LP RESIKO BUNUH DIRI Fauzi
LP RESIKO BUNUH DIRI Fauzi
1.1 Pengertian
Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami
risiko untuk menyakiti diri sendiri atau tindakan yang dapat mengancam
jiwa (Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2019).
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat
mengarah pada kematian (Gail w. Stuart, 2007. Dikutip Dez, Delicious,
2019.)
Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap
diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping
terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi. (Jenny.,
dkk. (2018).
1
11. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami
kegagalan dalam karier).
12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
14. Pekerjaan.
15. Konflik interpersonal.
16. Latar belakang keluarga.
17. Orientasi seksual.
18. Sumber-sumber personal.
19. Sumber-sumber social.
20. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
1.3 Penyebab
a. Faktor predisposisi
Lima factor predisposisi yang penunjang pemahaman perilaku
destruktif diri sepanjang siklus kehidupan (Fitria, 2019):
1. Diagnosa Psikiatrik. Lebih dari 90% orang dewasa yang
mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri mempunyai ganggguan
jiwa (ganggan afektif, penyalagunaan zat, dan skizofrenia).
2. Sifat Kepribadian. Tiga kepribadian yang erat hubungannya
dengan risiko bunuh diri adalah antipasti, impulsive, dan depresi.
3. Lingkungan Psikososial. Diantaranya adalah pengalaman
kehilangan, kehilangan dukungan social, kejadian-kkejadian
negative dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan, atau bahkan
perceraian.
4. Riwayat Keluarga. Riwayat keluarga yang pernah melakukan
bunuh diri merupakan faktor penting yang dpaat menyebabkan
seseorang melakukan tinfdakan bunuh diri.
5. Faktor Biokimia. Data menunjukkan bahwa pada klien dengan
risiko bunuh diri terdapat peningkatan zat-zat kimia yang terdapat
di dalam otak seperti serotonin, adrenalin, dan dopamine yang
dapat dilihat dengan EEG.
2
Menurut Yosep, I (2017), terdapat beberapa factor yang
berpengaruh dalam bunuh diri, anatara lain:
1. Faktor mood dan biokimia otak.
2. Faktor riwayat gangguan mental.
3. Faktor meniru, imitasi, dan factor pembelajaran.
4. Faktor isolasi sosial dan human relations.
5. Faktor hilangnya rasa aman dan ancaman kebutuhan dasar.
6. Faktor religiusitas.
b. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif dapat ditimbulkan oleh stress yang
berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya seringkali
kejadian hidup yang memalukan, melihat atau membaca melalui
media tentang orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan
bunuh diri (Fitria, 2019).
3
1.6 Penatalaksanaan
Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau
dikamar pertolongan darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian
bedah. Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan,
kesadaran penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis.
Penentuan perawatan tidak tergantung pada faktor sosial tetapi
berhubungan erat dengan kriteria yang mencerminkan besarnya
kemungkinan bunuh diri. Bila keadaan keracunan atau terluka sudah dapat
diatasi maka dapat dilakukan evaluasi psikiatri. Tidak adanya hubungan
beratnyagangguan badaniah dengan gangguan psikologik. Penting sekali
dalam pengobatannya untuk menangani juga gangguan mentalnya. Untuk
pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konvulsi, obat obat
terutama anti depresan dan psikoterapi (Stuart, 2007 dalam Firia,2019).
4
melempar barang-barang, melakukan
tindakan kekerasan pada orang-orang
disekitarnya.
5
2. cara merawat langsung kepada
positif terhadap diri pasien resiko dunuh diri
3. SP 3
menghargai diri sebagai 1. Membantu keluarga membuat
individu yang berharga jadwal aktivitas dirumah
SP 3 termasuk minum obat
1. Mengidentivikasi pola koping 2. Menjelaskan follow up klien
yang biasa diterapkan pasien setelah pulang.
2. Menilai pola koping yang biasa
dilakukan
3. Mengidentifikasi pola koping
yang konstruktif
4. Mendorong pasien memilih
pola koping yang konstruktif
5. Menganjurkan pasien
menerapkan pola koping
konstruktif dalam kegiatan
harian
SP 4
1. Membuat rencana masa depan
yang realistis bersama pasien
2. Mengidentifikasi cara
mencapai rencana masa depan
yang realistis
3. Memberi dorongan pasien
melakukan kegiatan dalam
rangka meraih masa depan
yang realistis.
4. Menganjurkan klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
6
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, I. P, (2020) Asuhan keperawatan jiwa pada klien skizofrenia dengan risiko
bunuh diri., Vol 08., No., 02., ISSN 2338-2090