TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Gizi
1. Gizi ibu
Masa ibu menyusui sama halnya dengan ibu hamil, membutuhkann tambahan
energy dan zat gizi yang sesuai untuk menjaga agar cadangan energy di tubuhnya cukup
untuk produksi ASI. The intenational federation of gynecology and obstetrics (FIGO)
pada tahun 2015 merekomendasikan beberapa kebutuhan energy dan zat gizi yaitu:
a. Mengoptimalkan status gizi melalui kebiasaan pola makan dan pola hidup yang
konsepsi
c. Mengonsumsi zat gizi asam folat yang diperoleh dari sayur-sayuran, buah-buahan,
2. Gizi Balita
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, didalam Global Strategy for Infant
harus dilakukan,yaitu:
a) memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah
bayi lahir;
b) memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif
c) memberikan makanan pendamping air susu ibu (MPASI) sejak bayi berusia 6
dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di daerah setempat
Cara menilai status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penilaian langsung
penilaian status gizi secara langsung dapat dilakukan dengan empat cara yaitu
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara survey
konsumsi makanan, statistic vital, dan factor ekologi atau lingkungan.Penilaian status gizi
pada anak dengan stunting biasanya dilakukan dengan cara menggunakan indeks
antropometri. Secara umum antropometri berarti ukuran tubuh manusia. Antropometi gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh
dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk
Indeks antropometri yang digunakan dalam menilai status gizi balita yaitu sebagai
Anak yang dikatakan stunting bila pada indeks antropometri berdasarkan tinggi badan
menurut umur (TB/U) berada pada ambang batas < -2 SD (standar deviasi) standar WHO-NCHS
1. Pengertian Stunting
Stunting atau biasa disebut tubuh pendek atau sangat pendek merupakan gambaran
terhambatnya pertumbuhan akibat kurangnya asupan zat gizi dalam jangka waktu yang
lama. Kategori stunting menurut WHO Child Growth Standart Stunting yaitu didasarkan
pada indeks panjang badan dibanding umur (PB/U) atau tinggi badan dibanding umur
(TB/U) dengan batas (z-score) kurang dari −2 standar deviasi (SD). Gangguan pertumbuhan
linear atau stunting, terjadi terutama dalam 2 sampai 3 tahun pertama kehidupan dan
merupakan cerminan dari efek interaksi antara kurangnya asupan energi dan asupan gizi
(Fitri, 2012).
Stunting atau balita pendek adalah balita dengan masalah gizi kronik, yang memiliki
status gizi berdasarkan panjang badan atau tinggi badan menurut umur (TB/U) jika
(2005) memiliki nilai z-score kurang dari -2SD dan apabila nilai z-scorenya kurang dari
Depkes (2015) menyatakan bahwa stunting yang dialami anak dapat disebabkan oleh
tidak terpaparnya periode 1000 hari pertama kehidupanmendapat perhatian khusus karena
menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa
depan. Stunting dapat pula disebabkan tidak melewati periode emas yang dimulai 1000 hari
pertama kehidupan yang merupakan pembentukan tumbuh kembang anak pada 1000 hari
pertama. Pada masa tersebut nutrisi yang diterima bayi saat didalam kandungan dan
menerima ASI memiliki dampak jangka panjang terhadap kegidupan saat dewasa. Hal ini
dapat terlampau maka akan terhindar dari terjadinya stunting pada anak-anak dan status gizi
yang kurang.
Masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK), yang bermula sejak saat konsepsi hingga
anak berusia 2 tahun, merupakan masa paling kritis untuk memperbaiki perkembangan fisik
dan kognitif anak. Pertumbuhan pada dua tahun pertama kehidupan dicirikan dengan
pertambahan gradual, baik pada percepatan pertumbuhan linear maupun laju pertambahan
berat badan. Pertumbuhan bayi cenderung ditandai dengan pertumbuhan cepat (growth
spurt) yang dimulai pada usia 3 bulan hingga usia 2 tahun, kemudian pertumbuhan pada
anak pada usia 2 tahun sampai usia anak 5 tahun menjadi lebih lambat dibandingkan dengan
ketika masih bayi, walaupun pertumbuhan terus berlanjut dan akan memengaruhi
2. Penyebab Stunting
Menurut pernyataan UNICEF dalam BAPPENAS (2011) yang dikutip oleh Mugianti,
pada dasarnya status gizi anak dapat dipengaruhi oleh faktor langsung dan tidak langsung.
a. Faktor langsung meliputi : karakteristik anak berupa jenis kelamin laki-laki, berat
badan lahir rendah (BBLR), konsumsi makanan berupa asupan energi rendah dan
asupan protein rendah, status kesehatan penyakit infeksi ISPA dan diare.
b. Faktor tidak langsung meliputi : pola pengasuhan tidak ASI ekslusif, pelayanan
kesehatan (status imunisasi yang tidak lengkap), dan karakteristik keluarga (pekerjaan
Selain itu adapun pendapat lain oleh Fatimah Hidayati dalam tulisannya mengatakan
bahwa penyebab stunting ialah akibat dari kurangnya asupan gizi pada anak dalam 1000
hari pertama kehidupan, yaitu semenjak anak masih dalam kandungan hingga anak berusia
2 tahun.
Menurut Notoadmodjo (2005) pola asuh ibu merupakan perilaku ibu dalam mengasuh
balita mereka. Perilaku ini dipengaruhi oleh sikap dan pengetahuan. Pengetahuan yang baik
akan menciptakan sikap yang baik, yang selanjutnya apabila sikap tersebut dinilai sesuai,
maka muncul perilaku yang baik pula. Pengetahuan sendiri didapatkan dari pendidikan
formal maupun dari media (non formal), seperti radio, TV, internet, Koran, majalah, dll
Factor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan factor penyebab tidak
langsung penyebab stunting. Terdapat tiga factor utama yang menyebabkan stunting yaitu
asupan makanan tidak seimbang (termasuk karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin,
dan air), riwayat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), riwayat penyakit, praktek pengasuhan
yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi
sebelum dan masa kehamilan, serta setelah melahirkan, pemberian ASI eksklusif, tidak
dengan berbagai macam factor yaitu karakteristik orangtua, yaitu pendidikan, pekerjaan,
pendapatan,pola asuh makan dan jumlah anggota dalam keluarga, factor genetic, penyakit
infeksi, kejadian BBLR, kekurangan energy danprotein, sering mengalami penyakit kronis,
praktek pemberian makan yang tidak sesuai. Adapun factor resiko stunting yaitu:
a. pendidikan orangtua.
Dalam arti luas pendidikan menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang
b. pekerjaan orangtua,
daya beli keluarga karena orangtua dapat menyediakan semua kebutuhan anak.
tinggi badan merupakan salah satu bentuk ekspresi genetic, dan merupakan faktor
d. Status gizi
Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa berat badan dan tinggi badan orangtua
dengan status gizi, dimana hasil penelitian menjadi gambaran mengenai status gizi
Stunting pada anak akan terlihat dari perawakan anak yang kerdil saat mencapai usia 2
tahun, atau lebih pendek dibandingkan anak-anak seusianya dengan jenis kelamin yang
sama. Selain pendek ataupun kerdil, anak yang mengalami stunting juga terlihat
Selain mengalami gangguan pertumbuhan, anak yang mengalami stunting juga akan
lebih mudah sakit, terutama penakit akibat infeksi. Anak juga akan lebih sulit sembuh ketika
4. Dampak Stunting
resiko penyakit degenerative, obesitas serta lebih rentan terhadap penyakit infeksi,
defesiensi zat gizi dalam jangka lama. Selain itu juga dapat mengalami stunting pada saat
memasuki sekolah dasar. Hal ini merupakan manifestasi dari stunting pada masa
balita(Anugraheni, 2012).
Gangguan tumbuh kembang anak akibat stunting bersifat menetap, yang artinya tidak
dapat diatasi. Namun, hal ini dapat dicegah, terutama pada saat 1000 hari pertama
a. Penuhi kecukupan nutrisi ibu selama kehamilan dan menyusui, terutama zat esi,
d. Biasakan hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan
air, terutama sebelum menyiapkan makanan dan setelah buang air besar atau kecil,
meminum air yang terjamin kebersihannya, dan mencuci peralatan makan dengan
sabun cuci piring. Hal ini untuk mencegah anak terkena penyakit infeksi.
Orang tua juga perlu memeriksakan anak ke posyandu atau puskesmas secara rutin,
agar kenaikan berat badan dan tinggi badan dapat dipantau.Pemeriksaan dianjurkan untuk
dilakukan setiap bulan bagi anak berusia dibawah 1 tahun, dan setiap 3 bulan bagi anak 1-2
tahun.
juga diperlukan guna melakukan evaluasi kemungkinan terjadinya infeksi pada anak,seperti
Menurut kemenkes RI pada tahun 2018 terdapat beberapa pencegahan stunting pada
1. Intervensi sensitive
a) Penyediaan akses dan ketersediaan air bersih serta sarana sanitasi (jamban sehat)
di keluarga.
2. Intervensispesifik
f) Pemberian imunisasi
h) Pemberian vitamin A
(Kemenkes, 2018)
C. Pola Asuh
Pola asuh adalah cara, bentuk, atau strategi dalam pendidikan keluarga yang
dilakukan oleh orangtua kepada anaknya. Dengan demikian merupakan suatu hak
kewajiban orangtua sebagai penanggung jawab yang utama dalam mendidik anaknya
(Hakim, 2013).
Pola asuh orangtua adalah pola peilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat
relative konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dan
Menurut Sari & purwati (2014) terdapat tiga pola asuh yang sering diterapkan dalam
keluarga.
komunikasi satu arah (one way communication). Cirri-ciri pola asuh ini menekankan
keinginan pada anaknya dan bertindak semena-mena (semaunya kepada anak), tanpa
dapat dikritik oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap
apa-apa yang diperintahkan atau dikehendaki oleh orangtua. Anak tidak diberi
Pada umumnya pola asuh permisif ini menggunakan komunikasi satu arah (one
keluarga terhadap anak tetapi anak memutuskan apa-apa yang diinginkannya sendiri
baik orangtua setuju ataupun tidak. Pola ini bersifat children centered maksudnya
adalah bahwa segala aturan dan ketetapan keluarga berada berada ditangan anak.
Pola asuh permisif ini kebalikan dari pola asuh otoriter (parent oriented). Dalam
parent oriented. Strategi komunikasi dalam pola asuh ini sama dengan stategi parent
oriented yaitu bersifat win-lose solution. Artinya apa yang diinginkan anak selalu
anaknya.
belah pihak (win-win solution). Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab.
Artinya, apa yang dilakukan anak harus ada dibawah pengawasan orangtua dan dapat
dipertanggung jawabkan secara moral, ciri-ciri pola asuh ini memberikan bimbingan
menciptakan suasana komunikatif antara orangtua dan anak sesama keluarga dan
memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang perlu dipertahankan dan yang
(Noname, 1994)
Pola asuh dapat berikatan dengan kejadian stunting pada anak. Hal ini
digambarkan pada pola asuh pemberian makan pada anak. Pola asuh pemberian makan
maksudnya adalah perilaku yang dipraktikkan oleh pengasuh dalam memberikan makan,
Pola asuh makan yang diterapkan oleh ibu nantinya akan mempengaruhi
petumbuhan dan perkembangan khusunya pada balita jika terjadi kekurangan gizi pada
masa balita akan bersifat irreversible (tidak dapat pulih), sehingga pada masa balita
membutuhkan makanan yang berkualitas. Pola asuh makan yang baik tercermin dari
baiknya asupan makan yang diberikan ibu. Asupan makanan dinilai kualitatif
yang sehat, member makan bergizi dan mengontrol porsi yang dihabiskan akan
meningkatkan status gizi anak. Jika pola asuh pemberian makan yang diberikan salah
dapat menyebabkan kurangnya asupan zat gizi yang diterima balita (Sawadogo, et al,
2010).
D. Pengetahuan
1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses sensoris,
terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain
yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open behavior (Donsu, 2017).
Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap suatu objek melalui panca indra yang dimilikinya. Pada waktu
perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang sebagian besar diperoleh
2. Tingkat Pengetahuan
intensitas atau tingkatan yang berbeda. Secara garis besar dibagi menjadi 6 tingkat
pengetahuan, yaitu :
a) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai recall atau memanggil memori yang telah ada sebelumnya
setelah mengamati sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang telah dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Tahu disisni merupakan tingkatan yang paling
rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur orang yang tahu tentang apa
yang dipelajari yaitu dapat menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,
b) Memahami (Comprehention)
Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap objek tersebut, dan
secara benar tentang objek yang diketahuinya. Orang yang telah memahami objek dan
c) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau pun mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada
situasi atau kondisi yang lain. Aplikasi juga diartikan aplikasi atau penggunaan
hukum, rumus, metode, prinsip, rencana program dalam situasi yang lain.
masalah yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada
dalam suatu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang sudah
dimilikinya. Dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
terhadap suatu objek tertentu. Penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
a) Pendidikan
perilaku akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta
b) Pekerjaan
Menurut Thomas yang kutipo leh Nursalam, pekerjaan adalah suatu keburukan yang
Pekerjaan tidak diartikan sebagai sumber kesenangan, akan tetapi merupakan cara
c) Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip dari Nursalam (2003), usia adalah umur
individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun . sedangkan
menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi
kedewasaannya.
d) FaktorLingkungan
Lingkungan ialah seluruh kondisi yang ada sekitar manusia dan pengaruhnya
e) SosialBudaya
Sistem sosial budaya pada masyarakat dapat memberikan pengaruh dari sikap
a) PengetahuanBaik : 76 % - 100 %
b) PengetahuanCukup : 56 % - 75 %
c) PengetahuanKurang :< 56 %
Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta
interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Tingkat pengetahuan gizi
seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang
pada akhirnya akan berpengaruh pada status gizinya (Khomsan et al. 2007)
Pengetahuan berikatan dengan kejadian stunting dapat terlihat pada peranan orangtua
terutama ibu dalam pemenuhan gizi anak dalam menghadapi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Untuk mendapatkan gizi yang baik diperlukan pengetahuan gizi
yang baik dari orang tua agar dapat menyediakan menu pilihan seimbang (Devi N, 2012).
Seorang ibu yang memiliki pengetahuan dan sikap gizi yang kurang akan sangat
berpengaruh terhadap status gizi anaknya dan akan sukar memilih makanan yang bergizi
Menurut Notoadmodjo (2005) pola asuh ibu merupakan perilaku ibu dalam mengasuh
balita mereka. Perilaku ini dipengaruhi oleh sikap dan pengetahuan. Pengetahuan yang
baik akan menciptakan sikap yang baik, yang selanjutnya apabila sikap tersebut dinilai
sesuai, maka muncul perilaku yang baik pula. Pengetahuan sendiri didapatkan dari
pendidikan formal maupun dari media (non formal), seperti radio, TV, internet, Koran,
Faktor utama :
Stunting
Faktor resiko:
Karakteristik
orangtua
(pendidikan,
pekerjaan,
pendapatan, tinggi
badan orangtua)