“RESOSIALISASI”
DI SUSUN OLEH :
TANGERANG
2020
RESOSIALISASI
B. Definisi Resosialisasi
Resosialisasi adalah pembelajaran baru tentang sikap, nilai dan kebiasaan, yang
berbeda dari pengalaman dan latar belakang seseorang (Abarca, 2005; Lonsdale, 2005;
Seahefer, 2001). Lonsdale (2005) mengkategorikan resosialisasi menjadi 2 :
a. Resosialisasi sukarela yang terjadi ketika seorang individu dengan sukarela
memilih untuk mengubah sikap dan kebiasaanya.
b. Resosialisasi paksaan yaitu resosialisasi yang terjadi melawan sikap bebas
seseorang dan pada umunya berlangsung pada suatu institusi.
Berdasarkan definisi diatas, resosialisasi sukarela lebih didasarkan kepada
kesadaran dari individu untuk melakukan perubahan atas dirinya. Sedangkan
resosialisasi paksaan lebih didasarkan pada pemaksaan terhadap individu, contohnya
perubhan yang terjadi di penjara dimana individu dipaksa untuk membentuk suatu
pola kebiasaan baru.
Resosialisasi sebagai proses pembelajaran baru tentang sikap, nilai dan kebiasaan
yang berbeda dari pengalaman dan latar belakang seseorang. (Abarca, 2005;
Lonsdale, 2005; Richard T. Seahefer, 2001) merupakan sebuah proses bagaimana
seseorang menginternalisasi sebuah kebudayaan baru. Budaya didefinisikan sebagai
sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar tentang sikap,
nilai, keyakinan, dan perilaku yan digunakan untuk menginterprestasikan dunia
sekeliling mereka dan sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi
dunia sekeliling mereka (Barne dalam Matsumoto, 2004; Spradley, 1997).
Menurut Sukoco, Dwi Heru (1993), dalam Haryanto (2009, h.76), resosialisasi
adalah segala upaya bertujuan untuk menyiapkan penyandang disabilitas agar
mampu berintegrasi dalam kehidupan masyarakat. Resosialisasi merupakan
penentuan apakah individu betul-betul sudah siap baik fisik, mental, dan sosial dalam
berintegrasi dengan masyarakat, dan dari kegiatan resosialisasi dapat diketahui
apakah masyarakat sudah siap menerima kehadiran dari penyandang disabilitas.