Anda di halaman 1dari 20

ARTIKEL KONSEPTUAL

Oleh

1. Ricki candra setiawan 201901140


2. Nurin Maulana Suduri 201901148
3. Windi pangestuti 201901170

Email

1. donarizal123@gmail.com

ABSTRAK

Perkembangan ilmu pengetahuan terjadi melalui kreatvitas dan skeptitisme, keterbukaan


pada kontribusi ilmu baru, serta kegigihan dalam mempertanyakan kontribusi yang
diberikan dan konsesus keilmuaan yang berlaku. Perkembangan teknologi tentunya juga
mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan secara berarti. Dalam dunia informasi
ada berbagai macam bentuk penyampaian informasi berita. Salah satu contohnya adalah
artikel. Artikel itu sendiri memiliki banyak macam jenisnya. Mausknya hasil penelitian
yang merupakan pengetahuan individu kedalam lingkup pengetahuan konseptual, terjadi
setelah hasil penelitian dipresentasikan atau dikomunikasikan dengan cara tertentu
sehingga dapat dinilai kebenarannya. Cara ang efektif dan dijadikan standar dalam
mempresentasikan dan mengkomunikasikan hasil penelitian adalah dalam bentuk artikel
konseptual, dan dipublikasikan pada majalah/jurnal konseptual yang direview.

Kata kunci : artikel konseptual


Pendahuluan

Artikel konseptual adalah hasil pemikiran penulis atas suatu permasalahan, yang
dituangkan dalam bentuk tulisan. Dalam upaya untuk menghasilkan artikel jenis ini
penulis terlebih dahulu mengkaji sumber-sumber yang relevan dengan
permasalahannya, baik yang sejalan maupun yang bertentangan dengan apa yang
dipikirkan oleh penulis. Sumber-sumber yang dianjurkan untuk dirujuk dalam rangka
menghasilkan artikel konseptual adalah juga artikel-artikel konseptual yang relevan,
hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping teori-teori yang dapat digali dari buku-buku
teks.Bagian paling vital dari artikel konseptual adalah pendapat atau pendirian penulis
tentang hal yang dibahas, yang dikembangkan dari analisis terhadap pikiranpikiran
mengenai masalah yang sama yang telah dipublikasikan sebelumnya. Jadi, artikel
konseptual bukanlah sekedar kolase cuplikan-cuplikan dari sejumlah artikel, apalagi
pemindahan tulisan dari sejumlah sumber, tetapi hasil pemikiran analitis dan kritis
penulisnya.

Pembahasan

Cara Menyusun Artikel Koseptual


Artikel konseptual biasanya terdiri dari beberapa unsur pokok, yaitu judul, nama
penulis, abstrak dan kata kunci, pendahuluan, bagian inti atau pembahasan, dan daftar
rujukan. Uraian singkat tentang unsur-unsur tersebut disampaikan di bawah ini.
1). Judul artikel konseptual hendaknya mencerminkan dengan tepat masalah yang
dibahas. Pilihan kata-kata harus tepat, mengandung unsur-unsur utama masalah, jelas
dan setelah disusun dalam bentuk judul harus memiliki daya tarik yang cukup kuat bagi
pembaca. Judul dapat ditulis dalam bentuk kalimat berita atau kalimat tanya. Salah satu
ciri penting judul artikel konseptual adalah "provokatif", dalam arti merangsang
pembaca untuk membaca artikel yang bersangkutan. Hal ini penting karena artikel
konseptual pada dasarnya bertujuan untuk membuka wacana diskusi, argumentasi,
analisis dan sintesis pendapat-pendapat para ahli atau pemerhati bidang tertentu.
Perhatikan juduljudul artikel di bawah ini, dan lakukan evaluasi terhadap judul-judul
tersebut untuk melihat apakah kriteria yang disebutkan di atas terpenuhi.
Membangun Teori melalui Pendekatan Kualitatif (Forum Penelitian Kependidikan
Tahun 7, No. 1)
§ Repelita IV: A Cautious Development Plan for Steady Growth
(Kaleidoscope International Vol. IX NO 1)
§ Interpreting Student's and Teacher's Discourse in Science Classes:
An Underestimated problem? (Journal of Research in Science Teaching Vol. 33,No.2)
Contoh-contoh judul di atas tercermin ciri-ciri yang diharapkan ditunjukkan oleh artikel
konseptual seperti provokatif, argumentatif, dan analitik.
2). Nama Penulis
Nama penulis artikel ditulis tanpa disertai gelar akademik atau gelar profesional yang
lain. Jika dikehendaki gelar kebangsawanan atau keagamaan boleh disertakan. Nama
lembaga tempat penulis bekerja ditulis sebagai catatan kaki di halaman pertama. Jika
penulis lebih dari dua orang, hanya nama penulis utama saja yang dicantumkan disertai
tambahan dkk. Nama penulis lain ditulis dalam catatan kaki atau di tempat lain jika
tempat catatan kaki tidak mencukupi.
3). Abstrak dan Kata Kunci
Abstrak artikel konseptual adalah ringkasan dari isi artikel yang dituangkan secara
padat; bukan komentar atau pengantar penulis. Panjang abstrak biasanya 50-75 kata
yang disusun dalam satu paragraf, diketik dengan spasi tunggal. Format lebih sempit
dari teks utama (margin kanan dan kiri menjorok masuk beberapa ketukan. Dengan
membaca abstrak diharapkan (calon) pembaca segera memperoleh gambaran umum dari
masalah yang dibahas di dalam artikel. Ciri-ciri umum artikel konseptual seperti kritis
dan provokatif hendaknya juga sudah terlihat di dalam abstrak ini, sehingga (calon)
pembaca tertarik untuk meneruskan pembacaannya. Abstrak hendaknya juga disertai
dengan 3-5 kata kunci, yaitu istilah-istilah yang mewakili ide-ide atau konsep-konsep
dasar yang terkait dengan ranah permasalahan yang dibahas dalam artikel. Jika dapat
diperoleh, kata-kata kunci hendaknya diambil dari bidang ilmu terkait. Perlu dicatat
bahwa kata-kata kunci tidak hanya dapat dipetik dari judul artikel, tetapi juga dari tubuh
artikel walaupun ide-ide atau konsep-konsep yang diwakili tidak secara eksplisit
dinyatakan atau dipaparkan di dalam judul atau tubuh artikel.
4). Pendahuluan
Bagian ini menguraikan hal-hal yang dapat menarik perhatian pembaca dan
memberikan acuan (konteks) bagi permasalahan yang akan dibahas, misalnya dengan
menonjolkan hal-hal yang kontroversial atau belum tuntas dalam pembahasan
permasalahan terkait dalam artikel-artikel atau naskah-naskah lain yang telah
dipublikasikan terdahulu. Bagian pendahuluan ini hendaknya diakhiri dengan rumusan
singkat (1-2 kalimat) tentang hal-hal pokok yang akan dibahas dan tujuan pembahasan
Seperti tiga segmen bagian pendahuluan dalam contoh di bawah ini.
Partisipasi masyarakat merupakan unsur yang penting sekali bagi keberhasilan
program pendidikan. Catatan sejarah pendidikan di negara-negara maju dan
dikelompok-kelompok masyarakat yang telah berkembang kegiatan pendidikannya
menunjukkan bahwa keadaan dunia pendidikan mereka sekarang ini telah dicapai
dengan partisipasi masyarakat yang sangat signifikan di dalam berbagai bentuk. Di
Amerika Serikat dalam tingkatan pendidikan tinggi dikenal apa yang disebut "Land
grant universities……." dst. Terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ahli yang
berkaitan dengan menurunnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan
pendidikan. Sebagian ahli berpendapat bahwa sistem politik yang kurang demokratis
dan budaya masyarakat paternalistik telah menyebabkan rendahnya partisipasi.
Sementara itu penulispenulis lain lebih memfokus pada faktor-faktor ekonomi……..
Dari kajian terhadap berbagai tulisan dan hasil penelitian yang disebutkan di muka
terlihat bahwa masih terdapat beberapa hal yang belum jelas benar atau setidak-tidaknya
masih menimbulkan keraguan mengenai sebab-sebab menurunnya mutu partisipasi
masyarakat dalam pengembangan pendidikan. Dalam artikel ini akan dibahas
kemungkinan-kemungkinan menurunnya partisipasi masyarakat tersebut berdasarkan
analisis ekonomi pendidikan. Diharapkan, dengan analisis ini kekurangan analisis
terdahulu dapat dikurangi dan dapat disusun penjelasan baru yang lebih komprehensif.
Di dalam petikan bagian pendahuluan di atas dapat dilihat alur argumentasi diikuti
penulis untuk menunjukkan masih adanya perbedaan pandangan tentang menurunnya
partisipasi masyarakat di dalam pengembangan pendidikan. Tinjauan dari berbagai
sudut pandang telah menghasilkan kesimpulan yang beragam, yang membuka
kesempatan bagi penulis untuk menampilkan wacana penurunan partisipasi masyarakat
dalam pengembangan pendidikan dari sudut pandang yang lain.
5). Bagian Inti
Isi bagian ini sangat bervariasi, lazimnya berisi kupasan, analisis, argumentasi,
komparasi, keputusan dan pendirian atau sikap penulis mengenai masalah yang
dibicarakan. Banyaknya subbagian juga tidak ditentukan, tergantung kepada kecukupan
kebutuhan penulis untuk menyampaikan pikiran-pikirannya. Di antara sifat-sifat artikel
terpenting yang seharusnya ditampilkan di dalam bagian ini adalah kupasan yang
argumentatif, analitik dan kritis dengan sistimatika yang runtut dan logis, sejauh
mungkin juga berciri komparatif dan menjauhi sifat tertutup dan instruktif. Walaupun
demikian, perlu dijaga agar tampilan bagian ini tidak terlalu panjang dan menjadi
bersifat enumeratif seperti diktat. Penggunaan subbagian dan sub-subbagian yang terlalu
banyak juga akan menyebabkan artikel tampil seperti diktat. Berikut ini contoh petikan
bagian artikel.
Perubahan atau penyesuaian paradigma dan praktekpraktek pendidikan adalah suatu
keharusan jika dunia pendidikan Indonesia tidak ingin tertinggal dan kehilangan
perannya sebagai wahana untuk menyiapkan generasi masa datang. Ironisnya,
kalangan pendidikan sendiri tidak dengan cepat mengantisipasi, mengembangkan dan
mengambil inisiatif inovasi yang diperlukan, walaupun kesadaran akan perlunya
perubahan-perubahan tertentu sudah secara luas dirasakan. Hesrh dan Mckibbin
(1983:3) menyatakan bahwa sebenarnya banyak pihak telah menyadari perlunya
inovasi…………………………(dari Ibnu, 1996:2) Contoh bagian inti artikel konseptual
di atas dapat dilihat dengan jelas bagian yang paling vital dari jenis artikel ini yaitu
posisi atau pendirian penulis, seperti terlihat di dalam kalimat: Perubahan atau
penyesuaian paradigma dan praktek-praktek pendidikan adalah suatu keharusan
jika……..
6). Penutup atau Simpulan
Penutup biasanya diisi dengan kesimpulan atau penegasan pendirian penulis atas
masalah yang dibahas pada bagian sebelumnya. Banyak penulis yang berusaha
menampilkan segala apa yang telah di bahas di bagian terdahulu, secara ringkas.
Sebagian penulis menyertakan saran-saran atau pendirian alternatif. Jika memang
dianggap tepat bagian terakhir ini dapat disajikan dalam subbagian tersendiri. Contoh
untuk bagian ini dapat dilihat pada berbagai artikel jurnal. Walaupun mungkin terdapat
beberapa perbedaan gaya penyampaian, misi bagian akhir ini pada dasarnya sama:
mengakhiri diskusi dengan suatu pendirian atau menyodorkan beberapa alternatif
penyelesaian seperti contoh di bawah ini. Konsep pemikiran tentang Demokrasi
Ekonomi pada prinsipnya adalah khas Indonesia. Menurut Dr.M.Hatta dalam konsep
Demokrasi Ekonomi berlandaskan pada tiga hal, yaitu: (a) etika sosial yang tersimpul
dalam nilai-nilai Pancasila; (b) rasionalitas ekonomi yang diwujudkan dalam
perencanaan ekonomi oleh negara; dan (c) organisasi ekonomi yang mendasarkan azas
bersama/koperasi. Isu tentang pelaksanaan Demokrasi Ekonomi dalam sistem
perekonomian Indonesia menjadi ramai dan menarik pada era tahun 90-an. Hal tersebut
terjadi sebagai reaksi atas permasalahan konglomerasi di Indonesia. Perlu diupayakan
hubungan kemitraan yang baik antar pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian
Indonesia. Pada saat ini nampak sudah ada political will dari pemerintah kita terhadap
kegiatan ekonomi berskala menengah dan kecil. Namun demikian kemauan politik saja
tidak cukup tanpa disertai keberanian politik. Semangat untuk berpihak pada
pengembangan usaha berskala menengah dan kecil perlu terus digalakkan, sehingga
tingkat kesejahteraan seluruh masyarakat dapat ditingkatkan.
7). Daftar Rujukan
Bahan rujukan yang dimasukkan dalam daftar rujukan hanya yang benar-benar dirujuk
di dalam tubuh artikel. Sebaliknya, semua rujukan yang telah disebutkan dalam tubuh
artikel harus tercatat di dalam daftar rujukan. Penulisan daftar rujukan dilakukan pada
halaman terakhir artikel, tidak pada halaman baru. Tata aturan penulisan daftar rujukan
bervariasi, tergantung gaya selingkung yang dianut. Walaupun demikian harus
senantiasa diperhatikan bahwa tata aturan ini secara konsisten diikuti dalam setiap
nomor penerbitan.
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Ilmu Pendidikan. 1999. Pedoman Penulisan Artikel Jurnal. Malang: Jurnal
Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah:Skripsi,
Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Sofro, AS. 2001. Penulisan Naskah Publikasi. Makalah disajikan dalam Seminar
dan Lokakarya Metodologi Penelitian. Banjarbaru. Mei 2001
Suhadi Ibnu. 2000. Penulisan Artikel Konseptual dan Artikel Hasil Penelitian. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Waseso, MG. 2000. Menulis Artikel Untuk Jurnal Ilmiah. Malang: Universitas
Negeri Malang
LAMPIRAN
PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL
1.Artikel yang akan dipublikasi dalam jurnal ini merupakan hasil penelitian, dan
pengembangan atau usulan gagasan baru yang berhubungan dengan bidang manajemen,
akuntansi, ekonomi, dan kewirausahaan.
2.Artikel yang diterima penyunting ditulis dalam bahasa Indonesia baku atau bahasa
Inggris dan tidak sedang dikirimkan ke jurnal/terbitan lain serta belum dipublikasikan
dalam jurnal lain.
3.Naskah diketik dengan komputer menggunakan Microsoft Word, di atas kertas ukuran
A4, 2 kolom, spasi 1,5, jenis huruf Times New Roman dengan ukuran 11 point. Naskah
dapat dikirim dalam bentuk file. Panjang artikel sekitar 12-20 halaman termasuk daftar
pustaka dan lampiran.
4.Judul Artikel harus mencerminkan dengan tepat masalah yang dibahas, dengan
menggunakan kata-kata yang tepat, jelas dan mengandung unsu-runsur yang akan
dibahas. Ukuran huruf untuk judul adalah Times New Roman 16 point bold (huruf
besar). Nama penulis ditulis di bawah judul sebelum abstrak tanpa disertai gelar
akademik atau gelar lain apapun, asal lembaga tempat penulis bernaung dan alamat
email untuk korespondensi dengan ukuran 11 point bold.
5.Sistematika Penulisan

A). Artikel Hasil Penelitian


i. Abstrak dan Kata Kunci
Abstrak secara ringkas memuat uraian mengenai masalah dan tujuan penelitian, metode
yang digunakan, dan hasil penelitian. Panjang abstrak 50-75 kata yang disusun dalam
satu paragraf dengan ukuran 10 point Times New Roman. Kata kunci terdiri dari 3-5
kata, yakni istilah yang mewakili ide-ide atau konsep dasar yang dibahas dalam artikel.
ii. Pendahuluan
Berisi permasalahan penelitian, batasan masalah penelitian, serta tujuan dan manfaat
penelitian.
iii.Landasan Teori
Berisi rancangan penelitian atau desain penelitian, sasaran dan target penelitian
(populasi dan sampel), teknik pengumpulan data, dan teknik analisis.
iv. Metode Penelitian
Berisi rancangan penelitian atau desain penelitian, sasaran dan target penelitian
(populasi dan sampel), teknik pengumpulan data, dan teknik analisis.

B). Artikel Konseptual atau non penelitian


i. Abstrak dan Kata Kunci
Abstrak adalah ringkasan dari isi artikel yang dituangkan secara padat bukan komentar
atau pengantar penulis. Panjang abstrak 50-75 kata yang disusun dalam satu paragraf
dengan ukuran huruf 10 point Times New Roman. Kata kunci terdiri dari 3-5 kata, yakni
istilah yang mewakili ide-ide atau konsep dasar yang dibahas dalam artikel.
ii. Pendahuluan
Menguraikan hal-hal yang menarik perhatian pembaca, memberikan konteks bagi
permasalahan yang akan dibahas, serta tujuan pembahasan.
iii.Pembahasan
Berisi kupasan, analisis, argumentasi, komparasi, dan pendirian penulis mengenai
masalah yang dibahas.
iv. Penutup atau Simpulan
Berisi penegasan sikap penulis atas masalah yang dibahas.
v. Daftar Pustaka
Diutamakan apabila sumber pustaka atau rujukan berasal dari lebih satu sumber seperti
buku, jurnal, makalah, internet, dan lain-lain.
6.Tabel/gambar sebaiknya diletakkan pada halaman tersendiri, umumnya diakhir teks.
Penulis cukup menyebutkan pada bagian di dalam teks tempat pencantuman tabel atau
gambar. Setiap tabel dan gambar diberi nomor urut, judul yang sesuai dengan isi tabel
dan gambar, serta dilengkapi dengan sumber kutipan.
7.Daftar pustaka disusun menurut alphabet penulis atau nomor urut. Urutannya dimulai
dengan penulisan nama penulis, tahun, judul, penerbit, dan kota terbit. Nama penulis
mendahulukan nama keluarga atau nama dibalik, tanpa gelar. Untuk kutipan dari
internet berisi nama penulis, judul artikel, alamat website dan tanggal akses.
8.Sumber kutipan dalam teks ditulis diantara kurung buka dan kurung tutup yang berisi
nama akhir penulis, tahun, dan nomor halaman bila perlu.
Contoh :
a. Kutipan berasal dari satu sumber dan satu penulis: (Hendra, 2008:22).
b. Kutipan berasal dari satu sumber dan dua penulis: (Ely dan Thomas, 2001), bila lebih
dari dua penulis (Jensen,et.all, 2007) atau(Mulyadi, dkk, 2009).
c. Kutipan berasal dari dua sumber dengan penulis yang berbeda: Hendra, 2008 dan
Mulyadi, 2009).
d. Kutipan berasal dari dua sumber dengan penulis yang sama: (Hendra, 2008, 2010),
jika tahunnya sama (Hendra 2008a, 2008b).
e. Kutipan berasal dari institusi: (BPS, 2009).
9.Daftar pustaka ditulis menurut urutan alphabet sesuai dengan nama akhir penulis
tanpa gelar akademik, baik penulis asing maupun penulis Indonesia.
Contoh:
a. Satu Pengarang
Becker, Gary S. 1993, Human Capital, A Theoritical and Empirical
Analysis with Special Reference to Education, Third Edition, Chicago: The University
of Chicago Press.
b. Dua Pengarang
Van Horne, J. and J. M. Wachowicz. 1997, Fundamentals of Financial Management,
Eleventh Edition, USA: Prentice Hall Inc.c. Referensi Jurnal/Majalah Ilmiah.
c. Referensi Jurnal/Majalah Ilmiah
Garbarino, E. and M.S. Johnson. 1999, “The Different Roles of Satisfaction , Trust, and
Commitment in Customer Relationships”, Journal of Marketing, Vol 63, p.70-87.
d. Referensi dari Institusi
Ikatan Akuntansi Indonesia. 1994, “Standar Profesional Akuntan Publik”, Jakarta,
Devisi Penerbitan IAI.
e. Referensi dari Makalah/Proceeding Mayangsari, Sekar, dan Murtanto. 2002, “Reaksi
Pasar Modal Indonesia Terhadap Pembentukan Komite Audit”, Proceeding Simposium
Surviving Strategies to Cope With the Future , Fakultas Ekonomi Universitas Atma
Jaya Yogyakarta (FE UAJY), Yogyakarta.
f. Referensi dari Situs Internet
Sulistyanto, H. Sri. 2003, ”Good Corporate Governance: Bisakah Meningkatkan
Kepercayaan Masyarakat?,”http://artikel.us/ sulistyanto1.html, diakses pada29/08/2007.
10. Isi tulisan bukan tanggung jawab penyunting. Penyunting berhak mengedit
redaksionalnya tanpa mengubah arti. Naskah yang tidak memenuhi syarat atau yang
tidak akan diterbitkan tidak dikembalikan kecuali ada permintaan dari penulis.
11. Redaksi berhak menentukan naskah yang akan diterbitkan di jurnal.
LAMPIRAN

Golden Precept sebagai Upaya Penanaman Kesadaran terhadap Pentingnya


Pendidikan Kewarganegaraan di Desa Silangit

Oleh :

Dian Triyani Mahfirotik

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Universitas Negeri Semarang

Abstrak.Golden Precept sebagai suatu upaya penanaman kesadaran terhadap


pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan di Desa Silangit, Kecamatan: Bawang,
Kabupaten: Banjarnegara. Hal ini sesuai dengan keadaan di Desa Silangit, dimana
masyarakatnya membutuhkan bimbingan mengenai bagaimana menjadi warga negara
yang baik, terkait perilaku dan sikap sebagai warga negara. Golden Precept, mempunyai
tujuan yaitu dapat membantu mewujudkan masyarakat Desa Silangit yang sadar akan
pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan, serta menjadikan masyarakat yang hidup
rukun. Kegiatan ini, difokuskan pada masyarakat Desa Silangit, dan terdapat salah
seorang yang sesuai keahlinya untuk memberikan materi khusus bagaimana menjadi
warga negara yang baik, melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam pelaksanaannya,
terdapat beberapa tahapan. Pada tahap terakhir akan diadakan pemantauan dan evaluasi
terhadap kegiatan Golden Precept di Desa Silangit.

Kata Kunci: Golden Precept, dan Pendidikan Kewarganegaraan

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah “usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi perannya di
masa yang akan datang” (UU RI No.2 Tahun 1989, Bab 1, Pasal 1). Pendidikan menjadi
hal penting terkait dengan Sumber Daya Manusia yang berada pada suatu negara.
Pendidikan menentukan Sumber Daya Manusia dan kemajuan suatu negara. Melalui
pendidikan secara bertahap dan berkelanjutan akan dapatdilahirkan generasi yang sadar
yang sadar dan terdidik. Pendidikan dimaksud mengarah pada 2 (dua) aspek. Pertama,
pendidikan untuk memberi bekal pengetahuan dan pengalaman akademik, keterampilan
profersinal, ketajaman dan kedalaman intelektual, kepatuhan pada nilai-nilai atau
kaidah-kaidah ilmu (its matter of having). Kedua, pendidikan untuk membentuk
kepribadian atau jatidiri menjadi sarjana atau ilmuwan yang selalu komited kepada
kepada kepentingan bangsa (it is matter of being). Pendidikan Kewarganegaraan adalah
Pendidikan terhadap warga negara yang bertujuan untuk membentuk karakter pada
setiap warga negara, termasuk bagaimana menjadi warga negara yang baik. Kemajuan
pendidikan telah menjadi tolak ukur keberhasilan pendidikan bangsa Indonesia di mata
negara lain. Namun berbagai kasus menyimpang seperti: korupsi, penyuapan, atau
tindak kejahatan lain yang dilakukan oleh orang yang berpendidikan telah merusak arti
dari kemajuan pendidikan. Secara tidak langsung menunjukan bahwa tidak ada
perbedaan antara orang yang menepuh pendidikan tinggi dengan yang tidak. Hal itu
terjadi karena pendidikan kognitif saja tidak cukup, namun juga dibutuhkan pendidikan
karakter sebagai arah untuk kehidupan yang baik. Banyaknya daerah yang
pendidikannya tertinggal pendidikannya membuat penulis tergugah untuk
menumbuhkan kesadaran akan pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan. Keadaan ini
terjadi di Indonesia, termasuk di Desa Silangit, Kecamatan Bawang, Kabupaten
Banjarnegara.Mayoritas penduduk di Desa Silangit adalah petani. Tidak meratanya
pendidikan di Desa Silangit membuat Desa tersebut tertinggal dalam hal pendidikan.
Sarana prasarana yang tidak mendukung ikut berpengaruh pada pendidikan di sana.
Letak Desa yang jauh dari pusat perkotaan membuat Desa tersebut tidak terpantau oleh
pemerintah Kota Banjarnegara. Beberapa cara telah dilakukan oleh pihak Kepala Desa,
namun belum mendapatkan tanggapan dari pemerintah Kota. Kebanyakan anak-anak di
Desa Silangit hanya berpendidikan Sekolah Dasar, setelah itu mereka bekerja menjadi
tulang punggung keluarga. Biaya dan jarak yang jauh membuat anak-anak di Desa
Silangit terhalang akan pendidikan tinggi.
Tindak kekerasan kerap kali terjadi terutama pada warga perempuan. Penduduk
Desa Silangit mempunyai watak keras dan bersikap kasar terhadap wagra lain. Jumlah
warga yang banyak dengan pendidikan yang rendah. Desa Silangit menjadi incaran
salah satu partai politik dalam pemilihan DPRD Banjarnegara. Rendahnya pendidikan
membuat mereka bersedia untuk menukarkan suara sebagai rakyat yang baik dengan
uang. Politik uang terjadi baik itu pemilihan DPRD maupun Kepala Desa. Beberapa
waktu lalu sempat terjadi kericuhan ketika perhitungan suara menunjukan kekalahan
terhadap calon dukungan warga Desa Silangit. Saling bentrok terjadi antara warga Desa
yang berbeda suara. Peristiwa itu menunjukan bahwa warga Desa Silangit belum
memiliki kesadaran sebagai warga negara yang baik. Baik itu pada ketentuan pemilihan
umum, maupun pada bagaimana perilaku warga negara yang tercermin dalam
kehidupan sehari-hari.
PEMBAHASAN
1.1Pengertian Pendidikan

Istilah pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan “me”
sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Mendidik dan
pendidikan merupakan suatu hal yang saling berhubungan. Definisi pendidikan menurut
para ahli :

a).Hoogveld mendidik adalah membantu anak supaya Ia cukup cakap


menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri.
b). Ki Hajar Dewantara mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi – tingginya.
1.2 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Beberapa definisi Pendidikan Kewarganegaraan menurut para ahli:
1). Soemantri
Kewarganegaraan ialah sesuatu yang berhubungan dengan manusia sebagai individu
dalam suatu perkumpulan yang terorganisir dalam hubungan dengan Negara.
2). Mr. Wiyanto Dwijo Hardjono, S.Pd.
Kewarganegaraan ialah keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu (secara
khusus:negara) yang dengannya membawa hak untuk berprestasi dalam kegiatan-
kegiatan politik.
1.3 Makna Pendidikan
Pada hakikatnya pendidikan mempunyai tujuan memanusiakan manusia, dalam hal
tersebut pendidikan tidak dapat dimaknai sekedar membantu pertumbuhan seca fisik
saja, tetapi juga keseluruhan perkembangan pribadi manusia dalam konteks lingkungan
manusia yang memiliki peradaban didalamnya. Hal tersebut seperti : nilai religius,
karakter, dan nilai moral.

1.4 Makna Pendidikan Kewarganegaraan


Pada hakikatya Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai tujuan untuk mendidik agar
seorang warga negara mampu bertindak sebagai warga negara yang baik. Pendidikan
Kewarganegaraan tidak terlepas dari sikap seorang individu sebagai seorang warga
negara. Termasuk terlibat dalam partisipasi sebagai seorang warga negara.
1.5 Tujuan Pendidikan
Dari beberapa tujuan pendidikan yang ada, salah satu tujuan pendidikan adalah tujuan
pendidikan nasional. Menurut tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rokhani, kepribadian
yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsanaan.
1.6 Komponen yang menentukan Keberhasilan Pendidikan Kewarganegaraan
Keberhasilan Pendidikan Kewarganegaraan tidak terlepas dari beberapa komponen yang
mempengaruhinya. Komponen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain.
Komponen tersebut adalah :

1). Peserta Didik


Peserta didik menjadi objek dalam utama dalam Pendidikan Kewarganegaraan,
sehingga keberadaannya sangat penting. Dalam pelaksanaannya, peserta didik sebagai
individu yang diberi ilmu mengenai Pendidikan Kewarganegaraan. Oleh karena itu,
diperlukan perserta didik yang baik, santun, cerdas, dan berwawasan luas.

2). Tenaga Pendidik

Tenaga pendidik menjadi acuan dan contoh peserta didiknya, baik perilaku maupun
tindakannya. Oleh karena itu, tenaga pendidik harus bisa menjadi penutan bagi peserta
didik. Seorang pendidik harus mampu melakukan apa yang diajarkan pada peserta
didik. Artinya seorang guru harus dapat mengajar dan melakukan, atau praktik dalam
kehidupan sehari-hari.

3). Media dan sarana prasana

Keduanya sebagai penunjang jalannya proses pembelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan, sekaligus sebagai jembatan keberhasilan bagi proses pembelajaran.
Media sebagai penunjang dalam kegiatan pembelajaran, sekaligus sarana dan prasarana
sebagai pendukung pembelajaran.

1.7 Pengertian Golden Precept


Golden Precept adalah suatu upaya yang dilaksanakan untuk membentuk pemahaman
mengenai Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan di SD, SMP, maupun
SMA.Dinamakan Golden Precept berasal dari kata golden, yang berarti emas.
Sedangkan precept berarti pengajaran. Apabila digabung mengandung makna
pengajaran berharga, karena emas merupakan benda yang berharga. Berharga disini
merujuk pada Pendidikan Kewarganegaraan, sedangkan pengajaran merujuk pada
tenaga pendidik atau guru. Desa Silangit sangat cocok diterapkan Golden Precept,
karena keadaan masyarakat Desa Silangit yang membutuhkan pembinaan mengenai
bagaimana menjadi warga negara yang baik melalui Pendidikan Kewarganegaraan.
1.8 Tujuan Pelaksanaan Golden Precept
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menanamkan kesadaran masyarakat di Desa
Silangit mengenai pendidikan kewarganegaraan, serta masyarakat dapat menjadi warga
negara yang baik. Pemahaman tersebut diharapkan mengubah perilaku masyarakat Desa
Silangit yang anarkis, dan mudah terpengaruh olehisu politik. Selain itu, Golden Precept
diharap mampu menghapus presepsi bahwa di Desa Silangit merupakan Desa terpencil
dengan kualitas penduduk yang rendah. Namun sebaliknya, yaitu masyarakat lebih
percaya diri dan benar-benar memahami dunia luar dan mengetahui hal-hal berbentuk
politik. Sehingga tidak ada hak pilih yang akan dibeli. Masyarakat akan mempunyai
wawasan yang luas, dan mengetahui bagaimana menjadi seorang warga negara yang
baik

1.9 Prosedur Pelaksanaan Golden Precept

Kegiatan dari Golden Precept berupa dilaksanakannya seminar antara tenaga pendidik
di Desa Silangit terkait pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan. Hanya difokuskan
pada suatu Desa, yaitu Desa Silangit, yang berlokasi di Kecamatan Bawang,
Kabupaten :Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Hal ini dilakukan karena masyarakat
di Desa tersebut tergolong berpendidikan rendah dan sikap masyarakat yang anarki.
Sehingga dirasa memerlukan penyuluhan terhadap pentingnya Pendidikan
Kewarganegaraan, untuk dapat menjadi pedoman bagaimana bersikap sebagai warga
negara yang baik. Karena sikap tersebut tidak sesuai dengan sikap seorang warga negara
yang baik. Pelaksanaan Golden Precept dilakukan satu hari penuh dengan jadwal
kegiatan yang telah di rencanakan sebelumnya. Untuk lebih memahkan pada Pendidikan
Kewarganegaraan, maka diundang salah satu dosen dari FIS Unnes. Selain itu beliau
merupakan seseorang yang ahli dan sesuai pada bidangnya.
Didasarkan pada beberapa pertimbangan yang mendasar mengenai prosedur
pelaksanaan Golden Precept, yang terdiri dari beberapa tahap. Tahap pelaksanaan
tersebut adalah :
1. Tahap Pertama

Tahap yang dilakukan pertama kali adalah meminta izin tempat penggunaan kepada
Kepala Desa Silangit, serta melakukan kerja sama yang baik denganmasyarakat Desa
Silangit. Dalam meminta perizinan sekaligus menjelaskan maksud kegiatan Golden
Precept di Desa Silangit. Kecamatan: Bawang, Kabupaten: Banjarnegara.
2. Tahap Kedua

Tahap berikutnya adalahmelakukan pengkondisian tempat. Hal ini meliputi persiapan


tempat yang akan dipakai dalam kegiatan Golden Precept, serta menyiapkan peralatan
yang dibutuhkan. Mengantisipasi beberapa kendala yang mungkin terjadi.

3. Tahap Ketiga

Langkah selanjutnya adalah melakukan pemberitahuan sekaligus koordinasi dengan


pemateri, yaitu seorang Dosen FIS Unnes. Agar terjadi komunikasi yang baik, pada saat
pelaksanaan kegiatan berlangsung. Menghindari terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan.

4. Tahap Keempat

Apabila pemateri sudah menyanggupi kedatangan, maka pada tahap ini dilakukan
penyebaran informasi mengenai goden precept kepada masyarakat Desa Silangit,
khususnya untuk tenaga pendidik disana. Baik sosialisasi langsung, maupun melalui
brosur mengenai pengadaan Golden Precept.

5. Tahap Kelima

Setelah keempat tahap tersebut dilakukan, maka tahap berikutnya adalah


menyelenggarakan kegiatan Golden Precept dengan baik dan sungguh – sungguh
supaya tujuan kegiatan ini dapat tercapai.
6. Tahap Keenam
Tahap terakhir dari kegiatanGolden Preceptadalah melakukan terkait pemantauan
apakah kegiatan tersebut lancar dan efektif bagi masyarakat sasaran.Tahap terakhir inii
sebagai tolok ukur. Apabila dirasa masyarakat sudah mengalami perubahan baik sikap,
maupun perilaku maka kegiatan ini dapat dinilai berhasil.
Pentingnya Pengetahuan Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan.
Generasi penerus bangsa harus mempunyai karakter yang baik untuk dapat bersaing
dengan bangsa lain. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai basic sekaligus pondasi
dalam membentuk karakter bangsa. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendorong
warga negara melaksanakan peran:
1). Berpartisipasi untuk mempengaruhi setiap proses pembuatan dan pelaksanaan
kebijaksanaan publik oleh para pejabat atau lembaga-lembaga negara,
2). Menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan,
3). Berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional,
4). Memberi bantuan sosial, dan memberikan rehabilitasi sosia,
5). Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang melandasi iman dan takwa,
6). Menciptakan kerukunan umat beragama,
7). Ikut serta dalam memajukan pendidikan nasional,
8). Memelihara nilai-nilai positif, seperti hidup rukum dan gotong royong,
9). Merubah budaya negatif yang dapat menghambat kemajuan bangsa,
10).Mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara, dan
11).Menjaga keselamatan bangsa Indonesia dari segalan ancama

PENUTUP
Kesimpulan
Peran sebagai warga negara yang baik sangat penting terutama untuk generasi penerus
bangsa. Golden Precept sebagai upaya untuk menanamkan kesadaran mengenai
pentingnya Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan di Desa Silangit, karena dilihat
dari kondisi masyarakat, Desa Tersebut dinilai masih membutuhkan bimbingan akan
bagaimana menjadi warga negara yang baik. Kegiatan Golden Precept tentu tidak
terlepas dari tujuan awal yaitu untuk menanamkan kesadaran masyarakat di Desa
Silangit mengenai pendidikan kewarganegaraan, serta masyarakat dapat menjadi warga
negara yang baik
DAFTAR PUSTAKA

Munib, Achmad. 2010. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Pusat Pengembangan


MKU/MKDK-LP3

Sunarto.2013.Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Semarang: Pusat


Pengembangan MKU/MKDK-LP3

http://pancasilazone.blogspot.com/2012/03/pendidikan-kewarganegaraan.html

http://tujuan pendidikan.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai