Anda di halaman 1dari 16

GAYA KOMUNIKASI AHOK BERDASARKAN PERSPEKTIF

KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA

Aprilyanti Pratiwi
aprilyantipratiwi@univpancasila.ac.id
Universitas Pancasila

ABSTRACT

2019 is the year of Ahok's return after serving a prison sentence of 2 years. It is still
embedded in people's memories of how the character of Ahok as a leader is very
different from the character of leaders in Indonesia. The purpose of this study is to
analyze Ahok's communication style while serving as the Governor of DKI Jakarta in
terms of the context of cross-cultural communication. The method used in this study is
qualitative by analyzing online news that displays Ahok's communication style. In
addition, this study also uses literature studies in the form of previous research
literature that examines Ahok's communication style. The results showed that based
on cross-cultural perspectives, Ahok as an official and or political elite used Low
Context Culture (LCC) communication style. Ahok displays a communication style that
is outspoken or to the point. He paid little attention to the value system. If he considers
that other people wrong, then he does not hesitate to say it without caring what he
expressed is contrary to the values adopted by the people of Indonesia. However, there
are several Ahok communication styles that do not conform to the characteristics of
the LCC, namely when speaking Ahok tends to use non-formal language with high
voice intonation.

Keywords: Communication Style, DKI Jakarta Governor, Ahok, Cross Culture


Communication, Low Context Culture

ABSTRAK

Tahun 2019 menjadi tahun kembalinya Ahok setelah menjalani hukuman penjara
selama 2 tahun. Masih lekat dalam ingatan masyarakat bagaimana karakter Ahok
sebagai pemimpin sangat berebeda jauh dengan karakter pemimpin di Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis gaya komunikasi Ahok pada saat
menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta ditinjau dari konteks komunikasi lintas
budaya. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan
menganalisis pemberitaan online yang menampilkan gaya komunikasi Ahok. Selain
itu penelitian ini juga menggunakan studi kepustakaan berupa literatur penelitian
terdahulu yang mengkaji mengenai gaya komunikasi Ahok. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa berdasarkan perspektif lintas budaya, Ahok sebagai seorang
pejabat dan atau elit politik menggunakan gaya komunikasi Low Context Culture
(LCC) atau komunikasi konteks rendah. Ahok menampilkan gaya komunikasi yang
blak-blakan atau to the point dan tidak suka bertele-tele. Ia kurang memperhatikan
sistem nilai. Apabila ia menganggap orang lain salah, maka ia tak segan-segan

Avant Garde Volume 7 No 1, Juni 2019 42


mengatakannya tanpa perduli yang diungkapkannya tersebut bertolak belakang
dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat Indonesia. Namun terdapat beberapa gaya
komunikasi Ahok yang tidak berkesesuaian dengan karakteristik LCC, yaitu ketika
berbicara Ahok cenderung menggunakan bahasa non formal dengan intonasi suara
yang tinggi.

Kata kunci: Gaya Komunikasi, Gubernur DKI Jakarta, Ahok, Komunikasi


Lintas Budaya, Komunikasi Konteks Rendah

PENDAHULUAN kali terjadi misunderstanding yang


Kita dapat memenuhi dialami peserta komunikasi yang
kebutuhan hidup kita jika kita memiliki budaya yang berbeda
berkomunikasi dengan orang lain (Mulyana, 1996).
(Liliweri, 2007). Melalui kalimat Cukup unik jika kita
tersebut dapat dikatakan bahwa begitu memperhatikan bagaimana seorang
pentingnya komunikasi yang dilakukan politisi dari satu budaya tertentu
seseorang dengan orang lain sehingga berkomunikasi dengan audiensnya
mampu memenuhi kebutuhan yang berasal dari budaya lain.
hidupnya. Lebih lanjut Porter et.al Bagaimana cara ia membentuk citra
(1996) menjelaskan bahwa komunikasi positif di tengah-tengah perbedaan
menjadi sempurna jika orang lain yang mereka miliki? Ada banyak gaya
(komunikan) memiliki pemaknaan dan komunikasi yang diterapkan oleh
persepsi yang sama atas pesan yang pemimpin untuk meraih simpati rakyat.
kita sampaikan. Berbagai strategi komunikasi politik
Bagai koin mata uang yang dilakukan setiap pejabat atau elit
memiliki dua sisi, komunikasi dan politik untuk meningkatkan citra positif
budaya memiliki hubungan sangat erat dibenak masyarakat. Setiap pemimpin
dan tak terpisahkan. Satu sisi, budaya berusaha membangun citra positif
merupakan penggalan dari perilaku dengan menampilkan gaya komunikasi
komunikasi seseorang. Namun di lain yang santun dan bersahaja. Namun
sisi, komunikasi mampu membentuk tidak demikian dengan Ahok. Saeni
budaya, memeliharanya, (2017) menjelaskan bahwa ia memiliki
mengembangkannya dan gaya komunikasi yang dianggap jauh
mewariskannya. Dengan demikian dari ideal. Ahok dianggap sebagai
dapat dinyatakan bahwa budaya seorang pemimpin yang kontroversial
seseorang dapat mempengaruhi cara dengan banyak melakukan kejutan-
orang tersebut dalam berkomunikasi. kejutan, baik pada kebijakan-kebijakan
Peserta komunikasi yang datang dari yang ia buat maupun keputusan
budaya yang berbeda tentunya politiknya.
memiliki tata cara komunikasi yang Diantara pejabat politik dan elit
juga berbeda. Oleh karena itulah sering politik Indonesia, nama Ahok menjadi

Avant Garde Volume 7 No 1, Juni 2019 43


fenomenal. Sebagai seorang Gubernur, adalah penelitian yang dilakukan oleh
Ahok memiliki track record tersendiri Prasetyo (2014) yang berjudul
di mata rakyat DKI Jakarta. Pada 2015 “Persepsi Masyarakat DKI Jakarta
lalu, Periskop Data melakukan survei Terhadap Figur dan Komunikasi
mengenai kepuasan publik terhadap Politik Basuki Tjahaja Purnama”.
kepemerintahan Ahok sebagai Penelitian ini ingin mengetahui
Gubernur DKI Jakarta. Reseponden bagaimana persepsi masyarakat
pada survei ini sebanyak 500 orang. khususnya masyarakat DKI Jakarta
Reseponden dipilih dengan acak terhadap figur Ahok dan bagaimana
dengan kriteria berumur lebih dari 17 komunikasi politik yang telah
tahun atau telah menikah. Survei dijalankannya selama menjabat sebagai
dilaksanakan di enam kabupaten/kota Wakil Gubernur DKI Jakarta.
di Jakarta dan dilaksanakan dari Penelitian selanjutnya yang juga
tanggal 1 Juni hingga 7 Juni 2015. mengkaji mengenai gaya komunikasi
Salah satu indikator dalam survey Ahok, yaitu penelitian yang dilakukan
tersebut adalah mengenai gaya oleh Wijayanti et.al (2014) dengan
komunikasi Ahok. Hasil survei tersebut judul Retorika dan Gaya
menunjukkan 70,4% responden Kepemimpinan Ahok dalam
menyatakan bahwa Ahok tidak Penegakan Kebijakan di Jakarta.
memiliki sopan santun sebagai kepala Penelitian tersebut bertujuan untuk
daerah. 77% responden menginginkan menganalisis retorika dan gaya
agar Ahok membenahi cara kepemimpinan Ahok dalam melakukan
berkomunikasinya. Dengan demikian penegakan kebijakan di Jakarta.
berdasarkan survei tersebut gaya Rani (2014) juga melakukan
komunikasi Ahok tidak berkenan di penelitian mengenai Ahok dengan
hati masyarakat karena dianggap kasar, judul “Preferensi Opini Publik dalam
arogan, kurang ramah dan cenderung Media Online (Preferensi Opini Publik
emosional. terhadap Citra Ahok dalam Lipsus
Menarik untuk mengkaji gaya Kompas.com tentang Penertiban PKL
komunikasi yang ditampilkan Ahok Pasar Tanah Abang Bulan Juli 2013)”.
sebagai seorang kepala daerah Tujuan penelitian tersebut adalah untuk
sebagaimana yang diungkapkan mengetahui opini publik terhadap citra
Muksin (2017) bahwa gaya komunikasi Ahok pada Kompas.com. Penelitian
seorang pemimpin merupakan suatu lain yang juga mengkaji mengenai gaya
yang urgen berkaitan dengan komunikasi Ahok adalah penelitian
kebijakan-kebijakan yang diambilnya. yang dilakukan oleh Muksin (2017)
Terdapat beberapa penelitian dengan judul “Kredibiltas
sebelumnya yang membahas mengenai Komunikator Politik Basuki Tjahaya
gaya komunikasi Ahok. Diantaranya Purnama “Ahok” Sebagai Gubernur

Avant Garde Volume 7 No 1, Juni 2019 44


Provinsi DKI Jakarta”. Tujuan Metode pada penelitian ini
penelitian tersebut adalah untuk adalah kualitatif. Penelitian ini
menggambarkan gaya komunikasi menggambarkan gaya komunikasi
politik Ahok baik secara verbal Ahok (Basuki Tjahaja Purnama)
maupun non verbal. Tujuan lainnya, selama menjabat sebagai Gubernur
yaitu untuk menganalisis etika DKI Jakarta. Pada penelitian ini data
komunikasi politik yang dimiliki Ahok. yang dipergunakan adalah sumber
Selain itu, tujuan selanjutnya adalah tertulis, yaitu beberapa pemberitaan
untuk menjelaskan kredibilitas yang mengenai Ahok (Basuki Tjahaja
dimiliki Ahok sebagai seorang Purnama) selama menjabat sebagai
komunikator politik. Gubernur DKI Jakarta. Selain itu
Penelitian selanjutnya yang penelitian ini juga menggunakan
juga meneliti gaya komunikasi Ahok metode studi kepustakaan yaitu melalui
berjudul “Gaya Komunikasi Pemimpin literatur penelitian terdahulu yang
Di Media (Analisis Semiotika Gaya mengkaji mengenai gaya komunikasi
Komunikasi Basuki Tajahaja Purnama Ahok.
“Ahok” Dalam Tayangan Mata Najwa
On Stage “Semua Karena Ahok” Di HASIL DAN PENELITIAN
Metro TV)” yang ditulis oleh Rahmah Basuki Tjahaja Purnama atau
(2018). Tujuan penelitian tersebut lebih akrab disapa Ahok merupakan
untuk menemukan makna denotasi, Gubernur DKI Jakarta yang menjabat
konotasi dan mitos yang terdapat pada sebagai Gubernur DKI Jakarta sejak 19
gaya komunikasi Ahok. Fokus November 2004. Sebelumnya Ahok
penelitian tersebut adalah analisis menjabat sebagai Wakil Gubernur dan
semiotika gaya komunikasi pemimpin Plt atau Pelaksana tugas Gubernur yang
di media. sebelumnya dijabat oleh Jokowi.
Berdasarkan pada penjabaran Selama menjabat sebagai Gubernur
terhadap kajian penelitian terdahulu di DKI Jakarta, gaya kepemimpinan
atas, dapat diketahui bahwa belum Ahok memang telah menarik perhatian
ditemukannya penelitian mengenai berbagai kalangan. Tidak hanya warga
gaya komunikasi Ahok dengan DKI Jakarta saja yang mengenal
menggunakan pendekatan komunikasi karakter Ahok yang keras, namun
lintas budaya. Oleh sebab itu maka warga dari daerah lain pun mengetahui
penelitian ini akan mengkaji gaya bagaimana karakter seorang Ahok.
komunikasi Ahok dengan pendekatan Berita mengenai gaya kepemimpinan
komunikasi lintas budaya. Ahok yang meledak-ledak dan
kontroversial kerap kali menghiasi
METODE PENELITIAN layar kaca nasional, diantaranya adalah
pemberitaan mengenai waduk Pluit dan

Avant Garde Volume 7 No 1, Juni 2019 45


penertiban PKL di pasar Tanah Abang. basa-basi dan cenderung lugas dalam
Sebagai seorang komunikator politik berkomunikasi. Sifatnya yang tidak
apa yang ditampilkan Ahok di televisi suka basa-basi dan lugas inilah yang
menuai berbagai pendapat, baik yang membuatnya seringkali dinilai orang
positif maupun negatif. lain sebagai seseorang yang emosional.
Ahok cenderung memisahkan Padahal sifat Ahok yang emosional itu
isu dan orang yang merupakan ekpresi yang ia keluarkan
mengkomunikasikan isu. Walaupun atas situasi yang ia alami sebagai
Ahok pada awalnya bersikap seorang yang tidak suka berbasa-basi.
emosional terhadap wartawan yang Ahok juga mengutamakan
akan mewawancarainya, yaitu informasi secara verbal, walaupun
memarahi dan mengusir wartawan kemudian diikuti oleh nonverbalnya.
tersebut, akan tetapi Ahok pada Perlakuan Ahok yang memarahi dan
akhirnya mempersilahkan wartawan mengusir wartawan merupakan
tersebut untuk mewawancarainya pada komunikasi yang dilakukan Ahok
keesokan harinya. Dikutip dari secara verbal, yaitu komunikasi yang
Kompas.com edisi 17 Juni 2016, diucapkan dengan lisan. Berbarengan
diketahui bahwa pada 16 Juni 2016 dengan komunikasi yang ia sampaikan
Ahok memarahi dan menunjuk secara lisan tersebut, Ahok pun
wartawan sebuah media online. Ahok menampilkan komunikasi nonverbal,
pun tidak memperbolehkan wartawan yaitu dengan vokal dan intonasi suara
tersebut untuk melakukan liputan di yang tinggi. Muksin (2017)
Balai Kota. Perlakuan yang dilakukan menyatakan bahwa gaya komunikasi
oleh Ahok ini bukanlah tanpa sebab. Ahok dengan vokal dan intonasi suara
Ahok berang atas pertanyaan yang yang tinggi ini merupakan gaya
dilontarkan oleh wartawan tersebut komunikasi yang meledak-ledak. Gaya
yang menanyakan mengenai komunikasi yang meledak-ledak serta
selentingan mengenai aliran dana intonasi suara yang tinggi ini dianggap
sebesar Rp. 30 miliar yang diterima tidak ramah dan tidak menyenangkan
oleh “Teman Ahok” sebagai kelompok oleh sebagian masyarakat kita, terlebih
relawan Ahok dari pengembang masyarakat Jawa dan Sunda yang
reklamasi. memiliki tutur kata dan intonasi yang
Ahok merupakan tipikal cenderung lemah lembut. Masih
pejabat yang temperampental. menurut Muksin (2017), gaya
Setidaknya pernyataan tersebut komunikasi Ahok yang meledak-ledak
disampaikan oleh Yusril Ihza tersebut merupakan ekspresi
Mahendra seperti dikutip Kompas.com kemarahan. Ekspresi kemarahan
edisi 17/06/2016. Ahok juga dianggap masyarakat kurang etis jika
merupakan pribadi yang tidak suka ditampilkan oleh seorang pemimpin.

Avant Garde Volume 7 No 1, Juni 2019 46


Masyarakat menganggap seorang formal seperti: “lu” dan “gue”. Hasil
pemimpin idealnya memiliki sikap kajian tersebut juga menemukan bahwa
mengayomi, sabar dan menjadi Ahok seringkali melontarkan kata-kata
pendengar yang baik. Gaya komunikasi kasar seperti “akan gue sikat”, “bego”,
yang ditampilkan Ahok yang memiliki dan “hajar saja”.
intonasi tinggi tersebut juga dianggap Salah satu masalah yang
tidak mencerminkan sosok pemimpin menjegal Ahok pada masa
yang bijaksana. Masyarakat menilai kampanyenya adalah kasus penistaan
bahwa seorang pemimpin wajib agama. Masyarakat muslim Indonesia
menjadi contoh yang baik bagi menganggap pernyataan Ahok
bawahannya dan masyarakat luas. mengenai interpretasinya atas surat Al-
Hasil kajian yang kurang lebih Maidah adalah keliru besar dan
senada juga ditemukan oleh Saeni merupakan suatu penistaan agama.
(2017). Secara garis besar diketahui Padahal Ahok tidak bermaksud
bahwa Ahok memiliki gaya demikian. Seperti kita ketahui bersama
komunikasi yang tak biasa jika bahwa Ahok terjerat kasus penistaan
dibandingkan dengan pejabat agama hingga Ahok harus mendekam
Indonesia lainnya. Ahok lebih di penjara. Kasusnya berawal 27
menyukai berbicara dengan September 2016, ketika Ahok
menggunakan nada yang tinggi melaksanakan kunjungan kerja ke
dibarengi dengan mata melotot dan Kepulauan Seribu, Jakarta. Pada
telunjuk yang menuding. Sangat kunjungan kerjanya tersebut, Ahok
bertolak belakang dengan gaya mengadakan dialog dengan warga
komunikasi yang dimiliki oleh pejabat setempat dan juga menebar ribuan
Indonesia lainnya yang cenderung benih ikan. Pada pidato sambutannya,
berbicara lembut serta santun yang Ahok menghimbau agar warga tidak
dibarengi gesture tubuh yang ditata. khawatir dengan kebijakan yang telah
Saeni (2017) menemukan dibuat pada masa kepemerintahannya.
bahwa Ahok seringkali memilih kata- Ahok pada pidatonya tersebut
kata yang anti-mainstream dari menambahkan bahwa jika nanti ia tidak
penggunaan bahasa yang ditampilkan terpilih menjadi Gubernur DKI,
pejabat Indonesia umunya. Ahok program pemerintah yang telah ia
memilih kata-kata gaul khas anak muda rancang di Kepulauan Seribu tersebut
jaman sekarang seperti “emang gua akan tetap berjalan. Pada pidatonya itu,
pikirin”, “tanah nenek moyang lu” atau Ahok menyampaikan dengan gaya
“gue ngga mau tau”. Pada saat ditanya yang santai dan lugas. Di sela-sela
jurnalis pada saat wawancara pun, pidatonya ia menyisipkan Surat Al
Ahok dengan santainya menjawab Maidah ayat 51. Tak disangka pidato
dengan menggunakan bahasa non- Ahok tersebut banyak diperbincangkan

Avant Garde Volume 7 No 1, Juni 2019 47


di dunia maya, utamanya kalimat kemampuan Ahok dalam memimpin
mengenai Surat Al Maidah ayat 51. kepala dinas DKI Jakarta.
Jika kita telaah dengan seksama Kesederhanaannya pun menjadi
video yang mana Ahok dianggap keunggulan yang dimiliki Ahok jika
melakukan penistaan agama tersebut, dibandingkan dengan Gubernur DKI
Kalimat Ahok yang berbunyi: Jakarta lainnya. Berdasarkan poin-poin
“...dibohongin pake surat Al Maidah tersebut dapat dikatakan bahwa
ayat 51...” memiliki maksud bahwa masyarakat tidak tetrlalu
Ahok merujuk pada individu atau mempermasalahkan gaya komunikasi
kelompok tertentu yang menggunakan Ahok selagi apa yang ia lakukan untuk
surat Al-Maidah atas dasar kepentingan kepentingan masyarakyat DKI Jakarta.
politik untuk membohongi masyarakat Namun Ahok mendapatkan
agar tidak memilihnya sebagai nilai terendah pada kemampuan
Gubernur pada Pemilihan Gubernur berkomunikasinya. Ia hanya
DKI 2017. Jadi jelas bahwa kata mendapatkan nilai 6,17 dari responden.
“dibohongi” merujuk pada “orang”, Dari hasil survey ini pun diketahui
bukan pada “Al-Quran Surat Al bahwa Ahok memiliki sisi kelemahan,
Maidah Ayat 51”. yaitu memiliki sifat yang frontal,
Pada 2015 lalu, Kompas emosional dan kasar. Terlebih gaya
melakukan survey terhadap karakter komunikasi Ahok yang frontal,
Gubernur DKI Jakarta. Sebagaimana emosional dan kasar ini dibanding-
dikutip dari Kompas.com edisi bandingkan dengan gaya komunikasi
27/05/2015 diketahui bahwa Ahok Ali Sadikin yang merupakan Gubernur
memiliki nilai tertinggi pada DKI Jakarta yang menjabat pada 1966
kejujurannya. Sebanyak 7,53 hingga 1977. Kedua pemimpin DKI
responden mengakui kejujuran Ahok. Jakarta di era yang berbeda ini sama-
Ketegasan dan keberanian Ahok juga sama memiliki ketegasan, keberanian,
menjadi keunggulannya. Masyarakat dan kecerdasan.
juga memberikan apresiasi kepada

Avant Garde Volume 7 No 1, Juni 2019 48

Gambar 1. Penilaian Responden tentang Karakter Gubernur DKI


Sumber: Kompas.com
Gaya bicara Ahok yang keras, Ahok. Bahkan mereka mengakui
bernada tinggi dan blak-blakan cukup bahwa dibalik gaya komunikasi Ahok
dilematis jika kita menengok pada yang fenomenal itu terdapat hal positif.
masyarakat DKI Jakarta yang berasal Mereka beranggapan bahwa gaya
dari beragam suku dan etnis. Prasetyo komunikasi yang diterapkan Ahok
(2014) menemukan bahwa dalam sudah tepat diterapkan untuk
memandang sosok Ahok sebagai mengelola Provinsi DKI Jakarta
seorang pemimpin, masyakarat DKI dengan beragamnya permasalahan
Jakarta tidak mempersoalkan yang terjadi. Mereka menganggap
perbedaan latar belakang budaya bahwa gaya komunikasi Ahok bagus
ataupun agama. Masyarakat diterapkan untuk menghadapi koruptor
menganggap bahwa gaya komunikasi di lingkungan DKI Jakarta.
Ahok membawa suasana baru dalam Berbeda dengan kubu kedua
ranah perpolitikan Indonesia yang mengakui bahwa mereka tidak
khususnya DKI Jakarta dengan merasa nyaman, bahkan cenderung
memanfaatkan media dalam tersinggung dengan gaya komunikasi
komunikasi politiknya. Gaya Ahok. Selama berinteraksi dengan
komunikasi Ahok yang tegas dan Ahok mereka merasa terganggu dengan
mengendalikan ternyata juga disetujui gaya komunikasi Ahok yang demikian.
oleh masyarakat DKI Jakarta. Namun Mereka menganggap bahwa gaya
demikian, metode bicara Ahok yang komunikasi yang diterapkan Ahok tak
keras, bernada tinggi dan blak-blakan layak dimiliki dan diterapkan oleh
ketika menyampaikan kebijakan perlu seorang pejabat. Mereka mengakui
mendapat perhatian khusus mengingat tidak menemukan sisi positif dalam
masyarakat DKI Jakarta yang gaya komunikasi yang diterapkan
heterogen. Ahok.
Tidak berbeda jauh dengan apa
yang ditemukan oleh Saeni (2017) pada HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitiannya mengenai gaya Blake dan Haroldsen pada
komunikasi Ahok dari sudut pandang bukunya Taxonomy of concepts in
anggota DPR RI DKI Jakarta. Secara communication sebagaimana dikutip
umum, hasil penelitiannya menemukan dari Zen (2004) menyatakan bahwa
bahwa dalam menyikapi gaya komunikasi politik adalah komunikasi
komunikasi Ahok, anggota DPR RI yang berengaruh secara aktual dan
DKI Jakarta terbagi menjadi dua kubu. potensial tentang fungsi dari
Kubu pertama merasa bahwa mereka pernyataan politik atau entitas politik
merasa nyaman dan tidak masalah lainnya. Dari definisi tersebut di atas
dengan gaya komunikasi yang dimiliki dapat kita simpulkan bahwa melalui

Avant Garde Volume 7 No 1, Juni 2019 49


komunikasi politik kita dapat melihat yang berupa kata-kata ataupun
pernyataan politik dari seorang nonverbal yang berupa intonasi suara,
politikus serta fungsi dan dampaknya. bahasa tubuh, penggunaan waktu,
Terlebih di era media saat ini, kita ruang dan jarak.
dapat melihat pernyataan politik Mulyana (1996) menyatakan
seorang politikus dengan mudah baik bahwa budaya menjadi salah satu
melalui saluran media massa maupun faktor yang mempengaruhi cara orang
internet, yaitu media sosial. Hal ini berbicara. Jika kita telaah dari sisi
disebabkan karena selain komunikator budaya kita telah ketahui bahwa Ahok
dan isi pesan, media massa merupakan merupakan seorang etnis Tionghoa
salah satu saluran komunikasi yang yang lahir dan besar di kepulauan
paling penting. Bangka Belitung. Sifat dan karakter
Dikutip dari Subiakto et.al masyarakat yang berasal dari
(2012), Daniel Katz membedakan kepulauan Bangka Belitung memang
politikus menjadi dua jenis, yaitu cenderung keras jika dibandingkan
partisan dan ideolog. Berdasarkan dengan masyarakat dari etnis Jawa
pembagian dua jenis politikus tersebut, sebagai etnis mayoritas di Indonesia.
Ahok adalah seorang partisan sekaligus Liliweri (2007) menjelaskan
seorang ideolog. Sebagai wakil rakyat, bahwa terdapat dua jenis konteks
Ahok beberapa kali terbukti komunikasi dalam memproses
melindungi dan mengutamakan informasi, yaitu Komunikasi Konteks
kepentingan rakyatnya. Namun Ahok Tinggi dan Komunikasi Konteks
juga merupakan seorang ideolog. Ahok Rendah. Komunikasi Konteks Tinggi
seringkali mengeluarkan kebijakan- atau High Context Culture (HHC)
kebijakan yang kontroversial untuk merupakan sebuah kebudayaan yang
sebagian masyarakat dengan dalil-dalil memiliki suatu prosedur pengalihan
yang ia miliki serta pemahaman materi informasi menjadi sulit untuk
mengenai kebijakannya tersebut dikomunikasikan. Sedangkan
sehingga orang lain pun mengikuti Komunikasi Konteks Rendah atau Low
kebijakan tersebut. Context Culture (LCC) adalah
Gaya komunikasi kebudayaan yang prosedur pengalihan
(communication style) merupakan sifat informasinya menjadi lebih mudah
antarpribadi yang secara khusus untuk dikomunikasikan.
ditampilkan seseorang dalam kondisi Gaya komunikasi yang dimiliki
tertentu. Gaya komunikasi merupakan Ahok, memang paling unik dan
metode penyampaian dan gaya bahasa terkesan ekstrim jika dibandingkan
seseorang yang disampaikan dengan dengan pejabat dan elit politik
baik. Widjaja (2000) menyatakan Indonesia. Apabila kita tarik benang
bahwa gaya yang dimaksud baik verbal merah antara daerah asal Ahok dan

Avant Garde Volume 7 No 1, Juni 2019 50


gaya komunikasi yang ditampilkan menggunakan bahasa yang sederhana,
Ahok, maka berdasarkan perspektif bukan bahasa elit yang sering
lintas budaya diketahui bahwa Ahok ditampilkan oleh pejabat dan elit
menggunakan gaya komunikasi low politik Indonesia, khususnya DKI
context atau konteks rendah yang mana Jakarta. Ahok cenderung menggunakan
gaya komunikasi ini cenderung spontan bahasa yang normatif.
dan blak-blakan. Ahok lebih suka
Tabel 1
Komunikasi Konteks Rendah dalam Gaya Kepemimpinan Ahok
Komunikasi Konteks Rendah dalam Konteks Komunikasi
Gaya Kepemimpinan Ahok
Memisahkan isu dan orang yang Mempersilahkan wartawan yang
mengkomunikasikan isu sebelumnya ia marahi untuk
mewawancarainya pada keesokan
harinya
Kurang memperhatikan sistem nilai “bego”
Mengutamakan informasi secara Menyukai berbicara dengan
verbal dengan non verbal menggunakan nada yang tinggi dibarengi
dengan mata melotot dan telunjuk yang
menuding
Tidak suka basa-basi dan cenderung “gue ngga mau tau”.
lugas dalam berkomunikasi

Jika dibandingkan dengan memperhatikan sistem nilai, jika ia


individu yang berasal dari kebudayaan anggap suatu hal yang dilakukan orang
HHC yang sungkan dalam salah maka ia akan langsung
mengalihkan suatu informasi, individu mengatakannya tanpa memperdulikan
yang berasal dari kebudayaan LCC bahwa yang diungkapkannya itu
cenderung gampang dalam melakukan bertolak belakang dengan nilai-nilai
pengalihan suatu informasi. Individu yang dianut masyarakat. Ahok melalui
dari kebudayaan LCC merupakan gaya bicaranya yang cenderung
individu yang eksplisit, to the point, eksplisit, to the point dan blak-blakan
dan blak-blakan serta kurang mengharapkan agar lawan bicaranya
memperhatikan sistem nilai, norma dan memberikan informasi yang tidak
kepercayaan. Mereka mengharapkan bertele-tele sehingga ia dapat
lawan bicara memberikan informasi mengakses informasi yang diberikan
secara garis besar saja karena mereka lawan bicaranya itu dengan mudah.
dapat mengaksesnya dengan mudah. Ahok pun berharap agar lawan
Ahok dalam menyampaikan pesan bicaranya juga menyampaikan
politiknya cenderung eksplisit, to the informasi yang lebih sederhana agar
point dan blak-blakan. Ahok kurang

Avant Garde Volume 7 No 1, Juni 2019 51


dapat dengan cepat dipahami olehnya Indonesia. Masyarakat kita pun telah
dalam berbagai situasi dan kondisi. terbiasa dengan gaya semacam ini dan
Individu dari kebudayaan HCC menganggapnya sebagai suatu hal yang
juga berharap agar lawan bicaranya lumrah. Gaya ini sangat kontras dengan
menggunakan cara yang lebih simpel gaya komunikasi yang dimiliki Ahok.
agar mereka dapat langsung memahami Saphiere, et al (2005)
segala bentuk informasi dalam menjelaskan bahwa tiap individu
berbagai kondisi. Akan tetapi apabila memiliki gaya komunikasi yang
kita kaji dengan menggunakan berbeda-beda. Ia menambahkan bahwa
perspektif komunikasi lintas budaya, gaya komunikasi merupakan gambaran
apa yang ditampilkan Ahok dengan dari karakter pribadi individu tersebut.
gaya bahasanya yang non-formal dan Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
cenderung kasar sangat bertolak kita simpulkan bahwa bukan suatu hal
belakang dengan karakteristik LCC, yang mengherankan jika Ahok
yaitu mengutamakan suasana informasi memiliki gaya komunikasi yang
yang formal. berbeda dari kebanyakan pejabat atau
Nurkamto (2001) menyatakan elit politik di Indonesia. Ahok sendiri
bahwa, seperti bangsa Asia lainnya, sebagai seorang individu memiliki
Indonesia merupakan negara yang karakter yang relatif sama dengan gaya
mayoritas penduduknya memiliki gaya kemepimpinannya yang ia tampilkan
komunikasi konteks tinggi (HCC). selama ini, yaitu to the point dan blak-
Sejalan dengan itu, maka gaya bahasa blakan.
dan komunikasi yang ditampilkan Saphiere, et al (2005) juga
pejabat dan elit politik Indonesia menambahkan bahwa terdapat
umumnya adalah HCC. Pada beberapa faktor yang berandil besar
umumnya, gaya bahasa pejabat dan elit dalam gaya komunikasi seseorang,
politik di Indonesia dapat digolongkan diantaranya adalah konteks
menjadi empat jenis, yaitu gaya komunikasi, tujuan komunikasi,
pengingkaran terhadap kenyataan, gaya konsep diri individu, nilai-nilai yang
eufemistik, samar-samar dan berputar- dianut oleh individu, dan gaya
putar. Keempat jenis gaya bahasa komunikasi yang diterapkan oleh
pejabat dan elit politik Indonesia sangat individu ketika berinteraksi.
kontras jika dibandingkan dengan gaya Selayaknya budaya, gaya
komunikasi Ahok. Misalnya gaya komunikasi merupakan suatu hal yang
berputar-putar. Gaya ini merupakan relatif, dinamis dan sukar ditebak.
gaya bahasa yang cenderung bertele- Namun gaya komunikasi yang
tele dan tidak langsung menjurus pada ditampilkan Ahok relatif sama. Secara
pokok persoalan. Gaya ini khas verbal, orang dari budaya berbeda akan
dimiliki oleh mayoritas pejabat menganggap kata-kata yang diucapkan

Avant Garde Volume 7 No 1, Juni 2019 52


Ahok cenderung kasar, meledak-ledak memberantas tindakan korupsi yang
dan tegas. Secara nonverbal intonasi terjadi dalam ruang lingkup Provinsi
suara yang dimiliki Ahok sangat tinggi. DKI Jakarta.
Konteks dan konten pembicaraannya Ahok bagi sebagian masyarakat
pun masih terbilang normal dan wajar memiliki sisi kejujuran yang tinggi,
jika kita menengok dengan kaca mata berani dan sederhana jika dibandingkan
komunikasi konteks rendah (LCC). dengan Gubernur DKI Jakarta lainnya.
Namun ternyata tanggapan dari Berdasarkan poin-poin tersebut dapat
masyarakat mengenai pidato sambutan dikatakan bahwa masyarakat tidak
Ahok ini menjadi beragam. Terlebih terlalu mempermasalahkan gaya
jika melihatnya dengan menggunakan komunikasi Ahok selagi apa yang ia
komunikasi konteks tinggi (HCC). lakukan untuk kepentingan
Orang dengan budaya konteks tinggi masyarakyat DKI Jakarta. Akan tetapi
akan menganggap apa yang gaya komunikasi Ahok ini terdapat
disampaikan Ahok terkesan arogan, kelemahannya juga, yaitu bahasa yang
sombong, hingga menistakan agama. lugas dan spontan serta blak-blakan
Jadi, sebenarnya permasalahan kasus jika sudah melebihi batasan norma
penistaan agama yang mendera Ahok masyarakat kita akan menjadi blunder
bukan hanya dapat ditelaah dalam untuk Ahok. Akibat dari ucapan Ahok
konteks kajian politik dan bahasa saja, yang cenderung blak-blakan dan kasar
tapi juga dapat dilihat dari konteks sudah mendapat banyak kritikan dari
budaya, baik itu budaya yang dimiliki beberapa kalangan.
Ahok maupun budaya masyarakat yang Data sensus penduduk tahun
melihat pidato Ahok tersebut. 2000 mencatat jumlah penduduk DKI
Sesungguhnya gaya Jakarta sebanyak 8,3 juta jiwa. Etnis
komunikasi yang dimiliki Ahok terbanyak adalah etnis Jawa dengan
tersebut mempunyai kekuatan dan jumlah 35,16%, disusul etnis Betawi
kelemahan untuk Ahok. Kekuatannya (27,65%),
adalah bahwa gaya komunikasi yang Sunda (15,27%), Tionghoa (5,53%), B
ditampilkan Ahok berkenaan dengan atak (3,61%), Minangkabau (3,18%),
program-program politiknya dapat Melayu (1,62%). Berdasarkan data
dengan mudah dimengerti oleh semua tersebut dapat disimpulkan bahwa
kalangan masyarakat. Ahok sebagian masyarakat DKI Jakarta
menggunakan bahasa yang lugas, menganut komunikasi konteks tinggi
spontan dan sederhana. Gaya atau HCC. Orang-orang dari
komunikasi Ahok yang keras dan tegas kebudayaan HCC berharap supaya
cocok untuk mengelola DKI Jakarta lawan bicaranya menggunakan metode
yang memiliki permasalahan yang yang lebih simpel agar mereka dapat
cukup kompleks, diantaranya langsung memahami segala bentuk

Avant Garde Volume 7 No 1, Juni 2019 53


informasi dalam berbagai kondisi. bukan bahasa elit yang sering
Orang yang menganut HCC merupakan ditampilkan oleh pejabat atau elit
individu yang implisit, dan lebih politik Indonesia pada umumnya.
memperhatikan sistem nilai, norma dan Sesuai dengan karakteristik Low
kepercayaan. Karakteristik masyarakat Context Culture (LCC) bahwa Ahok
DKI yang mayoritas menggunakan dalam menyampaikan pesan politiknya
komunikasi HCC berbading terbalik cenderung eksplisit, to the point dan
dengan karakter Ahok yang menganut blak-blakan. Ahok kurang
komunikasi LCC. Perbedaan ini memperhatikan sistem nilai, jika ia
sebenarnya dapat mengakibatkan anggap suatu hal yang dilakukan orang
terjadinya kesalahpahaman yang pada salah maka ia akan langsung
tataran selanjutnya berpotensi konflik. mengatakannya tanpa memerdulikan
Astriningsih (2011) bahwa yang diungkapkannya itu
menyatakan bahwa agar bertolak belakang dengan nilai-nilai
kesalahpahaman dapat dihindari, yang dianut masyarakat. Namun
masyarakat harus memiliki sikap saling terdapat beberapa gaya komunikasi
terbuka dan berusaha untuk memahami Ahok yang tidak berkesesuaian dengan
pihak lain. Pada konteks ini, karakteristik LCC, yaitu ketika
masyarakat DKI Jakarta hendaknya berbicara Ahok cenderung
memiliki sikap terbuka dan memahami menggunakan bahasa non formal
karakteristik Ahok yang blak-blakan dengan intonasi suara yang tinggi.
dan cenderung frontal dan Gaya komunikasi Ahok yang
temperamental. Ahok pun demikian, menerapkan komunikasi konteks
hendaknya memahami karakteristik rendah (LCC) ini cukup ideal untuk
masyarakatnya agar pesan politiknya diterapkan oleh seorang pemimpin,
dapat tersampaikan dengan baik terlebih memimpin Provinsi DKI
kepada masyarakat. Jakarta yang memiliki masalah yang
beragam dengan masyarakat dari suku
SIMPULAN dan etnis yang beragam pula. Walau
Gaya komunikasi yang dimiliki memang tidak berkesuaian dengan
Ahok, memang paling unik dan gaya komunikasi pemimpin pada
terkesan ekstrim jika dibandingkan umumnya yang menerapkan gaya
dengan pejabat atau elit politik komunikasi konteks tinggi (HCC),
Indonesia pada umumnya. Ahok gaya komunikasi Ahok dapat menjadi
menggunakan gaya komunikasi low penangkal untuk para koruptor agar
context atau konteks rendah yang mana mereka enggan dipermalukan di depan
gaya komunikasi ini cenderung spontan umum oleh Ahok jika terbukti
dan blak-blakan. Ahok lebih suka melakukan tindakan korupsi.
menggunakan bahasa yang sederhana,

Avant Garde Volume 7 No 1, Juni 2019 54


UCAPAN TERIMA KASIH Budaya. Bandung: Remaja
Penulis mengucapkan Rosdakarya.
terimakasih kepada pihak-pihak yang Saphiere, D.H., Babara K. M., dan
telah membantu dalam penyelesaian Basma I. D. (2005).
penulisan tulisan ini. Terimakasih Communication highwire:
diucapkan untuk keluargaku tercinta, leveraging the power of diverse
khususnya kepada suamiku atas semua communication styles. Boston:
support yang diberikan. Terimakasih Intercultural Press.
juga diucapkan kepada Melkoters atas Subiakto, Henri & Ida,
support yang diberikan kepada penulis. Rachmah. (2012). Komunikasi
Tentunya tulisan ini masih jauh dari Politik, Media dan Demokrasi.
sempurna. Oleh sebab itu penulis Edisi Pertama. Jakarta:
sangat membutuhkan masukan yang Kencana Prenada Media Group.
membangun dari pembaca semua. Widjaja, H.A.W. (2000). Ilmu
Semoga tulisan ini bermanfaat. Komunikasi Pengantar Studi.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Daftar Pustaka Zen, F. (2004). NU Politik Analisis
Buku: Wacana Media. Yogyakarta:
Liliweri, A. (2003). Dasar-dasar LKiS.
Komunikasi Antarbudaya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sumber lain:
----------------. (2007). Makna Budaya Astriningsih, R. (2011). Memahami
Dalam Komunikasi Gaya Konflik Budaya Konteks
Antarbudaya. Yogyakarta: Tinggi dan Rendah Dalam
LkiS. Konflik Kesalahpahaman
Mulyana, D. dan Jalluddin R. (1996). Hubungan Pertemanan
Komunikasi Antarbudaya - (Friendly Relationship).
Panduan Berkomunikasi Skripsi. Universitas
dengan Orang-Orang Berbeda Diponegoro. Semarang.
Budaya. Bandung: Remadja Junaidi. (2006). Komunikasi dan
Rosda Karya. Budaya: Menuju Masyarakat
Porter, R.E., et.al. (1996). “Suatu Multikultural. Jurnal Ilmu
Pendekatan Terhadap Budaya. Vol. 3, No. 1 Tahun
Komunikasi Antarbudaya.” 2006: 1-65.
Dalam Mulyana dan Rachmat Kistyarini. (2015, Mei 27). "Gubernur
(ed), Komunikasi Antarbudaya: DKI, antara Retorika dan
Panduan Berkomunikasi Sosok". Kompas.com. Diakses
dengan Orang-Orang Berbeda dari https://megapolitan.kompa
s.com/read/2015/05/27/150600

Avant Garde Volume 7 No 1, Juni 2019 55


61/Gubernur.DKI.antara.Retori Penertiban PKL Pasar Tanah
ka.dan.Sosok. Abang Bulan Juli 2013). Tesis.
Muksin, N.N. (2017). Kredibilitas Universitas Gadjah Mada.
Komunikator Politik Basuki Yogyakarta.
Tjahaya Purnama “Ahok” Saeni, E. (2017). Pengalaman Anggota
sebagai Gubernur Provinsi DPRD DKI Jakarta dalam
DKI Jakarta. Jurnal Perspektif Berkomunikasi Politik dengan
Komunikasi UMJ. Vol. 1 No. 2 Gubernur DKI Jakarta Basuki
Juli - Desember 2017. Tjahaja Purnama (Ahok) (Studi
Nurkamto, J. (2001). “Berbahasa Fenomenologi Terhadap 17
dalam Budaya Konteks Rendah Anggota Dprd Dki Jakarta
dan Budaya Konteks Tinggi” Periode 2014-2017). Artikel
dalam Linguistik Indonesia. Ilmiah. Program Pascasarjana
Jurnal Ilmiah Masayarakat Universitas Pasundan Program
linguistik Indonesia. No.2. Magister Ilmu Komunikasi.
Agustus 2001. Bandung.
Prasetyo, D. (2014). Persepsi Jessica Carina. (2016, November 02).
Masyakarat Dki Jakarta Membandingkan Gaya
Terhadap Figur dan Komunikasi Agus, Ahok, dan
Komunikasi Politik Basuki Anies. Kompas.com. Diakses
Tjahaja Purnama (Ahok). dari
Politika, Vol. 5, No.2, Oktober https://megapolitan.kompas.co
2014. m/read/2016/11/02/08062401/
Rahmah, M. (2018). Gaya komunikasi membandingkan.gaya.komunik
pemimpin di media (Analisis asi.agus.ahok.dan.anies.
Semiotika Gaya Komunikasi Johnson Simanjuntak. (2016, Oktober
Basuki Tjahaja Purnama 06). Gaya Komunikasi Ahok
“Ahok” dalam Tayangan Mata Menjadi Salah Satu Faktor
Najwa On Stage “Semua Menurunnya Elektabilitas.
Karena Ahok” Di Metro TV). Tribunnews.com. Diakses dari
Skripsi. Universitas Sumatera http://www.tribunnews.com/na
Utara Fakultas Ilmu Sosial dan sional/2016/10/06/gaya-
Ilmu Politik Departemen Ilmu komunikasi-ahok-menjadi-
Komunikasi. Medan. salah-satu-faktor-menurunnya-
Rani, N.L.M.R. (2014). Preferensi elektabilitas.
Opini Publik dalam Media
Online (Preferensi Opini Publik Dewanto Samodro. (2016, September
terhadap Citra Ahok dalam 29). Gaya Komunikasi Ahok
Lipsus Kompas.com tentang Jadi Kelemahan.

Avant Garde Volume 7 No 1, Juni 2019 56


Antaranews.com. Diakses dari kinerja-ahok-baik-tetapi-
http://www.antaranews.com/be komunikasi-buruk.html.
rita/587264/gaya-komunikasi- Ana Shofiana Syatiri. (2017, April 20).
ahok-jadi-kelemahan. Pilkada DKI 2017 dalam Berita
Untung Pramono. (2015, Juni 16). Terpopuler Kompas.com.
Survei Periskop Data: Kinerja Kompas.com. Diakses dari
Ahok Baik, Tetapi Komunikasi https://megapolitan.kompas.co
Buruk. Merdeka.com. Diakses m/read/2017/04/20/08245041/
dari pilkada.dki.2017.dalam.berita.t
https://www.merdeka.com/jaka erpopuler.kompas.com
rta/survei-periskop-data-

Avant Garde Volume 7 No 1, Juni 2019 57

Anda mungkin juga menyukai