Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TREND ISSUE
“Aspek Etik dan Hukum dalam Pelayanan Asuhan Keperawatan Menuju Era 5.0”

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Asmawati, M.Kep

KELOMPOK 2 :
1. TRI MITA
2. NADIA ABDE PERTIWI
3. FANNY ZARANI
4. RAHMI
5. DESVITA NOVRIADI
6. DIKA ARIANI
7. RAHMAH PUTRI RH
8. SINDY PERMATA SARI
9. AJENG DWI SEPTRIANI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG


2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah kuliah “Trend Issue”
dengan judul “ Aspek Etik dan Hukum dalam Pelayanan Asuhan Keperawatan Menuju
Era 5.0”
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini di masa mendatang. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.

Padang, April 2020

Kelompok 2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kode etik merupakan persyaratan profesi yang memberikan penentuan dalam


mempertahankan dan meningkatkan standar profesi. Kode etik menunjukan bahwa
tanggung jawab terhadap kepercayaan masyarakat telah diterima oleh profesi (Kelly,
1987). Jika anggota profesi melakukan suatu pelanggaran terhadap kode etik tersebut,
maka pihak organisasi berhak memberikan sanksi bahkan bisa mengeluarkan pihak
tersebut dari organisasi tersebut. Dalam keperawatan kode etik tersebut bertujuan
sebagai penghubung antara perawat dengan tenaga medis, klien, dan tenaga kesehatan
lainnya, sehingga tercipta kolaborasi yang maksimal.

Perawat professional tentu saja memahami kode etik atau aturan yang harus
dilakukan, sehingga dalam melakukan suatu tindakan keperawatan mampu berpikir
kritis untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan sesuai prosedur yang benar
tanpa ada kelalaian. Namun masih banyak terjadi berbagai bentuk kelalaian tanpa
tanggung jawab dan tanggung gugat. Hal ini dikarenakan oleh kurangnya
pengetahuan perawat dalam memahami kode etik itu sendiri. Sehingga tindakan yang
dilakukan adakalanya akan berdampak pada keselamatan pasien. Oleh sebab itu,
banyak perawat dimata masyarakat di anggap kurang berpotensi dalam melakukan
asuhan keperawatan yang pada akhirnya berdampak pada persepsi masyarakat pada
seluruh tenaga keperawatan. Oleh karena itu, sebagai calon perawat maupun para
perawat harus mampu memahami dengan baik dan benar tentang kode etik dan salah
satu kuncinya yaitu banyak membaca dan memahami pentingnya keselamatan pasien
sehingga keinginan untuk mempelajari kode etik sebagai landasan tindakan bisa lebih
bermanfaat.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kode etik
2. Untuk mengetahui fungsi kode etik
3. Untuk mengetahui tujuan kode etik
4. Untuk mengetahui perilaku kode etik keperawatan
5. Untuk mengetahui asas etik dalam keperawatan
6. Untuk mengetahui standar etik dan legal dalam keperawatan
7. Untuk mengetahui bentuk kelalaian perawat dalam memberikan askep
8. Untuk mengetahui macam pelanggaran kode etik keperawatan
9. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan medik
10. Untuk mengetahui kode etik keperawatan Indonesia
11. Untuk mengetahui peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di era
5.0
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kode Etik Keperawatan

Kode etik merupakan persyaratan profesi yang memberikan penentuan dalam


mempertahankan dan meningkatkan standar profesi. Kode etik menunjukan bahwa
tanggung jawab terhadap kepercayaan masyarakat telah diterima oleh profesi (Kelly,
1987). Jika anggota profesi melakukan suatu pelanggaran terhadap kode etik tersebut,
maka pihak organisasi berhak memberikan sanksi bahkan bisa mengeluarkan pihak
tersebut dari organisasi tersebut. Dalam keperawatan kode etik tersebut bertujuan
sebagai penghubung antara perawat dengan tenaga medis, klien, dan tenaga kesehatan
lainnya, sehingga tercipta kolaborasi yang maksimal (Effendy, 2009)

B. Fungsi Kode Etik

Menurut Effendy, 2009 kode etik perawat yang berlaku saat ini  berfungsi
sebagai landasan  atau pedoman bagi status perawat  profesional yaitu dengan cara:

1. Menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami dan


menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada perawat oleh masyarakat
2. Menjadi pedoman bagi perawat dalam  berperilaku dan menjalin hubungan
keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etikal
3. Menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi yaitu hubungan
perawat dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan tenaga profesional kesehatan
lain sebagai teman sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai seorang kontributor dan
dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan.
4. Memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.

C. Tujuan Kode Etik


Menurut Jasmen, 2009 tujuan kode etik yaitu :
1. Sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat dengan perawat, pasien, dan
anggota tenaga  kesehatan lainnya.
2. Sebagai standar dasar untuk mengeluarkan perawat jika terdapat perawat yang
melakukan pelanggaran berkaitan kode etik dan untuk membantu perawat
yang tertuduh  suatu permasalahan secara tidak adil.
3. Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan dan untuk
mengorientasikan lulusan keperawatan  dalam memasuki jajaran praktik
keperawatan profesional.
4. Membantu masyarakat dalam memahami perilaku keperawatan profesional.
D. Perilaku Etik Keperawatan
Menurut Effendy, 2009 dua perilaku etik yang harus dimiliki oleh perawat
profesional yaitu:
1. Etik yang Berorientasi pada Kewajiban
Dalam hal ini, pedoman perawat adalah apa saja yang harus wajib dilakukan
dan kewajibannya dalam bertindak.
2. Etik yang Berorientasi pada Larangan
Pedoman yang digunakan adalah apa saja yang dilarang yang tidak boleh
dilakukan oleh perawat sesuai kewajiban dan kebajikan.
E. Asas Etik dalam Keperawatan

Menurut Effendy, 2009 terdapat asas etik dalam keperawatan yaitu:

1. Asas menghormati otonomy klien( autonomy)


2. Asas manfaat( beneficence)
3. Asas tidak merugikan (non –maleficence)
4. Asas kejujuran( veracity)
5. Asas kerahasiaan ( confidentiality)
6. Asas keadilan( justice)
7. Autonomy yaitu klien memiliki hak untuk memutuskan sesuatu dalam
pengambilan tindakan terhadapnya. Seorang perawat tidak boleh memaksakan suatu
tindakan pengobatan kepada klien.
8. Beneficence yaitu semua tindakan dan pengobatan harus bermanfaat bagi
klien. Oleh karena itu, perlu kesadaran perawat dalam bertindak agar tindakannya
dapat bermanfaat dalam menolong klien.
9. Non- maleficence yaitu setiap tindakan harus berpedoman pada prinsip
primum non nocere ( yang paling utama jangan merugikan). Resiko fisik, psikologis,
dan sosial hendaknya diminimalisir semaksimal mungkin.
10. Veracity yaitu dokter maupun perawat hendaknya mengatakan sejujur-
jujurnya tentang apa yang dialami klien serta akibat yang akan dirasakan oleh klien.
Informasi yang diberikan hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan klien agar
klien mudah memahaminya.
11. Confidentiality yaitu perawat maupun dokter harus mampu menjaga privasi
klien meskipun klien telah meninggal dunia.
12. Justice yaitu seorang perawat profesional maupun dokter harus mampu
berlaku adil terhadap klien meskipun dari segi status sosial, fisik, budaya, dan lain
sebagainya.
F. Standar Etik dan Legal dalam Keperawatan

Menurut Jasmen, 2009 setiap saat bekerja dan berhubungan dengan klien,
rekan kerja, dan seluruh komunitas tentu saja perawat selalu dihadapkan dengan
pengambilan keputusan dalam setiap tindakan yang dilakukan berkaitan dengan etika
dan moral. Terdapat dua aturan yang harus ditaati oleh perawat professional dalam
mengambil tindakan yaitu:

1. Standar etik
Panduan perilaku moral yaitu seseorang yang memberikan layanan kesehatan
harus bersedia secara sukarela dalam mengikuti standar etik.
2. Hukum legal
Panduan berperilaku sesuai hukum yang sah. Jika aturan tersebut tidak
dipatuhi maka perawat wajib menerima  tanggung gugatnya.
G. Bentuk Kelalaian Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan
Pada dasarnya, bentuk kelalaian yang dilakukan perawat tersebut dapat
diketahui dari hasil kerjanya. 2 bentuk kelalaian tersebut adalah:

1. Tidak melakukan pekerjaan maupun tindakan sesuai yang diharapkan, misalnya :


pasien terbakar karena cairan enema yang disiapkan terlalu panas.
2. Tidak melakukan tugas dengan hati-hati, misalnya: pasien terjatuh dan cedera karena
perawat tidak memperhatikan penghalang tempat tidur klien.

H. Macam Pelanggaran Kode Etik Keperawatan

Menurut Effendy, 2009 berbagai macam pelanggaran kode etik perawat yaitu:

1. Tindakan Aborsi adalah menggugurkan kandungan


2. Euthanasia adalah keinginan pasien untuk mati dengan bantuan tenaga medis, karena
nyawa pasien tersebut akan mati beberapa waktu kemudian.
3. Diskriminasi pasien HIV yaitu membedakan pasien terkena HIV
4. Diskriminasi SARA yaitu membedakan pasien dari segi status, budaya,ras dan agama.

I. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Medik Perawat


Menurut Jasmin, 2009 fakktor- faktor yang mempengaruhi tindakan medik yaitu :
1. Karakteristik Perawat
a. Tingkat Pengetahuan
Menurut hasil penelitian Sudiro (2005), banyaknya kasus
tindakan medik yang dilakukan oleh perawat khususnya perawat yang
berada di daerah pedesaan, disebabkan oleh rendahnya tingkat
pengetahuan perawat terhadap fungsi dan peranannya.
b. Tingkat Pendapatan
Banyak perawat bergaji di bawah Upah Minimum Regional
(UMR). Sebagai gambaran, gaji perawat pemerintah di
Indonesia antara Rp 300.000,- -  Rp1.000.000,-  per bulan tergantung
golongan, sementara perawat di Filipina tak kurang dari Rp
3.500.000,-. Wajar jika para perawat melakukan tindakan medik
mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Kompas, 2007).
c. Lama Kerja
Lama kerja juga dapat memberikan implikasi yang berbeda
terhadap kemungkinan berbagai tindakan keperawatan lainnya.
Semakin lama seorang perawat menjalankan tugasnya, maka semakin
banyak juga tindakan medik yang mampu untuk dilakukan.
2. Karakteristik Pasien
Menurut Dever (1984) yang dikutip Ulina (2004) dalam
“Determinants of Health Service Utilization”, faktor karakteristik pasien atau
masyarakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan
pelayanan kesehatan disamping faktor-faktor lain. Lebih jelas Dever
menjelaskan faktor-faktor tersebut adalah:
a. Faktor Sosio Kultural
Ada 2 faktor yaitu :
1. Norma dan Nilai
Seorang wanita hamil cenderung akan memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ditangani oleh seorang wanita. Hal ini
menyebabkan banyak wanita tidak nyaman untuk bersalin pada
fasilitas kesehatan yang ditangani oleh dokter atau perawat 
laki-laki.
2. Teknlogi
Kemajuan teknologi dapat menurunkan pemanfaatan
pelayanan kesehatan, sebagai contoh dengan
ditemukannya berbagai macam vaksin pencegahan
penyakit menular yang dapat mengurangi angka
penyakit.
b. Faktor Organisasional
1. Ketersediaan sumber daya yaitu suatu pelayanan hanya bisa
digunakan apabila jasa tersebut tersedia.
2. Keterjangkauan lokasi yaitu peningkatan akses yang
dipengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh, maupun biaya
tempuh yang mengakibatkan peningkatan pemanfaatan pelayanan
kesehatan.
3. Keterjangkauan sosial, konsumen memperhitungkan sikap dan
karakteristik provider terhadap konsumen seperti etnis, jenis kelamin,
umur, ras, dan hubungan keagamaan.
4. Karakteristik struktur organisasi pelayanan dan proses,
berbagai macam bentuk praktik pelayanan kesehatan dan cara
memberikan pelayanan kesehatan mengakibatkan pola pemanfaatan
yang berbeda-beda.
c. Faktor Interaksi Konsumen dan Provider (penyedia pelayanan)
1. Faktor yang berhubungan dengan konsumen, dipengaruhi oleh:
 faktor sosio demografi, meliputi: umur, seks, ras,
bangsa, status perkawinan, jumlah anggota keluarga, status sosial
ekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan).
 faktor sosio psikologi, meliputi: persepsi sakit, gejala
sakit, dan keyakinan terhadap perawatan medis/dokter, dan
1. faktor epidemiologis, meliputi mortalitas, morbilitas, disability,
dan faktor resiko.
2. Faktor yang berhubungan dengan provider, dipengaruhi oleh:
 Faktor ekonomi, yaitu adanya keterbatasan konsumen
untuk mengakses pelayanan kesehatan.
 Faktor karakteristik provider, meliputi tiga tipe
pelayanan kesehatan, sikap petugas, keahlian petugas, dan fasilitas
yang dimiliki oleh pelayanan kesehatan tersebut.

J. Kode Etik Keperawatan Indonesia


Menurut Barbara, 2003 dalam profesi perawat, seorang perawat harus
mampu memahami dan menerapkan berbagai kode etik yang menjadi dasar
mereka bertindak khususnya dalam tindakan asuhan keperawtan. Beberapa
kode etik yang ada di Indonesia yang harus di miliki oleh seorang perawat
professional yaitu:

1. Tanggungjawab Perawat terhadap Individu, Keluarga, dan Masyarakat

a. Perawat berpedoman kepada tanggungjawab dari  kebutuhan akan


keperawatan individu, keluarga dan masyarakat.
b. Perawat memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai
budaya, adat-istiadat, dan kelangsungan hidup beragama dari individu,
keluarga, dan masyarakat.
c. Perawat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai dengan
martabat dan tradisi luhur keperawatan.
d. Menjalin hubungan kerja sama dengan individu, keluarga, dan
masyarakat dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya
kesehatan.
2. Tanggungjawab terhadap Tugas
a. Memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat.
b. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh
yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
c. Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan
keperawatan untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma
kemanusiaan.
d. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa
berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin,
aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
e. Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien
dalam melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam
mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalihtugaskan
tanggungjawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.
3. Tanggung jawab terhadap Sesama Perawat dan Profesi Kesehatan
lainnya.
a. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat
dan dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan
suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh.
b. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan kemampuannya.
4. Tanggung jawab terhadap Profesi Keperawatan
a. Perawat senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan profesional
secara mandiri dan bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
b. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dengan menunjukkan perilaku dan sifat pribadi yang luhur.
c. Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan
pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan dan
pendidikan keperawatan.
d. Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu
organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.
5. Tanggung jawab terhadap Pemerintah, Bangsa, dan Negara
a. Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai
kebijaksanaan yang diharuskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan
keperawatan.
b. Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan
pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan
keperawatan kepada masyarakat.
K. Peran Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Era 5.0

Generasi milenial merupakan generasi yang memiliki kemauan yang kuat


untuk menyelesaikan sesuatu dengan segera, optimis tentang masa depan dan
memiliki semangat kepahlawanan. Generasi ini terampil dalam menggunakan
banyak jenis teknologi karena teknologi adalah bagian integral dari kehidupan
mereka. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi telah mengubah
industri kesehatan. Kemajuan medis dan teknologi kesehatan ini juga
mempengaruhi praktik keperawatan. Teknologi kesehatan berpotensi untuk
menciptakan kondisi lingkungan kerja yang lebih baik bagi perawat dengan
meningkatkan keselamatan, efisiensi dan kualitas layanan. Sejalan dengan
teknologi yang berkembang pesat, sangat penting bagi perawat milenial untuk
mengikuti dan mempraktikkan informasi dan teknologi (Jasmin, 2009)

Peran penting perawat adalah memberikan asuhan keperawatan yang


berkualitas kepada pasien secara berkesinambungan. Dalam menghadapi era 5.0
ini, perawat milenial dituntut untuk mampu menciptakan, menerapkan dan
memanfaatkan perkembangan teknologi dalam memberikan asuhan keperawatan
yang berkualitas dan professional serta dapat menyesuaikan teknologi dengan
perawatan pasien. Pendidikan keperawatan di Indonesia juga perlu dikembangkan
sehingga mengarah pada pembangunan sosial dan memiliki daya saing global.
Perawat diharapkan dapat bersaing dan beradaptasi pada lingkungan yang berbasis
teknologi sehingga pemberian pelayanan sampai kepada pasien dengan baik
(Jasmin, 2009).

Kemajuan teknologi ini tentu menimbulkan kecemasan pada para perawat


bahwa pelayanan keperawatan konvensional yang menekankan adanya tatap muka
antara perawat dan pasien akan hilang. Namun manusia pada dasarnya adalah
makhluk sosial yang membutuhkan interaksi antarmanusia dengan manusia
lainnya. Program kecerdasan buatan tentu tidak dapat menggantikan peran
perawat seutuhnya. Program kecerdasan buatan tidak dibikin secara spesifik untuk
menggantikan posisi perawat. Manusialah yang akan memegang peranan penting
dalam penggunaan kecerdasan buatan dalam pelayanan kesehatan dan
keperawatan (Jasmin, 2009).

Masyarakat sebagai pelanggan layanan kesehatan saat ini semakin kritis dalam
memilih layanan kesehatan, mereka lebih berhati-hati sebelum menerima
perawatan dan penanganan dari tenaga kesehatan terutama perawat.
Perkembangan memaksa perawat harus mampu mengimbangi hal tersebut dengan
memiliki pengetahuan yang luas, mempunyai criticalthinking dan aware terhadap
teknologi informasi dengan mengutamakan keselamatan pasien untuk peningkatan
mutu layanan keperawatan (Jasmin, 2009).

Manajer perawat harus menyadari bahwa teknologi kesehatan akan mengubah


praktik keperawatan dan harus menciptakan program-program pengembangan
kepemimpinan yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa perawat milenial akan
memiliki kompetensi untuk mengatasi tantangan-tantangan teknologi ini. Manajer
perawat dapat mendukung adopsi dan penggunaan teknologi yang efektif oleh
perawat.. Seorang manajer keperawatan adalah pemimpin yang memiliki
tanggung jawab untuk mendorong perubahan dalam lingkungan klinis. Era
Society Evolution 5.0 memberikan pekerjaan tersendiri bagi para manajer
keperawatan untuk dapat menyeimbangkan kebutuhan pelayanan dengan
kemampuan yang dimiliki. Manajer keperawatan dipaksa untuk terus berinovasi
menghadapi era ini (Jasmin, 2009).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kode etik merupakan persyaratan profesi yang memberikan penentuan dalam


mempertahankan dan meningkatkan standar profesi. Kode etik menunjukan bahwa
tanggung jawab terhadap kepercayaan masyarakat telah diterima oleh profesi (Kelly,
1987). Jika anggota profesi melakukan suatu pelanggaran terhadap kode etik tersebut,
maka pihak organisasi berhak memberikan sanksi bahkan bisa mengeluarkan pihak
tersebut dari organisasi tersebut. Dalam keperawatan kode etik tersebut bertujuan
sebagai penghubung antara perawat dengan tenaga medis, klien, dan tenaga kesehatan
lainnya, sehingga tercipta kolaborasi yang maksimal.

Tujuan kode etik yaitu sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat
dengan perawat, pasien, dan anggota tenaga  kesehatan lainnya. Sebagai standar dasar
untuk mengeluarkan perawat jika terdapat perawat yang melakukan pelanggaran
berkaitan kode etik dan untuk membantu perawat yang tertuduh  suatu permasalahan
secara tidak adil. Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan
dan untuk mengorientasikan lulusan keperawatan  dalam memasuki jajaran praktik
keperawatan profesional. Membantu masyarakat dalam memahami perilaku
keperawatan profesional.

DAFTAR PUSTAKA
Hegner, Barbara R.2003. Nursing Assistant: a Nursing Proses Approach. Jakarta: EGC.

Efendy, Ferry dan Makhfudli.2009.Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Manurung, Jasmen. 2009. Hubungan Karakteristik Perawat dan Pasien Dengan Tindakan
Medik Perawat di Kota Medan. Tesis fakultas Sumatra Utara

Anda mungkin juga menyukai