Fathimatuzzahro
Universitas Negeri Malang
E-mail: fathimatuzzahro90@gmail.com
Pembimbing: Prof. Dr. H. Ipung Yuwono, M.S, M.Sc
1
berupaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Untuk itu para guru terus
berusaha menyusun dan mencoba menerapkan berbagai model dan strategi
pembelajaran yang bervariasi agar siswa tertarik dan bersemangat dalam belajar
matematika sehingga siswa terlibat secara aktif dalam menemukan konsep dari
suatu materi sehingga hasilnya menjadi lebih baik dari pada hasil yang dijelaskan
pada alinea sebelumnya.
Pembelajaran Matematika Realistik merupakan pembelajaran matematika
yang menekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan
pengalaman siswa sehari-hari. Pembelajaran ini dilakukan dengan membentuk
kelompok kecil secara heterogen, siswa diberikan LKS untuk didiskusikan dengan
kelompoknya, kemudian guru meminta perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas sehingga terjadi diskusi kelas.
Dalam buku “ Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer “ oleh Suherman,
dkk tahun 2003 halaman 147, secara garis besar langkah-langkah dalam
Pembelajaran Matematika Realistik yaitu penggunaan masalah kontekstual (the
use of context), penggunaan model (the use of models), kontribusi siswa (student
contribution), interaktivitas (interactivity), dan pengaitan (intertwinning). Dalam
model pembelajaran ini pengelompokan siswa secara heterogen.
Pembelajaran matematika realistik merupakan pembelajaran dimana siswa
diberikan suatu masalah kontekstual yang kemudian diminta untuk memikirkan
langkah-langkah penyelesaiannya. Pembelajaran matematika realistik dalam
pembelajaran matematika dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah,
sehingga dapat dijadikan alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat
meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar matematika. Seperti penelitian
yang dilakukan Auliyana (2005) menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang
diajar dengan pembelajaran matematika realistik lebih baik secara signifikan dari
pada hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional.
Untuk itu, peneliti ingin menerapkan pembelajaran matematika realistik
dalam suatu proses belajar mengajar. Pembelajaran matematika realistik yaitu
pembelajaran matematika yang menekankan pada keterkaitan antara konsep-
konsep matematika dengan pengalaman siswa sehari-hari Pembelajaran ini
dilakukan dengan membentuk kelompok secara heterogen, selanjutnya siswa
bekerja dalam kelompok dan guru meminta perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan pekerjaannya di depan kelas, sementara kelompok lain
menanggapi. Setelah presentasi, guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya.
Pembelajaran matematika realistik berfungsi untuk memperkuat siswa
dalam mendalami dan menguasai materi, selain itu pembelajaran matematika
realistik juga mempermudah siswa untuk memecahkan masalah karena dengan
berkelompok siswa dapat bekerjasama, dan saling bertukar pikiran. Sehingga
dalam penelitian ini perlu dikembangkan model pembelajaran yang melibatkan
pembelajaran matematika realistik untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
materi bangun ruang.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas.
Peneliti dalam penelitian bertindak sebagai perencana, pengajar, pengamat,
2
pelaksana, pengumpul data, penganalisis data dan pelapor hasil penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 21 Malang dengan subyek penelitian
siswa kelas VIII-8 berjumlah 38 siswa. Data yang dikumpulkan dalam penelitian
ini meliputi : 1) hasil observasi selama proses pembelajaran yang berpedoman
pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran matematika realistik;
2) hasil tes akhir siklus berupa tes kemampuan; 3) hasil wawancara sebelum dan
sesudah pelaksanaan pembelajaran; 4) hasil angket respon siswa tehadap
pembelajaran matematika realistik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah lembar validasi terdiri dari lembar validasi RPP, lembar validasi lembar
observasi keterlaksanaan pembelajaran matematika realistik, serta lembar validasi
LKS, soal tes, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran matematika
realistik, pedoman wawancara, angket respon siswa tehadap pembelajaran
matematika realistik.
Tahap pelaksanaan penelitian disusun berdasarkan model yang
dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart yang terdiri dari empat tahap yaitu: (1)
Plan (perencanaan), (2) Act (tindakan), (3) Observe (pengamatan), (4) Reflect
(refleksi) (Fatchan, 2009:42). Pelaksanaan tindakan dalam satu siklus akan dibagi
menjadi empat tahap sesuai dengan tahapan pembelajaran matematika realistik
yang telah tersusun dalam rancangan pelaksanaan pembelajaran. Observasi yang
dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh
informasi yang lebih mendalam tentang proses pembelajaran dan dilaksanakan
pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung yang berpedoman pada lembar
observasi keterlaksanaan pembelajaran matematika realistik. Refleksi yaitu
peneliti mengumpulkan dan menganalisis data hasil observasi keterlaksanaan
pembelajaran matematika realistik, angket respon siswa tehadap pembelajaran
matematika realistik serta hasil tes akhir siklus siswa. Data dari tes akhir siklus
dianalisis untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Hasil belajar
siswa dikatakan meningkat dari hasil tes akhir siklus apabila data hasil tes tulis
menunjukkan bahwa minimal 80 % siswa memperoleh nilai lebih atau sama
dengan 73 serta keterlaksanaan pembelajaran matematika realistik mencapai
kategori “baik”. Untuk mengetahui persentase subyek yang mencapai ketuntasan
belajar dengan menggunakan rumus: TB = Jumlah siswa yang memperoleh skor
73/ Jumlah seluruh siswa x 100%. Untuk mengetahui respon siswa dengan
menggunakan rumus: SK = Jumlah total/banyak siswa x 100%.
Indikator keberhasilan adalah apabila ketercapaian kriteria hasil belajar
siswa secara klasikal mengalami peningkatan dari tes 1 dan tes 2.Ketuntasan
belajar siswa secara klasikal yang dimaksud jika mencapai 80% dari jumlah siswa
memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM)
yakni 73. Dan keterlaksanaan pembelajaran matematika realistik dapat mencapai
kategori “baik”.
HASIL
Sebelum melaksanakan tindakan terlebih dahulu peneliti melakukan
observasi dalam kelas dan wawancara informal dengan ibu Sad Diana
Maretnawati selaku guru matematika SMP Negeri 21 Malang. Didapatkan fakta
didasarkan dalam pengamatan bahwa pembelajaran dalam kelas masih
menggunkan metode ceramah, kemudian dari hasil wawancara informal diperoleh
informasi tentang keadaan siswa dalam kelas yang meliputi keaktifan,
3
kemampuan siswa untuk bertanya dan menjawab soal selama mengikuti pelajaran
matematika.
Paparan data siklus I, tahap perencanaan tindakan sebagai berikut.
(1) memilih materi pembelajaran yaitu “bangun ruang”. (2) menyusun RPP yang
sesuai dengan pembelajaran matematika realistik, RPP 1-4 disusun dengan alokasi
waktu 8 x 40 menit (4 pertemuan). (3) menyusun Lembar Kegiatan Siswa sesuai
dengan materi yang dipelajari. (4) Menyusun lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran matematika realistik . (6) membagi kelompok heterogen
berdasarkan hasil tes kemampuan awal. (7) mengkoordinasikan dengan guru mata
palajaran matematika untuk proses observasi pembelajaran matematika dan 2
seorang mahasiswa UM jurusan matematika.
Pada pembelajaran matematika realistik ini terdiri dari 5 prinsip utama,
yaitu, penggunaan masalah kontekstual ( the use of context), Penggunaan Model
(The Use Of Models), Kontribusi Siswa (Student Contribution), Interaktifitas
(Interactivity), dan Pengaitan (Intertwinning). Pelaksanaan tindakan penelitian
dalam 4 pertemuan.
Setiap pertemuan pelaksanaan pembelajaran matematika realistik terbagi
dalam tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Kegiatan awal guru memandu siswa dan memberikan contoh bangun ruang
prisma. Kegiatan Inti terdiri dari pembagian kelompok yaitu siswa dibagi dalam
beberapa kelompok yang heterogen. Terdapat 9 kelompok yang masing – masing
terdiri dari 4 siswa. Penyampaian masalah yaitu siswa diberikan pertanyaan
berupa masalah kontekstual dalam bentuk LKS. Diskusi kelompok dimana siswa
setelah mendapatkan LKS, siswa diminta mendiskusikan LKS yang telah
diberikan. Jika dalam kelompok ada anggota yang tidak mengerti atau tidak bisa
mengerjakan maka siswa diminta berdiskusi dengan kelompoknya untuk
menjawab permasalahan tersebut. Jika dalam anggota kelompok tidak bisa
mengatasi permasalahan maka bertanyalah kepada guru. Membandingkan
jawaban yaitu guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas. Pada saat membahas hasil diskusi, kelompok yang lain
diminta untuk menanggapinya. Setelah itu, guru meminta siswa untuk duduk di
bangku masing-masing dan mengeluarkan selembar kertas.Kemudian guru
membagikan lembar tes kepada seluruh siswa. Kegiatan Akhir Siswa yang telah
selesai mengerjakan tes, mengumpulkan lembar jawaban di meja guru. Guru
mengingatkan untuk menyiapkan materi untuk pertemuan selanjutnya. Dan guru
memberi salam untuk menutup pertemuan.
Hasil Refleksi Tindakan I yaitu Penerapan pembelajaran yang dilaksanakan
pada siklus 1 telah mencerminkan langkah-langkah pembelajaran matematika
realistik. Hal ini didukung oleh hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran
matematika realistik menunjukkan taraf keberhasilan dalam kategori “baik”.
Penerapan pembelajaran matematika realistik menunjukkan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi bangun ruang. Hal ini berdasarkan ketuntasan
belajar pada tes 1 sebesar 60,5% dari siswa yang tuntas belajar sedangkan
ketuntasan belajar pada tes 2 sebesar 81,6% dari siswa yang tuntas belajar dan
mengalami peningkatan sebesar 21,1% dibandingkan tes 1.
4
PEMBAHASAN
Hasil pembelajaran matematika siswa kelas VIII-8 SMP Negeri 21 Malang
meningkat setelah diterapkan pembelajaran matematika realistik. Hal ini terlihat
dari hasil tes 1 pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran
matematika realistik menunjukkan rata-rata nilai siswa adalah 70,66. Nilai
tertinggi pada tes 1 ini adalah 100 dan nilai terendah adalah 35. Pada tes 1 ini
persentase ketuntasan belajar matematika secara klasikal adalah 60,5% (23 siswa
tuntas belajar dari 38 siswa).
Hasil tes 2 pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran
matematika realistik menunjukkan rata-rata nilai siswa meningkat dari tes 1
menjadi 80,13. Nilai tertinggi pada tes 2 ini adalah 97 dan nilai terendah adalah
50. Pada tes 2 ini persentase ketuntasan belajar matematika secara klasikal adalah
81,6% siswa yang tuntas belajar dan mengalami peningkatan sebesar 21,1%
dibandingkan tes 1.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa ketiga siswa yaitu siswa
berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah telah mencapai peningkatan
penguasaan materi lebih baik dari sebelumnya. Hal itu dapat dilihat melalui hasil
wawancara yang telah dilakukan, pada wawancara 1 rata-rata ketuntasan belajar
siswa yaitu 69,17 atau sebesar 69,17 % sedangkan rata-rata ketuntasan belajar
siswa pada wawancara 2 yaitu 85,83 atau sebesar 85,83% dan mengalami
peningkatan sebesar 16,66 % dibandingkan wawancara 1.
Penerapan pembelajaran matematika realistik secara keseluruhan telah
sesuai dengan harapan yaitu dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-8.
Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah pengajaran dengan
menggunakan fasilitas berupa LKS dan kegiatan yang dapat membuat siswa
semangat belajar. Dalam kerja tim yang merupakan inti dari pembelajaran
kooperatif dapat membantu siswa yang belum menguasai materi, sehingga dapat
menambah pengetahuan. Hal ini seperti pendapat Ibrahim (dalam Azizah 2007
:21) yang menyatakan pembelajaran kooperatif juga bertujuan meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
Selain itu faktor lainnya adalah adanya presentasi diskusi kelompok.
Dalam pelaksanaan presentasi diskusi kelompok, siswa tidak mengetahui siapa
yang akan ditunjuk oleh peneliti untuk mempresentasikan diskusi kelompoknya.
Oleh karena itu siswa dituntut untuk menguasai materi yang dipelajari saat itu
sehingga sebelum presentasi siswa harus belajar terlebih dahulu. Presentasi
diskusi kelompok merupakan salah satu tahapan dalam pembelajaran matematika
realistik yaitu tahap membandingkan jawaban yang juga berperan meningkatkan
hasil belajar siswa, karena dengan adanya presentasi tersebut, siswa menjadi
semangat belajar dan dapat berlatih mengerjakan soal – soal yang terdapat dalam
LKS.
Pembelajaran matematika realistik pada materi luas permukaan dan
volume pada bangun ruang prisma dan limas dilaksanakan sesuai dengan tahapan-
tahapan pada pembelajaran matematika realistik. Pelaksanaan dimulai dari
pembagian kelompok, penyampaian masalah, diskusi kelompok, dan
membandingkan jawaban. Tahap-tahap tersebut dapat dilalui oleh siswa dengan
baik.
Meskipun pelaksanaan telah sesuai dengan tahapan-tahapan pada
pembelajaran matematika realistik tetapi masih terdapat kendala yang dihadapi
5
oleh peneliti. Kendala tersebut dialami selama pembelajaran pada siklus 1.
Kendala-kendala tersebut akan menjadi bahan perbaikan untuk pembelajaran
selanjutnya.
Kendala
Solusi
Pada saat pembagian Peneliti memberikan penjelasan bahwa semua siswa
kelompok kelas menjadi itu sama dan memberikan motivasi kepada siswa.
gaduh dikarenakan banyak Contohnya, semua teman itu sama, selain itu kalian
siswa yang memprotes bisa lebih akrab dengan satu sama lain.
pembentukan kelompok
tersebut dengan alasan siswa
tersebut tidak sekelompok
dengan teman akrabnya.
Pada awal pertemuan pada Peneliti menegur siswa yang ramai dan bertindak
saat diskusi kelompok tegas.
berlangsung terkadang
suasana kelas menjadi terlalu
ramai, terlihat siswa masih
banyak yang berbicara
dengan temannya, bersenda
gurau, dan lari kesana kemari,
sehingga siswa tidak aktif
dalam diskusi kelompok.
6
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran matematika realistik untuk meningkatkan hasil belajar
siswa SMP Negeri 21 Malang pada materi bangun ruang dilaksanakan dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
(a) Peneliti membagi siswa kelas VIII-8 menjadi 9 kelompok yang heterogen
dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa (Lampiran 2).
(b) Peneliti memberikan LKS yang berisikan masalah kontekstual tentang
luas permukaan dan volume pada bangun ruang prisma dan limas yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari pada setiap kelompok (Lampiran
4, 5, 7, dan 8).
(c) Siswa kelas VIII-8 diminta untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan luas permukaan dan volume pada bangun ruang prisma dan limas
bersama kelompoknya.
(d) Peneliti memilih perwakilan kelompok secara acak untuk
mempresentasikan jawaban / hasil diskusi kelompok yang berkaitan
dengan luas permukaan dan volume pada bangun ruang prisma dan limas
di depan kelas dan kelompok yang lain diminta untuk membandingkan
jawaban kemudian memberikan tanggapan, komentar atau masukan
kepada kelompok yang presentasi di depan kelas tersebut.
2. Pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas VIII-8 SMP Negeri 21 Malang, dapat dilihat pada ketuntasan belajar
pada tes 1 sebesar 60,5 % siswa yang tuntas belajar sedangkan pada tes 2
sebesar 81,6 % dari siswa yang tuntas belajar dan mengalami peningkatan
sebesar 21,1 % dibandingkan tes 1. Serta dapat juga dilihat pada hasil
wawancara kepada 3 siswa yaitu siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan
rendah yang telah mencapai penguasaan materi lebih baik dari sebelumnya
dapat dilihat dari rata-rata ketuntasan belajar yang dicapai pada wawancara 1
yaitu sebesar 69,17 atau sebesar 69,17 % sedangkan pada wawancara 2 yaitu
85,83 atau sebesar 85,83% dan mengalami peningkatan sebesar 16,66 %
dibandingkan wawancara 1. Keterlaksanaan pembelajaran matematika
realistik juga menunjukkan taraf keberhasilan dalam kategori “Baik”.
3. Hasil perolehan angket tanggapan siswa dapat dipaparkan sebagai berikut.
Pada tahap diskusi kelompok, siswa merasa senang dengan kegiatan diskusi
yang dilakukan selama pembelajaran matematika selain itu siswa menjadi
aktif dalam memecahkan masalah dan sangat termotivasi untuk belajar
matematika. Pada tahap membandingkan jawaban, siswa merasa mendapat
kesempatan untuk mengeluarkan pendapat atau pikiran.
Saran
1. Bagi guru SMP Negeri 21 Malang khususnya guru bidang studi matematika
dapat menerapkan pembelajaran matematika realistik sebagai alternatif
pembelajaran matematika karena pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
2. Dalam melaksanakan pembelajaran matematika realistik, hendaknya lebih
memperhatikan kondisi kelas dalam pembentukan kelompok pada tahap
7
pembagian kelompok. Pada tahap diskusi kelompok, lebih giat memantau
jalannya diskusi kelompok agar siswa tidak berbicara di luar materi pelajaran
dan bercanda dengan temannya, sehingga fokus perhatian siswa tertuju pada
kegiatan pembelajaran serta mendatangi siswa yang kurang aktif dalam
diskusi kelompok dan memberikan motivasi kepada mereka. Pada tahap
membandingkan jawaban, guru disarankan dapat memberikan penguatan
(seperti memberikan pujian atau penghargaan) kepada siswa sehingga siswa
akan lebih termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran terutama pada
saat berdiskusi dan presentasi di depan kelas serta mengeluarkan pendapat.
DAFTAR PUSTAKA
Safitri, Eka. 2010. Luas Permukaan dan Volume pada Bangun Ruang Prisma dan
Limas. (Online), (http://ekhaesafitri.wordpress.com/prisma/ diakses 23
Mei 2013)
8
Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
UPI: JICA.
Yuwono, Ipung. 2001. RME (Realistic Mathematics Education) dan Hasil Studi
Awal Implementasinya di SLTP. Makalah Disajikan dalam Seminar
Nasional Realistic Mathematics Education (RME).
9
Malang, Juli 2013
Penulis
Pembimbing
Mahasiswa
Fathimatuzzahro
NIM 908312409118
10