Anda di halaman 1dari 4

1. Batu kalsium: Ini merupakan tipe (jenis) yang paling umum.

Bahkan hanya
mengonsumsi beberapa makanan yang sangat tinggi dalam oksalat, seperti kelembak,
atau mengonsumsi vitamin D dalam jumlah sangat tinggi, dapat meningkatkan
peluang Anda untuk mendapatkan jenis ini. Anda bisa mendapatkan jenis ini jika
biasanya Anda tidak minum cukup air atau jika Anda banyak berkeringat dan tidak
mengganti cairan yang hilang.

2. Batu cystine: Ini adalah tipe yang paling umum kedua. Setelah Anda mendapatkan
batu cystine, ada kemungkinan Anda dapat memilikinya lagi. Kemungkinan Anda
mendapatkan mereka diwariskan dari orang tua yang keduanya harus memiliki jenis
kelainan genetik yang sama.

3. Batu struvite: Infeksi, terutama di saluran kemih yang dapat menyebabkan Anda
memiliki batu semacam ini.

4. Batu asam urat: Biasanya karena tidak minum cukup cairan sepanjang hari atau jika
Anda banyak berkeringat dari latihan yang lama atau dari tempat kerja, Anda bisa
mendapatkan jenis ini. Sementara banyak pelaku diet bersumpah dengan diet protein
tinggi, makan protein dalam jumlah besar juga dapat menyebabkan batu terbentuk.
Penatalaksanaan batu ginjal (nefrolitiasis) dapat dibedakan menjadi penatalaksanaan saat
kolik renal, medical expulsive therapy (MET), terapi medikamentosa, dan terapi
pembedahan.
Tatalaksana Kolik Renal

Yang pertama dilakukan adalah pemasangan akses intravena untuk hidrasi dan obat-obatan
IV. Bila tidak ada obstruksi atau infeksi, dapat diberikan: analgesik, antiemetik, dan
antidiuretik.
Analgesik
Analgesik yang digunakan dapat berupa:
 Ketorolak. Dosis: 30 – 60 mg (intramuskular / IM) atau 30 mg (intravena / IV) diikuti 30 mg
setiap 6 – 8 jam. Pada pasien dewasa (> 65 tahun), bisa diberikan 15 mg
 Morfin. Dosis: 10 mg/70 kg berat badan (IM atau subkutan / SK setiap 4 jam)
 Morfin sulfat: 4 – 10 mg (IV) bolus lambat. Efek sampingnya adalah depresi napas, sedasi,
konstipasi, potensi adiksi, mual dan muntah.
 Meperidin (60 – 80 mg meperidin ekuivalen dengan 10 mg morfin). Dosis: 50 – 150 mg (IM
atau SK setiap 3 – 4 jam). Butorfanol, memberikan efek spasme otot polos dan distres napas yang
lebih kecil, namun harganya 10 kali dari meperidin
Antiemetik
Metoklopramid, dosis 10 mg IV atau IM setiap 4 – 6 jam.
Antidiuretik
Desmopresin (DDAVP) dapat menurunkan nyeri kolik renal. Dosis semprotan nasal 40 mcg
dan dosis IV 4 mcg.
Antibiotik
Antibiotik hanya diberikan apabila ada potensi infeksi seperti gejala ISK, piuria, bakteriuria,
demam atau leukositosis dengan penyebab lain disingkirkan.
Medical Expulsive Therapy (MET)

Medical expulsive therapy (MET) dapat diberikan karena terbukti dari berbagai penelitian
dapat menurunkan nyeri karena perjalanan batu, meningkatkan kemungkinan untuk batu
keluar spontan dan menurunkan jumlah pembedahan. Indikasi untuk pemberian MET adalah
batu dengan besar 3 – 10 mm. Regimen yang umum digunakan adalah:
 Alfa-blocker : Tamulosin 0.4 mg satu kali sehari selama 1-2 minggu
 Ca- channel blocker : Nifedipine extended release 1 x 30 mg selama 7 hari, PO
 Kortikosteroid : Prednisone 2 x 20 mg selama 5 hari. Penggunaan biasanya digabung
dengan alfa-blocker
MET mungkin berguna pada batu distal dengan diameter > 5mm, namun memiliki efek
samping sehingga harus digunakan secara hati-hati. Penggunaan MET harus disertai
observasi.
Penatalaksanaan Batu Non-Kalsium
Pada pasien dengan batu non-kalsium, dapat dilakukan terapi untuk membuat urin menjadi
lebih basa, pilihan obatnya adalah natrium bikarbonat dan kalium sitrat.
Indikasi Rawat

Indikasi dari rawat inap karena nefrolitiasis adalah:


 Obat analgesik tidak bisa mengurangi nyerinya
 Obstruksi ureter dari batu pada ginjal yang hanya ada satu atau transplantasi
 Obstruksi ureter dari batu pada ginjal dimana terdapat infeksi saluran kemih (ISK), sepsis,
atau pionefrosis.
 Hidronefrosis terinfeksi dibutuhkan untuk antibiotik dan drainase.
Pembedahan

Pembedahan dapat dilakukan dengan indikasi dimana batu tidak dapat keluar dengan
sendirinya. Batu dengan ukuran di bawah 4 mm biasanya dapat keluar dengan spontan,
sedangkan di atas 8 mm tidak bisa keluar tanpa intervensi bedah. Indikasi pembedahan antara
lain:
 Batu ureter > 10 mm
 Batu ureter distal tanpa komplikasi <= 10 mm yang tidak keluar dengan spontan setelah 4 – 6
minggu,
 Batu ginjal yang menimbulkan obstruksi
 Gejala simtomatik batu ginjal dengan penyebab lain telah disingkirkan
 Pasien anak-anak dengan batu ureter yang gagal terapi sebelumnya
 Pasien kehamilan dengan batu ureter atau ginjal yang gagal sembuh setelah observasi
Kontraindikasi umum pembedahan:
 Risiko perdarahan pada pasien yang mengonsumsi antikoagulan. Pada keadaan
yang urgent dapat diberikan agen pembalik atau operasi ditunda sembari obat-obatan
dihentikan
 Kehamilan (relatif)
Pilihan teknik operasi pembedahan:
 Pemasangan stent. Dilakukan pemasangan “pipa” atau stent untuk mengurangi
obstruksi. Tidak disarankan dilakukan bila terdapat pionefrosis dengan ISK atau urosepsis
 Nefrostomi perkutan. Dilakukan drainase dari ginjal ke luar tubuh melalui kulit untuk
mengurangi obstruksi, bila tidak memungkinkan pemasangan stent atau pada keadaan
obstruksi ginjal yang terinfeksi
Ureteroskopi (URS). Ureteroskopi bisa digunakan untuk mengambil batu dengan ukuran
sekitar 1 – 2 cm di daerah kaliks bawah kebawah, batu sistin dan batu yang keras.
Menurut guideline AUA, ureteroskopi direkomendasikan untuk batu ureter mid-distal yang
memerlukan intervensi, atau dengan batu simtomatik. Bersamaan dengan ESWL, dilakukan
manipulasi dari batu. Pendekatan yang dapat dilakukan antara lain pengambilan fragmen batu
komplit dengan “keranjang batu” dan exhaustive litotripsy agar fragmen batu yang tersisa
dapat keluar secara spontan

 Nefrolitotomi perkutan. Pada batu lebih dari 2 cm, dilakukan prosedur ini untuk
mengambil batu tersebut. Merupakan pilihan untuk batu staghorn menurut AUA (American
Urological Association), dan batu simtomatik dengan beban batu di atas 20 mm, atau pada
bagian bawah ginjal di atas 10 mm
 Nefrolitotomi anatrofik. Indikasi pada batu staghorn. Pada teknik ini, dilakukan penjepitan
pada arteri renalis, sehingga meningkatkan risiko iskemik, meskipun setelahnya akan dilakukan
reperfusi. Oleh karena itu, pasien dibuat menjadi hipotermia untuk mengurangi risiko iskemik.
 Nefrostomi terbuka. Prosedur ini sudah jarang digunakan karena teknik lain yang lebih tidak
invasif. [1,2]
Extracorporeal shockwave lithotripsy (ESWL)

Extracorporeal shockwave lithotripsy(ESWL). Menggunakan energi gelombang suara yang


tinggi untuk memecah batu sehingga menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil agar dapat
keluar. Indikasinya adalah batu yang lebih kecil dari 2 cm dan terdapat di kaliks atas dan
tengah. Kontraindikasi pada kehamilan, gangguan perdarahan, batu yang tersangkut secara
ketat, dan obstruksi ureter yang jauh dari batu. ESWL menurun efektivitasnya pada batu yang
keras (dapat terlihat dari densitas saat CT-scan), batu sistin dan pasien berbadan besar.
Persiapan rujukan ke rumah sakit

Segera bawa pasien ke Rumah Sakit bila terdapat:


 Nyeri pada bagian perut, selangkangan atau kemaluan
 Perdarahan dari saluran kemih
 Infeksi saluran kemih
 Bila sudah terdapat riwayat batu ginjal sebelumnya, waspadai gejala mual muntah hebat dan
demam atau menggigil [1,3]

Anda mungkin juga menyukai