pendapatan negara sebesar:
 jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang seharusnya tidak
dikembalikan; atau
 jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan
pajak, dan/atau bukti setoran pajak, ditambah jumlah sanksi administrasi
berupa denda sebesar 4 (empat) kali jumlah kerugian pada pendapatan negara
tersebut.
(4) Jumlah pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dihitung berdasarkan berita acara
pemeriksaan ahli yang dilakukan sebelum pengajuan permintaan penghentian
Penyidikan oleh Menteri Keuangan kepada Jaksa Agung.
(5) Permohonan penghentian Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
dengan menggunakan format sesuai contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(6) Surat pernyataan pengakuan bersalah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat
dengan menggunakan format sesuai contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

TAXN6023 – Advanced Taxation


Pasal 3

(1) Untuk mengetahui kerugian pada pendapatan negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (3), Wajib Pajak harus meminta informasi secara tertulis kepada Direktur
Jenderal Pajak.
(2) Atas permintaan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktur Jenderal
Pajak atau pejabat yang ditunjuk harus memberikan informasi tertulis mengenai
kerugian pada pendapatan negara beserta besarnya sanksi administrasi.

References
PPT Week 8 Tax Audit and Tax Investigation
http://akuntansipedia.com/surat-ketetapan-pajak/# [Di akses pada 2 Agustus 2019]
https://www.academia.edu/30902550/PJ_PER22_-_Pemeriksaan_hubungan_istimewa
[Di akses pada 2 Agustus 2019]
https://ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=15381 [Di akses pada 2 Agustus
2019]
https://www.online-pajak.com/banding-pajak [Diakses pada 3 Agustus 2019]
https://www.pajak.go.id/id/keberatan [Diakses pada 3 Agustus 2019]
https://www.online-pajak.com/keberatan-pajak [Diakses pada 3 Agustus 2019]
http://amatdansidik.blogspot.com/2012/06/pemeriksaan-dan-penyidikan-pajak.html
[Diakses pada 3 Agustus 2019]
https://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=15074[Diakses pada 3
Agustus 2019]

TAXN6023 – Advanced Taxation

Anda mungkin juga menyukai

  • Acc 2
    Acc 2
    Dokumen5 halaman
    Acc 2
    liissylvia
    Belum ada peringkat
  • Acc 4
    Acc 4
    Dokumen4 halaman
    Acc 4
    liissylvia
    Belum ada peringkat
  • Acc 3
    Acc 3
    Dokumen4 halaman
    Acc 3
    liissylvia
    Belum ada peringkat
  • Acc 0
    Acc 0
    Dokumen2 halaman
    Acc 0
    liissylvia
    Belum ada peringkat
  • AccInfoSysP2 1
    AccInfoSysP2 1
    Dokumen3 halaman
    AccInfoSysP2 1
    liissylvia
    Belum ada peringkat
  • Acc 1
    Acc 1
    Dokumen2 halaman
    Acc 1
    liissylvia
    Belum ada peringkat
  • Econtheory
    Econtheory
    Dokumen11 halaman
    Econtheory
    liissylvia
    Belum ada peringkat
  • TK1 W3 S4 R2
    TK1 W3 S4 R2
    Dokumen2 halaman
    TK1 W3 S4 R2
    Amelia Marisa
    Belum ada peringkat
  • CBWN 3
    CBWN 3
    Dokumen5 halaman
    CBWN 3
    liissylvia
    0% (1)
  • Corporate 123
    Corporate 123
    Dokumen6 halaman
    Corporate 123
    liissylvia
    Belum ada peringkat
  • Cost Acct 123
    Cost Acct 123
    Dokumen6 halaman
    Cost Acct 123
    liissylvia
    Belum ada peringkat
  • Law 3
    Law 3
    Dokumen20 halaman
    Law 3
    liissylvia
    Belum ada peringkat
  • Cost Acct2
    Cost Acct2
    Dokumen5 halaman
    Cost Acct2
    liissylvia
    Belum ada peringkat
  • TK1 W2S4 R0
    TK1 W2S4 R0
    Dokumen3 halaman
    TK1 W2S4 R0
    Sari Satiagraha
    Belum ada peringkat
  • Intacct 24
    Intacct 24
    Dokumen5 halaman
    Intacct 24
    liissylvia
    Belum ada peringkat
  • Intacct 2
    Intacct 2
    Dokumen6 halaman
    Intacct 2
    liissylvia
    Belum ada peringkat