Anda di halaman 1dari 15

KEMENTERIAN RISET DAN

TEKNOLOGI
POLITEKNIK NEGERI PADANG

LAPORAN
PRAKTIKUM SISTEM PROTEKSI
“TAHANAN JENIS TANAH”

OLEH :
NO. JOB PRAKTIKUM :7
NAMA : IDA AYU NYOMAN ESRA
No. BP / No. ABSEN : 1701024007/07
KELAS : 3 A PLN
DOSEN : - Berlianti, ST.MT
- Rahmi Berlianti, SST., MT

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI PADANG
T.A 2020
BAB I
TUJUAN

Tujuan setelah selesai melakukan percobaan ini adalah agar dapat:

 Melakukan pengukuran tahanan jenis tanah secara benar,


 Menghitung tanahan jenis tanah dari hasil pengukuran
 Menentukan tahanan jenis tanah untuk setiap lokasi yang berbeda dan mampu
menentukan metoda yang akan digunakan didalam merencanakan sistem
pengetanahan
BAB II
TEORI DASAR

A. Pengertian
Pengujian tahanan jenis tanah merupakan dasar-dasar yang penting didalam
menentukan sistem pengetanahan. Tanahan jenis tanah merupakan kemampuan
dari struktur tanah didalam menghantarkan listrik secara terinduksi kesetiap
permukaannya. Besarnya tanahan jenis tanah untuk setiap jenis tanah yang
berbeda mempunyai harga yang berbeda. Hal ini dapat diamati dari tabel berikut.

Tabel I : Resistansi jenis tanah.

Tanah Tanah liat dan Pasir Kerikil Pasir dan Tanah


Jenis tanah
rawa tanah ladang basah basah kerikil kering berbatu
Tahanan jenis
30 100 200 500 1000 3000
(ohm-m)

B. Pengetesan Pengaman
Untuk mengetahui apakah suatu pentanahan baik atau harus dilakukan
pengetesan / pengukuran secara langsung. Pengetesan pentanahan harus
dilakukan dalam pengetesan suatu instalasi listrik yang tegangan kerjanya 220
volt.
Salah satu cara pengetesan / pengukuran tahanan pentanahan pengamanan
yaitu dengan mengalirkan arus pada elektroda pentanahan pengaman keelektroda
bantu dan mengukur beda tegangan antara elektroda pentanahan pengaman
dengan elektroda sementara. Menurut PUIL 77 disaratkan bahwa jarak elektroda
pentanahan berturut-turut harus paling kecil 20 m dan 40 m.
Hal tersebut disebabkan, bila elektroda sementara jaraknya terhadap elektroda
sementara dan eloktroda bantu dan mengukur beda tegangan antara elektroda
pentanahan berturut-turut harus paling kecil 20m dan 40m. Juga bila elektroda
sementara berada pada daerah rresistansi elektroda bantu, pengukuran ini tidak
dibenarkan.
Jika pada pengukuran dengan elektroda sementara 20m dari elektroda
pentanahan tidak didapat daerah “tegangan konstan” maka elektroda sementara
harus dipindahkan pada jarak yang lebih dari 20 m, sampai didapatkan daerah
‘tegangan konstan” begitu juga untuk letak elektroda bantunya.
Pengukuran/ pengetesan yang benar adalah bila letak elektroda sementara ada
pada daerah “tegangan konstan” seeperti terlihat pada gambar dibawah :

C. Pengukuran Tahanan Jenis Tanah

Pengukuran tahanan jenis tanah dapat dilakukan dengan menggunakan empat


elektroda, batere (supplay DC), sebuah amperemeter dan sebuah voltmeter yang
sensitif, seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini :
Gambar-2 : Pengukuran tahanan jenis tanah dengan metoda

empat elektroda

D. Tahanan Pengetanahan.

Besar tahanan pengetanahan ini tergantung dari beberapa faktor antara lain :

1. Jenis elektroda yang dipakai.


2. Tahanan jenis tanah dimana elektroda pengetanahan ditanam tergantung dari
kondisi tanah setempat.
3. Ukuran elektroda pengetanahan (panjang, diameter dan sebagainya).
4. Kesempurnaan kontak antara elektroda dengan tanah (batu yang yang
menempel pada elektroda didalam tanah dapat memperbesar tahanan, tetapi
dalam perhitungan-perhitungan selanjutnya dianggap bahwa kontak itu
sempurna.

Sistem pentanahan baik untuk pentanahan netral dari suatu sistem tenaga listrik,
pentanahan system penangkal petir dan pentanahan untuk peralatan khususnya
telekomunikasi perlu mendapatkan perhatian serius, karena pada dasarnya pentanahan
tersebut merupakan dasar perhitungan suatu proteksi. Sistem pentanahan merupakan
dasar perhitungan suatu system proteksi. Tidak jarang baik orang awam maupun
teknisi bahkan seorang insinyur listrik, masih kurang tepat dalam mengintepretasikan
impedansi pentanahan yang merupakan besaran yang sangat dominan untuk
diperhatikan dari suatu sistem pentanahan tersebut.

Dengan menggunakan analisis FFT (fast fourie transform) pada arus yang
mengalir pada system pentanahan dapat diketahui spektrum frekuensinya. Menurut
Anggoro (2002) perilaku impedansi system pentahanan sangat bergantung pada
frekuensi (dasar dan harmonisanya) dari arus yang mengalir ke system pentanahan
tersebut. Permasalahan yang penting dalam suatu pentanahan baik untuk penangkal
petir atau pentanahan netral sistem tenaga adalah seberapa besar impedansi system
pentanahan tersebut. Besar impedansi pentanahan tersebut sangat dipengaruhi oleh
banyak faktor baik faktor internal maupun faktor ekternal. Yang dimaksud dengan
faktor internal meliputi dimensi konduktor pentanahan (diameter dan panjangnya),
resistivitas relatif tanah, dan konfigurasi sistem pentanahan. Sedangkan yang
dimaksud dengan faktor eksternal meliputi bentuk arus (pulsa, sinusoidal, searah) dan
frekuensi arus yang mengalir. Hambatan jenis tanah yang akan menentukan
impedansi pentanahan dipengaruhi oleh beberapa factor yang meliputi temperatur,
gradien tegangan, besar arus, kandungan air dan bahan kimia, kelembaban serta
cuaca.

Untuk mengetahui harga hambatan jenis tanah yang akurat diperlukan


pengukuran secara langsung pada lokasi, karena struktur tanah yang sesungguhnya
tidak sesederhana yang diperkirakan, untuk setiap lokasi yang berbeda mempunyai
hambatan jenis tanah yang tidak sama (Hutauruk, 1991). Biasanya, desain pentanahan
dilakukan dengan mencari titik temu antara keamanan dan meminimalkan biayanya.
Pada frekuensi rendah, solusi terbaiknya didasarkan pada sistem pentanahan grid
dengan jarak antar elektrode yang tak sama. Penelitian tentang karakteristik sistem
pentanahan grid dianalisis dan dibandingkan dengan grid yang biasa (Otero et al.,
2002). Hasilnya menunjukkan bahwa unjuk kerja system pentanahan sangat
dipengaruhi oleh frekuensi dari arus yang diinjeksikan. Frekuensi tinggi sangat
penting dipertimbangkan. Biasanya, desain pentanahan grid dilakukan dengan
memfokuskan pada frekuensi rendah yang mana dengan jarak pemisah elektrode
yang tak sama adalah lebih efisien daripada dengan jarak pemisah elektrode yang
sama. Meskipun begitu, ketika frekuensi naik seperti saat terjadi petir, system
pentanahan ini dapat mempunyai impedans yang lebih tinggi sehingga akan
mengurangi keamanan sistem.

Model tersebut didasarkan kenyataan bahwa impedansi pentanahan tidak


bersifat sebagai tahanan murni tetapi juga berperilaku sebagai induktansi (L) dan
kapasitansi (C). Tahanan murni (R) lebih banyak disebabkan karena adanya sifat
resistivitas tanah dimana sistem pentanahan tersebut ditanam. Induktansi (L) lebih
dipengaruhi oleh panjang konduktor yang ditanam dan sifat permeabilitas tanah.
Seperti halnya sifat induktansi yang lain, maka makin panjang konduktor yang
ditanam maka makin besar induktansi system pentanahannya. Komponen kapasitor
dari system pentanahan dapat diterangkan dari konduktor yang saat ini diinjeksi arus
berarti konduktor tersebut bertegangan. Beda tegangan antara konduktor dengan titik
nol referensi menyebabkan sifat kapasitansi dari sitem tersebut dengan media tanah
yang mempunyai permitivitas ε.

Syarat-syarat system pentanahan yang efektif :

1. Tahanan pentanahan harus memenuhi syarat yang di inginkan untuk suatu


keperluan pemakaian

2. Elektroda yang ditanam dalam tanah harus :


a. Bahan Konduktor yang baik

b. Tahan Korosi

c. Cukup Kuat

3. Jangan sebagai sumber arus galvanis

4. Elektroda harus mempunyai kontak yang baik dengan tanah sekelilingnya.

5. Tahanan pentanahan harus baik untuk berbagai musim dalam setahun.

6. Biaya pemasangan serendah mungkin.

Pemilihan Metode Pengetanahan

Pemilihan metode pengetanahan tergantung dari : segi praktis, menjaga


kontunitas sistem, memperkecil gangguan yang lebih besar, dan kompromi
keseimbangan antara arus dan tegangan.Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
metode pengetanahan. harus diperhatikan dalam pemilihanmetode pengetanahan dari
suatu sistem tenaga, ialah :

a. Selektivitas dan sensitivitas dari rele gangguan tanah.

b.Pembatasan besar arus gangguan tanah.

c.Tingkat pengamanan terhadap tegangan surja dengan arester.

d.Pembatasan tegangan lebih transien.

Faktor di atas mempunyai pengaruh yang besar terhadap ke ekonomisan sistem,


perencanaan serta tata letak dari sistem dan kontinuitas pelayanan. Metode-metode
pengetanahan netral dari sistem-sistem tenaga adalah :

• Pengetanahan melalui tahanan (resistance grounding)

• Pengetanahan melalui reaktor (reactorgrounding)

• Pengetanahan tanpa impedansi/langsung (solid grounding)

•Pengetanahan efektif (effective grounding),


Pengetanahan dengan Tahanan

Sistem pengetanahan melalui tahanan pernah diterapkan pada sistem 230 kV.
Sistem ini mempunyai tegangan lebih transien yang disebabkan oleh pemutusan
relatif rendah. Maksud pengetanahan ini adalah untuk membatasi arus gangguan ke
tanah antara 10% sampai 25% dari arus gangguan 3 fasa. Batas yang paling bawah
adalah batas minimum untuk dapat bekerjanya rele gangguan tanah,sedangkan batas
atas adalah untuk membatasi banyaknya panas yang hilang pada waktu terjadi
gangguan. Sistem pengetanahan melalui tahanan ini sekarang jarang digunakan pada
jaringan transmisi tetapi dipakai pada sistem distribusi, sebagai gantinya adalah
penggunaan reactor Pengetanahan dengan Reaktor dan Efektif.

Reaktor pengetanahan ini digunakan bila trafo daya tidak cukup membatasi arus
gangguan tanah. Pengetanahan ini digunakan untuk memenuhi persyaratan dari
sistem yang diketanahkan dengan pengetanahan ini, besarnya arus gangguan ketanah
di atas 25% dari arus gangguan 3 fasa Keuntungannya dengan mengetanahkan trafo
daya adalah untuk menekan tegangan lebih transien, sehingga trafo daya dapat
menggunakan isolasi dan tipe arrester yang lebih kecil.dan mengurangi penggunaan
metode pengetanahan dengan reaktor, terutama untuk sistem-sistem di atas 115 kV.

Pengetanahan tanpa Impedansi atau langsung.

Pengetanahan ini ialah apabila titik netral trafo kita hubungkan langsung
ketanah, pada system ini bila terjadi gangguan kawat ketanah akan mengakibatkan
terganggunya kawat dan gangguan ini harus diisolasi dengan memutus Pemutus daya
( PMT / CB ). Tujuannya untuk mentanahkan titik netral secara langsung dan
membatasi kenaikan tegangan dari fasa yang tidak terganggu. Digunakan pada sistem
dengan tegangan 20 kV.Sistem ini mengandalkan nilai besarnya tahanan
pengetanahan ( makin kecil tahanan pengetanahan makin baik ) yang dipengaruhi
oleh bahan dari elektroda pengetanahannya
BAB III
DIAGRAM RANGKAIAN

1. Percobaan dengan 3 elektroda

2. Percobaan dengan 4 elektroda


BAB IV
ANALISA

Analisa Rangkaian
Setelah melakukan pratikum, kami merangkai rangkaian sesuai dengan instruksi
dari Intruktur, kami melakukan penacapan 3 elektroda dan 4 elektroda dengan jarak 1
meter dan kedalaman dari 0,2 meter – 1 meter. Rangkaian yang kami lakukan
membutuhkan sumber tegangan atau Power Supply yang disambungkan dengan
ampermeter kemudian disambungkan dengan elektroda batang dan sambungan power
supply lainya disambunkan dengan elektroda yang disambunkan ke voltmeter
kemudian dihubungkan dengan elektroda lainya. Pemasangan masing-masing
elektroda dipasang pada H,S, ES dan untuk 3 elektroda E dan ES dipasang pada satu
elektroda atau dikopelkan, Tegangan diatur konstan sebesar 25 V.

Analisa Data
Tanahan jenis Tanah dilakukan pada tanah liat (basah) dan tanah diukur
menggunakan Eartth Tester, pada pengukuran 3 lektroda tahanan diatur dengan renge
20 Ohm dan didapatkan tahanan dari 13-14 ohm, dan arus yang didapatkan pada data
pertama yaitu 0,2 m sebesar 0,14 A. Untuk selanjutnya semakin dalam ditancapkan
maka semakin pesar pula arus yangbdidapatkan. Sedangkan pda 4 elektroda, tahanan
diatur dengan 20 dan didapatkan tahanan dari 50-60 ohm serta arus yang didapatkan
pada data pertama yaitu 0,2 sebesar 2,7 A, berbeda dengan 3 elektroda pada 4
elektroda semakin daam yang ditanam maka arus akan semakin kecil. Pada metode 3
elektroda secara lansung tersebut telah terlihatnbahwa apabila elektroda bantu dan
elektroda banding dipasang semakin maka tahanan jenis tanah akan semakin besar.
Untuk metode tidak lansung kami hanya mencari satu data yang digunakan seebagai
pembanding dari metoda lansung.
Tabulasi Data

N 3 Elektroda 4 Elektroda
o Ep Eb Dalam Ƿ Ep Eb Dalam Ƿ
1 5 cm 5 cm 20 cm 704,3 Ωm 5 cm 5 cm 20 cm 622,6 Ωm
10 10 10 10
2 20 cm 491,9 Ωm 20 cm 529, 0 Ωm
cm cm cm cm
3 5 cm 5 cm 40 cm 525,9 Ωm 5 cm 5 cm 40 cm 490,0 Ωm
10 10 10 10
4 40 cm 526,5 Ωm 40 cm 489,4 Ωm
cm cm cm cm
5 5 cm 5 cm 60 cm 466,8 Ωm 5 cm 5 cm 60 cm 452,3 Ωm
10 10 10 10
6 60 cm 466,8 Ωm 60 cm 452,3 Ωm
cm cm cm cm
7 5 cm 5 cm 80 cm 429,7 Ωm 5 cm 5 cm 80 cm 429,7 Ωm
10 10 10 10
8 80 cm 429,7 Ωm 80 cm 429,7 Ωm
cm cm cm cm
100
9 5 cm 5 cm 100 cm 412,1 Ωm 5 cm 5 cm 411,5 Ωm
cm
10 10 10 10 100
10 100 cm 411,5 Ωm 412,1 Ωm
cm cm cm cm cm

Analisa Perbandingan
Kami melakukan perbandingan pada metode lansung dan tidak lansung. Pada
percobaan lansung kedalaman 1 meter didapat tahanan jenis tanah sebesar 40,5 ohm,
sedangkan pada percobaan tidak lansung kami mengatur tegangan power supply
sebesar 30 V dan didapatkan V= 14 V, A = 1,4 mA
Dengan Rumus :
P = V/A
= 14/1,4
= 1k ohm
Tahanan jenis tanah sangat diperlukan untuk menentukan tahanan pada tanah
yang bebeda-beda dan berguna untuk melihat tahanan dengan kondisi yang baik atau
tidak.
Perbedaan pada data kami adalah pada 3 elektroda dan 4 elektroda perbedaan
pada arus dan tahanan yang didapat sangat jelas. Arus pada 4 elektroda akan semakin
besar pada 3 elektroda akan semakin kecil pada 4 elektroda ketika elektroda tertancao
lebih dalam.
Hubungan langsung

Hubungan tak langsung


BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Setelah melakukan pratikum dan menganalisa data dapat disimpulakn bahwa
pada 4 elektroda dan 3 elektroda memiliki karaktristik tahanan dan arus yang berbeda
beda. Pada 3 elektroda, semakin dalam elektroda maka semakin besar pula tahanan
yang didapat sedangkang pada 4 elektroda semakin dalam elektroda maka sekamin
kecil yahanan yang didapat.

Anda mungkin juga menyukai