Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

STRUKTUR BETON BERTULANG 1

Dosen Pengajar
Ade Y. Pratiwi, Ph.D

Disusun oleh:

Roofiif Dzakaa’ Romadhon


NIM. 1710811110050

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL
BANJARBARU

2020
SOAL

1. Apa yang dimaksud beton bertulang ?


Jawab :
Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 3.13 mendefinisikan beton bertulang adalah
beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai
minimum yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang dan direncanakan
berdasarkan asumsi bahwa kedua bahan tersebut bekerja sama dalam memikul gaya-
gaya. Beton bertulang terdiri dari gabungan antara beton dan tulangan baja.
Kombinasi dari kedua material tersebut menghasilkan bahan bangunan
yang mempunyai sifat-sifat yang baik dari masing-masing bahan bangunan
tersebut. Beton mempunyai sifat yang bagus, yaitu mempunya kapasitas tekan
yang tinggi. Akan tetapi, beton juga mempunyai sifat yang buruk, yaitu lemah
jika dibebani tarik. Sedangkan baja tulangan mempunyai kapasitas yang tinggi
terhadap beban tarik, tetapi mempunyai kapasitas tekan yang rendah karena
bentuknya yang langsing (akan mudah mengalami tekuk terhadap beban
tekan). Namun, dengan menempatkan tulangan dibagian beton yang
mengalami tegangan tarik akan mengeliminasi kekurangan dari beton terhadap
beban tarik.
2. Jelaskan bagaimana pembuatan beton bertulang agar mutu beton sesuai
dengan yang diharapkan!
Jawab :
Pembuatan beton bertulang agar mutu beton sesuai dengan yang di
harapkan, dapat dilakukan dengan mengacu pada peraturan dan ketentuan pada
SNI beton yang berlaku. Seperti persyaratan umum dan persyaratan teknis
perencanaan proporsi campuran beton. Material untuk tulangan juga harus
sesuai dengan ketentuan dan syarat yang berlaku. Ada 6 tahapan penting dalam
pengolahan beton :
1. Pencampuran atau Pengadukan Bahan-bahan Beton

Pada dasarnya beton dibuat dengan mencampurkan tiga bahan


utama yakni semen, agregat dan air. Untuk agregat, terdapat dua macam
agregat yang umum dipakai yakni kerikil sebagai agregat kasar dan pasir
sebagai agregat halus. Selain ketiga bahan tersebut, ada kalanya
dicampurkan pula zat aditif, contohnya saja zat aditf untuk mewarnai
beton, zat aditif agar beton tahan air, zat aditif agar beton cepat kering
dan zat-zat aditif sejenis lainnya.
Adapun komposisi material adukan beton dalam setiap 1m3 telah
diatur berdasarkan standar SNI 7394: 2008. Contohnya saja beton mutu
K 125 komposisi materialnya terdiri dari semen 276 kg, pasir 828 kg,
kerikil 1.012 kg, dan air 215 kg. Beton mutu K 125 adalah beton klas E
yang dipakai untuk konstruksi lantai dasar.
Dalam jumlah kecil, pengadukan bahan-bahan beton bisa
dilakukan dengan mengandalkan tenaga kerja yang ada. Tetapi untuk
pengadukan dalam jumlah besar, tentunya dibutuhkan alat bantu. Alat
bantu ini membuat hasil adukan material beton lebih merata, sempurna,
dan tentunya lebih cepat. Alat pengaduk beton atau yang dikenal dengan
istilah molen ini ada yang berupa mesin statis, semi mobile dan full
mobile atau mixer truck.
2. Pengangkutan atau Pemindahan Adukan Beton

Bila material-material beton sudah diaduk hingga rata sempurna,


tahapan selanjutnya adalah mengangkut adukan beton tersebut ke tempat
penuangannya. Proses ini harus dilakukan dengan cepat sebelum semen
bereaksi dengan air.
Untuk skala kecil, adukan beton bisa diangkut dengan
menggunakan ember atau gerobak dorong. Sedangkan untuk skala besar,
adukan beton biasanya diangkut dengan menggunakan truk aduk beton,
pompa atau dengan menggunakan ban berjalan. Jika jarak antara lokasi
pengadukan beton dan menuangan cukup jauh, umumnya dipakai alat
bantu berupa truk aduk beton. Sementara itu bila tempat penuangan
cukup tinggi, dapat digunakan pompa. Pada pembangunan gedung
bertingkat banyak, adukan beton biasanya dipindahkan dengan bantuan
crane.

3. Penuangan Adukan Beton

Hasil beton yang baik diperoleh dari cara penuangan adukan beton
yang benar. Proses penuangan harus dilakukan dengan cepat sehingga
adukan beton selalu dalam kondisi plastis dan dapat mengalir dengan
lancar sampai ke rongga antara tulangan. Penuangan ini mulai dari sudut-
sudut bekisting terendah. Adukan beton tak boleh dimasukkan ke
bekisting dengan jarak lebih dari 2 m. Jika melebihi jarak maksimum 2
m, maka dapat mengakibatkan segregasi. Gunakan tremi atau corong bila
jarak melebihi tinggi maksimum.
Bila saat penuangan dalam kondisi hujan yang deras, sebaiknya
hindari menuangkan adukan beton tanpa menggunakan penutup di
bagian atasnya. Sebab air hujan yang masuk bisa membuat kualitas beton
menjadi menurun. Karena itu perlu disiapkan peneduh jika proses
pengerjaan beton berlangsung di musim hujan.
Jika proses penuangan beton sudah dimulai, maka proses ini tidak
boleh berhenti hingga selesai penuangan pada suatu penampang.
Permukaan atas harus terisi penuh dan rata dengan campuran beton untuk
mendapatkan kualitas beton yang benar-benar kokoh.

4. Memadatkan Adukan Beton

Tahapan berikutnya setelah penuangan adukan beton adalah


memadatkan adonan beton yang sudah dituang. Tahapan ini bertujuan
untuk menghilangkan udara yang terjebak di dalam adukan beton. Jika
dibiarkan, udara yang terjebak tersebut akan menyebabkan beton
menjadi keropos.
Pemadatan ini dilakukan segera setelah proses penuangan selesai
dilakukan dan adukan beton masih dalam keadaan plastis. Pemadatan
bisa dilakukan dengan menusuk-nusuk tuangan beton atau dengan
penggetaran. Saat ini sudah tersedia alat bantu yang secara khusus
dirancang untuk mempercepat proses pemadatan beton. Alat bantu yang
disebut vibrator beton atau concrete vibrator ini mampu menghasilkan
getaran ke seluruhan permukaan beton pada radius tertentu sehingga
adukan beton benar-benar padat tanpa ruang udara yang terjebak.

5. Meratakan Permukaan Beton

Jika proses pemadatan beton telah selesai dilakukan, pekerjaan


dilanjutkan dengan meratakan permukaan beton. Secara sederhana,
proses perataan permukaan beton bisa dilakukan dengan menggunakan
cetok dan juga papan perata. Sementara itu untuk meratakan permukaan
lantai cor dengan cepat, dapat digunakan alat bantu seperti power trowel.
Alat bantu ini berfungsi meratakan permukaan lantai cor dalam kondisi
kering 75%.

6. Perawatan Beton

Inilah tahapan akhir dalam pengolahan beton yakni perawatan


beton. Perawatan ini perlu dilakukan agar proses reaksi semen dan air
berlangsung dengan baik. Adapun perawatan yang dikerjakan adalah
dengan menjaga supaya permukaan beton tetap lembab hingga proses
reaksi mencapai waktu yang ditentukan yakni kurang lebih 28 hari.
Jika permukaan beton tidak dijaga kelembabannya, maka
kandungan air pada campuran beton akan keluar sehingga pada akhirnya
kualitas beton menjadi menurun atau muncul retak-retak di
permukaannya. Kelembaban bisa dijaga dengan cara menyirami
permukaan beton, menggenangi permukaan beton, atau meletakkan
karung basah di permukaan beton.
3. Bagaimana mempredeksi umur layan beton bertulang terhadap
kerusakan pada sebuah struktur ?
Jawab :
Masa layan atau umur layan suatu bangunan adalah waktu /masa sejak
bangunan mulai berfungsi sampai dengan bangunan tersebut tidak dapat
berfungsi lagi akibat adanya kerusakan–kerusakan sehingga kinerja
bangunan itu menurun. Salah satu penyebab ambruknya suatu infrastruktur
seperti bangunan gedung, jembatan, jalan layang atau dermaga adalah
terkorosinya besi dalam beton infrastruktur tersebut. Besi dalam beton
sebenarnya tahan terhadap korosi karena sifat alkali dari beton (pH = 12–
13), sehingga terbentuk lapisan pasif dipermukaan besi dalam beton.
Berkaitan dengan kerusakan bangunan beton akibat korosi, perlu adanya
pemodelan perhitungan masa layan bangunan beton berdasarkan pada
kerusakan bangunan tersebut akibat korosi baja tulangan.
Tlayan = TI + TII +TIII
Periode pertama atau TI adalah periode dari waktu bangunan selesai
dibangun sampai dengan waktu berinfiltrasinya gas CO2 ke permukaan baja
tulangan secara difusi. Periode kedua atau TII adalah waktu yang
dibutuhkan senyawa hasil reaksi korosi tepat mengisipori– pori antara
permukaan baja tulangan dengan beton. Periode ketiga atau TIII adalah
waktu rusaknya bangunan beton, yaitu kondisi bangunan mengalami
keretakan, kinerjanya lebih rendah dari kinerja yang diijinkan.
C = K (t)0.5
dengan :
C = tebal selimut beton (mm)
K = kecepatan netralisasi (mm/tahun05)
t = waktu (tahun).
4. Apakah yang dimaksud dengan metode LFRD dan bagaimana
aplikasinya pada perhitungan perencanaan struktur beton bertulang ?
Jawab :
LRFD (Load and Resistance Factor Design) adalah suatu metode yang
didasari oleh konsep keadaan batas dimana keadaan batas tersebut dicapai
melalui proses interaksi antara faktor kelebihan beban dan berkurangnya
kekuatan material. Kedua faktor ini dianggap sebagai variabel-variabel acak
(random) atau variabel probabilistik yang tidak saling mempengaruhi. Metode
LRFD ini memberikan faktor keamanan parsial untuk masing-masing kondisi
dengan nilai yang berbeda-beda pula sesuai dengan nilai kemungkinan
terjadinya. Perencanaan struktur beton bertulang menggunakan metode LRFD
akan berbasis pada kekuatan. Maka dalam perhitungan persyaratan dasar yang
harus dipenuhi dalam desain adalah :

Kuat Rencana > Kuat Perlu


F (Kuat Nominal) > U
Desain Metode Load and Resistance FactorDesign (LRFD) Metode
LRFD merupakan metode yang menggunakan konsep probabilitas dalam
perencanaannya. Metode LRFD menggunakan desain probabilitas metode
First Order Second Moment (FOSM) yang menggunakan karateristik
statistik yang lebih mudah dari tahanan dan beban. Secara umum, suatu
struktur dinyatakan aman apabila memenuhi persyaratan Persamaan :

Keterangan :
Ø=faktor reduksi
Rn=Tahanan nomina
lγi=faktor beban
Qi=beban yang bekerja

Pada pengaplikasiannya adalah pada perhitungan tulangan dengan


menggunakan nilai β sebagai factor reduksi dan pada perhitungan tulangan
dimana ρ minimum < ρ rencana.

Anda mungkin juga menyukai