–1 0
2. Operator Prewitt
Metode Prewitt merupakan pengembangan metode robert dengan menggunakan filter HPF
yang diberi satu angka nol penyangga. Metode ini mengambil prinsip dari fungsi laplacian
yang dikenal sebagai fungsi untuk membangkitkan HPF.
Operator Prewitt horisontal
–1 0 1
–1 0 1
–1 0 1
3. Operator Sobel
Metode Sobel merupakan pengembangan metode robert dengan menggunakan filter HPF
yang diberi satu angka nol penyangga. Metode ini mengambil prinsip dari fungsi laplacian dan
gaussian yang dikenal sebagai fungsi untuk membangkitkan HPF. Kelebihan dari metode sobel
ini adalah kemampuan untuk mengurangi noise sebelum melakukan perhitungan deteksi tepi.
Operator Sobel horisontal
–1 0 1
–2 0 2
–1 0 1
¾ Isotropik
–1 – √2 –1
0 0 0
1 √2 1
Kombinasi antar kedua hasil operasi dengan mask tersebut bisa dilakukan dengan mengambil
hasil penjumlahan, nilai maksimum, rerata atau rerata geometri.
K0(x,y) = ( | K1(x,y) | + | K2(x,y) | ) (1)
Dengan K1(x,y) dan K2(x,y) adalah hasil operasi dengan mask 1 dan mask 2.
Dalam praktek, formula (1) dan (2) biasanya lebih disukai dan lebih mudah dikerjakan karena
mengandung jumlah operasi aritmetika yang lebih sedikit.
¾ Operator Laplacian
Operator lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi tepi adalah operator Laplacian. Operator
ini dapat digunakan untuk horisontal dan vertikal.
0 –1 0
–1 4 –1
0 –1 0
Laplacian 5 titik
–1 –1 –1
–1 8 –1
–1 –1 –1
Laplacian 9 titik I
–2 1 –2
1 4 1
–2 1 –2
Laplacian 9 titik II
¾ Operator Roberts
Operator Robert diagonal 1
1 0
0 –1 250 240 200 200 180
240 200 180 150 150
Operator Robert diagonal 2
180 160 160 150 120
0 1 180 140 120 120 100
160 130 100 80 60
–1 0
¾ Operator Prewitt
Operator Prewitt horisontal
–1 0 1
–1 0 1 250 240 200 200 180
–1 0 1 240 200 180 150 150
Operator Prewitt vertikal 180 160 160 150 120
–1 –1 –1 180 140 120 120 100
0 0 0 160 130 100 80 60
1 1 1
= √(80*80)+(150*150)
= 170
Operator Sobel :
Operator Sobel horisontal
–1 0 1
–2 0 2
250 240 200 200 180
–1 0 1
240 200 180 150 150
¾ Operator Isotropik
Operator Isotropik horisontal
–1 0 1
250 240 200 200 180
– √2 0 √2
240 200 180 150 150
–1 1 1
180 160 160 150 120
Operator Isotropik vertikal
180 140 120 120 100
–1 – √2 –1 160 130 100 80 60
0 0 0
1 √2 1
= | – 84 | = 84
Vertikal = K2(x,y) = |(–1*200) + (–√2*180) + (–1*150) + (1*140) + (√2*120) + (1*120)|
= | – 177 | = 177
= √ (84*84)+(177*177)
= 195,9 ≈ 196
¾ Laplacian 9 titik I
250 240 200 200 180
–1 –1 –1
240 200 180 150 150
–1 8 –1
180 160 160 150 120
–1 –1 –1
Laplacian 9 titik I 180 140 120 120 100
160 130 100 80 60
25 titik bertetangga (5 x 5)
1/2 1/2
1/25 1/25 1 / 25
5 5
1/2 1/2
1/25 1/25 1 / 25
5 5
1/2 1/2
1/25 1/25 1 / 25
5 5
1/2 1/2
1/25 1/25 1 / 25
5 5
1/2 1/2
1/25 1/25 1 / 25 Contoh :
5 5
25 24 20 20 18
0 0 0 0 0
24 20 18 15 15
0 0 0 0 0
18 16 16 15 12
0 0 0 0 0
18 14 12 12 10
0 0 0 0 0
16 13 10
80 60
0 0 0
f(2,2) = 160
25 24 20 20 18
1/5 0 0 0 0 0
1/5 1/5 1/5 24 20 18 15 15
0 0 0 0 0
1/5 18 16 16 15 12
0 0 0 0 0
18 14 12 12 10
0 0 0 0 0
h(2,2) = (1/5 * 180) + (1/5 * 160) + 16 13 10 (1/5 * 160) + (1/5 *
80 60
150) + (1/5 * 120) 0 0 0
= 154
0 –α 0 –α –α –α
–α 1 + 4α –α –α 1 + 8α –α
0 –α 0 –α –α –α
5 titik 9 titik
• Banyaknya penambahan komponen citra tepi diatur dengan suatu nilai derajat
penajaman (α), sehingga dengan mengatur nilai α maka tingkat ketajaman citra
dapat disesuaikan dengan keinginan kita
f(2,2) = 160 , α = 1
250 240 200 200 180
f(2,2) = 160
25 24 20
200 180
0 0 0
24 20 18
150 150
0 0 0
18 16 16 150 120
0 0 0
18 14 12
120 100
0 0 0
16 13 10
80 60
0 0 0
Operasi median 3 x 3
citra asli ada noise dengan reduksi noise
5. EFEK EMBOSS
• Efek emboss = kesan timbul pada objek dalam citra
• Mask yang dapat digunakan :
–β 0 β 0 –β –β
–β 1 β β 1 –β
–β 0 β β β 0
citra asli
citra hasil
dengan mask dari arah kiri β = 2
citra hasil
dengan mask dari arah kanan atas β = 2