Anda di halaman 1dari 14

Beberapa pengolahan citra yang berkaitan dengan operasi ini adalah :

1. Deteksi Tepi (Edge Detection)


2. Penghalusan Citra (Smoothing)
3. Penajaman Citra (Sharping)
4. Reduksi Noise
5. Efek Emboss

1. DETEKSI TEPI (Edge Detection)


• Operasi ini digunakan untuk menentukan lokasi titik-titik yang merupakan tepi obyek
citra.
• Secara umum, tepi suatu obyek dalam citra dinyatakan sebagai titik yang nilai warnanya
berbeda cukup besar dengan titik yang ada disebelahnya.
• Ada beberapa mask yang telah dirancang untuk deteksi tepi yaitu operator gradien yang
terdiri dari :
1. Operator Robert
Operator Robert adalah nama lain dari teknik differensial yang sedang dikembangkan, yaitu
differensial pada arah horisontal dan differensial pada arah vertikal, dengan ditambahkan
proses konversi biner setelah dilakukan differensial. Teknik konversi biner yang disarankan
adalah konversi biner dengan meratakan distribusi warna hitam dan putih. Operator Robert ini
juga disamakan dengan teknik DPCM (Differential Pulse Code Modulation). Operator Robert
Cross merupakan salah satu operator yang menggunakan jendela matrik 2x2, operator ini
melakukan perhitungan dengan mengambil arah diagonal untuk melakukan perhitungan nilai
gradiennya.

Operator Robert diagonal 1


1 0
0 –1

Operator Robert diagonal 2


0 1

–1 0
2. Operator Prewitt
Metode Prewitt merupakan pengembangan metode robert dengan menggunakan filter HPF
yang diberi satu angka nol penyangga. Metode ini mengambil prinsip dari fungsi laplacian
yang dikenal sebagai fungsi untuk membangkitkan HPF.
Operator Prewitt horisontal
–1 0 1
–1 0 1
–1 0 1

Operator Prewitt vertikal


–1 –1 –1
0 0 0
1 1 1

3. Operator Sobel
Metode Sobel merupakan pengembangan metode robert dengan menggunakan filter HPF
yang diberi satu angka nol penyangga. Metode ini mengambil prinsip dari fungsi laplacian dan
gaussian yang dikenal sebagai fungsi untuk membangkitkan HPF. Kelebihan dari metode sobel
ini adalah kemampuan untuk mengurangi noise sebelum melakukan perhitungan deteksi tepi.
Operator Sobel horisontal
–1 0 1
–2 0 2
–1 0 1

Operator Sobel vertikal


–1 –2 –1
0 0 0
1 2 1

¾ Isotropik

Operator Isotropik horisontal


–1 0 1
– √2 0 √2
–1 0 1

Operator Isotropik vertikal

–1 – √2 –1
0 0 0
1 √2 1
Kombinasi antar kedua hasil operasi dengan mask tersebut bisa dilakukan dengan mengambil
hasil penjumlahan, nilai maksimum, rerata atau rerata geometri.
K0(x,y) = ( | K1(x,y) | + | K2(x,y) | ) (1)

K0(x,y) = max ( | K1(x,y) | , | K2(x,y) | ) (2)

K0(x,y) = ( | K1(x,y) | + | K2(x,y) | ) / 2 (3)

K0(x,y) = √ K1(x,y)* K1(x,y) + K2(x,y) * K2(x,y) (4)

Dengan K1(x,y) dan K2(x,y) adalah hasil operasi dengan mask 1 dan mask 2.
Dalam praktek, formula (1) dan (2) biasanya lebih disukai dan lebih mudah dikerjakan karena
mengandung jumlah operasi aritmetika yang lebih sedikit.

¾ Operator Laplacian
Operator lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi tepi adalah operator Laplacian. Operator
ini dapat digunakan untuk horisontal dan vertikal.

0 –1 0
–1 4 –1
0 –1 0
Laplacian 5 titik

–1 –1 –1
–1 8 –1
–1 –1 –1
Laplacian 9 titik I
–2 1 –2
1 4 1
–2 1 –2
Laplacian 9 titik II

Contoh : f(2,2) = 160

250 240 200 200 180


240 200 180 150 150
180 160 160 150 120
180 140 120 120 100
160 130 100 80 60

¾ Operator Roberts
Operator Robert diagonal 1
1 0
0 –1 250 240 200 200 180
240 200 180 150 150
Operator Robert diagonal 2
180 160 160 150 120
0 1 180 140 120 120 100
160 130 100 80 60
–1 0

Diagonal1 = K1(x,y) = | (1*160) + (0*150) + (0*120) + (–1*120) | = 40


atau pakai cara praktis : |160 – 120 | = 40

Diagonal2 = K2(x,y) = | (0*160) + (1*150) + (–1*120) + (0*120) | = 30


atau pakai cara praktis : |150 – 120 | = 30

Maka h(2,2) bila menggunakan :


K0(x,y) = ( | K1(x,y) | + | K2(x,y) | ) = 40 + 30 = 70
K0(x,y) = max ( | K1(x,y) | , | K2(x,y) | ) = 40
K0(x,y) = ( | K1(x,y) | + | K2(x,y) | ) / 2 = (40 + 30)/2 = 35

K0(x,y) = √ K1(x,y)* K1(x,y) + K2(x,y) * K2(x,y) = √ (40*40)+(30*30)


= 50

¾ Operator Prewitt
Operator Prewitt horisontal
–1 0 1
–1 0 1 250 240 200 200 180
–1 0 1 240 200 180 150 150
Operator Prewitt vertikal 180 160 160 150 120
–1 –1 –1 180 140 120 120 100
0 0 0 160 130 100 80 60
1 1 1

Horisontal = K1(x,y) = | (–1*200) + (–1*160) + (–1*140) + (1*150) + (1*150) + (1*120) |


= | – 80 | = 80

Vertikal = K2(x,y) = | (–1*200) + (–1*180) + (–1*150) + (1*140) + (1*120) + (1*120) |


= | – 150 | = 150

Maka h(2,2) bila menggunakan :


K0(x,y) = ( | K1(x,y) | + | K2(x,y) | ) = 80 + 150 = 230
K0(x,y) = max ( | K1(x,y) | , | K2(x,y) | ) = 150
K0(x,y) = ( | K1(x,y) | + | K2(x,y) | ) / 2 = (80 + 150)/2 = 115
K0(x,y) = √ K1(x,y)* K1(x,y) + K2(x,y) * K2(x,y)

= √(80*80)+(150*150)

= 170

Operator Sobel :
Operator Sobel horisontal
–1 0 1
–2 0 2
250 240 200 200 180
–1 0 1
240 200 180 150 150

Operator Sobel vertikal 180 160 160 150 120

–1 –2 –1 180 140 120 120 100

0 0 0 160 130 100 80 60


1 2 1

Horisontal = K1(x,y) = | (–1*200) + (–2*160) + (–1*140) + (1*150) + (2*150) + (1*120) |


= | – 90 | = 90.
Vertikal = K2(x,y) = | (–1*200) + (–2*180) + (–1*150) + (1*140) + (2*120) + (1*120) |
= | – 210 | = 210
Maka h(2,2) bila menggunakan :
K0(x,y) = ( | K1(x,y) | + | K2(x,y) | ) = 90 + 210 = 300 ≈ 255
K0(x,y) = max ( | K1(x,y) | , | K2(x,y) | ) = 210
K0(x,y) = ( | K1(x,y) | + | K2(x,y) | ) / 2 = (90 + 210)/2 = 150

K0(x,y) = √ K1(x,y)* K1(x,y) + K2(x,y) * K2(x,y)

= √ (90*90)+(210*210) = 228,4 ≈ 228

¾ Operator Isotropik
Operator Isotropik horisontal
–1 0 1
250 240 200 200 180
– √2 0 √2
240 200 180 150 150
–1 1 1
180 160 160 150 120
Operator Isotropik vertikal
180 140 120 120 100
–1 – √2 –1 160 130 100 80 60
0 0 0
1 √2 1

Horisontal = K1(x,y) = |(–1*200) + (–√2*160) + (–1*140) + (1*150) + (√2*150) + (1*120)|

= | – 84 | = 84
Vertikal = K2(x,y) = |(–1*200) + (–√2*180) + (–1*150) + (1*140) + (√2*120) + (1*120)|

= | – 177 | = 177

Maka h(2,2) bila menggunakan :


K0(x,y) = ( | K1(x,y) | + | K2(x,y) | ) = 84 + 177 = 261 ≈ 255
K0(x,y) = max ( | K1(x,y) | , | K2(x,y) | ) = 177
K0(x,y) = ( | K1(x,y) | + | K2(x,y) | ) / 2 = (84 + 177)/2 = 130,5 ≈ 131

K0(x,y) = √ K1(x,y)* K1(x,y) + K2(x,y) * K2(x,y)

= √ (84*84)+(177*177)
= 195,9 ≈ 196

¾ Laplacian 9 titik I
250 240 200 200 180
–1 –1 –1
240 200 180 150 150
–1 8 –1
180 160 160 150 120
–1 –1 –1
Laplacian 9 titik I 180 140 120 120 100
160 130 100 80 60

K1(x,y) = | (–1*200) + (–1*180) + (–1*150) + (–1*160) + (8*160) + (–1*150) + (–1*140)


+ (–1*120) + (–1*120) |
= 60
Maka h(2,2) = 60

citra asli Roberts dengan Prewitt dengan


nilai maksimum nilai maksimum

Sobel dengan Isotropik dengan Laplacian dengan nilai


maksimum nilai maksimum 9 titik I

2. PENGHALUSAN CITRA (Smoothing)


• Penghalusan citra dilakukan dengan memberikan nilai yang sama kepada semua
bobot pada mask yang digunakan.
• Mask yang dapat dipakai :

1/5 1/9 1/9 1/9


1/5 1/5 1/5 1/9 1/9 1/9
1/5
1/9 1/9 1/9

5 titik bertetangga 9 titik bertetangga (3 x 3)

25 titik bertetangga (5 x 5)

1/2 1/2
1/25 1/25 1 / 25
5 5
1/2 1/2
1/25 1/25 1 / 25
5 5
1/2 1/2
1/25 1/25 1 / 25
5 5
1/2 1/2
1/25 1/25 1 / 25
5 5
1/2 1/2
1/25 1/25 1 / 25 Contoh :
5 5
25 24 20 20 18
0 0 0 0 0
24 20 18 15 15
0 0 0 0 0
18 16 16 15 12
0 0 0 0 0
18 14 12 12 10
0 0 0 0 0
16 13 10
80 60
0 0 0
f(2,2) = 160

Bila menggunakan mask 5 titik bertetangga maka :

25 24 20 20 18
1/5 0 0 0 0 0
1/5 1/5 1/5 24 20 18 15 15
0 0 0 0 0
1/5 18 16 16 15 12
0 0 0 0 0
18 14 12 12 10
0 0 0 0 0
h(2,2) = (1/5 * 180) + (1/5 * 160) + 16 13 10 (1/5 * 160) + (1/5 *
80 60
150) + (1/5 * 120) 0 0 0
= 154

Bila menggunakan mask 3 x 3 maka

1/9 1/9 1/9 25 24 20 20 18


0 0 0 0 0
1/9 1/9 1/9
24 20 18 15 15
1/9 1/9 1/9
0 0 0 0 0
18 16 16 15 12
0 0 0 0 0
18 14 12 12 10
0 0 0 0 0
h(2,2) = (1/9 * 200) + (1/9 * 180) + (1/9 16 13 10 * 150) + (1/9 * 160)
+ (1/9 * 160) + (1/9 * 150) + (1/9 * 80 60 140) + (1/9 * 120) +
0 0 0
(1/9 * 120) = 153,3 ≈ 153

citra asli citra hasil


dengan mask 3 x 3
3. PENAJAMAN CITRA (Sharping)
Operasi penajaman citra pada dasarnya penjumlahan atas citra tepi (hasil dari deteksi
tepi) dengan citra aslinya, sehingga bagian tepi objek terlihat lebih berbeda dengan latarnya
dan citra terkesan lebih tajam
• Mask yang dapat dipakai :

0 –α 0 –α –α –α

–α 1 + 4α –α –α 1 + 8α –α

0 –α 0 –α –α –α

5 titik 9 titik
• Banyaknya penambahan komponen citra tepi diatur dengan suatu nilai derajat
penajaman (α), sehingga dengan mengatur nilai α maka tingkat ketajaman citra
dapat disesuaikan dengan keinginan kita
f(2,2) = 160 , α = 1
250 240 200 200 180

240 200 180 150 150

180 160 160 150 120

180 140 120 120 100

160 130 100 80 60

Bila menggunakan mask 5 titik maka


h(2,2) = (–1 * 180) + (–1 * 160) + ((1+4(1)) * 160) + (–1 *150) + (–1 * 120) = 190

Bila menggunakan mask 9 titik maka


h(2,2) = (–1 * 200) + (–1 * 180) + (–1 * 150) + (–1 * 160) + ((1+8(1)) * 160) + (–1 * 150) +
(–1 * 140) + (–1 * 120) + (–1 * 120)
= 220
citra asli

Citra hasil dengan mask 5 titik α = 1

Citra hasil dengan mask 9 titik α = 1


4. REDUKSI NOISE
• Banyak cara untuk reduksi noise, salah satunya dengan operasi median
• Nilai keabuan dari titik-titik di dalam jendela diurutkan dari nilai terkecil
sampai dengan terbesar, kemudian ditentukan mediannya
• Nilai median adalah nilai yang berada paling tengah dari urutan.
• Operasi median dapat menggunakan mask tanpa bobot dengan ukuran sesuai
yang dikehendaki, misal 3 x 3 , 5 x 5 , 7 x 7 , atau 1 x 5, 5 x 3, dll

f(2,2) = 160

Bila menggunakan operasi median 3 x 3


maka

h(2,2) = median (120,120,140,150,150,160,160,180,200) = 150

25 24 20
200 180
0 0 0
24 20 18
150 150
0 0 0
18 16 16 150 120
0 0 0
18 14 12
120 100
0 0 0
16 13 10
80 60
0 0 0

Operasi median 3 x 3
citra asli ada noise dengan reduksi noise

5. EFEK EMBOSS
• Efek emboss = kesan timbul pada objek dalam citra
• Mask yang dapat digunakan :

–β 0 β 0 –β –β
–β 1 β β 1 –β
–β 0 β β β 0

dari arah kiri dari arah kanan atas

Parameter β (derajat emboss) digunakan untuk mengatur seberapa banyak efek


timbul akan diberikan f(2,2) = 160 , β = 2

Bila menggunakan mask dari arah kiri maka


h(2,2) = (–2 * 200) + (0 * 180) + (2 * 150) + (–2 * 160) + (1 * 160) + (2 * 150)
+ (–2 * 140) + (0 * 120) + (2 * 120) = 0

Bila menggunakan mask dari arah kanan atas maka


h(2,2) = (0 * 200) + (–2 * 180) + (–2 * 150) +(2 * 160) + (1 * 160) + (–2 * 150) +
(2 * 140) + (2 * 120) + (0 * 120) = 40
25 24 20
200 180
0 0 0
24 20 18
150 150
0 0 0
18 16 16 150 120
0 0 0
18 14 12
120 100
0 0 0
16 13 10
80 60
0 0 0

citra asli

citra hasil
dengan mask dari arah kiri β = 2

citra hasil
dengan mask dari arah kanan atas β = 2

Anda mungkin juga menyukai