Anda di halaman 1dari 6

PERCOBAAN 2

STERILISASI DAN PEMBUATAN MEDIA MIKROBA

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan Percobaan pada praktikum ini adalah untuk mempelajari
proses sterilisasi dan tahapan preparasi media tumbuh mikroba.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Mikrobiologi ialah telaah mengenai organisme hidup yang berukuran
mikroskopis. Dunia mikroorganisme terdiri dari lima kelompok organisme:
bakteri, protozoa, virus, serta algae dan cendawan mikroskopis. Mikrobiologi
boleh dikatakan sebagai ilmu yang masih muda. Dunia jasad renik barulah
ditemukan sekitar 300 tahun lalu, dan makna yang sesungguhnya mengenai
mikroorganisme baru dipahami 200 tahun kemudian. Dalam bidang
mikrobiologi kita mempelajari banyak segi mengenai jasad-jasad renik ini
juga dinamakan mikroba atau protista dimana adanya, ciri-cirinya,
kekerabatan antara sesamanya seperti juga dengan kelompok organisme
lainnya, pengendaliannya, dan peranannya dalam kesehatan serta
kesejahteraan kita. Mikroorganisme sangat erat kaitannya, dengan kehidupan
kita, beberapa di antaranya bermanfaat dan yang lain merugikan. Banyak di
antaranya menjadi penghuni tubuh manusia. Beberapa mikrooranisme
menyebabkan penyakit dan yang lain terlibat dalam kegiatan manusia sehari-
hari seperti misalnya, pembuatan anggur, keju, yogurt, produksi penisilin,
serta proses-proses perlakuan yang berkaitan dengan pembuangan limbah
(Fitri dkk, 2016).
Sterilisasi merupakan suatu proses membebaskan peralatan atau bahan
dari mikroorganisme yang tidak dikehendaki. Untuk mencapai tujuan ini, ada
beberapa macam sterilisasi yang dapat dipilih dan disesuaikan dengan sifat
bahan yang akan disterilkan. Bahan atau peralatan yang dipergunakan dalam
bidang mikrobiologi harus dalam keadaan steril. Steril artinya tidak
didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang
menggangu kehidupan dan proses yang dikerjakan (Sujaya, 2016).
Praktek sterilisasi dan alat-alat secara umum dapat dilakukan secara
fisik (misalnya pemanasan, pembekuan, penge-ringan, liofilisasi, radiasi),
secara kimiawi (misalnya antiseptik, disinfektan), secara bio-logis (dengan
antibiotika). Sterilisasi dengan antibiotika tidak umum digunakan, tetapi lebih
banyak digunakan untuk tujuan khemoterapi (pegobatan). Pemilihan cara
sterilisasi yang akan dipakai tergantung dari beberapa hal misalnya macam
bahan dan alat yang disterilkan, ketahanan terhadap panas, dan bentuk bahan
yang disterilkan (padat, cair, atau berbentuk gas). Selama sterilisasi alat,
media dan bahan perlu disterilkan. Media adalah susunan bahan. Media
adalah susunan bahan baik bahan alami (seperti tauge, kentang, daging, telur,
wortel dan sebagainya) ataupun bahan buatan (berbentuk senyawa kimia,
organik ataupun anorganik) yang dipergunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroba (Fitri dkk, 2016).
Media/ medium pertumbuhan (disingkat medium/ media) merupakan
tempat untuk menumbuhkan mikroba. Media pertumbuhan mikroorganisme
adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang
diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme
memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakituntuk
menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolate
mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi
media pertumbuhannya. Tipe nutrisi pada mikroba sangat beragam sehingga
untuk menumbuhkan mikroba di laboratorium perlu menyediakan berbagai
media. Dalam menyiapkan media pertumbuhan bakteri, media tersebut
dituangkan ke dalam wadah-wadah yang sesuai seperti tabung reaksi, cawan
petri, atau labu yang disterilkan sebelumnya. Praktisnya semua media itu
secara komersil dalam bentuk bubuk, dalam penggunaannya dapat dilarutkan
(Amelia, 2017).
NA (Nutrient Agar) merupakan suatu medium yang berbentuk padat,
NA (Nutrient Agar) dibuat dari campuran ekstrak daging dan peptone dengan
menggunakan agar sebagai pemadat. Media merupakan substrat yang
diperlukan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme.
Sebelum dipakai dalam percobaan, media ini perlu disterilkan terlebih dahulu,
supaya tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme yang tidak dikehendaki
(kontaminan).
Media NA (Nutrient Agar) berdasarkan bahan yang digunakan
termasuk dalam kelompok media semi alami, media semi alami merupakan
media yang terdiri dari bahan alami yang ditambahkan dengan senyawa
kimia. Berdasarkan kegunaanya media NA (Nutrient Agar) termasuk
kedalam jenis media umum, karena media ini merupakan media yang peling
umum digunakan untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri. Bedasarkan
bentuknya media ini berbentuk padat, karena mengandung agar sebagai bahan
pemadatnya. Media padat biasanya digunakan untuk mengamati penampilan
atau morfologi koloni bakteri (Rossita dkk, 2017).
Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang sangat umum
yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan serta
mengidentifikasi jamur dan khamir. PDA mengandung sumber karbohidrat
dalam jumlah cukup yaitu 20% ekstrak kentang dan 2 % gula sehingga baik
untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan
bakteri. Selain media agar-agar dekstrosa kentang, agar-agar ekstrak khamir
dekstrosa, agar-agar ekstrak malt dan agar-agar lengkap, juga sering
digunakan. Peneliti mengamati agar kentang dextrose agar (PDA) dan agar
jumlah lempeng disesuaikan dengan pH 3,5 dan 5,5 mendukung
pembentukan koloni oleh konidia Aspergillus Jlavus sama baiknya.
mengatribusikan kurangnya perbedaan dalam pemulihan antara media yang
diasamkan dan yang tidak diasamkan dengan kondisi yang lebih dari kultur
laboratorium. Kemungkinan juga ada bahwa sedikit perbedaan dalam
perumusan media pemulihan tertentu yang diperoleh dari berbagai pemasok
atau diproduksi dalam banyak yang berbeda oleh pemasok yang sama dapat
berkontribusi pada variasi dalam jumlah yang diamati pada berbagai nilai pH
(Beuchat, 2015).
Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya
diketahui secara pasti, misanya pada PDA (Potato Dextrose Agar) yang
mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak kentang. Percobaan dengan
menggunakan bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara
detail tentang komposisi senyawa yang penyusun dari PDA (Potato Dextrose
Agar) tersebut (Amelia, 2017).

III. MATERI DAN METODE


A. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan adalah labu ukur, erlenmeyer, hot plate,
magnetic stir, otoklaf, dan inkubator. Bahan yang digunakan adalah nutrien
agar, kentang dan aquades.

B. METODE
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah memasukkan NA
gram gram
sebanyak 28 /L dan PDA sebanyak 39 /L ke dalam masing-masing
erlenmeyer. Setelah itu, memasukkan 75 mL aquades ke dalam masing-
masing erlenmeyer yang sudah berisi NA dan PDA, kemudian memasukkan
magnetic stir ke dalam masing-masing erlenmeyer. Meletakkan erlenmeyer
pada hot plate yang berbeda. Lalu, memanaskan media NA dan PDA dengan
menaikkan suhu hot plate secara bertahap diikuti dengan menaikkan
kecepatan pengadukan. Media NA yang sudah dipanaskan hingga mendidih,
diangkat dan di dinginkan. Setelah itu, erlenmeyer di tutup dengan kapas, lalu
dibungkus dengan kertas dan diikat menggunakan karet.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL
Tabel 1. Pembuatan media
No. Nama Bahan Formula Metode Sterilisasi Suhu dan Waktu
1. Nutrien Agar 2,1 gram Sterilisasi basah 150oC , 10 menit
serbuk NA +
Aquades
2. Potato Dextrose Agar 2,92 gram Sterilisasi basah 150oC , 10 menit
serbuk PDA
+ Aquades
Perhitungan :
1. Media NA
Ts m/L = 28 gram/L
Vn = 75 ml
Vtotal = 1000 ml
Ditanya : Fm (g/L) = …?
Penyelesaian :
Vn m
Fm = x Ts /L
Vtotal
75
= x 28
1000
= 2,1 gram

2. Media NA
Ts m/L = 39 gram/L
Vn = 75 ml
Vtotal = 1000 ml
Ditanya : Fm (g/L) = …?
Penyelesaian :
Vn m
Fm = x Ts /L
Vtotal
75
= x 39
1000
= 2,92 gram

B. PEMBAHASAN
Metode
V. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A., Soemarno., & M. Purnomo. 2015. Kajian Kualitas Air dan Status
Mutu Air Sungai Metro di Kecamatan Sukun Kota Malang. Jurnal Bumi
Lestari. 13 (2): 265-274.

Effendi, H. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Hamakonda, U. A., B. Suharto., & L. D. Susanawati. 2019. Analisis Kualitas Air


dan Beban Pencemaran Air Pada Sub DAS Boentuka Kabupaten Timor
Tengah Selatan. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas. 23(1): 57-67.

Mahyudin., Soemarno., & T. B. Prayogo. 2015. Analisis Kualitas Air Dan


Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Metro di Kota Kepanjen
Kabupaten Malang. J-Pal. 6(2): 105-114.

Naubi1, I., N. H. Zardari1., S. M. Shirazi1., N. F. B. Ibrahim., & L. Baloo. 2016.


Effectiveness of Water Quality Index for Monitoring Malaysian River
Water Quality. Pol. J. Environ. Stud. 25 (1): 1-9.

Pemerintah Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 tentang


Persyaratan Kualitas Air Minum. Sekretariat Negara. Jakarta.

Poedjiastoeti, H., Sudarmadji., Sunarto., & S. Suprayogi. 2017. Penilaian


Kerentanan Air Permukaan terhadap Pencemaran di Sub DAS Garang Hilir
Berbasis Multi-Indeks. Jurnal Wilayah dan Lingkungan. 5(3): 168-180.

Rianti, L. 2017. Analisis Kualitas Air (Fe dan Mn) Tambang Batubara
Menggunakan Metode ASTM di Laboratorium Limbah Politeknik
Akamigas Palembang. Jurnal Teknik Patra Akademika. 8(1): 5-10.

Saputra, D., O. T. Purwadi., Sumiharni. 2016. Studi Air Tanah Berbasis


Geographics Information System (GIS) di Kota Bandar Lampung. JRSDD.
4(3): 469-480.

SNI 03-7016-2004.Tata cara pengambilan contoh dalam rangka pemantauan


kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai.

Anda mungkin juga menyukai