Pola Kemitraan
Sustainability of Broiler Farming on Partnership Pattern
Reni Suryanti1, Sumardjo2, Syahyuti3, dan Prabowo Tjitropranoto2
1
Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor , Badan PPSDMP – Kementerian Pertanian,
Jl. Arya Suryalaga (d/a Cibalagung) No. 1 Bogor – Jawa Barat 16001
2
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
Jl. Raya Dramaga Kampus IPB Dramaga Bogor – Jawa Barat 16680
3
Pusat Ekonomi dan Kebijkan Pertanian
Kampus Penelitian CimangguJl. Tentara Pelajar No. 3B, Kota Bogor 16111
Email : renijurnalpangan@gmail.com
ABSTRACT
The low level of sustainability of broiler farming is related to the small business capacity of farmers.
This condition causes sustainability was weak at an economic, ecological, and social dimension. The
study aims to analyze the level of sustainability of broiler farming on partnership patterns and analyze
the influence of capacity on the sustainability of its business. The study involved 247 broiler farmers in
Sukabumi and Bogor Regency. The research conducted from August to October 2018. Samples were
determined by cluster random sampling technique with farmer clusters in two districts. Data analysis used
descriptive analysis and inferencing with regression and correlation. The results show that sustainability
was low. The business capacity of broiler farmers was weak. The weak ability of non-technical farmers
causes a low level of business sustainability. Economic sustainability is positively related to technical
expertise and entrepreneurship. Ecological sustainability has positively associated with professional and
managerial capabilities, whereas social sustainability relates negatively to technical, administrative, and
entrepreneurial abilities. Enhancing technical skills is needed to support business sustainability. A significant
relationship between technical capabilities, entrepreneurship, managerial and economic, ecological, and
social sustainability can be followed up by giving attention to these capabilities in the implementation of
extension activities.
keywords: broiler farming, business capacity, sustainability.
Keberlanjutan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging pada Pola Kemitraan 213
Reni Suryanti, Sumardjo, Syahyuti, dan Prabowo Tjitropranoto
I. PENDAHULUAN ketersediaan sumberdaya (alam, manusia
dan modal) yang efisien dan keadilan seperti
U saha peternakan ayam ras pedaging
tampaknya menghadapi kelemahan dilihat
dari keberlanjutan aspek ekonomi, ekologi
yang ditegaskan oleh European Commission
Agriculture Directorate-General (2001).
dan sosial. Keberlanjutan dimensi ekonomi Perkembangan peternakan ayam broiler
rendah terlihat dari rendahnya keuntungan yang didukung oleh perubahan inovasi yang cepat
diperoleh peternak, yang bahkan mengalami dalam budidaya. Teknologi yang berkembang
kerugian dalam setiap tahun produksi (Pastika, dalam hal pakan dan bibit menyebabkan
dkk., 2016). Kendala pada dimensi ekologi terlihat peternakan ayam ras pedaging memiliki siklus
dari tingginya sumbangan emisi amonia dari produksi yang singkat. Inovasi tersebut menjadi
peternakan ayam. Dikatakan oleh Battye, dkk. daya tarik bagi peternak untuk terlibat dalam
(1994), bidang perunggasan menyumbangkan subsistem budidaya.
tingkat emisi terbesar kedua setelah sapi, yaitu
Kenyataan di lapangan, peternak masih
sebesar 26 persen. Penumpukan amonia ini
terkendala dalam penerapan inovasi yang
berakibat pada polusi dan penyakit. Bau yang
menyebabkan terancamnya keberlanjutan
terdapat pada peternakan ayam berasal dari
usaha. Subkhie, dkk. (2012) dan Ramadhan
kandungan gas amonia yang tinggi dan gas
(2017) mengidentifikasi beberapa kelemahan
hidrogen sulfida (H2S), dimetil sulfida, karbon
peternak dalam menjalankan usaha, yaitu
disulfida, dan merkaptan (Rachmawati 2000).
inovasi yang lemah dalam menjalankan usaha
Runtutan masalah ekologi tersebut juga
peternakan, kurangnya pemahaman terhadap
menimbulkan masalah pada masyarakat sekitar
kontrak kemitraan, kurangnya keterampilan
dan tidak jarang berujung konflik.
dalam budidaya, kurang efisien menggunakan
Keberlanjutan usaha peternakan ayam ras sarana produksi ternak (sapronak), rendahnya
pedaging diperlukan untuk menjawab kebutuhan pengetahuan tentang penyakit, tidak proaktif
masyarakat terhadap protein hewani terutama dalam menghadapi masalah, peluang
daging. Kebutuhan daging terus meningkat konflik dengan masyarakat sekitar. Selain
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, itu Burhanudin (2014) mengatakan usaha ini
urbanisasi, kesejahteraan dan kesadaran sangat dipengaruhi oleh jiwa kewirausahaan
masyarakat akan kesehatan. FAO-WSFS (2009) yang dimiliki oleh peternak. Jiwa kewirausahaan
memperkirakan jumlah penduduk dunia pada yang berkembang pada diri petani diharapkan
tahun 2050 mencapai tujuh miliar. Badan Pusat mampu memberikan kemampuan petani
Statistik (2008) memprediksi populasi penduduk untuk terlibat dalam industri pengolahan
Indonesia tahun 2025 mencapai 273 juta jiwa. (Sumastuti, 2010). Kenyataan yang selama ini
Pertambahan jumlah penduduk dan kesadaran terlihat adalah peternak masih lemah dalam
kesehatan menyebabkan pada masa yang akan dalam menjalankan usaha secara efisien dan
datang konsumsi bijian (beras, gandum dan keterbatasan manajerial. Hal ini menunjukan
lain-lain) akan bergeser ke konsumsi sayuran, bahwa bahwa penerapan enterpreneur skill
susu, telur dan daging (FAO, 2009). Pemenuhan pada peternak masih lemah (Ramadhan, 2017).
kebutuhan tersebut diantaranya diperoleh
Kemampuan peternak mewujudkan usaha
dari konsumsi daging ayam ras. Peningkatan
peternakan ayam berkelanjutan sangat
konsumsi daging ayam didukung pula oleh
tergantung pada kapasitas yang dimiliki
fakta bahwa ayam ras pedaging adalah sumber
peternak. Kapasitas dimaknai sebagai
protein hewani yang relatif terjangkau dan
kemampuan yang dimiliki oleh peternak untuk
populer bagi konsumen (Beski, dkk., 2015).
dapat menjalankan usaha. Kapasitas berusaha
Mengacu kepada konsep pertanian yang tinggi akan menghantarkan peternak
berkelanjutan (Reijntjes, dkk., 1999), usaha mampu menjalankan usaha dengan baik dan
peternakan ayam ras pedaging dikatakan mampu mengatasi berbagai permasalahan
berlanjut bila usaha tersebut mantap secara yang muncul sehingga usaha tetap berlanjut.
ekologis, berlanjut secara ekonomi, adil dan Sebaliknya, kapasitas berusaha yang rendah
manusiawi. Hal ini terkait dengan masalah akan menyebabkan peternak bermasalah dalam
Keberlanjutan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging pada Pola Kemitraan 215
Reni Suryanti, Sumardjo, Syahyuti, dan Prabowo Tjitropranoto
kewirausahaan (X3), kapasitas kemitraan (X4) peternak terhadap keberlanjutan usaha adalah
dan kapasitas memecahkan masalah (X5) serta sebagai berikut:
keberlanjutan usaha (Y), yang dituangkan dalam
...…(1)
bentuk pengisian borang pertanyaan.
Keterangan
Variabel yang diamati adalah kapasitas
teknis (X1) yang merupakan kemampuan Y = keberlanjutan usaha
dalam penyediaan input, budidaya, panen dan X1 = kapasitas teknis
pascapanen. Kapasitas manajerial (X2) yang X2 = kapasitas manajerial
merupakan kemampuan dalam perencanaan X3 = kapasitas kewirausahaan
usaha, pengorganisasian, kepemimpinan
X4 = kapasitas kemitran
dan evaluasi pelaksanaan usaha. Kapasitas
kewirausahaan (X3) yang merupakan X5 = kapasitas memcahkan masalah
kemampuan peternak dalam mengambil risiko, b1, b2, b3, b4, b5 : koefesien regresi
melakukan inovasi, memanfaatkan peluang, ϵ = error
ketekunan menjalankan usaha. Kapasitas
kemitraan (X4) terdiri atas kemampuan Keeratan hubungan kapasitas berusaha
peternak menjalin memilih perusahaan mitra, dengan keberlanjutan usaha dihitung
merencanakan kesepakatan, memahami menggunakan metode analisis korelasi Pearson
kontrak dan menjalankan kontrak dengan Product Moment dengan menggunakan rumus
konsisten. Kapasitas pemecahan masalah sebagai berikut berdasarkan Hall (2015):
(X5) yang merupakan kemampuan peternak ....…(2)
mengetahui informasi dan inovasi berkaitan
dengan masalah yang dihadapi, kemampuan
belajar dari pengalaman diri sendiri dan orang
Keterangan
lain dalam memecahkan masalah. Sedangkan
variabel dependen yang diamati adalah tingkat r = koefisien korelasi pearson
keberlanjutan usaha (Y) berupa keberlanjutan x = variabel independen
dimensi ekonomi, ekologi dan sosial. Data yang y = variabel dependen
dihimpun menggunakan skala Linkert yang n = jumlah sampel.
dimodifikasi menjadi empat tingkatan yang
merupakan jawaban terhadap pernyataan sikap III. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan tanggapan terhadap fenomena. Jawaban 3.1. Tingkat Keberlanjutan Usaha Peternakan
responden berupa data ordinal ditransformasi
Ketiga dimensi keberlanjutan menunjukkan
menjadi empat tingkatan jawaban yakni tinggi,
peternak berada pada tingkat keberlanjutan
sedang, rendang dan sangat rendah.
rendah (Tabel 1). Total skor keberlanjutan adalah
Analisis deskriptif digunakan untuk 50,13 dalam selang nilai 0 sampai dengan 100.
mengetahui tingkat keberlanjutan usaha dan Skor ini sangat rendah dari nilai yang diharapkan
kapasitas peternak dalam menjalankan usaha dengan capain skor lebih besar dari 75. Pada
peternakan ayam ras pedaging. Analisis dimensi ekonomi 30,8 persen peternak memiliki
inferensia menggunakan regresi linear berganda keberlajutan rendah dengan rataan skor 60,9
untuk menggambarkan pengaruh faktor dan dimensi ekologi 30,9 persen peternak pada
kapasitas terhadap keberlanjutan usaha. Model keberlanjutan tingkat rendah dengan rataan
yang dibangun berdasarkan pada hipotesis skor 55,7, sedangkan dimensi sosial sebanyak
bahwa keberlanjutan usaha peternakan ayam 31,2 persen termasuk kategori rendah dengan
ras pedaging dipengaruhi oleh kapasitas teknis rataan skor 33,7.
(X1), kapasitas manajerial (X2), kapasitas
3.1.1. Keberlanjutan Ekonomi
kewirausahaan (X3), kapasitas kemitraan (X4)
dan kapasitas memecahkan masalah (X5). Lebih dari 30 persen peternak ternyata
memiliki tingkat keberlanjutan ekonomi rendah
Model regresi berganda yang diterapkan
(Tabel 1). Peternak mendapatkan keuntungan
untuk mengukur pengaruh kapasitas berusaha
Keberlanjutan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging pada Pola Kemitraan 217
Reni Suryanti, Sumardjo, Syahyuti, dan Prabowo Tjitropranoto
peternak di Leuwiliang menyampaikan bahwa Beberapa peternak lainnya mengganti komoditas
besarnya investasi yang telah dikeluarkan ayam ras pedaging dengan ayam petelur yang
untuk membangun kandang dan peralatannya dinilai lebih menguntungkan. Kondisi serupa
merupakan salah satu pendorong untuk ditemukan pula di beberapa desa di Kecamatan
bertahan tetap menjalankan usaha. Peternak ini Cicurug Kabupaten Sukabumi.
membangun kandang clouse house dan telah
Temuan ini tidak sesuai dengan konsep
menghabiskan dana lebih dari satu miliar rupiah.
keberlanjutan usaha pertanian secara ekonomi.
Kedua, pola kemitraan yang dijalankan Keberlanjutan ekonomi bermakna bahwa
mendorong peternak untuk tetap bertahan dalam usaha yang dijalankan memiliki produktivitas
usaha ini. Seorang peternak menyampaikan yang tinggi dan memberikan keuntungan bagi
bahwa kemitraan yang dijalankan memberi petani (Reijntjes, dkk., 1999; Salikin, 2003).
kemudahan bagi peternak untuk berusaha Keuntungan tersebut dinikmati petani saat ini
karena pihak inti memenuhi kebutuhan dan bertahan pada masa yang akan datang.
sapronak, peternak juga mendapat pembinaan
Kemitraan yang dijalankan seyogyanya
dari penyuluh perusahaan. Walaupun beberapa
memberikan manfaat bagi kedua belah pihak,
periode produksi mengalami kerugian, peternak
perusahaan inti dan peternak plasma. Bagi
tetap bertahan untuk melanjutkan usaha dengan
perusahaan, keuntungan pola kemitraan
pola kemitraan. Kemudahan lainnya, pihak inti
diperoleh bila peternakan memiliki produktivitas
memberikan pinjaman biaya operasional bila
usaha yang baik sehingga target produksi
peternak mengalami kerugian. Pola kemitraan
tercapai (Hanum, dkk., 2011). Bagi peternak
mengharuskan peternak menyediakan biaya
pola kemitraan memudahkan mereka
operasional usaha yang dialokasikan untuk
memperoleh sapronak dan pasar produk serta
membeli sekam, listrik, pemanas dan gaji
memperoleh provit yang baik (Bahari, dkk., 2012;
karyawan. Kondisi serupa disampaikan oleh
Suwinggadana, dkk., 2013). Tidak berjalannya
peternak lain yang beberapa periode pada tahun
kondisi ideal kemitraan menyebabkan kedua
2017 dan 2018 mengalami kerugian karena
belah pihak tidak maksimal memperoleh
tingginya angka mortalitas dan pertumbuhan
keuntungan dari pola kemitraan.
ayam yang tidak maksimal. Langkah yang
dilakukan oleh peternak untuk mengatasi Upaya untuk mewujudkan kemitraan
kerugian adalah dengan mencari mitra inti yang yang lebih baik dapat dilakukan dengan
dinilai dapat membantu mengatasi keterbatasan melakukan beberapa langkah strategis;
dana operasional. Adanya bantuan dana pertama perusahaan harus lebih memerhatikan
operasional dan sapronak dari perusahaan inti kepentingan peternak. Bahari, dkk. (2013)
membuat usaha peternakan tetap berlanjut. menyatakan bahwa keikutsertaan peternak
dalam kemitraan dipengaruhi oleh frekuensi
Kondisi berbeda ditemukan pada beberapa
penyuluhan, motivasi risiko dan motivasi
peternak. Kerugian yang beruntun pada
pendapatan. Terkait hal tersebut perusahan
beberapa kali periode produksi menyebabkan
inti semestinya memerhatikan kegiatan
peternak mengalami pailit dan terbelit utang
penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh
(Leman, 2008). Hasil produksi hanya digunakan
mereka, meminimalkan risiko berusaha serta
untuk membayar utang sehingga tidak ada
mewujudkan peningkatan pendapatan peternak.
dana untuk kebutuhan lainnya. Kemitraan
Kedua, peternak seharusnya memiliki komitmen
yang dijalankan dinilai tidak memberikan solusi
yang tinggi dalam kemitraan. Peternak harus
atas kerugian yang mereka alamai. Kondisi ini
berkomitmen untuk menjalankan kesepakatan
menyebabkan banyak peternak di Kecamatan
kemitraan dan mengikuti prosedur yang telah
Kelapa Nunggal Kabupaten Sukabumi
ditetapkan dalam kesepakatan kemitraan.
menghentikan usaha peternakan ayam ras
pedaging dan mencari sumber nafkah lainnya. 3.1.2. Keberlanjutan Ekologi
Beberapa peternak di kecamatan ini ada yang Sebanyak 39,9 persen peternak ternyata
memanfaatkan kandang untuk disewakan pada memiliki tingkat keberlanjutan ekologi yang
perusahaan atau peternak dari luar kecamatan. rendah. Peternak yang termasuk kategori ini
Keberlanjutan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging pada Pola Kemitraan 219
Reni Suryanti, Sumardjo, Syahyuti, dan Prabowo Tjitropranoto
tergantung pada kebersihan dan sanitasi kandang yang memiliki pengalaman dan
kandang dan lingkungan sekitar. Bila peternak berasal dari wilayah lain, sehingga masyarakat
tidak memerhatikan aspek ekologi terutama sekitar tidak dilibatkan. Peternakan ayam ras
masalah sanitasi kandang dan peralatan maka pedaging cenderung tertutup dan tidak dapat
akan berakibat fatal bagi produktivitas usaha. diamati masyarakat sekitar secara langsung
Perhatian yang kurang pada aspek ekologis untuk menjaga kondisi lingkungan akibat usaha
ini akan meningkatkan intensitas penyakit dan peternakan (Perry dan Grace, 2009). Hal ini
kematian ternak. menyebabkan usaha peternakan yang dilakukan
tidak mudah menyebar pada masyarakat lain.
Ternak ayam broiler mengeluarkan kotoran/
Hubungan peternak dengan masyarakat sekitar
limbah sebanyak 0,15 kg/ekor/hari. Limbah
relatif baik, namun hubungan tersebut tidak
tersebut merupakan sumberdaya potensial
berkaitan khusus dengan usaha peternakan.
yang dapat dimanfaatkan peternak. Peternak
Kondisi ini menunjukkan usaha peternakan
memanfaatkan limbah tersebut sebagai pupuk
tidak memberi dampak sosial bagi masyarakat.
kandang yang sangat dibutuhkan oleh petani.
Dampak yang terlihat sebatas bantuan yang
Upaya pemanfaatan limbah tersebut sebagai
diberikan peternak kepada masyarakat sekitar
pupuk kandang selain memberi keuntungan
dan terjalinnya hubungan baik antara peternak
finansial bagi peternak juga membantu
dengan masyarakat sekitar (Wanjugu, 2015).
mengatasi permasalahan ekologis di peternakan
Peterrnakan yang dijalankan tidak
Upaya yang dilakukan oleh peternak
menimbulkan konflik dengan masyarakat.
untuk mengurangi bau dan lalat serta menjaga
Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal
kebersihan peternakan dan lingkungan
yang telah diakukan peternak. Pertama, sejak
menunjukan bahwa peternak telah memiliki
awal perencanaan pendirian usaha, peternak
kesadaran mengenai aspek ekologi dalam usaha
telah melakukan serangkaian proses perizinan
peternakan ayam. Kondisi ini juga didorong
kepada masyarakat melalui koordinasi dengan
adanya kesadaran dan kepedulian masyarakat
RT, RW dan desa. Setelah mendapatkan izin
sekitar akan dampak ekologis yang muncul
dari desa barulah usaha dapat dijalankan.
dari peternakan. Bau dan lalat adalah risiko
Perizinan dicukupkan sampai pada tingkat
usaha peternakan yang dapat menimbulkan
desa karena usaha yang dijalankan umumnya
konflik dengan masyarakat sekitar. Kontrol dari
adalah skala usaha peternakan rakyat yang
masyarakat perlu ditindaklanjuti dengan adanya
menurut aturan cukup perizinan lingkungan
pemantauan oleh peternak dan masyarakat
pada tingkat desa. Izin dari masyarakat juga
sekitar agar kondisi lingkungan tetap terjaga
merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk
sehingga usaha dapat berkelanjutan.
menjalin kemitraan dengan inti. Kedua, selama
3.1.3. Keberlanjutan Sosial peternakan berjalan, peternak memberikan
Sejumlah 32,2 persen peternak ternyata konpensasi usaha kepada masayarakat sekitar.
termasuk kategori rendah dalam keberlanjutan Menurut peternak, mereka mengalokasikan
dimensi sosial (Tabel 1). Dimensi sosial sejumlah ayam hasil panen untuk diberikan
menunjukkan sejauh mana usaha peternakan kepada masyaraat sekitar kandang. Pembagian
berjalan sesuai dengan norma-norma yang ada ayam ini dilakukan setiap panen. Beberapa
di tengah masyarakat dan memberikan dampak peternak dengan skala yang cukup besar selain
sosial pada masyarakat (Salikin, 2003). Usaha memberikan hasil panen juga mengalokasikan
peternakan yang dijalankan dapat diterima sejumlah dana untuk masjid disekitar lokasi
oleh masyarakat, dan tenaga kerja harian kandang. Ada juga peternak yang memberikan
(buruh harian) yang dibutuhkan berasal dari bantuan sosial kepada masyarakat sekitar
masyarakat. Beberapa peternak memilih tenaga dengan membangun jalan dan sumbangan saat
kerja petugas kandang dari wilayah lain. Petugas ada kegiatan masyarakat. Ketiga, telah menjadi
kandang biasanya adalah orang yang telah kesepakatan bahwa dengan membuka usaha
berpengalaman dalam pemeliharaan ayam ras dilokasi tertentu, peternak harus melibatkan
pedaging. Peternak lebih percaya pada petugas masyarakat sekitar menjadi tenaga kerja tetap
atau buruh harian. Buruh harian yang diperlukan
Keberlanjutan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging pada Pola Kemitraan 221
Reni Suryanti, Sumardjo, Syahyuti, dan Prabowo Tjitropranoto
Tabel 3. Koefesien Regresi Pengaruh Kapasitas Tabel 4. Koefisien Korelasi antara Kapasitas
terhadap Usaha Peternak Ayam Ras dengan Keberlanjutan Usaha Peternakan
Pedaging Berkelanjutan Ayam Ras Pedaging
Keberlanjutan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging pada Pola Kemitraan 223
Reni Suryanti, Sumardjo, Syahyuti, dan Prabowo Tjitropranoto
Analisis Contract Farming Usaha Ayam Broiler. Pengembangan Kemitraan Ternak Ayam Broiler
Jurnal Agro Ekonomi. 30 (2):109–127. PT XYZ. Jurnal Manajemen dan Usaha Vol 8
Battye, R., Battye, C., and Fudge, O. 1994. No 2:75–83.
Development and selection of ammonia Herman, S., Sumardjo, Asngari, P., Tjitropranoto, P.,
emission. U.S. Environmental Protection Agency dan Susanto, D. 2008. Kapasitas Petani dalam
Office of Research and Development EPA Final Mewujudkan Keberhsilan Usaha Pertanian;
Report. Washington, D.C. Kasus Petani Sayuran di Kabupaten Pasuruan
Beski, S. S. M., R. A. Swick and P.A. Iji. 2015. dan Kabuaten malang Provinsi Jawa Timur.
Specialized protein products in broiler chicken Jurnal Penyuluhan. Vol. 4 No.1: 11–20.
nutrition: A review. Animal Nutrition. Vol. 1 No Hussein, M. S., Burra, K. G., Amano, R. S., and
(2): 47–53. Gupta, A. K. (2017). Temperature and Gasifying
Bounds, M., Zinyemba O. 2018. Poultry farming: Media Effects on Chicken Manure Pyrolysis and
lessening poverty in rural areas. S. Afr. J. Gasification. Fuel. Vol. 202: 36–45.
Agric. Ext. 46 (1): 59–70. doi:http://dx.doi. Indarsih, B., Tamsil, M. H. and Nugroho M. P.
org/10.17159/2413-3221/2018/v46n1a436. 2010. A Study of Contract Broiler Production in
Burhanuddin. 2014. Pengaruh Aktivitas Lombok, NTB: An Opportunity of Introducing
Kewirausahaan Peternakan Ayam Broiler Syariah Partnership, Media Peternakan. Vol. 33
terhadap Pertumbuhan Bisnis Peternakan di No.2:124–130.
Indonesia. Disertasi pada Insitut Pertanian Islam, S., Takashi, S., Quamrun, K., and Chhabi,
Bogor. N. 2010. Current Scenario of the Small-scale
Daryanto, Supardi, S., dan Subekti, E. 2015. Analisis Broiler Farming in Bangladesh : Potentials for
Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging Pola the Future Projection. International Journal of
Kemitraan Inti –Plasma: Studi Kasus Peternak Poultry Science. Vol. 9. No. 5: 440–445.
Plasma PT. Genesis di Kecamatan Grabag Kalio, G. A. and B. B. Okafor. 2012. Response of
Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Mediagro. Broilers to Two Management Systems of Housing
Vol. 11 No.1: 92–105. in Etche Local Government Area of Rivers State,
Egbe, B.O. 2015. Analysis of Farm Management Nigeria. Asian Journal of Agriculture and Rural
Skills of Poultry Production Operators in Ebonyi Developmet. Vol. 2 No.2:184–188.
State. JEPER Vol. 2 No. 1: 29–33. Kutu, F. R., Mokase, T. J., Dada, O. A., and Rhode,
European Commission Agriculture Directorate- O. H. J. 2019. Assessing Microbial Population
General. 2001. A Framework for Indicators Dynamics, Enzyme Activities and Phosphorus
for the Economic and Social Dimensions of Availability Indices during Phospho-Compost
Sustainable Agriculture and Rural Development. Production. International Journal of Recycling of
Organic Waste in Agriculture. Vol. 8, No. 1:87–
FAO. 2009. The State of Good and Agriculture.
97.
Roma: Food and Agriculture Organization of the
United Nations. Lerman, V. 2008. Farm Debt in Transition: The
Problem and Possible Solutions. FAO Regional
FAO-WSFS. 2009. Feeding the World in 2050. Roma:
Office for Europe and Central Asia Policy Studies
World Summit on Food Security.
on Rural Transition . pp 32.
Fatchiya, A. 2010. Tingkat Kapasitas Pembudidaya
Morris, W., A. Henley and Dowell, D. 2017. Farm
Ikan dalam Mengelola Usaha Akuakultur secara
Diversification, Entrepreneurship and Technology
Berkelanjutan. Jurnal Penyuluhan, Vol. 6 No.1:
Adoption: Analysis Of Upland Farmers in Wales.
74–83.
Journal of Rural Studies. Vol. 53:132–143.
Fitriza, Y. T., Haryadi, F. T., dan Syahlani, S. P. 2012.
Mulyantini. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas.
Analisis Pendapatan dan Persepsi Peternak
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Plasma terhadap Kontrak Perjanjian Pola
Kemitraan Ayam Pedaging di Propinsi Lampung. Paly, M. B. 2016. Analisis Profitabilitas Peternakan
Buletin Peternakan. Vol. 36 No. 1: 57–65. Broiler Pola Kemitraan Berdasarkan Skala
Kepemilikan di Kecamatan Bontonompo
Garcia, R. G., Almeida Paz, I. C. L., Caldara, F. R.,
Kabupaten Gowa. Jurnal Ilmu Dan Industri
Pereira, D. F., and Ferreira, V. M. O. S. 2012.
Perternakan. Vol. 3 No.1: 64–78.
Selecting the Most Adequate Bedding Material
for Broiler Production in Brazil. Brazilian Journal Pastika, K. W., Suparta, N., dan Dewi, G. A. M. K.
of Poultry Science. Vol 14 No.2:71–158. 2016. Hubungan Tingkat Pendapatan dan
Kepuasan Peternak dengan Loyalitas sebagai
Hall, G. 2015. Pearson’s Correlation Coefficient. : 1–4
Plasma pada Kemitraan Ayam Broiler di
Hanum, L., B. Sanim, dan A. Maulana. 2011. Strategi Kabupaten Tabanan. Majalah Ilmiah Peternakan.
Keberlanjutan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging pada Pola Kemitraan 225
Reni Suryanti, Sumardjo, Syahyuti, dan Prabowo Tjitropranoto
226 PANGAN, Vol. 28 No. 3 Desember 2019 : 213 – 226