Anda di halaman 1dari 16

BIOMED 2

PENYEBARAN PENYAKIT
DEMAM TIFOID

GANDA MURNI YANTI ZEBUA


170203008

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
2 FEBRUARI 2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kita Panjatkan Atas Kehadiran Tuhan Yang Maha Esa Yang Telah Memberikan

Kita Kesehatan Sehingga Saya Masih Diberikan Kemudahan Dalam Menyelesaikan Maslah

Ini Ada Pun Makalah Ini Mengenai Penyebaran Demam Tifoid Yang Di Sebabkan Oleh

Salmonella Typhi. Penyelesaian Makalah Ini Tidak Terlepas Dari Dukungan Dan Doa Dari

Berbagai Pihak.

2 februari 2019

medan
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….2

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….3

A.LATAR BELAKANG………………………………………………..4

B. ETOLOGI……………………………………………………………5

C. EPIDEMIOLOGI…………………………………………………...6

D. PATOGENESIS……………………………………………………..7

E. CARA PENULARAN……………………………………………….8

F. CARA PENCEGAHAN……………………………………………..9

G. PENGOBATAN…………………………………………………….10

H. GEJALA DAN MASA INKUBASI………………………………..11

I. VAKSIN DEMAM TIFOID………………………………………...13

BAB II PENUTUP……………………………………………………………..15

A. KESIMPULAN………………………………………………..…...16

B. SARAN……………………………………………………………..16

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………....17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penyakit tifoid adalah penyakit sistematik yang disebabkan oleh bakteri di tandai dengan
demam insidius yang berlangsung lama, sakit kepala yang berat , badan lemah, anoreksia,
bradikardi relative splenomegali , pada penderita kulit putih 25% di antaranya menunjukan
adanya “ rose spot “pada tubuhnya batuk tidak produktif pada awal penyakit . penderita
dewasa lebih banyak terjadi kontipasi di bandingkan dengan diare. Gejala lebih sering
berupa gejala yang ringan dan tidak khas. Demam tifoid dapat terjadi ulserasi pada plaques
peyeri pada ileum yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan atau perforasi ( sekitar 1%
dari kasus ). Hal tersebut sering terjadi pada terjadi pada penderita yang terlambat di obati.

Nomenklatur baru berdasarkan hubungan DNA di usulkan untuk pemberian nama


pada salmonella sesuai dengan nomenklatur baru tersebut hanya ada dua spesies salmonella
yaitu- bongori dan salmonella enteric. Semua bakteri yang pathogen terhadap manusia di
kelompokan kedalam serovarian di bawah sub species I DAN S.enterice. nomenkular baru
yang di usulkan tersebut maka s.typhi akan berubah menjadi s. enterica serovarian typhi dan
singkat dengan s.typhi.

Beberpa badan resmi telah menggunakan nomenklatur yang telah di usulkan tersebut walau
pun sampai dengan pertengahan tahun 1999 nomenklatur baru tersebut belum disahkan
pemakaiannya.Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan
oleh salmonella typhi. Demam paratifoid adalah penyakit sejenis yang disebabkan oleh
salmonella paratyphi A,B,dan C. gejala dan tanda kedua penyakit tersebut hamper sama,
tetapi manifestasi klinis paratifoid lebih ringan. Kedua penyakit tersebut disebut
tifoid.terminologi yang sering di gunakan adalah typhoidfever, paratyphoid ever,typhus dan
paratyphus abdominalis atau demam enteric.

Sejarah demam tifoid di mulai saat ilmuan prancis bernama pierre Louis
memperkenalkan istilah typhoid pada tahun 1829. Typhoid atau typhus berasal dari bahasa
yunani typhos yang berarti penderita demam dengan gangguan kesadaran.Kemudian gaffky
menyatakan bahwa penularan penyakit kali ini melalui air dan bukan udara. Gaffky juga
berhasil membiakkan salmonella typhi dalam media kultur pada tahun 1884. Widal tahun
1896 akhirnya menemukan pemeriksaan tifoid yang masih di gunakan sampai saat
ini.Woodward dkk tahun 1948 melaporkan untuk pertama kalinya bahwa obat yang efektif
untuk demam tifoid adalah kloramfenikol.

B. ETIOLOGI

Penyebab demam tifoid adalah bakteri salmonella typhi .salmonella adalah bakteri
gram negatif , yang tidak berkapsul , mempunyai flagea dan tidak membentuk spora .
bakteri ini akan mati pada pemanasan 57◦C selama beberapa menit Salmonella typhi
memiliki tiga macam antigen yaitu :

 antigen O ( somatik ) merupakan polisakarida yang sifatnya spesifik untuk


grup salmonella berada pada permukaan organism dan juga merupakan
somatik antigen yang tidak menyebar ,
 H (flagella) terdapat pada flagella dan bersifat termolabil dan antigen Vi
berupa bahan termolabil yang diduga sebagai pelapis tipis pada dingding sel
kuman dan melindungi
 antigen O terhadap fagositos . demam tifiod biasanya ditularkan oleh unggas
yang terkontaminasi daging merah , telur . susu yang tidak dipasteurisasi.
Demam tifoid disebabkan oleh kuman salmonella typhi yang masuk kedalam tubuh
manusia melalui makanan dan minuman yang tercemar ,baik pada waktu memasak ataupun
melalui tangan dan alat masak yang kurang bersih . kemudian kuman itu akan diserap oleh
usus yang masuk bersamaan dengan makanan , kemudian akan menyebar ke semua organ
tubuh , terutama hati dan limpa , yang berakibat terjadinya pembengkakan dan rasa nyeri .
kuman tersebut terus menerus menyebar kedalam peredarahan darah dan kelenjar limfe ,
terutama usus halus .

Mikrogranisme dapat ditemukan pada tinja dan urin setelah 1 minggu demam .jika
penderita diobati dengan benar maka kuman tidak akan ditemukan pada tinja dan urin pada
minggu ke-4 . akan tetapi jika masih terdapat kuman pada minggu ke-,4 melalui pemeriksaan
kulur tinja maka penderita dinyatakan sebagai carier
Seorang carier biasanya berusia dewasa sangat jarang terjadi pada anak .kuman
salmonella bersembunyi dalam kandungan empedu orang dewasa . jika carier tersebut
mengkomsumsi makanan berlemak maka cairan empedu dan mikroorganisme dibuang
melalui tinja yang berpotensi menjadi sumber penularan penyakit .
C. EPIDEMIOLOGI

Demam Tifoid menyerang penduduk disemua negara .seperti penyakit menular lainnya
tifoid banyak diyemukan di Negara berkembang di mana hygiene pribadi dan sanitasi
linkungannya kurang baik . prevalensi kasus tergantung lokasi , kondisi lingkungan
setempat , dan perilaku masyarakat . angaka insidensi di seluruh dunia sekitar 17 juta per
tahun dengan 600 ribu orang meninggal karena penyakit ini .Who memperkirakan 70 %
kematian terjadi di asia .

Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui mekanisme respons imunitas


pada demam tifoid manusia , misalnya dengan cara menginfeksi hewan seperti mencit dengan
S.typhimurium . gejala dan perjalanan penyakit yang tampak pada mencit ternyata terinfeksi
S.typhimurium analog dengan demam tifoid yang disebabkan oleh S.thypi pada manusia . hal
tersebut menyebabkan infeksi S.typhimurium pada mencit dapat diterima secara luas sebagai
model eksperimental untuk demam tifoid manusia .

Demam tifoid termasuk kedalam 10 penyakit terbanyak yang dirawat di rumah


sakit .demam tifoid menduduki urutan ke 3 dari 10 penyakit yang terbanyak dirawat dirumah
sakit dengan sebanyak 55,098 kasus dengan angka kematian . demam tifoid merupakan salah
satu dari lima penyebab kematian di Indonesia . hal ini perlu diperhatikan dalam penularan
infeksi shalmonella meliputi penularan infeksi yang termasuk didalamnya adalah reservoir ,
sumber dan rute penularan , masa inkubasi dan masa dapat menular , serta pengendalian
infeksi aktif dan pencegahan shalmonellasis yang disebut dengan penyakit demam tifoid.
D. PATOGENESIS

Salmonella typhi dan salmonella paratiphi masuk kedalam tubuh manusia melalui
makanan yang terkontaminasi oleh kuman .sebagian kuman dimusnakan oleh asam lambung
dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan berkembang biak . bila respons imunitas humoral
mulkosa IgA usus kurang baik maka kuman akan menembus sel sel epitel terutama sel M dan
selanjutnya ke lamina propia . di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh
oleh sel sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak dalam
di dalam makrofag dan dimasukan ke plaque payeri ileum istal dan kemudian ke kelenjar
getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat didalam
makrofag ini masuk kedalam siklus darah mengakibatkan bacterimia pertama yang
asimtomatik dan menyebar keseluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan
limpa .di organ organ ini kuman meninggalkan sel sel fagosit dan berkembang biak di luar sel
atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk kedalam sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan
bakterimia yang kedua kalinya dengan disertai tanda tanda dan gejala penyakit infeksi
sistemik , seperti demam, malais, mialgia sakit kepala dan sakit perut.

Kuman salmonella menginvasi ke jairngan limfoid usus halus , terutama pleksus


peyer dan jaringan limfoid mesentrika . setelah terjadi proses peradangan dan nekrosis
setempat , kuman melewati pembuluh limfe masuk ke aliran darah menuju organ dalam
sistem retikuloendotelial (RES) terutama hati dan limfa

E. CARA PENULARAN

Cara penularanya yaitu melalui air dan makanan kuman salmonella dapat bertahan
lama dalam makanan pengunaan air minum secara missal yang tercemar bakteri sering
menyebabkan terjadinya KLB vector berupa serangga juga dapat berperan dalam penularan
penyakit .

Kontak langsung atau tidak langsung dengan orang yang terinfeksi ( pengidap sakit )
diperlukan untuk infeksi . penularan dapat berupa ledakan serangga yang diserbarkan air
karena sanitasi yang buruk dan penyebaran fekal – oral akibat personal hygine yang buruk ,
dapat juga melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh tinja dan urin dari
penderita atau carier. Di beberapa negara penularan terjadi karena mengkomsumsi kerang-
kerangaan yang berasal dari air yang sudah tercemar, buah-buahan , sayur-sayuran mentah
yang dipupuk dengan kotoran manusia ,susu , dan produk susu yang terkontaminasi oleh
carier atau penderita yang teridentifikasi .penularan demam tifoid juga bisa melalui vector
berupa lalat , kecoa , maupun tikus dengan cara membawa bakteri yang terdapat dalam urin
ataupun tinja yang kemudian masuk ke dalam makanan . oleh karena itu sangat penting untuk
menjaga kebersihian lingkungan sekitar kita sehingga terbebas dari vektor .

F. CARA PENCEGAHAAN

Cara pencegahan demam tifoid sebagai berikut :

a. Berikan peyuluhan kepada masyarakat tengtang pentingnya mencuci tangan setelah


buang air besar dan sebelum megangg makanan dan minnuman sediakan fasilitas
untuk mencuci tangann secukupnya . hal ini terutama penting bagi mereka yang
pekerjaanya sebagai penjamah makanan dan bagi mereka yang pekerjaan merawat
penderita dan pengasuh anak anak
b. Buanglah kotoran pada jamban yang saniter dan yang tidak terjangkau oleh lalat .
pemakain kertas toilet yang cukup untuk mencegah kontaminnasi jari
c. Lindungi sumber air masyarakat dari kemugkinan terkomentasi .lakukan pemurnian
dan pemberian klorin terhadap air yang akan didisribusikan kepada masyarakat .
sediakan air yang aman bagi perorangan dan rumah tangga . hindari kemungkinan
terjadinya pencemaran antara sistem pembuangan kotoran dengan sistem distribusi air
d. Berantas lalat dengan menghilangkan tempat berkembang biak mereka dengan sistem
pengumpulan dan pembuangan sampah yang baik
e. Terapkan standar kebersihan pada waktu menyiapkan dan menangani makanan.
Simpan makanan di dalam lemari es pada suhu yang tepat
f. Lakukan pasteurisasi terhadap susu dan poduk susu
g. Terapkan peraturan yang ketat tengtang prosedur jaga mutu terhadap industri yang
memproduksi makanan dan minuman
h. Batas pengumpulan dan penjualan kerang-kerangan dari sumber yang jelas yang tidak
tercemar
i. Promosikan pemberian air susu ibu kepada bayi yang sedang menyusui , rebuslah
susu dan air yang akan dipakai untuk makanan bayi
j. Pemberian imunisasi pada penderita demam tifoid tidak dianjurkan di AS .saat ini
imunisasi hanya diberikan kepada mereka dengan resiko yang tinggi seperti petugas
laborarium mikrobiologis . vaksin yang tersedia adalah vaksin oral hidup yang
mengandung s.typhi strain ty21 a (diperlukan 3-4 dosis dengan interval 2 hari ) dan
vaksin parental yang beredar adalah vaksin dosis tunggal yang berisi vi antigen
polisakarida.

G. PENGOBATAN

Pengobatan pada penderita demam tifoid dapat dilakukan dengan beberapa cara adalah :

a. Terapi antibiotik : siprofloksasin per oral atau IV selama 10-14 hari pada orang
dewasa atau sefalosporin generasi ketiga pada anak-anak
b. Kloramfenikol merupakan alternatif lebih murah pada area yang orgnismenya masih
sensitif
c. Deksametason IV tambahan mengurangi mortalitas pada pasien toksis berat
d. 75 % karier kronik dapat disembuhkan dengan paket 28 hari siprofloksasin atau
norfloksasin
e. Kolesistektomi harus dilakukan hanya bila gejala penyakit kantung empedu
membesar
f. Pembedahan penting dilakukan pada perforasi ,namun pendarahan dapat ditangani
secara konservatif
g. Di negara non endemik , pemeriksaan epidemiologi penting untuk mengenditifikasi
sumber infeksi bila tidak didapatkan dari luar negeri
h. Istirahat dan perawatan
Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya komplikasi .penderita
sebaiknya beristirahat total di tempat tidur Selama 1 minggu setelah bebas dari
demam . mobilisasi dilakukan secara bertahap sesuai dengan keadaan penderita .
mekanisme penularan penyakit ini , kebersihan perorangan perlu dijaga karena
ketidakberdayaan pasien untuk buang air besar dan air kecil
i. Terapi penunjangan secara simptomatis dan suportif serta diet
Agar tidak memperberat kerja usus , pada tahap awal penderitaan diberi makanan
berupa bubur saring . selanjutnya penderita dapat diberi makanan yang lebih padat
dan akhirnya diberi nasi biasa , sesuai dengan kemampuan dan kondisinya .
H. GEJALA DAN MASA INKUBASI

Gejala klinis yang disebabkan oleh demam tifoid bisa bervariasi, mulai dari yang
ringan hingga berat.Biasanya, gejala yang muncul pada orang dewasa lebih ringan ketimbang
yang terlihat pada anak. Kuman yang telah masuk kedalam tubuh anak tidak segera
menunjukkan gejala yang nyata.namun, masih membutuhkan masa tunas sekitar 7-14 hari.
Masa tunas ini bisa lebih cepat bila kuman masuk melalui makanan ketimbang melalui
makanan. Secara umum ada beberapa tanda yang menunjukkan seorang anak terinfeksi oleh
kuman Salmonela Typhy. Adapun gejala demam tifoid ialah sebagai berikut.

1. Masa Inkubasi dan Klinis


Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 10-12
hari. Awal keluhan dan gejala penyakit tersebut tidaklah khas, berupa: anoreksia, rasa
malas, sakit kepala bagian depan, nyeri otot, lidah kotor dan gangguan perut (perut
meragam dan sakit)
2. Masa Laten dan Periode Infeksi
a. Minggu pertama (awal terinfeksi)
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya sama
dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang
berkepanjangan, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, denyut lemah,
pernapasan semakin cepat dengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan
merasa tak enak, sedangkan diare dan sembelit silih berganti. Pada akhir minggu
pertama, diare lebih sering terjadi.
Khas lidah pada penderita adalah kotor ditengah, te[pi dan ujung merah serta
bergetar atau tremo. Episteksis dapat dialami oleh penderuta sedangkan
tenggorokan terasa kering dan beradang. Jika penderita kedokter pada periode
tersebut, akan menemukan demam dengan gejala-gejala diatas yang bisasaja
terjadi pada penyakit-penyakit lainjuga. Ruam kulit (rash) umumnya terjadi pada
hari ketujuh dan terbatas pada abdomen disalah satu sisi dan tidak merata, bercak-
bercak ros ( roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian hilang dengan sempurna.
Roseola terjadi terutama pada penderita golongan kulit putih yaitu berupa
makulamerah tua ukuran 2-4 mm, berkelompok, timbul paling sering pada kulit
perut, lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila ditekan.
Apabila tarjadi infeksi yang berat maka akan dijumpai purpura kulit yang difus.
Limpa menjadi teraba dan abdomen mengalami distensi.
b. Minggu Kedua
Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, yang
biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam
hari.Oleh karena itu, minggu kedua suhu tubuh penderita terus-menerus dalam
keadaan tinggi (demam).Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada
pagi hari berlangsung, terjadi perlambatan relatif nadi penderita.
Gejala toksemia semakin berat yang ditandai dengan keadaan penderita yang
mengalami delirium.Gangguan pendengaran umumnya terjadi.Lidah tampak
kering, merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun,
sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang berwarna gelap akibat
terjadi pendarahan. Pembesaran hati dan limpa.Perut kembung dan sering
berbunyi.Gangguan kesadaran, mengandung terus-menerus, mulai tidak
kensentrasi jika berkomunikasi dan lain¬-lain.
c. Minggu Ketiga
Suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu.Hal itu
jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejala
akan berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun demikian justru komplikasi
pendarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari
ulkus.Jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia memberat dengan
terjadinya tanda khas berupa delirium atau stupor, otot-otot bergerak terus,
inkontinensia alvi dan inkontinensia urin.
Meteorisme dan timpani masih terjadi, juga tekanan aabdomen sangat meningkat
diikuti dengan nyeri perut.Penderita kemudian mengalami kolaps. Jika denyut
nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokal maupun umum, maka hal ini
menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkan keringat dingin, gelisah,
sukar bernafas, dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya memberi gambaran
adanya pendarahan. Degenerasi miokardil toksik merupakan penyebab umum dari
terjadinya kematian penderita demam tifoid pada minggu ketiga.
d. Minggu keempat
Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai
adanya lobar atau tromboflebitis vena femoralis.
Penyakit tifoid adlah penyakit sistematik yang disebabkan oleh bakteri di tandai
dengan demam insidius yang berlangsung lama, sakit kepala yang berat , badan lemah,
anoreksia, bradikardi relative splenomegali , pada penderita kulit putih 25% di antaranya
menunjukan adanya “ rose spot “ pad tubuhnya batuk tidak produktif pada awal penyakit .
penderita dewasa lebih banyak terjadi kontipasi di bandingkan dengan diare. Gejala lebih
sering berupa gejala yang ringan dan tidak khas. Demam tifoid dapat terjadi ulserasi pada
plaques peyeri pada ileum yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan atau perforasi
(sekitar 1% dari kasus ). Hal tersebut sering terjadi pada terjadi pada penderita yang terlambat
di obati.

Nomenklatur baru berdasarkan hubungan DNA di usulkan untuk pemberian nama


pada salmonella sesuai dengan nomenklatur baru tersebut hanya ada dua spesies salmonella
yaitu- bongori dan salmonella enteric. Semua bakteri yang pathogen terhadap manusia di
kelompokan kedalam serovarian di bawah sub species I DAN S.enterice. nomenkular baru
yang di usulkan tersebut maka s.typhi akan berubah menjadi s. enterica serovarian typhi dan
singkat dengan s.typhi.

Beberpa badan resmi telah menggunakan nomenklatur yang telah di usulkan tersebut walau
pun sampai dengan pertengahan tahun 1999 nomenklatur baru tersebut belum disahkan
pemakaiannya.Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan
oleh salmonella typhi. Demam paratifoid adalah penyakit sejenis yang disebabkan oleh
salmonella paratyphi A,B,dan C. gejala dan tanda kedua penyakit tersebut hamper sama,
tetapi manifestasi klinis paratifoid lebih ringan. Kedua penyakit tersebut disebut
tifoid.terminologi yang sering di gunakan adalah typhoidfever, paratyphoid ever,typhus dan
paratyphus abdominalis atau demam enteric.

Sejarah demam tifoid di mulai saat ilmuan prancis bernama pierre Louis
memperkenalkan istilah typhoid pada tahun 1829. Typhoid atau typhus berasal dari bahasa
yunani typhos yang berarti penderita demam dengan gangguan kesadaran.Kemudian gaffky
menyatakan bahwa penularan penyakit kali ini melalui air dan bukan udara. Gaffky juga
berhasil membiakkan salmonella typhi dalam media kultur pada tahun 1884. Widal tahun
1896 akhirnya menemukan pemeriksaan tifoid yang masih di gunakan sampai saat
ini.Woodward dkk tahun 1948 melaporkan untuk pertama kalinya bahwa obat yang efektif
untuk demam tifoid adalah kloramfenikol.
I. VAKSIN DEMAM TIFOID

1.vaksin tifoid oral

vaksin demam tifiod oral dibuat dari salmonella typhi galur non pathogen yang telah
dilemahkan. Bakteri dalamvaksin akan mengalami siklus pembelahan dalam usus dan
dieliminasi dalam waktu 3 hari setelah pemakaiannya. Tidak seperti vaksin parantel, respons
imun pada vaksin ini termasuk sekretorik IgA . Secara umum efetifitas vaksin oral dengan
vaksin parental yang diinaktifitas vaksin oral mempunyai reaksi samping lebih rendah.
Vaksin tifoid oral tifoid oral dikenal denga nam ty-21a.

DOSIS DAN KEMASAN

 Daya proteksi vaksin ini hanya 50% - 80%, maka yang sudah divaksinasipun di
anjurkan untuk melakukan seleksi pada makanan dan minuman.
 Imunisasi ulangan di berikan tiap 5 tahun .namun pada individu yang terus terpapar
denga infeksi salmonella sebaiknya diberikan 3-4 kapsul tiap beberpa tahun.
 Penyimpananpada suhu 2°C- 8°C.
 Kemasan dalam bentuk kapsul, direkomendasikan untuk anak umur 6 tahun atau
lebih.
 Cara pemberian 1 kapsul vaksin dimakan tiap hari selang sehari,kel,3 dan 5, 1 jam
sebelum makan dengan minuman yang tidak lebih dari 37°C. kapsul ke 4 pada hari ke
7 terutama bagi wisatawan.
 Kapsul harus ditelan utuh dan tidak boleh di berikan bersamaan dengan antibiotic,
sulfonamid, atau antimalaria yang aktif terhadap salmonella.
 Saat ini vaksin tifoid oral tidak beredar lagi Indonesia.
2.vaksin polisakarida parental

 Setiap 0,5 ml vaksin polisakarida mengandung kuman salmonella typhi, polisakarida


0,025 mg, fenol dan larutan bufer yang mengandung natrium klorida, disodium fosfat,
monosodium fosfat dan pelarut
 Penyimpanan pada suhu 2°C-8°C, jangan dibekukan.
 Kadarluwarsa dalam 3 tahun.
 Pemberian secara suntikan intramuscular atau subkutan dalam pada daerah deltoid
atau paha, di rekomendasikan untuk anak mulai umur 2 tahun.
 Imunisasi ulangan tiap 3 tahun
 Reaksi samping local berupa demam,nyeri kepala,pusing,nyeri sendiri ,nyeri otot,
nausea, nyeri perut jarang di jumpai. Sangat jarang bias terjadi reaksi alergi berupa
pruritus, raum kulit dan urtikaria.
 Indikasi kontra : alergi terhadap bahan bahan dalam vaksin. Juga pada saat
demam,penyakit akut maupun penyakit kronik progresif.
 Daya proteksi 50%-80%,maka yang sudah divaksinasipun dianjurkan untuk
melakukan seleksi pada makanan dan minuman.
BAB II
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penyakit tifoid adalah penyakit sistematik yang disebabkan oleh bakteri di tandai
dengan demam insidius yang berlangsung lama, sakit kepala yang berat , badan lemah,
anoreksia, bradikardi relative splenomegali , pada penderita kulit putih 25% di antaranya
menunjukan adanya “ rose spot “pada tubuhnya batuk tidak produktif pada awal penyakit
penderita dewasa lebih banyak terjadi kontipasi di bandingkan dengan diare. Demam tifoid
dapat terjadi ulserasi pada plaques peyeri pada ileum yang dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan atau perforasi ( sekitar 1% dari kasus ). Hal tersebut sering terjadi pada terjadi
pada penderita yang terlambat di obati.

vaksin demam tifiod oral dibuat dari salmonella typhi galur non pathogen yang telah
dilemahkan. Bakteri dalamvaksin akan mengalami siklus pembelahan dalam usus dan
dieliminasi dalam waktu 3 hari setelah pemakaiannya. Tidak seperti vaksin parantel, respons
imun pada vaksin ini termasuk sekretorik IgA . Secara umum efetifitas vaksin oral dengan
vaksin parental yang diinaktifitas vaksin oral mempunyai reaksi samping lebih rendah.
Vaksin tifoid oral tifoid oral dikenal denga nam ty-21a.

B. SARAN

Untuk penelitian selanjut supaya di tingkatkan penelitian di bagian demam tifoid yang
di mana proses penularannya terjadi atau kontak langsung dengan makanan yang
menyebabkan orang mengalami demam tifoid dan agar selalu memberikan anti bodi tubuh
kepada si penderita.
Daftar pustaka

Dr.H.Masriadi S,KM. epidemiologi penyakit menular [Book]. - depok  : PT.RAJAGRAFINDO


PERSADA, 2014.

dr.widoyono MPH penyakit tropis epidemiologi,penularan,pencegahan dan pemberantasnya


[Book]. - semarang : PT.Gelora Aksara Pratama, 2011.

prof.Dr.I.G.N.Ranuh SpA(K) buku imunisasi di indonesia [Book]. - jakarta : pengurus pusat ikatan
dokter anak indonesia, 2001.

prof.Dr.soedarto DTM penyakit menular di indonesia [Book]. - jakarta : [s.n.], 2009.

S.Hadinegoro prof.Dr.dr.sri rezeki pedoman imunisasi di indonesia [Book]. - [s.l.] : badan penerbit
ikatan dokter anak indonesia, 2014.

Anda mungkin juga menyukai