Anda di halaman 1dari 14

Keberlanjutan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging pada

Pola Kemitraan
Sustainability of Broiler Farming on Partnership Pattern
Reni Suryanti1, Sumardjo2, Syahyuti3, dan Prabowo Tjitropranoto2
1
Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor , Badan PPSDMP – Kementerian Pertanian,
Jl. Arya Suryalaga (d/a Cibalagung) No. 1 Bogor – Jawa Barat 16001
2
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
Jl. Raya Dramaga Kampus IPB Dramaga Bogor – Jawa Barat 16680
3
Pusat Ekonomi dan Kebijkan Pertanian
Kampus Penelitian CimangguJl. Tentara Pelajar No. 3B, Kota Bogor 16111
Email : renijurnalpangan@gmail.com

Diterima : 31 Juli 2019 Revisi : 27 November 2019 Disetujui : 4 Desember 2019


ABSTRAK
Kapasitas berusaha peternak ayam ras pedaging berada pada kondisi rendah. Kondisi ini
menyebabkan keberlanjutan usaha dari dimensi ekonomi, ekologi dan sosial rendah. Penelitian bertujuan
untuk menganalisis tingkat keberlanjutan usaha peternakan ayam ras pedaging dengan pola kemitraan,
serta menganalisis pengaruh kapasitas terhadap keberlanjutan usahanya. Penelitian melibatkan 247
peternak ayam ras pedaging yang tersebar di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor. Penelitian
lapang dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2018. Sampel ditentukan dengan teknik
cluster random sampling dengan kluster peternak pada dua kabupaten. Analisis data menggunakan analisis
deskriptif dan inferensia dengan regresi dan korelasi. Hasil penelitian menunjukkan keberlanjutan usaha
rendah. Kapasitas berusaha peternak lemah. Lemahnya kemampuan non teknis peternak mendukung
rendahnya keberlanjutan usaha. Keberlanjutan ekonomi berhubungan positif dengan kemampuan
teknis dan kewirausahaan. Keberlanjutan ekologi berhubungan positif dengan kemampuan teknis dan
manajerial. Sedangkan keberlanjutan sosial behubungan negatif dengan kemampuan teknis, manajerial
dan kewirausahaan. Peningkatan kemampuan teknis diperlukan untuk mendukung keberlanjutan usaha.
Hubungan yang signifikan antara kemampuan teknis, kewirausahan, manajerial dengan keberlanjutan
ekonomi, ekologi dan sosial dapat ditindaklanjuti dengan memberikan perhatian terhadap kemampuan-
kemampuan tersebut dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan.
kata kunci: keberlanjutan usaha, kapasitas berusaha, usaha peternakan.

ABSTRACT
The low level of sustainability of broiler farming is related to the small business capacity of farmers.
This condition causes sustainability was weak at an economic, ecological, and social dimension. The
study aims to analyze the level of sustainability of broiler farming on partnership patterns and analyze
the influence of capacity on the sustainability of its business. The study involved 247 broiler farmers in
Sukabumi and Bogor Regency. The research conducted from August to October 2018. Samples were
determined by cluster random sampling technique with farmer clusters in two districts. Data analysis used
descriptive analysis and inferencing with regression and correlation. The results show that sustainability
was low. The business capacity of broiler farmers was weak. The weak ability of non-technical farmers
causes a low level of business sustainability. Economic sustainability is positively related to technical
expertise and entrepreneurship. Ecological sustainability has positively associated with professional and
managerial capabilities, whereas social sustainability relates negatively to technical, administrative, and
entrepreneurial abilities. Enhancing technical skills is needed to support business sustainability. A significant
relationship between technical capabilities, entrepreneurship, managerial and economic, ecological, and
social sustainability can be followed up by giving attention to these capabilities in the implementation of
extension activities.
keywords: broiler farming, business capacity, sustainability.

Keberlanjutan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging pada Pola Kemitraan 213
Reni Suryanti, Sumardjo, Syahyuti, dan Prabowo Tjitropranoto
I. PENDAHULUAN ketersediaan sumberdaya (alam, manusia
dan modal) yang efisien dan keadilan seperti
U saha peternakan ayam ras pedaging
tampaknya menghadapi kelemahan dilihat
dari keberlanjutan aspek ekonomi, ekologi
yang ditegaskan oleh European Commission
Agriculture Directorate-General (2001).
dan sosial. Keberlanjutan dimensi ekonomi Perkembangan peternakan ayam broiler
rendah terlihat dari rendahnya keuntungan yang didukung oleh perubahan inovasi yang cepat
diperoleh peternak, yang bahkan mengalami dalam budidaya. Teknologi yang berkembang
kerugian dalam setiap tahun produksi (Pastika, dalam hal pakan dan bibit menyebabkan
dkk., 2016)⁠. Kendala pada dimensi ekologi terlihat peternakan ayam ras pedaging memiliki siklus
dari tingginya sumbangan emisi amonia dari produksi yang singkat. Inovasi tersebut menjadi
peternakan ayam. Dikatakan oleh Battye, dkk. daya tarik bagi peternak untuk terlibat dalam
(1994)⁠, bidang perunggasan menyumbangkan subsistem budidaya.
tingkat emisi terbesar kedua setelah sapi, yaitu
Kenyataan di lapangan, peternak masih
sebesar 26 persen. Penumpukan amonia ini
terkendala dalam penerapan inovasi yang
berakibat pada polusi dan penyakit. Bau yang
menyebabkan terancamnya keberlanjutan
terdapat pada peternakan ayam berasal dari
usaha. Subkhie, dkk. (2012) dan Ramadhan
kandungan gas amonia yang tinggi dan gas
(2017) mengidentifikasi beberapa kelemahan
hidrogen sulfida (H2S), dimetil sulfida, karbon
peternak dalam menjalankan usaha, yaitu
disulfida, dan merkaptan (Rachmawati 2000).
inovasi yang lemah dalam menjalankan usaha
Runtutan masalah ekologi tersebut juga
peternakan, kurangnya pemahaman terhadap
menimbulkan masalah pada masyarakat sekitar
kontrak kemitraan, kurangnya keterampilan
dan tidak jarang berujung konflik.
dalam budidaya, kurang efisien menggunakan
Keberlanjutan usaha peternakan ayam ras sarana produksi ternak (sapronak), rendahnya
pedaging diperlukan untuk menjawab kebutuhan pengetahuan tentang penyakit, tidak proaktif
masyarakat terhadap protein hewani terutama dalam menghadapi masalah, peluang
daging. Kebutuhan daging terus meningkat konflik dengan masyarakat sekitar. Selain
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, itu Burhanudin (2014) mengatakan usaha ini
urbanisasi, kesejahteraan dan kesadaran sangat dipengaruhi oleh jiwa kewirausahaan
masyarakat akan kesehatan. FAO-WSFS (2009)⁠ yang dimiliki oleh peternak. Jiwa kewirausahaan
memperkirakan jumlah penduduk dunia pada yang berkembang pada diri petani diharapkan
tahun 2050 mencapai tujuh  miliar. Badan Pusat mampu memberikan kemampuan petani
Statistik (2008) memprediksi populasi penduduk untuk terlibat dalam industri pengolahan
Indonesia tahun 2025 mencapai 273 juta jiwa. (Sumastuti, 2010). Kenyataan yang selama ini
Pertambahan jumlah penduduk dan kesadaran terlihat adalah peternak masih lemah dalam
kesehatan menyebabkan pada masa yang akan dalam menjalankan usaha secara efisien dan
datang konsumsi bijian (beras, gandum dan keterbatasan manajerial. Hal ini menunjukan
lain-lain) akan bergeser ke konsumsi sayuran, bahwa bahwa penerapan enterpreneur skill
susu, telur dan daging (FAO, 2009)⁠. Pemenuhan pada peternak masih lemah (Ramadhan, 2017).
kebutuhan tersebut diantaranya diperoleh
Kemampuan peternak mewujudkan usaha
dari konsumsi daging ayam ras. Peningkatan
peternakan ayam berkelanjutan sangat
konsumsi daging ayam didukung pula oleh
tergantung pada kapasitas yang dimiliki
fakta bahwa ayam ras pedaging adalah sumber
peternak. Kapasitas dimaknai sebagai
protein hewani yang relatif terjangkau dan
kemampuan yang dimiliki oleh peternak untuk
populer bagi konsumen (Beski, dkk., 2015).
dapat menjalankan usaha. Kapasitas berusaha
Mengacu kepada konsep pertanian yang tinggi akan menghantarkan peternak
berkelanjutan (Reijntjes, dkk., 1999), usaha mampu menjalankan usaha dengan baik dan
peternakan ayam ras pedaging dikatakan mampu mengatasi berbagai permasalahan
berlanjut bila usaha tersebut mantap secara yang muncul sehingga usaha tetap berlanjut.
ekologis, berlanjut secara ekonomi, adil dan Sebaliknya, kapasitas berusaha yang rendah
manusiawi. Hal ini terkait dengan masalah akan menyebabkan peternak bermasalah dalam

214 PANGAN, Vol. 28 No. 3 Desember 2019 : 213 – 226


hal teknis dan non teknis yang berakibat pada perusahaan yang dikenal peternak sebagai
ketidakmampuan mengatasi masalah sehingga penyuluh swasta. Kehadiran penyuluh swasta
usaha akan terhenti. Penelitian Herman, dkk., diharapkan dapat memberikan penguatan
(2008)⁠ menunjukkan bahwa keberhasilan usaha kapasitas bagi peternak dalam berusaha untuk
pertanian (termasuk peternakan) diantaranya mewujudkan keberlanjutan berusaha baik pada
dipengaruhi oleh kapasitas petani/peternak dimensi ekonomi, ekologi dan sosial.
dalam menjalankan usahanya.
Berdasarkan uraian tersebut penelitian ini
Kapasitas berusaha dalam penelitian ini bertujuan: (i) menganalisis tingkat keberlanjutan
dimaknai sebagai kemampuan yang dimiliki usaha peternakan ayam ras pedaging dan
peternak dalam menjalankan usaha peternakan tingkat kapasitas berusaha peternak; dan (ii)
ayam ras pedaging. Konsep ini mengacu pada menganalisis pengaruh kapasitas berusaha
konsep kapasitas sebagai daya yang melekat peternak terhadap keberlanjutan usaha dari
pada seseorang untuk mengelola sumberdaya dimensi ekonomi, ekologi dan sosial.
pertanian guna dapat mencapai tujuan yang
II. METODOLOGI
ditetapkan (Fatchiya, 2010)⁠, serta kapasitas
sebagai kemampuan dalam menjalankan fungsi- Penelitian dilakukan pada Agustus sampai
fungsi usaha, memecahkan masalah untuk dengan Oktober 2018 di Kabupaten Bogor
mencapai keberlanjutan (Herman, dkk., 2008)⁠. dan Kabupaten sukabumi. Kedua kabupaten
Berdasarkan masalah yang sering muncul tersebut merupakan kabupaten yang memilki
dalam peternakan ayam ras pedaging, beberapa potensi besar dalam peternakan ayam ras
kemampuan harus dimiliki peternak adalah pedaging.
kemampuan teknis, manajerial, kewirausahaan, Penelitian dirancang sebagai penelitian
kemitraan dan mengatasi masalah (Subkhie, survei terhadap peternak yang menjalankan
dkk., 2012; Burhanudin, 2014; Ramadhan, usaha secara kemitraan di Kabupaten Bogor
2017.) dan Kabupaten Sukabumi. Jumlah peternak
Usaha peternakan ayam ras pedaging kemitraan pada kedua kabupaten tersebut
merupakan kegiatan pertanian yang memerlukan sebanyak 646 peternak. Teknik pengambilan
modal besar. Kondisi ini menyebabkan pola sampel menggunakan teknik cluster random
kemitraan menjadi populer bagi peternak, sampling. Penentukan jumlah sampel dengan
karena melalui kemitraan peternak terbantu menggunakan rumus Slovin (Yamane, 1967) :
dalam penyediakan sarana produksi yang
membutuhkan modal besar (Paly, 2016; Fitriza,
dkk., 2012; Daryanto, dkk., 2015). Peternakan Di mana N adalah populasi peternak
ayam ras pedaging yang dikelola dengan pola kemitraan di dua kabupaten dan e adalah
mandiri menyebabkan investasi dan biaya besarnya kesalahan (error).
produksi ditanggung peternak, sistem ini kurang
Hasil perhitungan menunjukkan jumlah
populer pada peternak Indonesia. Kondisi ini
sampel peternak kemitraan adalah 247 orang.
berbeda dengan yang umumnya terjadi pada
Sejumlah sampel tersebut terdistribusi pada
peternakan ayam ras pedaging di Bangladesh,
dua kabupaten terpilih. Penentuan jumlah
peternakan mandiri skala kecil lebih dominan
sampel dari setiap kabupaten menggunakan
dibandingkan usaha peternakan dengan pola
pengambilan sampel secara proporsional.
kemitraan kontrak (Islam, dkk., 2010).
Berdasarkan perhitungan secara proporsional
Kemitraan melibatkan perusahaan inti ditentukan sampel di Kabupaten Bogor sebanyak
yang berkewajiban menyediakan sapronak, 110 orang dan di Kabupaten Sukabumi 137
pasar dan melakukan pembinaan terhadap orang.
peternak, sementara peternak plasma
Koleksi data selama survei adalah semua
berkewajiban menyediakan kandang, biaya
informasi yang berkaitan dengan kapasitas
operasional dan tenaga kerja. Kemitraan ini
peternak yang terdiri dari kapasitas teknis
memudahkan peternak mendapatkan sapronak
(X1), kapasitas manajerial (X2), kapasitas
dan mendapatkan pendampingan oleh petugas

Keberlanjutan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging pada Pola Kemitraan 215
Reni Suryanti, Sumardjo, Syahyuti, dan Prabowo Tjitropranoto
kewirausahaan (X3), kapasitas kemitraan (X4) peternak terhadap keberlanjutan usaha adalah
dan kapasitas memecahkan masalah (X5) serta sebagai berikut:
keberlanjutan usaha (Y), yang dituangkan dalam
...…(1)
bentuk pengisian borang pertanyaan.
Keterangan
Variabel yang diamati adalah kapasitas
teknis (X1) yang merupakan kemampuan Y = keberlanjutan usaha
dalam penyediaan input, budidaya, panen dan X1 = kapasitas teknis
pascapanen. Kapasitas manajerial (X2) yang X2 = kapasitas manajerial
merupakan kemampuan dalam perencanaan X3 = kapasitas kewirausahaan
usaha, pengorganisasian, kepemimpinan
X4 = kapasitas kemitran
dan evaluasi pelaksanaan usaha. Kapasitas
kewirausahaan (X3) yang merupakan X5 = kapasitas memcahkan masalah
kemampuan peternak dalam mengambil risiko, b1, b2, b3, b4, b5 : koefesien regresi
melakukan inovasi, memanfaatkan peluang, ϵ = error
ketekunan menjalankan usaha. Kapasitas
kemitraan (X4) terdiri atas kemampuan Keeratan hubungan kapasitas berusaha
peternak menjalin memilih perusahaan mitra, dengan keberlanjutan usaha dihitung
merencanakan kesepakatan, memahami menggunakan metode analisis korelasi Pearson
kontrak dan menjalankan kontrak dengan Product Moment dengan menggunakan rumus
konsisten. Kapasitas pemecahan masalah sebagai berikut berdasarkan Hall (2015):
(X5) yang merupakan kemampuan peternak ....…(2)
mengetahui informasi dan inovasi berkaitan
dengan masalah yang dihadapi, kemampuan
belajar dari pengalaman diri sendiri dan orang
Keterangan
lain dalam memecahkan masalah. Sedangkan
variabel dependen yang diamati adalah tingkat r = koefisien korelasi pearson
keberlanjutan usaha (Y) berupa keberlanjutan x = variabel independen
dimensi ekonomi, ekologi dan sosial. Data yang y = variabel dependen
dihimpun menggunakan skala Linkert yang n = jumlah sampel.
dimodifikasi menjadi empat tingkatan yang
merupakan jawaban terhadap pernyataan sikap III. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan tanggapan terhadap fenomena. Jawaban 3.1. Tingkat Keberlanjutan Usaha Peternakan
responden berupa data ordinal ditransformasi
Ketiga dimensi keberlanjutan menunjukkan
menjadi empat tingkatan jawaban yakni tinggi,
peternak berada pada tingkat keberlanjutan
sedang, rendang dan sangat rendah.
rendah (Tabel 1). Total skor keberlanjutan adalah
Analisis deskriptif digunakan untuk 50,13 dalam selang nilai 0 sampai dengan 100.
mengetahui tingkat keberlanjutan usaha dan Skor ini sangat rendah dari nilai yang diharapkan
kapasitas peternak dalam menjalankan usaha dengan capain skor lebih besar dari 75. Pada
peternakan ayam ras pedaging. Analisis dimensi ekonomi 30,8 persen peternak memiliki
inferensia menggunakan regresi linear berganda keberlajutan rendah dengan rataan skor 60,9
untuk menggambarkan pengaruh faktor dan dimensi ekologi 30,9 persen peternak pada
kapasitas terhadap keberlanjutan usaha. Model keberlanjutan tingkat rendah dengan rataan
yang dibangun berdasarkan pada hipotesis skor 55,7, sedangkan dimensi sosial sebanyak
bahwa keberlanjutan usaha peternakan ayam 31,2 persen termasuk kategori rendah dengan
ras pedaging dipengaruhi oleh kapasitas teknis rataan skor 33,7.
(X1), kapasitas manajerial (X2), kapasitas
3.1.1. Keberlanjutan Ekonomi
kewirausahaan (X3), kapasitas kemitraan (X4)
dan kapasitas memecahkan masalah (X5). Lebih dari 30 persen peternak ternyata
memiliki tingkat keberlanjutan ekonomi rendah
Model regresi berganda yang diterapkan
(Tabel 1). Peternak mendapatkan keuntungan
untuk mengukur pengaruh kapasitas berusaha

216 PANGAN, Vol. 28 No. 3 Desember 2019 : 213 – 226


Tabel 1. Tingkat Keberlanjutan Usaha Peternakan menyebabkan permohonan tersebut tidak
Ayam Ras Pedaging dapat dipenuhi oleh perusahaan inti. Penyuluh
swasta yang diwawancara menyatakan bahwa
mereka paham keinginan peternak dan telah
mengupayakan agar peternak mendapat
sapronak yang bermutu, namun kondisi di
perusahaan inti dan perusahaan sapronak
menyebabkan keinginan tersebut tidak selalu
dapat terwujud.
Terkait dengan pelarangan penggunaan
antibiotik, beberapa peternak menyatakan
mereka dapat mengatasi hal tersebut dengan
menggunakan bahan-bahan tertentu. Salah
seorang peternak menggunakan lalat magot
untuk meningkatkan asupan protein ayam,
sehingga tanpa penggunaan antibiotikpun
performa pertumbuhan ayam cenderung baik.
Peternak lainnya menggunakan ramuan herbal
untuk mempertahankan kondisi kesehatan dan
meningkatkan nafsu makan.
Kualitas sapronak berhubungan dengan
Keterangan: *) selang skor sangat rendah 0–25,
tingkat produksi ternak. Penggunaan pakan yang
rendah 26–50, sedang 51–75, tinggi 76–100.
sesuai kebutuhan dan bibit yang berkualitas
yang berfluktuatif bahkan beberapa peternak akan mendukung produktivitas tinggi dan
mengalami kerugian dan tidak melanjutkan efisiensi dalam usaha. Hal ini senada dengan
usahanya. pendapat Udoh dan Etim (2009)⁠ dan Mulyantini
(2010)⁠ bahwa kualitas dan kuantitas pakan
Kondisi ini didukung oleh kualitas sapronak
berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak.
seperti DOC (day old chicken) dan pakan tidak
stabil. Saat mendapatkan kualitas sapronak Kualitas sapronak yang tidak stabil dan
berkualitas, hasil produksi cenderung tinggi dan keuntungan yang berfluktuatif ternyata tidak
berdampak positif pada pedapatan peternak, membuat semua peternak berhenti menjalankan
demikan juga sebaliknya. Kondisi sapronak usaha. Keberlanjutan usaha setidaknya
saat ini dinilai peternak seringkali tidak sesuai disebabkan dua faktor yang mendorong :
kualitas yang diinginkan. DOC yang diperoleh Pertama, terkait dengan upaya mengurangi
peternak kualitasnya tidak standar, bahkan kerugian. Peternak bertahan menjalankan
terkadang mengalami kelangkaan pasokan. usaha ayam bukan karena keuntungan yang
Kondisi ini diperburuk dengan aturan pelarangan menarik, tetapi lebih pada mengurangi risiko
penggunaan antibiotik pada pakan. Pelarangan kerugian. Investasi yang dialokasikan peternak
penggunaan dimaksudkan untuk mencegah untuk memulai usaha ini cukup besar, terutama
terjadinya resistensi pada ternak dan manusia untuk membangun kandang. Peternak memilih
yang mengkonsumsi ayam ras pedaging. bertahan menjalankan usaha selama kandang
Aturan ini menimbulkan dampak menurunnya masih dapat digunakan, karena bila berhenti
produktivitas. dan kandang tidak dimanfaatkan maka kerugian
Kondisi di lapang menunjukkan bahwa semakin besar. Kondisi ini dijelaskan oleh
peternak telah berupaya untuk mendapatkan salah seorang peternak di Ciampea Kabupaten
sapronak yang berkualitas. Beberapa peternak Bogor yang mengatakan “....saya telah
secara tegas menyampaikan kepada penyuluh menghabiskan biaya 70 juta untuk membangun
swasta agar mereka diberikan sapronak kandang tersebut, kalau tidak diisi saya akan
premium, namun demikian berbagai kondisi semakin rugi...” Kondisi ini dipertegas oleh

Keberlanjutan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging pada Pola Kemitraan 217
Reni Suryanti, Sumardjo, Syahyuti, dan Prabowo Tjitropranoto
peternak di Leuwiliang menyampaikan bahwa Beberapa peternak lainnya mengganti komoditas
besarnya investasi yang telah dikeluarkan ayam ras pedaging dengan ayam petelur yang
untuk membangun kandang dan peralatannya dinilai lebih menguntungkan. Kondisi serupa
merupakan salah satu pendorong untuk ditemukan pula di beberapa desa di Kecamatan
bertahan tetap menjalankan usaha. Peternak ini Cicurug Kabupaten Sukabumi.
membangun kandang clouse house dan telah
Temuan ini tidak sesuai dengan konsep
menghabiskan dana lebih dari satu miliar rupiah.
keberlanjutan usaha pertanian secara ekonomi.
Kedua, pola kemitraan yang dijalankan Keberlanjutan ekonomi bermakna bahwa
mendorong peternak untuk tetap bertahan dalam usaha yang dijalankan memiliki produktivitas
usaha ini. Seorang peternak menyampaikan yang tinggi dan memberikan keuntungan bagi
bahwa kemitraan yang dijalankan memberi petani (Reijntjes, dkk., 1999; Salikin, 2003)⁠.
kemudahan bagi peternak untuk berusaha Keuntungan tersebut dinikmati petani saat ini
karena pihak inti memenuhi kebutuhan dan bertahan pada masa yang akan datang.
sapronak, peternak juga mendapat pembinaan
Kemitraan yang dijalankan seyogyanya
dari penyuluh perusahaan. Walaupun beberapa
memberikan manfaat bagi kedua belah pihak,
periode produksi mengalami kerugian, peternak
perusahaan inti dan peternak plasma. Bagi
tetap bertahan untuk melanjutkan usaha dengan
perusahaan, keuntungan pola kemitraan
pola kemitraan. Kemudahan lainnya, pihak inti
diperoleh bila peternakan memiliki produktivitas
memberikan pinjaman biaya operasional bila
usaha yang baik sehingga target produksi
peternak mengalami kerugian. Pola kemitraan
tercapai (Hanum, dkk., 2011). Bagi peternak
mengharuskan peternak menyediakan biaya
pola kemitraan memudahkan mereka
operasional usaha yang dialokasikan untuk
memperoleh sapronak dan pasar produk serta
membeli sekam, listrik, pemanas dan gaji
memperoleh provit yang baik (Bahari, dkk., 2012;
karyawan. Kondisi serupa disampaikan oleh
Suwinggadana, dkk., 2013). Tidak berjalannya
peternak lain yang beberapa periode pada tahun
kondisi ideal kemitraan menyebabkan kedua
2017 dan 2018 mengalami kerugian karena
belah pihak tidak maksimal memperoleh
tingginya angka mortalitas dan pertumbuhan
keuntungan dari pola kemitraan.
ayam yang tidak maksimal. Langkah yang
dilakukan oleh peternak untuk mengatasi Upaya untuk mewujudkan kemitraan
kerugian adalah dengan mencari mitra inti yang yang lebih baik dapat dilakukan dengan
dinilai dapat membantu mengatasi keterbatasan melakukan beberapa langkah strategis;
dana operasional. Adanya bantuan dana pertama perusahaan harus lebih memerhatikan
operasional dan sapronak dari perusahaan inti kepentingan peternak. Bahari, dkk. (2013)
membuat usaha peternakan tetap berlanjut. menyatakan bahwa keikutsertaan peternak
dalam kemitraan dipengaruhi oleh frekuensi
Kondisi berbeda ditemukan pada beberapa
penyuluhan, motivasi risiko dan motivasi
peternak. Kerugian yang beruntun pada
pendapatan. Terkait hal tersebut perusahan
beberapa kali periode produksi menyebabkan
inti semestinya memerhatikan kegiatan
peternak mengalami pailit dan terbelit utang
penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh
(Leman, 2008). Hasil produksi hanya digunakan
mereka, meminimalkan risiko berusaha serta
untuk membayar utang sehingga tidak ada
mewujudkan peningkatan pendapatan peternak.
dana untuk kebutuhan lainnya. Kemitraan
Kedua, peternak seharusnya memiliki komitmen
yang dijalankan dinilai tidak memberikan solusi
yang tinggi dalam kemitraan. Peternak harus
atas kerugian yang mereka alamai. Kondisi ini
berkomitmen untuk menjalankan kesepakatan
menyebabkan banyak peternak di Kecamatan
kemitraan dan mengikuti prosedur yang telah
Kelapa Nunggal Kabupaten Sukabumi
ditetapkan dalam kesepakatan kemitraan.
menghentikan usaha peternakan ayam ras
pedaging dan mencari sumber nafkah lainnya. 3.1.2. Keberlanjutan Ekologi
Beberapa peternak di kecamatan ini ada yang Sebanyak 39,9 persen peternak ternyata
memanfaatkan kandang untuk disewakan pada memiliki tingkat keberlanjutan ekologi yang
perusahaan atau peternak dari luar kecamatan. rendah. Peternak yang termasuk kategori ini

218 PANGAN, Vol. 28 No. 3 Desember 2019 : 213 – 226


terlihat kurang melakukan proses pemeliharan dapat mengurangi kadar air kotoran ayam.
kebersihan kandang sesuai anjuran. Peternak Peternak dengan populasi ternak kecil
tidak disiplin mengganti alas (litter) yang basah cenderung mengabaikan aspek ini. Faktor
sehingga menyebabkan kandang lembab. biaya produksi menjadi alasan keengganan
Beberapa peternak membersihkan kandang peternak menggunakan suplemen tersebut.
dengan mengangkat limbah keluar kandang Penggunaan suplemen akan menambah biaya
dan mencuci kandang dengan air tanpa produksi. Peternak kecil dengan modal terbatas
membersihkan dengan disinfektan. Peternak dan keuntungan yang tidak menentu akan
menumpuk karung limbah peternakan di sekitar mempertimbangkan biaya tersebut.
kandang. Kondisi kurangnya perhatian peternak
Kebersihan kandang merupakan hal
terhadap kebersihan kandang disampaikan juga
penting yang harus diperhatikan dalam usaha
oleh Suyitman, dkk. (2009)⁠⁠.
peternakan ayam. Siklus usaha mengalokasikan
Permasalahan utama dimensi ekologi pada waktu sekitar dua minggu atau lebih antara
peternakan ayam adalah penumpukan amonia panen dengan pengisian DOC (chick in) yang
yang berasal dari kotoran (feces) ayam. Ayam digunakan untuk membersihkan kandang.
mengekskresikan kotoran yang mengandung Alokasi waktu tersebut digunakan untuk
nitrogen. Tumpukan limbah tersebut oleh menyiapkan kandang agar sesuai dengan
mikroorganisme diuraikan sehingga menambah standar biosecurity yang diperlukan. Diawali
jumlah amonia (Kutu, dkk., 2019). Hussein, dengan mengangkat kotoran ternak dan sekam
dkk. (2017) menambahkan bahwa kondisi keluar kandang dan dilanjutkan dengan mencuci
tersebut juga didukung oleh suhu yang hangat, kandang dan menyemprot dengan disinfektan.
kelembaban tinggi, pH sedikit di atas normal Limbah berupa kotoran, sisa pakan dan sekam
dan bahan jumlah kotoran yang melimpah. dimasukan ke dalam karung dan dibawa ke
Hal ini merupakan tantangan tersendiri pada luar peternakan. Setelah kandang kosong dari
peternakan di daerah tropis, karena memiliki limbah, dilanjutkan dengan mencuci kandang
tingkat kelembaban yang tinggi dan suhu yang dan menyemprot kandang dengan disinfektan.
hangat. Semua bagian kandang dan peralatan yang
digunakan mendapatkan perlakuan tersebut.
Kondisi tersebut diatasi dengan pemberian
Rutinitas ini dilakukan secara teratur mengikuti
alas (litter) pada kandang. Umumnya peternak
siklus panen.
di lokasi penelitian menggunakan sekam padi
sebagai litter. Penggunaaan sekam padi mampu Upaya yang dapat dilakukan untuk
menyerap kotoran dan sisa pakan sehingga meningkatkan kesadaran peternak terhadap
kondisi lembab dapat dihindari. Penggunaan kebersihan lingkungan adalah dengan
sekam padi merupakan alternatif yang baik memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada
sebagai bahan litter selain serutan kayu karena peternak. Peternak harus disadarkan bahwa
kemampuannya mengontrol kelembaban dan kebersihan lingkungan tidak hanya berdampak
mengurangi emisi amonia (Garcia, dkk., 2012). pada turunnya produksi karena terganggunya
Kondisi kandang harus tetap dalam keadaan kesehatan ternak tetapi dapat mengancam
bersih dan kering. Kedisiplinan petugas keberlangsungan usaha bila masyarakat mulai
kandang untuk segera mengganti sekam ketika merasakan dampak negatif dari bau dan lalat
alas kandang telah basah menjadi penentu dari kandang yang tidak bersih. Suyitman, dkk.
terjaganya kondisi kebersihan kandang. Scoot, (2009)⁠ menyatakan hal yang sama, bahwa
dkk. (2017) menambahkan bahwa peternak penyuluhan kepada peternak sangat diperlukan
yang manajerial telah baik mampu mengontrol agar peternak memiliki kesadaran menjaga
pekerja kandang untuk melakukan teknis kebersihan kandang.
pemeliharaan sesuai dengan yang disarankan.
Sebagian peternak telah memiliki kesadaran
Tindakan lain yang dilakukan adalah akan pentingnya kebersihan kandang dan
dengan memberikan suplemen pakan yang lingkungan (Tabel 1). Seorang peternak di
dapat mengurangi kelembaban kotoran Ciampea Kabupaten Bogor menyatakan
ayam. Penggunaan suplemen tersebut keberhasilan usaha peternakan ayam sangat

Keberlanjutan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging pada Pola Kemitraan 219
Reni Suryanti, Sumardjo, Syahyuti, dan Prabowo Tjitropranoto
tergantung pada kebersihan dan sanitasi kandang yang memiliki pengalaman dan
kandang dan lingkungan sekitar. Bila peternak berasal dari wilayah lain, sehingga masyarakat
tidak memerhatikan aspek ekologi terutama sekitar tidak dilibatkan. Peternakan ayam ras
masalah sanitasi kandang dan peralatan maka pedaging cenderung tertutup dan tidak dapat
akan berakibat fatal bagi produktivitas usaha. diamati masyarakat sekitar secara langsung
Perhatian yang kurang pada aspek ekologis untuk menjaga kondisi lingkungan akibat usaha
ini akan meningkatkan intensitas penyakit dan peternakan (Perry dan Grace, 2009). Hal ini
kematian ternak. menyebabkan usaha peternakan yang dilakukan
tidak mudah menyebar pada masyarakat lain.
Ternak ayam broiler mengeluarkan kotoran/
Hubungan peternak dengan masyarakat sekitar
limbah sebanyak 0,15 kg/ekor/hari. Limbah
relatif baik, namun hubungan tersebut tidak
tersebut merupakan sumberdaya potensial
berkaitan khusus dengan usaha peternakan.
yang dapat dimanfaatkan peternak. Peternak
Kondisi ini menunjukkan usaha peternakan
memanfaatkan limbah tersebut sebagai pupuk
tidak memberi dampak sosial bagi masyarakat.
kandang yang sangat dibutuhkan oleh petani.
Dampak yang terlihat sebatas bantuan yang
Upaya pemanfaatan limbah tersebut sebagai
diberikan peternak kepada masyarakat sekitar
pupuk kandang selain memberi keuntungan
dan terjalinnya hubungan baik antara peternak
finansial bagi peternak juga membantu
dengan masyarakat sekitar (Wanjugu, 2015).
mengatasi permasalahan ekologis di peternakan
Peterrnakan yang dijalankan tidak
Upaya yang dilakukan oleh peternak
menimbulkan konflik dengan masyarakat.
untuk mengurangi bau dan lalat serta menjaga
Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal
kebersihan peternakan dan lingkungan
yang telah diakukan peternak. Pertama, sejak
menunjukan bahwa peternak telah memiliki
awal perencanaan pendirian usaha, peternak
kesadaran mengenai aspek ekologi dalam usaha
telah melakukan serangkaian proses perizinan
peternakan ayam. Kondisi ini juga didorong
kepada masyarakat melalui koordinasi dengan
adanya kesadaran dan kepedulian masyarakat
RT, RW dan desa. Setelah mendapatkan izin
sekitar akan dampak ekologis yang muncul
dari desa barulah usaha dapat dijalankan.
dari peternakan. Bau dan lalat adalah risiko
Perizinan dicukupkan sampai pada tingkat
usaha peternakan yang dapat menimbulkan
desa karena usaha yang dijalankan umumnya
konflik dengan masyarakat sekitar. Kontrol dari
adalah skala usaha peternakan rakyat yang
masyarakat perlu ditindaklanjuti dengan adanya
menurut aturan cukup perizinan lingkungan
pemantauan oleh peternak dan masyarakat
pada tingkat desa. Izin dari masyarakat juga
sekitar agar kondisi lingkungan tetap terjaga
merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk
sehingga usaha dapat berkelanjutan.
menjalin kemitraan dengan inti. Kedua, selama
3.1.3. Keberlanjutan Sosial peternakan berjalan, peternak memberikan
Sejumlah 32,2 persen peternak ternyata konpensasi usaha kepada masayarakat sekitar.
termasuk kategori rendah dalam keberlanjutan Menurut peternak, mereka mengalokasikan
dimensi sosial (Tabel 1). Dimensi sosial sejumlah ayam hasil panen untuk diberikan
menunjukkan sejauh mana usaha peternakan kepada masyaraat sekitar kandang. Pembagian
berjalan sesuai dengan norma-norma yang ada ayam ini dilakukan setiap panen. Beberapa
di tengah masyarakat dan memberikan dampak peternak dengan skala yang cukup besar selain
sosial pada masyarakat (Salikin, 2003). Usaha memberikan hasil panen juga mengalokasikan
peternakan yang dijalankan dapat diterima sejumlah dana untuk masjid disekitar lokasi
oleh masyarakat, dan tenaga kerja harian kandang. Ada juga peternak yang memberikan
(buruh harian) yang dibutuhkan berasal dari bantuan sosial kepada masyarakat sekitar
masyarakat. Beberapa peternak memilih tenaga dengan membangun jalan dan sumbangan saat
kerja petugas kandang dari wilayah lain. Petugas ada kegiatan masyarakat. Ketiga, telah menjadi
kandang biasanya adalah orang yang telah kesepakatan bahwa dengan membuka usaha
berpengalaman dalam pemeliharaan ayam ras dilokasi tertentu, peternak harus melibatkan
pedaging. Peternak lebih percaya pada petugas masyarakat sekitar menjadi tenaga kerja tetap
atau buruh harian. Buruh harian yang diperlukan

220 PANGAN, Vol. 28 No. 3 Desember 2019 : 213 – 226


saat panen, membersihkan kandang dan saat 3.2. Kapasitas Berusaha Peternak
kedatangan pakan, umumnya menggunakan
Kapasitas berusaha peternak lemah, dengan
jasa masyarakat sekitar. Tenaga kerja tetap
total skor 60,5 pada selang nilai 0 sampai dengan
yang berasal dari masyrakat sekitar biasanya
100 (Tabel 2). Kemampuan yang terkategori
sebagai petugas kemanan. Tenaga kerja tetap
tinggi hanya kemampuan teknis, sedangkan
sebagai petugas kandang berasal dari luar
kemampuan lainnya lemah.
lingkungan, karena peternak kesulitan untuk
mengatur petugas kandang yang berasal dari Sebanyak 66,40 persen peternak ternyata
masyarakat sekitar. Tenaga yang didatangkan memiliki kemampuan manajerial rendah dan
dari luar biasanya adalah tenaga yang sudah 59,60 persen peternak memiliki kemampuan
berpengalaman bekerja pada peternakan ayam. kemitraan rendah (Tabel 2). Rendahnya
kemampuan manajerial terlihat dari rendahnya
Langkah yang diambil peternak dengan
kemampuan peternak dalam membuat
koordinasi dan melibatkan masyarakat sejak
perencanaan usaha, mengelola sumberdaya
awal pendirian kandang, serta kompensasi yang
manusia yang terlibat, mengatur agar usaha
diberikan terhadap mesayarakat menyebabkan
berjalan dan memberikan keuntungan.
keberadaan peternakan dapat berlanjut.
Kemampuan kemitraan yang rendah
Peternak dapat menjalin hubungan baik dengan
menunjukkan peternak belum mampu
tokoh masyarakat dan pemerintahan desa.
memperoleh manfaat besar dalam kemitraan.
Hubungan baik juga dijalin peternak dengan
Peternak melakukan kerja sama kemitraan
petugas kandang dan penyuluh peruhaan
dengan perusahaan inti, tetapi peternak berada
pada posisi yang lebih rendah. Peternak tidak
Tabel 2. Sebaran Responden Peternak Menurut dapat memberikan usulan atas isi kesepakatan
Tingkat Kapasitas yang telah ditetapkan perusahaan. Rendahnya
kapasitas kemitraan peternak ditemukan juga oleh
Indarsih, dkk. (2010); Kalio dan Okafor (2012).
Rendahnya kedua kemampuan ini menyebabkan
peternak tidak dapat mengembangkan usaha.
Upaya untuk memperbaiki kapasitas
peternak dalam berusaha perlu dilakukan guna
mendukung keberlanjutan usaha. Upaya ini
dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan
dan pelatihan serta penyuluhan kepada peternak
(Egbe, 2015). Bounds dan Zinyemba (2018)
menyatakan perlunya dilakukan pelatihan bagi
peternak sebelum usaha dilakukan. Upaya
untuk meningkatkan kapasitas peternak dapat
dilakukan dengan memberikan bimbingan
kepada peternak terkait dengan kapasitas
menejerial dan kemitraan. Bimbingan yang
dapat direkomendaiskan misalnya adalah
bimbingan tentang perencanaan usaha,
keuangan, membuka jejaring usaha serta
advokasi kemitraan.
3.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Keberlanjutan Usaha
Keberlanjutan usaha dipengaruhi oleh
kapasitas berusaha peternak. Variabel kapasitas
Keterangan: *) selang skor sangat rendah 0 – 25, yang memengaruhi keberlanjutan usaha dapat
rendah 16 – 50, sedang 51 – 75, tinggi 76 – 100 dilihat pada Tabel 3.

Keberlanjutan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging pada Pola Kemitraan 221
Reni Suryanti, Sumardjo, Syahyuti, dan Prabowo Tjitropranoto
Tabel 3. Koefesien Regresi Pengaruh Kapasitas Tabel 4. Koefisien Korelasi antara Kapasitas
terhadap Usaha Peternak Ayam Ras dengan Keberlanjutan Usaha Peternakan
Pedaging Berkelanjutan Ayam Ras Pedaging

Keterangan: *nyata pada α<0,05 dan ** sangat


Keterangan: *nyata pada α<0,05 dan **sangat nyata nyata pada α <0,01.
pada α <0,01
agar produksi baik. Hasil temuan di lapang
Usaha peternakan ayam ras pedaging memperlihatkan bahwa menurut peternak
sangat menekankan aspek teknis. Hal ini terlihat pembinaan yang dilakukan oleh penyuluh
dari signifikansi kemampuan teknis dalam swasta berkaitan dengan cara beternak yang
memengaruhi keberlanjutan berusaha (Tabel baik, mulai dari teknis perlakuan terhadap
3). Hal ini juga ditekankan dalam pembinaan DOC, kondisi kandang, pemberian pakan dan
yang dilakukan oleh penyuluh swasta, bahwa obat-obatan, memantau pertumbuhan dengan
peternak harus menjalankan usaha dengan melakukan penimbangan secara berkala
teknis yang benar sesuai dengan yang sampai dengan penentuan panen. Penyuluh
dianjurkan perusahaan. Kemampuan teknis swasta secara teratur mengontrol jalannya
tersebut penting untuk dikuasai peternak, mulai usaha seperti mengecek berapa banyak pakan
dari persiapan kandang, penanganan DOC, yang telah dihabiskan, bagaimana pertumbuhan
pemberian pakan dan obat-obatan sampai ayam dan hal teknis lain dalam budidaya.
dengan saat panen. Penyuluh swasta secara Kondisi ini beralasan karena penyuluh swasta
aktif mengunjungi peternak untuk memastikan memiliki target produksi dari perusahaan. Target
bahwa usaha yang dijalankan peternak telah itu membuat mereka harus mengawal peternak
sesuai dengan prosedur teknis yang telah untuk berusaha sesuai dengan teknis yang
ditentukan. telah direkomendasikan perusahaan agar target
Pengaruh kemampuan teknis terhadap produksi tercapai.
keberlanjutan menunjukkan bahwa dengan Pada dimensi ekonomi, variabel yang
semakin tingginya kemampuan teknis peternak berhubungan dengan keberlanjutan selain
maka keberlanjutan usaha semakin tinggi pula. kemampuan teknis adalah kapasitas
Hubungan antara kemampuan teknis dengan kewirausahaan. Kapasitas kewirausahaan
dimensi keberlanjutan dapat dilihat melalui berkaitan dengan kemampuan dan perilaku
hasil analisis korelasi antara variabel kapasitas seseorang dalam menghadapi tantangan hidup
dengan indikator keberlanjutan seperti terlihat untuk memperoleh peluang dengan berbagai
pada Tabel 4. risiko yang mungkin dihadapi (Sumastuti, 2010)⁠.
Tabel 4. menunjukkan bahwa kemampuan Kapasitas kewirausahaan diperlukan untuk
teknis merupakan variabel yang berhubungan mendukung keberlanjutan usaha. Peternak
kuat dengan keberlanjutan usaha pada dimensi yang memiliki kapasitas kewirausahaan yang
ekonomi, ekologi dan sosial. Hal ini menunjukkan baik akan terdorong melakukan perluasan
bahwa kapasitas teknis merupakan kemampuan ekonomi dan lebih dapat mengidentifikasi dan
yang dibutuhkan dalam usaha untuk menjaga memanfaatkan produk baru (Burhanuddin,
keberlanjutan usaha. Penyuluh swasta sebagai 2014)⁠. Kapasitas kewirausahaan juga terlihat
penyuluh yang dominan perannya dalam kegiatan dari kemampuan berproduksi dengan baik,
usaha ini juga menekankan kemampuan teknis berani mengambil risiko, mampu melakukan

222 PANGAN, Vol. 28 No. 3 Desember 2019 : 213 – 226


inovasi, mampu memanfatkan peluang serta terjadi proses transformasi ilmu dan teknologi yang
tekun dalam menjalankan usaha (Sumastuti, dapat memberikan dampak bagi masyarakat
2010)⁠. Hal senada disampaikan juga oleh sekitar. Pembinaan yang dilakukan penyuluh pada
Morris, dkk. (2017). petani tanaman pangan umumnya berkelompok
sehingga informasi dapat menyebar ke sesama
Keberlanjutan pada dimensi ekologi memiliki
petani.
hubungan dengan kapasitas teknis dan
manajerial. Kapasitas teknis dan manajerial Berbeda dengan komoditas ayam di mana
diperlukan dalam mengelola usaha yang usaha ini lebih bersifat tertutup. Masyarakat hanya
ramah secara ekologi. Keberlanjutan ekologi mengetahui bahwa di lokasi tertentu terdapat
menggambarkan bahwa usaha yang dijalankan peternakan ayam, tetapi mereka tidak dapat
telah memperhatikan aspek sanitasi, ramah melihat secara langsung apa yang dilakukan
lingkungan dan pengolahan limbah yang peternak dan bagimana peternak mengelolanya.
baik. Keberlanjutan ekologi memerlukan Karakteristik ini tidak menjadikan masyarakat
kapasitas teknis untuk menjalankan prosedur dekat dengan peternak dalam konteks usaha,
biosecurity seperti penanganan kebersihan dan tidak tertarik untuk mencontoh dan mencoba
dan pengolahan limbah. Keberlanjutan secara usaha yang sama. Kondisi ini ditemukan pada
ekologi juga memerlukan manajemen usaha banyak lokasi peternakan, di mana keberadaan
yang baik dengan pengalokasikan sumberdaya peternakan dalam satu kawasan tidak
dan tenaga untuk penangan biosecurity. memberikan dampak munculnya peternak baru
di lokasi tersebut. Bahkan keberhasilan seorang
Keberlanjutan sosial secara negatif
peternak dikawasan tersebut tidak menjadi
berhubungan dengan kapasitas teknis, manajerial
contoh dan penggugah bagi masyarakat lain
dan kewirausahaan. Hubungan negatif
untuk melakukan usaha yang sama.
menunjukkan bahwa kapasitas teknis, manajerial
dan kewirausahaan yang dimiliki peternak IV. KESIMPULAN
hanya dimanfaatkan untuk peternakan tersebut
Keberlanjutan usaha peternakan ayam ras
dan tidak memberikan dampak sosial kepada
pedaging rendah. Kapasitas berusaha peternak
masayarakat sekitar. Kemampuan tersebut
lemah, terutama pada aspek manajerial dan
tidak digunakan untuk penyebaran pengetahuan
kemitraan. Peternak membutuhkan penguatan
kepada masyarakat sekitar agar masyarakat
kemampuan pada aspek manajerial dan
mengetahui secara luas tentang peternakan dan
kemitraan.
memberi dampak sosial kepada masyarakat.
Beberapa peternak telah memanfaatkan Rendahnya keberlanjutan usaha peternakan
masyarakat sekitar sebagai tenaga kerja. ayam ras pedaging merupakan dampak dari
Peternak juga mengeluarkan kompensasi lemahnya kapasitas berusaha peternak, sehingga
berusaha yang mereka katakan sebagai biaya perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan
sosial dalam bentuk sumbangan hasil panen kapasitas. Peningkatan kapasitas berusaha
untuk masyarakat sekitar, memberikan bantuan peternak pada pola usaha kemitraan ini dapat
kepada masjid, membantu pembangunan jalan dilakukan melalui kegiatan pelatihan maupun
dan kegiatan sosial lain di desa. Keterlibatan penyuluhan.
masyarakat dalam usaha dan bantuan yang Usaha peternakan ayam ras pedaging dengan
diberikan ternyata tidak memberikan dampak pola kemitraan telah membawa konsekuensi
keberlanjutan sosial bagi masyarakat sekitar. kehadiran penyuluh swasta di tengah peternak.
Kondisi peternakan ayam berbeda dengan Upaya peningkatan kapasitas peternak dapat
komoditas tanaman pangan ataupun holtikultura dilakukan dengan memperbaiki pola penyuluhan
di mana usaha yang dijalankan bersifat terbuka. oleh penyuluh swasta.
Pada komoditas tanaman pangan usaha yang DAFTAR PUSTAKA
dilakukan petani dapat diamati oleh masyarakat
sekitar. Hal-hal positif yang diterapkan petani Badan Pusat Statistik. 2008. Proyeksi Penduduk
Indonesia 2010-2035. Kerjasma BPS, Bapenas
dalam berusaha tani secara langsung terlihat
dan UNFPA. Jakarta. BPS.
oleh masyarakat dan petani lainnya sehingga
Bahari., Muslich M.M., Hanafi N, Nugroho BA. 2013.

Keberlanjutan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging pada Pola Kemitraan 223
Reni Suryanti, Sumardjo, Syahyuti, dan Prabowo Tjitropranoto
Analisis Contract Farming Usaha Ayam Broiler. Pengembangan Kemitraan Ternak Ayam Broiler
Jurnal Agro Ekonomi. 30 (2):109–127. PT XYZ. Jurnal Manajemen dan Usaha Vol 8
Battye, R., Battye, C., and Fudge, O. 1994. No 2:75–83.
Development and selection of ammonia Herman, S., Sumardjo, Asngari, P., Tjitropranoto, P.,
emission. U.S. Environmental Protection Agency dan Susanto, D. 2008. Kapasitas Petani dalam
Office of Research and Development EPA Final Mewujudkan Keberhsilan Usaha Pertanian;
Report. Washington, D.C. Kasus Petani Sayuran di Kabupaten Pasuruan
Beski, S. S. M., R. A. Swick and P.A. Iji. 2015. dan Kabuaten malang Provinsi Jawa Timur.
Specialized protein products in broiler chicken Jurnal Penyuluhan. Vol. 4 No.1: 11–20.
nutrition: A review. Animal Nutrition. Vol. 1 No Hussein, M. S., Burra, K. G., Amano, R. S., and
(2): 47–53. Gupta, A. K. (2017). Temperature and Gasifying
Bounds, M., Zinyemba O. 2018. Poultry farming: Media Effects on Chicken Manure Pyrolysis and
lessening poverty in rural areas. S. Afr. J. Gasification. Fuel. Vol. 202: 36–45.
Agric. Ext. 46 (1): 59–70. doi:http://dx.doi. Indarsih, B., Tamsil, M. H. and Nugroho M. P.
org/10.17159/2413-3221/2018/v46n1a436. 2010. A Study of Contract Broiler Production in
Burhanuddin. 2014. Pengaruh Aktivitas Lombok, NTB: An Opportunity of Introducing
Kewirausahaan Peternakan Ayam Broiler Syariah Partnership, Media Peternakan. Vol. 33
terhadap Pertumbuhan Bisnis Peternakan di No.2:124–130.
Indonesia. Disertasi pada Insitut Pertanian Islam, S., Takashi, S., Quamrun, K., and Chhabi,
Bogor. N. 2010. Current Scenario of the Small-scale
Daryanto, Supardi, S., dan Subekti, E. 2015. Analisis Broiler Farming in Bangladesh : Potentials for
Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging Pola the Future Projection. International Journal of
Kemitraan Inti –Plasma: Studi Kasus Peternak Poultry Science. Vol. 9. No. 5: 440–445.
Plasma PT. Genesis di Kecamatan Grabag Kalio, G. A. and B. B. Okafor. 2012. Response of
Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Mediagro. Broilers to Two Management Systems of Housing
Vol. 11 No.1: 92–105. in Etche Local Government Area of Rivers State,
Egbe, B.O. 2015. Analysis of Farm Management Nigeria. Asian Journal of Agriculture and Rural
Skills of Poultry Production Operators in Ebonyi Developmet. Vol. 2 No.2:184–188.
State. JEPER Vol. 2 No. 1: 29–33. Kutu, F. R., Mokase, T. J., Dada, O. A., and Rhode,
European Commission Agriculture Directorate- O. H. J. 2019. Assessing Microbial Population
General. 2001. A Framework for Indicators Dynamics, Enzyme Activities and Phosphorus
for the Economic and Social Dimensions of Availability Indices during Phospho-Compost
Sustainable Agriculture and Rural Development. Production. International Journal of Recycling of
Organic Waste in Agriculture. Vol. 8, No. 1:87–
FAO. 2009. The State of Good and Agriculture.
97.
Roma: Food and Agriculture Organization of the
United Nations. Lerman, V. 2008. Farm Debt in Transition: The
Problem and Possible Solutions. FAO Regional
FAO-WSFS. 2009. Feeding the World in 2050. Roma:
Office for Europe and Central Asia Policy Studies
World Summit on Food Security.
on Rural Transition . pp 32.
Fatchiya, A. 2010. Tingkat Kapasitas Pembudidaya
Morris, W., A. Henley and Dowell, D. 2017. Farm
Ikan dalam Mengelola Usaha Akuakultur secara
Diversification, Entrepreneurship and Technology
Berkelanjutan. Jurnal Penyuluhan, Vol. 6 No.1:
Adoption: Analysis Of Upland Farmers in Wales.
74–83.
Journal of Rural Studies. Vol. 53:132–143.
Fitriza, Y. T., Haryadi, F. T., dan Syahlani, S. P. 2012.
Mulyantini. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas.
Analisis Pendapatan dan Persepsi Peternak
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Plasma terhadap Kontrak Perjanjian Pola
Kemitraan Ayam Pedaging di Propinsi Lampung. Paly, M. B. 2016. Analisis Profitabilitas Peternakan
Buletin Peternakan. Vol. 36 No. 1: 57–65. Broiler Pola Kemitraan Berdasarkan Skala
Kepemilikan di Kecamatan Bontonompo
Garcia, R. G., Almeida Paz, I. C. L., Caldara, F. R.,
Kabupaten Gowa. Jurnal Ilmu Dan Industri
Pereira, D. F., and Ferreira, V. M. O. S. 2012.
Perternakan. Vol. 3 No.1: 64–78.
Selecting the Most Adequate Bedding Material
for Broiler Production in Brazil. Brazilian Journal Pastika, K. W., Suparta, N., dan Dewi, G. A. M. K.
of Poultry Science. Vol 14 No.2:71–158. 2016. Hubungan Tingkat Pendapatan dan
Kepuasan Peternak dengan Loyalitas sebagai
Hall, G. 2015. Pearson’s Correlation Coefficient. : 1–4
Plasma pada Kemitraan Ayam Broiler di
Hanum, L., B. Sanim, dan A. Maulana. 2011. Strategi Kabupaten Tabanan. Majalah Ilmiah Peternakan.

224 PANGAN, Vol. 28 No. 3 Desember 2019 : 213 – 226


Vol. 19 No. 1:18–23. Vol. 3 No. 1 :1–12.
Perry, B., and Grace, D. 2009. The impacts of Yamane, T. 1967. Statistics: An Introductory Analysis,
livestock diseases and their control on growth 2nd Ed., New York: Harper and Row.
and development processes that are pro-poor.
Philosophical Transactions of the Royal Society BIODATA PENULIS:
B. Biological Sciences. Vol. 364 No. 1530:2643–
2655. Reni Suryanti dilahirkan di Matur, 3 April 1977.
Menyelesaikan pendidikan S1 ilmu nutrisi dan
Rachmawati, S. 2000. Upaya Pengelolaan
makanan ternak Fakultas Peternakan Institut
Lingkungan Usaha Peternakan Ayam. Wartazoa.
Pertanian Bogor tahun 2001, pendidikan S2
Vol. 9 No. 2:73–80.
pembangunan wilayah pedesaan di Universitas
Ramadhan, R. P. 2017. Pengaruh Perilaku Andalas Padang, tahun 2011. Saat ini sedang
Kewirausahaan dan Kompetensi Kewirausahaan menyelesaikan pendidikan S3 ilmu penyuluhan
Peternak terhadap kinerja Usaha Peternakan pembangunan di Institut Pertanian Bogor.
Ayam Ras Pedaging di Kabupaten. Tesis pada
Institut Pertanian Bogor. Sumardjo dilahirkan di Sukoharjo, 25 Februari
1958. Menyelesaikan pendidikan S1 sosial
Reijntjes, C., Havekort, B., and Bayer, A. W. 1999.
ekonomi pertanian di Institut Pertanian Bogor (IPB)
Pertanian Masa Depan, Pengantar untuk
tahun 1982. Pendidikan S2 sosiologi pedesaaan di
Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar
IPB tahun 1988 serta pendidikan S3 penyuluhan
Rendah (E. Fliert van de E, Hidayat B, Ed.).
pembangunan di IPB tahun 1999.
Yogyakarta: Kanisius.
Salikin, K. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Syahyuti dilahirkan di Padang Pariaman tahun
Yogyakarya: Kanisius. 1967. Menyelesaikan pendidikan S1 komunikasi
penyuluhan pertanian IPB tahun 1991, pendidikan
Scott, A. B., Singh, M., Toribio, J.-A., Hernandez-
S2 di sosiologi pedesaan IPB pada tahun 2002,
Jover, M., Barnes, B., Glass, K., Moloney. B. dan
dan pendidikan S3 Sosiologi di Universitas
Groves, P. 2017. Comparisons of management
Indonesia tahun 2012.
practices and farm design on Australian
commercial layer and meat chicken farms: Prabowo Tjitropranoto dilahirkan di Jombang
Cage, barn and free range. PLOS ONE, Vol. 12 26 Mei 1939. Menyelesaikan pendidikan Akademi
No. 11: 1–17. Kementerian Pertanian Jurusan Penyelidikan
Subkhie, H., Suryahadi, & Saleh, A. 2012. Analisis Pertanian, tahun 1961. Pendidikan S2 agronomi di
Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Pedaging Mississipi State University, tahun 1973. Program
dengan Pola Kemitraan di Kecamatan Ciampea PhD in Extension Education di University of the
Kabupaten Bogor. Manajemen IKM. Vol. 7 No. Philippines Los Banos, tahun 1977.
1:. 54–63.
Sumastuti, E. 2010. Jiwa Entrepreneurship untuk
Mewujudkan Ketahanan Pangan. JEJAK, Vol. 3
No. 1: 83–89.
Suwianggadana, I.P.A., Suciani dan Sariani, N.P.
2013. Analisis Finansial Usaha Peternakan
Ayam Pedaging dengan Pola Kemitraan. Jurnal
Peternakan Tropika. 1(2): 58-68.
Suyitman, S., Sutjahjo, S. H., Herison, C., dan
Muladno. 2009. Status Keberlanjutan Wilayah
Berbasis Peternakan di Kabupaten Situbondo
untuk Pengembangan Kawasan Agropolitan.
Jurnal Agro Ekonomi. Vol. 27 No. 2: 165–191.
Udoh, E. J., and Etim, N. A. 2009. Measurement of
Farm Level Efficiency of Broiler Production in
Uyo, Akwa Ibom State, Nigeria. World Journal of
Agricultural Sciences. Vol. 5:832–836.
Wanjugu, N.P. 2015. Social- economics influence
on indigenous poultry production project in
Kenya. A case of Machakos indigenous poultry.
International Journal of Education and Research

Keberlanjutan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging pada Pola Kemitraan 225
Reni Suryanti, Sumardjo, Syahyuti, dan Prabowo Tjitropranoto
226 PANGAN, Vol. 28 No. 3 Desember 2019 : 213 – 226

Anda mungkin juga menyukai