Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN

“RESOSIALISASI”

Diajukan guna memenuhi tugas M.K Kesehatan Masyarakat

Pengampu : Ani Fatmawaty, S.Kep, Ners, M.KM

DI SUSUN OLEH :

ALFIATUL MUNAWAROH (P27901118053)

REGULER / SEMESTER : II B / D3 KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

TANGERANG
2020
RESOSIALISASI

A. Ruang Lingkup Perawatan Kesehatan Komunitas


Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan
pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan menge,balikan serta
memfungsikan kembali baik individu, keluaga dan masyarakat ke lingkungan sosial dan
masyarakatnya (resosialisasi). Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas,
kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan
upaya kuratif, rehabilitatif, dan resosialitatif.
Adapun upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan
kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat karena menderita suatu penyakit,
misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna
Susila (WTS) atau pekerja seks komersial (PSK), tuna wisma dan lain-lain. Disamping
itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk menerima kembali kelompok yang
mempunyai masalah kesehatan tersebut danmenjelaskan secara benar masalah kesehatan
yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau
batasan-batasan yang jelas dapat di mengerti.

B. Definisi Resosialisasi
Resosialisasi adalah pembelajaran baru tentang sikap, nilai dan kebiasaan, yang
berbeda dari pengalaman dan latar belakang seseorang (Abarca, 2005; Lonsdale, 2005;
Seahefer, 2001). Lonsdale (2005) mengkategorikan resosialisasi menjadi 2 :
a. Resosialisasi sukarela yang terjadi ketika seorang individu dengan sukarela
memilih untuk mengubah sikap dan kebiasaanya.
b. Resosialisasi paksaan yaitu resosialisasi yang terjadi melawan sikap bebas
seseorang dan pada umunya berlangsung pada suatu institusi.
Berdasarkan definisi diatas, resosialisasi sukarela lebih didasarkan kepada
kesadaran dari individu untuk melakukan perubahan atas dirinya. Sedangkan
resosialisasi paksaan lebih didasarkan pada pemaksaan terhadap individu, contohnya
perubhan yang terjadi di penjara dimana individu dipaksa untuk membentuk suatu
pola kebiasaan baru.
Resosialisasi sebagai proses pembelajaran baru tentang sikap, nilai dan kebiasaan
yang berbeda dari pengalaman dan latar belakang seseorang. (Abarca, 2005;
Lonsdale, 2005; Richard T. Seahefer, 2001) merupakan sebuah proses bagaimana
seseorang menginternalisasi sebuah kebudayaan baru. Budaya didefinisikan sebagai
sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar tentang sikap,
nilai, keyakinan, dan perilaku yan digunakan untuk menginterprestasikan dunia
sekeliling mereka dan sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi
dunia sekeliling mereka (Barne dalam Matsumoto, 2004; Spradley, 1997).
Menurut Sukoco, Dwi Heru (1993), dalam Haryanto (2009, h.76), resosialisasi
adalah segala upaya bertujuan untuk menyiapkan penyandang disabilitas agar
mampu berintegrasi dalam kehidupan masyarakat. Resosialisasi merupakan
penentuan apakah individu betul-betul sudah siap baik fisik, mental, dan sosial dalam
berintegrasi dengan masyarakat, dan dari kegiatan resosialisasi dapat diketahui
apakah masyarakat sudah siap menerima kehadiran dari penyandang disabilitas.

Anda mungkin juga menyukai