Anda di halaman 1dari 14

‘i>dul Fitri 1441 H

Ketenangan Jiwa
Sebagai Obat Ampuh
dalam Menghadapi Cobaan

Namlea, 2020 M.

1
‫‪Khutbah ‘Idul Fitri 1441 H‬‬

‫هللاُ اَ ْك َب ْر‪ ,‬هللا ا َ ْكبَ ْر‪ ,‬هللا اَ ْك َب ْر‪ ,‬هللا ا َ ْكبَ ْر‪ ,‬هللا‬
‫اَ ْكبَ ْر‪ ,‬هللا اَ ْكبَ ْر‪ ,‬هللا اَ ْكبَ ْر‪ ,‬هللا اَ ْكبَ ْر َك ِبي ًْرا‬
‫أصي ًًْل‪,‬‬ ‫س ْب َحنَ هللاِ بُ ْك َرة ً َو ِ‬ ‫َو ْال َح ْم ُد هلل َكثِي ًْرا َو ُ‬
‫لِل ْال َح ْمدُ‪.‬‬ ‫ََلإلَهَ إَلهللا َوهللاُ اَ ْك َب ْر هللاُ اَ ْك َب ْر َو ِ ِ‬
‫ِي َج َع َل َهذَا ْال َي ْو َم َي ْو ٌم‬ ‫ْال َح ْمدُهلل‪ْ ,‬ال َح ْم ُدهللِ الَّذ ْ‬
‫ب‬‫س ِك ْينَةَ فِى قُلُ ْو ِ‬ ‫ع ِظيْم‪َ ,‬و ُه َوالَّذِي ا َ ْنزَ َل ال َّ‬ ‫َ‬
‫أن‬ ‫ْال ُمؤْ ِمنِيْنَ ‪ِ ,‬ليَ ْز َدا ُد إ ْي َمانًا َم َع إ ْي َما نِ ِه ْم‪ ,‬ا ْش َه ُد ْ‬
‫أن‬ ‫اح َدهُ ََلش َِري َْك لَهُ َوا ْش َه ُد َّ‬ ‫ََلإلَهَ َّإَلهللا َو ْ‬
‫سلّم‪ ,‬الّل ُه َّم‬ ‫علَ ْي ِه َو َ‬‫صلّى هللا َ‬ ‫س ِيّ َدنَا َونَبِ ِيّنَا ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫َ‬
‫ص ْح ِب ِه‬ ‫علَى أ ِل ِه َو َ‬ ‫علَى نَ ِب ِيّنَا ُم َح َّم ٍد َو َ‬ ‫ص ِّل َ‬ ‫َ‬
‫ص ْي ُك ْم َوإي َ‬
‫َّاي‬ ‫أج َم ِعيْن‪ .‬أ َّما بَ ْعدُ‪ ,‬فَيَا ِعبَا َدهللا ْأو ِ‬ ‫ْ‬
‫ت ُ ْف ِل ُح ْونَ ‪.‬‬ ‫لَعَلَّ ُك ْم‬ ‫عتِ ِه‬ ‫طا َ‬‫َو َ‬ ‫ِبتَ ْق َوهللا‬
‫ان‬ ‫ط ِ‬ ‫ش ْي َ‬‫ع ْوذ ِباهللِ ِمنَ ال َّ‬ ‫قَا َل هللاُ تَ َعالَى ‪ :‬اَ ُ‬
‫الر ِحي ِْم‪ ,‬يَاأيّ َهاالّ ِذيْنَ‬ ‫الر ْح َم ِن ّ‬ ‫الر ِجي ِْم ِب ْس ِم هللا ّ‬ ‫َّ‬
‫ت ِلغَ ٍد‬ ‫س َماقَ َّد َم ْ‬ ‫ظ ْرنَ ْف ٌ‬ ‫وهللا َو ْلت َ ْن ُ‬
‫أ َمنُ ْوا اتّقُ َ‬
‫هللا َخ ِبي ٌْر بِ َما تَ ْع َملُ ْونَ ‪.‬‬ ‫َ‬ ‫َّ‬
‫إن‬ ‫َواتَّقُوهللا‪,‬‬

‫‪2‬‬
Allahu Akbar 3x Walillahil-Hamd
Kaum muslimin yang berbahagia.....

Hari ini, tepatnya tanggal 1 Syawal 1441 H, kita


telah berpisah dengan Ramadlan. Hari ini kita
menutupnya dengan ibadah shalat ‘idul Fitri yang
meskipun dalam kondisi masyarakat yang sedang resah,
namun tentu sangat menggetarkan jiwa raga kita semua.
Suka atau tidak suka, hari ini kita mengucapkan salam
perpisahan kepada Ramadlan. Memang seyogyanya kita
meniru para ulama yang terbiasa melakukan salam
perpisahan dan juga do’a dengan ungkapan-ungkapan
kegetiran akan kepergian bulan suci ramadlan.
“wahai bulan Allah yang agung, wahai hari raya
kekasih Tuhan. Assalamualaika, wahai waktu-waktu
yang menyertai kami dengan kemuliaan, wahai bulan,
detik, jam dan hari-hari kebaikan. Assalamualaika wahai
bulan ketika harapan didekatkan dan amal
dihamparkan.”
Salam bagimu wahai ramadlan, sahabat terindah
pembawa kebahagiaan, kepergianmu beberapa saat yang
lalu telah meninggalkan kepedihan, salam hangat
bagimu, yang telah membuat hati menjadi lembut dan
dosa-dosa berguguran.”
Salam bagimu wahai bulan penolong, betapa
lamanya engkau bagi mereka yang durhaka, dan betapa
mulianya engkau bagi mereka yang bertaqwa. Baru
beberapa langkah engkau berjalan, jika engkau sempat
menoleh dan memandang kami, maka kami sedang
bersedih atas kepergian ini.

3
Allahu Akbar 3x Walillahil-Hamd
Memang kedatangan ramadlan kali ini,
bertepatan dengan kondisi dunia yang sedang
mengalami kepanikan akibat wabah corona. Ekspresi
kegusaran terjadi di mana-mana, di berbagai pelosok
dunia. Lebih dari itu, muncul sifat curiga antar sesama
sehingga kontak antar orang per orang dan antar
masyarakat dibatasi. Timbul rasa was-was, apakah
dengan kondisi ini kualitas puasa kita baik atau tidak,
hanya Allah swt yang Maha Tahu akan hal itu.
Di tengah-tengah kegemparan/kegusaran sosial
inilah ramadlan datang dan menyapa kita, membentuk
jati diri kita, mendesain pola pikir kita, memperkokoh
kecerdasan spiritual kita, membangun semangat
kemanusiaan kita, agar silaturrahmi tetap terjaga
meskipun hanya dengan perantaraan doa. Ramadlan
telah datang dan memberikan yang terbaik untuk diri
kita, masyarakat kita, daerah kita, bangsa kita, serta
untuk kemaslahatan dunia, dengan nilai-nilai
kepekaannya, dengan nilai-nilai solidaritasnya, dengan
nilai-nilai spiritualitasnya, dengan nilai-nilai kenabian,
nilai-nilai kewalian, dengan nilai-nilai dari Zat Yang
Maha Agung, Allah swt, kita yakin kesulitan ini akan
segera berakhir insha Allah.
Namun di saat kita sedang bahagia karena
kedatangan ramadlan di waktu sulit ini, tanpa disangka
ramadlan telah pergi meninggalkan kita semua.
Wahai ramadlan, begitu cepat engkau berada
bersama kami, hari ini engkau telah pergi, padahal masih
banyak masalah yang sedang melanda kami, masih
banyak diskusi yang belum terselesaikan, dan hari ini
engkau telah berlalu,.sebenarnya kami sangat rindu

4
denganmu, di satu sisi dengan keberkahanmu, kami bisa
menyampaikan keinginan kami kepada Allah swt, tapi
pada sisi yang lain kami juga sedang dihantui oleh
wabah penyakit yang menakutkan, akibatnya pertemuan
kita kali terasa biasa-biasa saja dan tidak terasa hangat
seperti tahun-tahun sebelumnya. Maafkan kami atas
semuanya, sampaikan salam kami juga kepada Tuhanmu
yang juga Tuhan kita semua Allah swt, bahwa tidak
sedikitpun terlintas dalam benak kita untuk
mengabaikan kedatanganmu, tapi keadaan yang
memaksa kami seperti ini. Allahu Akbar, Allahu Akbar,
walillahil Hamd.
Hari ini mungkin baru disadari betapa
pentingnya ramadlan dalam kehidupan ini, khususnya
kondisi dunia seperti ini. Kita sangat membutuhkannya
ketika dunia digemparkan dengan musibah ini, ketika
keyakinan kepada Sang Khaliq mulai bergeser, ketika
nilai-nilai kemanusiaan mulai pudar, ketika akhlak mulai
redup, ketika silaturrahmi semakin senyap, maka yang
kita butuhkan adalah mengembalikan jati diri manusia
yang sesungguhnya. Ramadlan telah ada dengan rahmat
Allah, kemudian dengan maghfirahNya, selanjutnya
menyelamatkan kita dari keganasan neraka. Ramadlan
membentuk kita untuk memiliki kepekaan sosial, yakni
mampu merasa kesulitan orang lain di lingkungan
sekitar kita agar kita mudah menderma. Jika dipupuk
secara terus menerus potensi kepekaan ini akan
berkembang menjadi kesadaran sosial, yakni kita akan
siap hidup berdampingan dengan kelompok manapun,
meskipun berbeda-beda namun ramadlan telah
mengajarkan kita untuk mampu berdampingan dengan
siapa saja tanpa menimbulkan gesekan-gesekan yang

5
menyebabkan perpecahan. Jika dipelihara secara terus
menerus, maka kesadaran sosial ini akan berkembang
menjadi kebijaksanaan. Kita akan menjadi orang-orang
yang bijaksana berkat ramadlan, kebijaksanaan inilah
yang merupakan muara dari puasa itu sendiri, yakni
menjadi orang yang bertaqwa.

Jamaah yang dirahmati Allah swt...


Hari ini, di tengah-tengah kekhawatiran dan
ketakutan, kita mendeklarasikan diri sebagai orang-
orang yang bijaksana dan inilah jati diri seorang muslim.
Jati diri ini perlu dijaga dan dirawat dengan sebaik-
baiknya, jangan pernah merusaknya atau menciderainya
dengan hal-hal yang negatif. Dalam kondisi ini kita
semua perlu merapatkan barisan, meskipun hanya
dengan harapan dan doa, tetaplah istiqamah dalam
menjaga hubungan kekerabatan.
Hari ini, setelah sebulan lamanya kita
menunaikan ibadah puasa, sudah sewajarnya sikap kita
makin dewasa. Apalagi menghadapi ujian yang sedang
melanda. Kualitas puasa sudah seharsnya membentuk
kita untuk tetap meyakini bahwa tidak ada yang terjadi,
kecuali atas kehendak Allah swt. Dalam al-Qur’an Surat
al-Hadi>d, ayat 22; Allah swt berfirman:

ِ ‫ض َو ََلفي‬ ِ ‫ص ْي َب ٍة ِفي اْ ََل ْر‬


ِ ‫اب ِم ْن ُم‬ َ ‫ص‬ َ َ ‫َماأ‬
‫ب ِم ْن قَ ْب ِل أ َ ْن نَب َْرأَهَا ِإ َّن َذا ِل َك‬
ٍ ‫أ َ ْنفُ ِس ُك ْم َّإَلفي ِ ِكتَا‬
‫َعلَى هللاِ يَ ِس ْي ٌر‬
“tidak ada satu bencana pun yang menimpa di
bumi dan tidak pula yang menimpa dirimu
6
sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab
(lauhil mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah
bagi Allah.

Ayat di atas dan ada lagi ayat-ayat lain dengan


maksud yang sama, menuntun setiap muslim yang
beriman, untuk yakin dan percaya bahwa segala sesuatu
yang terjadi atas izin Allah swt. Keyakinan bahwa
segala yang terjadi ini tidak berdasarkan izin-Nya adalah
bentuk mempersekutukan-Nya. Dengan demikian,
meminta pertolongan Allah untuk mengangkat ujian ini
merupakan sikap yang sangat tepat.

Jamaah yang dirahmati Allah swt...


Menghadapai situasi seperti ini, kita semua harus
tetap tenang, mengedepankan nilai-nilai kebenaran,
saling mengingatkan untuk tetap waspada, selalu
menjaga hubungan silaturrahmi, meskipun Cuma
melalui jaringan telepon dan internet. Persatuan harus
tetap dijaga dan dipelihara, dengan cara dan keadaan
yang bagaimana pun, karena hanya dengan semangat
inilah hubungan kekeluargaan kita tetap terjaga dan
terjalin.
Terkait dengan menjaga stabilitas jiwa dalam
menghadapi situasi ini, Ibnu Sina, seorang ulama
sekaligus ahli kesehatan yang hidup pada abad ke 10 M,
mengatakan “ketenangan adalah separuh obat,
kepanikan akan menambah separuh penyakit, sedangkan
kesabaran adalah langkah untuk menuju kesembuhan”
Dalam situasi seperti ini, sebagai seorang
mukmin sudah seharusnya bertafakkur bahwa inilah

7
bentuk peringatan dari Allah swt kepada kita semua.
Bahwa musibah atau pun ujian, baik berupa wabah
penyakit atau apa pun itu, yang berdampak sangat luas
dan menelan banyak korban jiwa telah terjadi dalam
kurun waktu terakhir ini setiap seratus tahun. Pada
tahun 1720 M, terjadi wabah tha>‘u>n dan mewafatkan
sekitar 100.000 manusia di Prancis. Kemudian pada
tahun 1820 M, wabah ini terjadi di Indonesia, Thailand
dan Philiphina yang juga mewafatkan puluhan ribu
manusia. Pada tahun 1920 M, terjadi wabah influenza di
Spanyol yang menelan jutaan korban manusia, dan kini
tahun 2020 M, wabah corona yang sudah menelan
ratusan ribu manusia di seluruh pelosok dunia dan belum
diketahui secara pasti kapan berakhirnya.

Jamaah yang dirahmati Allah swt...


Dalam konteks penyakit seperti ini, kita harus
sadar bahwa tidak ada satu wabah pun yang datang
dengan izin Allah swt, kecuali bersamaan dengan itu
Allah juga menurunkan obatnya. Rasulullah saw
bersabda,

‫َما أ َ ْنزَ َل هللاُ َدا ًء إِ ََّل أ َ ْنزَ َل لَهُ ِشفَا ًء فَت َ َد َاوا‬
“Allah tidak mengizinkan satu penyakit turun,
kecuali Allah juga menurunkan penyebab
kesembuhannya, maka dari itu berobatlah” (HR.
Bukhari).

Memang, meskipun kita berada pada bulan suci


ramadlan, namun kondisi ini merupakan sebuah bencana
besar berupa virus. Dalam pandangan mata setiap orang
8
adalah ini merupakan hal buruk, dan mungkin saja
muncul pertanyaan dalam benak kita, “Apakah
keburukan itu perlu ada?” sementara ulama dan pemikir
mengatakan bahwa keburukan itu memang selalu ada.
Selain ia merupakan lawan dari kebaikan sebagai satu
pasangan, juga hanya dari sudut pandang keburukan
itulah manusia bisa melihat kebaikan dan kebenaran.
Bagaimana manusia bisa melihat dan merasakan
manfaat kesehatan jika ia tidak pernah merasakan sakit,
bagaimana manusia bisa mengenal keindahan jika ia
tidak pernah melihat kekacauan, bagaimana manusia
bisa mengatakan bahwa putih itu cerah dan keceriahan
jika ia tidak pernah melihat hitamnya kegelapan.
Justru dari sudut keburukan itulah orang akan
mengenal kebaikan, dari sudut kekacauan itulah orang
akan mengenal ketenteraman, dari sudut kegelapan itu
pula orang akan mengenal kecerahan, dan begitu
seterusnya. Dengan kata lain al-Qur’a>n mengatakan,

‫فَإ ِ َّن َم َع ْالعُ ْس ِريُ ْس ًرا ِإ َّن َم َع ْالعُ ْس ِريُ ْس ًرا‬


“sesungguhnya bersama setiap satu kesulitan itu
ada beberapa kemudahan”

Lebih jauh lagi, Allah swt tegaskan dalam QS. al-


Baqarah: 216,

‫سى أ َ ْن‬ َ ‫ع‬ َ ‫ش ْيأ ً َو ُه َو َخ ْي ٌرلَ ُك ْم َو‬ َ ‫سى أ َ ْن ت َ ْك َر ُه ْوا‬


َ ‫و َع‬
َ ‫ش ْيأ ً َو ُه َو‬
َ‫شرلَ ُك ْم َوهللاُ َي ْعلَ ُم َوأ َ ْنت ُ ْم ََلت َ ْعلَ ُم ْون‬ َ ‫ت ُ ِحبوا‬

9
“boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia
amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu, Allah mengetahu semua itu dan kamu
tidak tahu”

Hari ini, tidak ada yang kita harapkan kepada


Allah swt, kecuali selalu memohon perlindungan
kepada-Nya, ridla>-Nya, ampunan-Nya, serta dengan
keberkahan ramadla>n ini, Allah swt angkat dan
lenyapkan wabah yang sangat meresahkan ini.
Disamping itu, nilai-nilai puasa juga harus tetap kita
jaga sepanjang hayat, agar rahmat Allah dan
perlindungannya tetap berada pada kehidupan kita
sekalian.
Kebiasaan menghina orang lain harus
dihilangkan, menggunjing, memaki, mengolok-olok,
suka menfitnah, dan semua yang menodai nilai-nilai
luhur ramadlan ini harus dihindari sejauh mungkin.
Sebaliknya perilaku-perilaku positif harus ditumbuh
kembangkan sebagai manifestasi dari “ruh” ibadah
puasa itu sendiri, tanamkan dalam diri kita sifat saling
menghargai antara yang satu dengan yang lain,
kokohkan tali persaudaraan antara sesama, bina
kerukunan yang kuat antara seluruh elemen masyarakat,
di hadapan manusia kita boleh berbeda tapi kasih sayang
Allah menebar kepada kita semua, rahmat Allah
melingkupi seluruh kehidupan kita, tanamkan ini dalam
dada kita dengan satu landasan :

‫إن أ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َدهللاِ أتْقَى ُك ْم‬


ّ
10
“Sesungguhnya orang yang mulia di sisi Allah adalah
yang bijaksana diantara kamu”.

Allahu Akbar 3x walillah ilhamd.....


Kaum muslimin yang berbahagia......
Wajah dunia harus berubah menjadi lebih baik,
wajah bangsa ini harus berubah menjadi lebih baik,
wajah daerah ini harus berubah menjadi lebih baik, dan
untuk merubah seluruh cakrawala ini kita harus mulai
dari diri sendiri, ibda’ binafsik. Kita juga telah mampu
melihat ketenteraman di balik kekacauan ini, juga
melihat ketenangan di balik kegusaran ini, maka jika
setiap orang di daerah ini berkomitmen untuk berubah
menjadi baik, kita yakin bangsa ini akan baik, kita yakin
daerah ini akan menjadi baik dan peradaban masyarakat
yang kita cita-citakan akan tumbuh menjadi marcusuar
di sepenggal bumi ini.

Allahu Akbar 3x walillah ilhamd.....


Ramadlan telah mendidik kita untuk menjadi
baik, yakni baik dalam kehidupan ini. Jika ada orang
yang sengaja menyakiti tetangganya, maka ia telah
mengabaikan nilai ramadlan. Jika ada orang yang
menyakiti rekan kerjanya, maka ia telah melupakan nilai
ramadlan. Jika ada orang yang menghina dan mencaci
orang lain, maka ia telah membuang nilai ramadlan.
Sebuah dialog imajiner dalam dimensi spiritual, kita
memanggil dan menyapa ramadlan;,..”hendak kemana
engkau wahai ramadlan,..dengan lembut dia berkata;
“aku harus pergi, mungkin jauh dan sangat lama, bahkan
selamanya,..tolong sampaikan pesanku untuk orang
mukmin, “syawal telah tiba, ajaklah sabar untuk

11
menemani hari-hari dukanya, peluklah istiqamah saat ia
kelelahan dalam perjalanan taqwa, bersandarlah pada
tawadlu’ saat kesombongan menyerang, mintalah
nasihat Qur’an dan Sunnah di setiap masalah, sampaikan
pula salamku untuk semua karena telah menyambutku
dengan suka cita dan melepaskan kepergianku dengan
air mata, kelak akan ku sambut kalian semua di depan
surga dari pintu ar-Rayyan..

Allahu Akbar 3x walillahil hamd…,


Wahai ramadlan, meskipun engkau telah pergi,
namun kami penduduk negeri ini telah berkomitmen
untuk menjaga dan melestarikan semua nilai kebaikan
yang kami terima darimu. Kami yakin seyakin yakinnya,
bahwa dengan semua itu kami akan bangkit, dengan
semua itu daerah ini akan bangkit, dan dengan semua itu
bangsa ini akan bangkit.

‫إن هللاَ ََليُغَ ِيّ ُر َما بِقَ ْو ٍم‬


َّ ،‫الر ِحي ِْم‬
َّ ‫الر ْح َم ِن‬ َّ ِ‫بِ ْس ِم هللا‬
.‫َحتَّى يُغَ ِيّ ُر ْوا َما بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم‬
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib
suatu kaum, sampai kaum itu merubah nasibnya
sendiri.”

Semoga Allah senantiasa merahmati kita semua,


memasukkan kita ke dalam golongan hambaNya yang
shalih,.amin,..
Allahumma ya Allah, kami sadar bahwa segala
kekuasaan hanya milikMu, segala kekayaan hanya
milikMu, langit dan bumi milkMu, bahkan ruh yang ada
12
pada kami adalah milikMu, oleh karena itu jadikanlah
kami tetap istiqamah dalam menunaikan semua
amanahMu, bersihkanlah kami dari segala dosa yang
akan membebani kami di hadapanMu, Innaka ‘Ala Kulli
Syai in Qadir.
Allahumma ya Allah, Engkau Maha Pemaaf, oleh
karena itu maafkanlah kami, berikan kami kesempatan
untuk berbenah diri, evaluasi diri serta menyesali semua
kesalahan yang pernah kami lakukan, tidak ada yang
lebih besar melebihi kebesaranMu, tidak ada yang lebih
menyayangi melebihi kasih sayangMu, ampuni segala
dosa kami, ampuni seluruh masyarakat kami, jauhkan
segala bala dan bencana pada daerah kami Innaka ‘Ala
Kulli Syai in Qadir..

‫ار َج ْال َه ْم َيا َكا‬ ِ ‫ق ْال َفا ِت َح ْة َو ِس ِ ّر ْال َفا ِت َح ْة َيا َف‬ ِ ّ ‫ا َلَّل ُه َّم ِب َح‬
‫ار ْح َم ْن‬ َ ‫ف ْالغَ ْم َو َيا َدا ِف َع ْال َبًلَ ْء َياهللا َيا َدا ِف َع ْال َب ًَل ْء َي‬ َ ‫ِش‬
‫عنَّا ْالغ ًََل َء َو ْالبَ ًَل َء‬ َ ‫ إِ ْدفَ ْع‬،‫ار ِحيْم‬ َ َ‫يَا َدافِ َع ْالبَ ًَل ْء ي‬
َ‫ف ْال ُم ْخت َ ِلفَة‬ َ ‫َو ْال َوبَا َء َو ْالفَ ْحشَا َء َواْل ُم ْن َك َر َوالسيُ ْو‬
‫طنَ ِم ْن بَلَ ِدنَا‬ َ َ‫ظ َه َر ِم ْن َها َو َماب‬ َ ‫ش َدائِ َد َو ْال ِم َحنَ َما‬ َّ ‫َوال‬
ً‫ان ْال ُم ْس ِل ِميْنَ َعا َّمة‬ ِ ‫صةً َو ِم ْن بُ ْل َد‬ َّ ‫َه َذا خَا‬
‫س ِم ْي ُع ْال َع ِل ْي ُم َوت ُبْ َعلَ ْينَا‬ َّ ‫ت ال‬ َ ‫َربَّنَا ت َقَبَّ ْل ِمنَّا إِنَّ َك أ ْن‬
َ‫اج َع ْلنَا ِمنَ ْال ُمت َّ ِق ْين‬ ْ ‫ ا َلَّل ُه َّم‬,‫الر ِح ْي ُم‬َّ ‫اب‬ ُ ‫ت الت َّ َّو‬ َ ‫إنَّ َك أ ْن‬
‫ َربَّنَا أتِنَا‬,‫اَل َ ْب َر ِار َو ََلت َ ْجعَ ْلنَا ِمنَ ْال ُم ْف ِس ِد ْينَ اَل َ ْش َر ِار‬
‫اب‬ َ ‫سنَةً َوقِنَا َع َذ‬ َ ‫سنَةً َوفِى اَل ِخ َرةِ َح‬ َ ‫فِى الد ْنيَا َح‬
‫س ِيّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى أ ِل ِه‬ َ ‫ص َّل هللاُ َعلَى‬ َ ‫ َو‬,‫ار‬ ِ َّ‫الن‬
13
‫ص ْحبِ ِه أ ْج َم ِع ْينَ َو ْال َح ْم ُد ِ ِلِل َربّ ِ ْالعَالَ ِم ْينَ ‪ .‬هللاُ‬‫َو َ‬
‫أ ْكبَ ُر هللاُ أ ْكبَ ُر هللاُ أ ْكبَ ُر َوهللِ ْال َح ْم ُد‪.‬‬

‫‪14‬‬

Anda mungkin juga menyukai