Anda di halaman 1dari 41

2.

1 Bentuk – Bentuk Kumparan Stator


Bentuk kumparan stator dari motor induksi 1 fasa dapat dibagi menjadi 2
macam, hal semacam ini adalah tergantung dari cara melilitkannya kedalam alur – alur
stator. Bentuk kumparan – kumparan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Kumparan jerat atau lilitan bertumpuk (Lap winding juga dapat dinamakan
dengan lilitan spiral
b. Kumparan terpusat (concentric winding)
c. Kumparan gelombang (wave winding)

Gambar 2.1 : a. Bentuk kumparan jerat b. Bentuk kumparan sepusat

Fungsi dari kedua jenis kumparan tersebut adalah sebagai berikut :


a. Kumparan jerat (spiral) benyak digunakan untuk motor – motor (generator) dengan
kapasitas yang relatif besar. Umumnya untuk kelas menengah keatas, walaupun
secara khusus ada mesin listrik dengan kapasitas yang lebih besar, kumparan
statornya menggunakan sistem kosentris.
b. Kumparan sepusat (concentric) pada umumnya sistem ini banyak digunakan untuk
motor dan generator dengan kapasitas kecil. Walaupun ada juga secara khusus
motor – motor dengan kapasitas kecil menggunakan kumparan dengan tipe spesial.
Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang SMKN 7 Surabaya
S 13
c. Kumparan gelombang ( wave winding ) untuk motor dengan belitan sistem ini
banyak digunakan kapasitor besar.

2.2 Cara menggulung ulang kumparan stator motor induksi 1 fasa


Motor – motor induksi 1 fasa pada dasarnya adalah sama dengan motor induksi
2 fasa. Hal semacam ini dapat kita lihat, bahwa pada motor induksi 1 fasa terdapat 2
jenis kumparan, yaitu kumparan utama (running winding = RW = RV) dan kumparan
bantu (starting winding = SW = RB) kedua kumparan tersebut mempunyai penampang
kawat dan jumlah lilitan yang tidak sama. Tetapi ada kalanya hal tersebut dibuat hampir
sama.
Kumparan utama mempunyai luas penampang kawat yang lebih besar dan
jumlah lilitan yang lebih banyak. Sedangkan untuk kumparan bantu memiliki luas
penampang yang kecil dan jumlah lilitannya sedikit.
Apabila motor induksi 1 fasa kita suplai dengan tegangan tertentu, maka
besarnya arus pada kedua buah kumparan tersebut yaitu Iu dan Ip atau dapat kita
tuliskan Ir dan Is akan mempunyai nilai yang berbeda. Dengan demikian hal tersebut
o
akan berpengaruh pada nilai arus Iu dan Is yang mempunyai penggeseran fasa 90
o
listrik (90 el).

a. Langkah Kumparan
Yang dimaksud dengan langkah kumparan adalah sudut kisar yang dibentuk
antara kedua sisi kumparan dan diberi dengan tanda huruf Yg. Untuk mendapatkan
kopel putar yang maksimal, maka langkah kumparan harus sama dengan satu jarak
kutub. Satu jarak kutub adalah kisar sudut antara kutub utara (U) dan kutub selatan (S)
yang paling berdekatan. Sedangkan jarak kutub diberi tanda Tho () dan satu jarak
o
kutub adalah 180 listrik. Apabila jumlah pasang kutub suatu motor adalah p, maka
jumlah kutubnya adalah 2p dan perbandingan antara derajat lingkaran (derajat busur =
o o
bs) dan derajat listrik ( el) kita kaitkan dengan kutub, maka dapat kita ambil suatu
contoh
o o
Untuk P = 1, maka 360 bs = 1 x 360 el
o o
P = 2, maka 360 bs = 2 x 360 el
o o
P = 3, maka 360 bs = 3 x 360 el

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang SMKN 7 Surabaya


S 14
o o
Dengan demikian perbandingan antara bs dan el dapat dituliskan dengan rumus :
o o
a bs = p.a eL
Apabila jumlah alur pada stator motor induksi 1 fasa ada G alur, maka kisar sudut satu
o
kali keliling stator atau G alur adalah 360 bs. Apabila sebuah motor mempunyai
o
sebanyak G alur adalah = p.360 eL. satu keliling stator = 2p jarak kutub atau
G alur = 2p jarak kutub.

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang SMKN 7 Surabaya


S 15
o G
Jadi : satu jarak kutub = 1E = 180 eL = , karena langkah kumparan Yg = 1E,
2 p Alur
G
maka langkah kumparan menjadi : Yg 
2 p Alur
Untuk memperoleh kopel putar yang maksimal, maka diperlukan jumlah belitan yang
banyak, tidak mungkin akan ditampung pada satu alur stator. Untuk itu harus dibagi
menjadi beberapa buah alur. Artinya untuk satu buah alur kumparan akan dibagi
menjadi beberapa belitan (kumparan).
Untuk motor induksi satu fasa yang mempunyai satu pasang kutub dengan satu buah
kumparan yang terdiri dari beberapa kumparan yang terdiri dari beberapa kumparan
bagian dan setiap kumparan bagian membutuhkan dua buah alur stator dengan
demikian, untuk motor induksi satu fasa yang mempunyai 1 pasang kutub akan
G
mempunyai kumparan bagian.
2p

b. Jumlah Alur per kutub per fasa


Apabila jumlah fasa = m, maka masing – masing fasa akan memiliki kumparan
bagian sebanyak G/2p.m, sehingga pada setiap kutub untuk masing – masing fasa
akan menempuh alur sebanyak G/2p.m alur. Apabila banyaknya alur pada setiap kutub
untuk masing – masing fasa diberi tanda dengan huruf g, maka jumlah alur untuk setiap
kutub tiap fasa menjadi g = G/2p.m alur.

c. Menempatkan Kumparan (Pergeseran Tempat)


Untuk menempatkan kumparan pada setiap fasa, maka harus selalu
ditempatkan saling bergeseran tempat. Hal semacam ini bertujuan agar kopel putar
yang dihasilkanselaing bergeser fasa. Untuk motor induksi 2 fasa bergeser fasa, untuk
2 kopel putar (kekuatan putar) adalah 90o eL. Apabila pergeseran tempat tersebut

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang SMKN 7 Surabaya


S 16
o
diberikan dengan tanda huruf Yf, maka Yg = 180 eL. Jadi untuk motor 2 fasa, nilai Yf
= ½ Yg. Dari uraian diatas, maka dapat diperoleh beberapa rumus yang dapat
digunakan untuk membelit motor – motor induksi sebagai berikut :
60. f G G
P g Yg 
n 2p.m Alur 2 p Alur
Sudut Pasang Kutub :

U 90
0
45
0

0
180

P=1 P=2 P=4


o o o
180 Listrik 180 listrik 180 Listrik
o o o
= 180 radial = 90 radial = 45 radial

Gambar 2.2 : Sudut pasang kutub

Rumus untuk melilit stator motor AC

G 360 r
0
p  KAR 
2p G
G
q KAL  KAR.P
2 p.m
G 120
O
2G
K KP  Untuk double layer K 
2p KAL 2P

Keterangan :
P = Langkah alur dari sisi kumparan 1 kesisi kumparan 2
G = Jumlah alur
2p = Jumlah kutub
p = Jumlah pasang kutub
q = Banyaknya kumparan tiap kelompok
m = Jumlah fasa
KAR = Kisar alur dalam derajad radikal
KAL = Kisar alur dalam derajad listrik
Kp = Kisar fasa
K = Jumlah sisi kumparan dalam tiap kutub.

Contoh
Motor AC 2 fasa dengan jumlah alur 24, berkutub 2 pasang tahap ganda
Perhitungan :
G 24
p   6 -------->Langkah 1 - 7
2p 4

G 24
q  3 -------->3 Kumparan tiap kelompok
2p.m 4.2

2.G 2.24
K   -------->6 sisi kumparan tiap kutub
12
2p 4

360.r 360 o
KAR  .  15 r
G 24
O o
KAL = KAR.P = 15.2 = 30 Listrik -------->30 Listrik

30.l 90
Kp =  3 -------->Kisar fasa
KAL 30

Daftar lilitan

1-7 15 - 9 13 - 19 3 - 21
2-8 14 - 8 14 - 20 2 - 20
3-9 13 - 7 15 - 21 1 - 19

4 - 10 18 - 12 16 - 22 6 - 24
5 - 11 17 - 11 17 - 23 5 - 23
6 - 12 18 - 10 18 - 24 4 - 22
Gambar 5 : Gambar Bentangan Jerat

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang S SMKN 7 Surabaya 18


Gambar 6 : Gambar Bentangan Konsentris

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang S SMKN 7 Surabaya 19


Motor 2 Fasa dapat dipakai untuk motor 1 fasa dengan membuat kumparan satu lebih
besar kawat emailnya dan jumlah lebih banyak sebagai kutub utama (KU) dan yang
sebaliknya sebagai kutub bantu (KB)
Hal itu dimaksud supaya terjadi beda fasa, sehingga terjadi moment putar.
Karena demikian maka motor satu fasa dapat dililit dengan KU secara konsentris dan
KB secara jerat (cara campuran).

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang S SMKN 7 Surabaya 20


Gambar 7 : Gambar Bentangan Campuran
Pernah dicoba dengan belitan jerat KU = 50 lilit,  dan KB : 40 lilit,  = 4 mm, bekerja pada tegangan 50 watt

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang S SMKN 7 Surabaya 21


2.3 Motor – Motor Induksi 3 fasa dengan sistem satu jalan (single layer)
Untuk motor 3 fase, seluruh alur – alur stator dibagi tiga sama banyak sehingga
G

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang SMKN 7 Surabaya


S 22
masing – masing fasa memiliki kumparan bagian sebanyak kumparan. Apabila
2 p.3
G
jumlah fasa = m fasa, maka masing fasa akan mempunyai kumparan sebanyak
2 p.m
Cara memasang sisi kumparan yaitu apabila salah satu berada didepan kutub U,
maka sisi yang lain harus berada didepan kutub S. Hal tersebut dikarenakan masing –
G
masing fasa mempunyai kumparan bagian sebanyak , maka pada tiap kutub
2 p.m
G
masing – masing fasa akan menempati alur sebanyak alur. Apabila banyaknya
2 p.m
alur pada tiap kutub untuk masing – masing fasa diberikan tanda g, maka jumlah alur
G
perkutub perfasa yaitu : g  alur.
2 p.m
Sedangkan cara menggulung kumparan stator motor 3 fasa pada prinsipnya
sama dengan motor 1 fasa, dua fasa, perbedaannya ialah pada jumlah belitannya
(kumparannya). Untuk motor 3 fasa masing – masing belitan ditempatkan saling
o 2 2
bergeseran tempat sejauh 120 el jadi /3 jarak kutub atau = /3 langkah belitan (Yg)
Untuk motor dengan ukuran 500 watt keatas akan lebih ekonomis apabila
dilaksanakan (dibuat) 3 fasa. Sebab apabila dilaksanakan dengan 2 atau 1 fasa, maka
motor tersebut harus menggunakan kondensator ( capasitor ) dengan kapasitas relatif
besar. Jadi hal tersebut akan sangat merugikan, akibat dari sifat – sifat kondensator.
Untuk memperjelaskan keterangan tersebut diatas, berikut ini ada beberapa contoh
motor – motor 3 fasa yang akan dilakukan penggulungan kembali.

Rumus untuk melilit stator motor AC

G 360
O
p 
2p r
KAR 
G G
q
2p.m KAL  KAR.P
O
G 120
K Kp 
2p KAL

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang SMKN 7 Surabaya


S 23
2.G
Untuk doubel layer K 
2. p
p = Langkah alur dari sisi kumparan 1 ke sisi kumparan 2
G = Jumlah alur
2p = Jumlah kutub  p = pasang kutub
q = Banyak kumparan tiap kelompok
m = Jumlah fasa
KAR = Kisar alur dalam derajat radial
KAL = Kisar alur dalam derajat listrik
Kp = Kisar fasa
K = Jumlah sisi kumparan tiap kutub

Contoh
1. Motor AC dengan stator beralur 24, terdapat 2 pasang kutub, tiga fasa, frekuensi 50
Hz. Dililit tahap tunggal
Perhitungan :
G 24
p   6 --------> Langkah 1 -7
2p 4
G 24
q  2 --------> 2 Kumparan tiap kelompok
2 p.m 4.3
G 24
K  6 --------> 6 sisi kumparan tiap kutub
2p 4
360o r 360o r
KAR    15 o r
6 24
o
KAL = KAR.p = 15 x 2 = 30 Listrik
120 o L 120
Kp   4 --------> kisar fasa 1 - 5
KAL 30

Daftar Lilitan

1–7 13 – 19
U
2–8 14 – 20 X

5 – 11 17 – 23
V Y
6 – 12 18 – 24

9 – 15 21 – 3
W Z
10 – 16 22 – 4
Gambar 8.a : Bentangan Motor Ac tiga-fasa 24 alur, Fasa – R

Gambar 8.b : Bentangan Motor Ac tiga-fasa 24 alur, Fasa - S


Menggulung Kembali
amKumparan Stator Motor Induksi by B bang S SMKN 7 Surabaya
24
Gambar 8.c : Bentangan Motor Ac tiga-fasa 24 alur, Fasa - T

Gambar 8 : Bentangan Motor Ac tiga-fasa 24 alur


Menggulung
ot Kembali
si Kumparan Stator M or Induk y Bambang S SMKN 7 Surabaya
b 25
Bila kumparan double layer, maka :
Daftar Lilitan

1–7 13 – 19 2 - 20 14 - 8
U X
2–8 14 – 20 1 - 19 13 - 7

5 – 11 17 – 23 6 - 24 18 - 12
V Y
6 – 12 18 – 24 5 - 23 17 - 11

9 – 15 21 – 3 22 - 16 10 - 4
W Z
10 – 16 22 – 4 21 - 15 9-3

Dapat juga :

1–7 14 - 8 13 - 19 2 - 20
U X
2–8 13 - 7 14 - 20 1 - 19

5 – 11 18 - 12 17 - 23 6 - 24
V Y
6 – 12 17 - 11 18 - 24 5 - 23

9 – 15 22 - 16 21 - 3 10 - 4
W Z
10 – 16 21 - 15 22 - 4 9-3

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang S SMKN 7 Surabaya 26


Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang SMKN 7 27
S Surabaya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Gambar 9 : Bentangan Motor Ac tiga-fasa 24 alur, Double Layer

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang SMKN 7 28


S Surabaya
Dapat juga :

Gambar 10 : Bentangan Motor Ac tiga-fasa 24 alur, Double Layer


2. Motor AC beralur 36, dibuat 3 pasang kutub, 3 fasa frekuensi 50 Hz, dililit tahap
tunggal (single layer)
Perhitungan :
G 36
p   6 --------> Langkah 1 -7
2p 6
G 36
q  2 --------> 2 Kumparan tiap kelompok
2 6.3
p.m
G 36
K  6 --------> 6 sisi kumparan tiap kutub
2p 6
360o r 360o r o
KAR    10 r
G 36
o
KAL = KAR.p = 10 x 3 = 30 Listrik
120 o L 120
Kp   4 --------> kisar fasa 1 - 5
KAL 30

Daftar Lilitan

1–7 13 – 19 25 - 31
U X
2–8 14 – 20 26 - 32

5 – 11 17 – 23 29 - 35
V Y
6 – 12 18 – 24 30 - 36

9 – 15 21 - 27 33 - 3
W Z
10 – 16 22 - 28 34 - 4

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang S SMKN 7 Surabaya 29


Gambar 11 : Bentangan Motor Ac tiga-fasa 36 alur

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang S SMKN 7 Surabaya 30


Gambar Skema Langkah Belitan pada Alur Motor Induksi 3 Phasa 36 Alur

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang S SMKN 7 Surabaya 31


Bila dibuat tahap ganda (doubel layer)

Daftar lilitan

1–7 14 - 8 13 - 19 26 - 20 25 - 31 2 - 32
U X
2–8 13 - 7 14 - 20 25 - 19 26 -32 1 - 31

5 – 11 18 - 12 17 - 23 30 - 24 29 - 35 6 -36
V Y
6 – 12 17 - 11 18 - 24 29 - 23 30 - 36 5 - 35

9 – 15 22 - 16 21 - 27 34 - 28 33 - 3 10 - 4
W Z
10 – 16 21 - 15 22 - 28 33 - 27 34 - 4 9-3

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang S SMKN 7 Surabaya 32


36 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

U Z V W V W

Gambar 12 : Bentangan Motor Ac tiga-fasa 36 alur, Double Layer

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang S SMKN 7 Surabaya 33


Contoh :
1. Sebuah motor 3 fasa mempunyai 24 jalur stator, akan digulung kembali dengan
bentuk kumparan consentric (sepusat) dan kumparan spiral, agar dapat
menghasilkan putaran rotor sebesar 3000 rpm pada frekuensi 50 Hz. Buatlah
skema belitan dan diagram bentangan dari kedua bentuk kumparan tersebut ?
Penyelesaian

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang SMKN 7 Surabaya


S 34
60. f 60.60
P   Jumlah pasang kutub = 1
1
n 3000
G 24
g  4 Jumlah alur/kutub/fasa = 4
2.m. p 2.3.1
G 24
Yg    12 Langkah Belitan = 12
2. p 2.1
2
Y  Yg  x12  8 (1  9  Pergeseran tempat = 8 (1-9-17)
2 17)
f
3 3

Gambar 13 adalah skema belitan yang diperoleh dari hasil perhitungan diatas.
Gambar 13a adalah skema belitan untuk kumparan bentuk concentric, sedangkan
gambar 13b adalah skema belitan untuk kumparan bentuk jerat (spiral). Sedangkan
gambar 14a dan gambar 14b adalah diagram bentangan dari skema belitan gambar
6a dan gambar 6b.

Gbr. 13 a. Skema belitan dari kumparan concentric 1 jalan


13 b. Skema belitan dari kumparan jerat (spiral) 1 jalan

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang SMKN 7 Surabaya


S 35
Keterangan : Ujung – Ujung U – X = Fasa Pertama
Ujung – ujung V – Y = Fasa kedua
Ujung – Ujung W – Z = Fasa ketiga
Untuk memperjelas skema belitan dari gambar 13a dan gambar 13b, berikut ini gambar 14a dan gambar 14b merupakan bentangannya.

Gambar 14a : Bentangan Motor Ac tiga-fasa 24 alur, 3000rpm

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang S SMKN 7 Surabaya 36


Diagram bentangan kumparan sepusat (concentric) 1 jalan

Gambar 14b. Diagram – bentangan kumparan jerat (spiral) 1 jalan, 36 alur

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang S SMKN 7 Surabaya 37


2. Sebuah motor 3 fasa mempunyai 36 alur stator, akan digulung kembali dengan
bentuk kumparan sepusat 9concentric) dan kumparan spiral agar dapat menghasilkan
putaran rotor sebesar 1500 rpm pada frekuensi 50 Hz. Buatlah skema belitan dan
diagram bertangan dari kedua bentuk kumparan tersebut, untuk kumparan 1 (satu) jalan
!

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang SMKN 7 Surabaya


S 38
Penyelesaian
80. f 80.50
P   2 Pasang Jumlah pasang kutub = 2
kutub
n 1500
G 36
g  3 Jumlah alur/kutub/fasa = 3
2.m. p 2.3.2
G 36
Yg   9 Langkah Belitan = 9
2. p 2.2
2 2
Y  Yg  9  6 (1  7  Pergeseran tempat = 6
13)
f
3 3

Gambar 15 berikut ini adalah skema belitan yang diperoleh dari perhitungan diatas.
Gambar 15a adalah skema belitan untuk kumparan bentuk concentric, sedangkan
gambar 15b adalah skema belitan untuk kumparan bentuk jerat (spiral)

Gambar 15
a. Skema belitan untuk bentuk concentric 1 jalan (single layer)
b. Skema belitan untuk bentuk spiral 1 jalan (single layer)

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang SMKN 7 Surabaya


S 39
Untuk mempermudah proses perbaikan dari motor 3 fasa tersebut, maka skema belitan
pada gambar 15a kita buat diagram bentangannya seperti yang diperlihatkan pada
gambar 16a.
Sedangkan skema belitan dari gambar 15b, diagram bentangannya seperti
diperlihatkan pada gambar 16b.
U Z V W X Y

Gambar 16.a
Diagram Bentangan Kumparan Stator Bentuk Sepusat (concentric)
Untuk p = 2 ; g = 3 ; Yg = 9 dan Yf = 6 dan 36 alur

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang SMKN 7 40


S Surabaya
Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang SMKN 7 41
S Surabaya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

Gambar 16.b
Diagram Bentangan Kumparan Stator Bentuk Jerat (Spiral)
Untuk p = 2 ; g = 3 ; Yg = 9 dan Yf = 6 dan 36 alur

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang SMKN 7 42


S Surabaya
Dalam kenyataannya bahwa kumparan bentuk sepusat (concentric) pada kepala
kumparannya agak sulit dirapihkan, terutama untuk motor – motor dengan kapasitas
daya relatif besar, dimana akan menggunakan penampang kawat yang relatif besar
pula. Untuk sebaiknya kumparan statornya dibuat dalam bentuk jerat (spiral).

Motor – motor induksi 3 fasa dengan sistem dua jalan (double layer)
Bentuk kumparan dengan sistem dua jalan (double layer) mempunyai kelebihan bila
dibanding dengan kumparan sistem satu jalan (single layer). Salah satu kelebihannya
adalah kepala kumparan stator menjadi tidak terlalu tebal dan mempunyai bentuk yang
rapi, terutama untuk motor yang berdaya relatif besar, hal tersebut dikarenakan selain
jumlah belitannya banyak, juga ukuran disekitar kawatnya relatif besar.

Menggulung Kembali Kumparan Stator Motor Induksi by Bambang S SMKN 7 Surabaya 42

Anda mungkin juga menyukai