Kedudukan Kepolisian Negara Republik Ind
Kedudukan Kepolisian Negara Republik Ind
Sebelum kita membahas lebih jauh, terlebih dahulu harus kita pahami bahwa
Trias Politica merupakan suatu bentuk reaksi atas absolutisme kekuasaan para raja
di Eropa. Dahulu kala raja memiliki kekuasaan yang tak terbatas, sehingga seringkali
terjadi pertentangan antara raja dengan bangsawan.
Untuk menyelesaikan persoalan ketidakstabilan politik ini, pada tahun 1500M
mulai muncul semangat baru di kalangan intelektual Eropa untuk mengkaji ulang
filsafat politik yang berupa melakukan pemisahan kekuasaan. Tokoh-tokoh seperti
John Locke, Montesquieu, Rousseau, Thomas Hobbes, merupakan contoh dari
intelektual Eropa yang melakukan kaji ulang bagaimana kekuasaaan di suatu
negara/kerajaan harus diberlakukan.
Pada tahun 1690 John Locke melalui karyanya yang berjudul Two Treatises
of Government mengeluarkan konsep pemisahan kekuasaan yang di kenal dengan
Trias Politica. Pada konsep Trias Politica yang di kemukakan oleh John Locke
dijelaskan bahwa kekuasaan negara harus di pisahkan ke dalam tiga bentuk yaitu
legislatif, eksekutif, dan federatif.
Legislatif merupakan kekuasaan untuk membuat undang-undang yang dalam
hal ini dipegang oleh golongan bangsawan, eksekutif merupakan kekuasaan untuk
melaksanakan amanat undang-undang yang dalam hal ini dipegang oleh raja/ratu,
dan federatif adalah kekuasaan untuk menjalin hubungan dengan negara-negara
atau kerajaan-kerajaan lain yang dalam hal ini diserahkan kepada raja/ratu.
Melalui karya John Locke tersebut, pada tahun 1748 Montesquieu (Baron
Secondat de Montesquieu) melalui karyanya Spirits of the Laws menyatakan konsep
Trias Politica yang memisahkan kekuasaan pemerintah kedalam hal yaitu legislatif,
eksekutif, dan yudikatif.
Dalam tiap pemerintahan ada tiga macam kekuasaan: kekuasaan legislatif;
kekuasaan eksekutif, mengenai hal-hal yang berkenan dengan dengan hukum
antara bangsa; dan kekuasan yudikatif yang mengenai hal-hal yang bergantung
pada hukum sipil. Dengan kekuasaan legislatif, penguasa atau magistrat
mengeluarkan hukum yang telah dikeluarkan. Pada kekuasaan eksekutif, ia
membuat damai atau perang, mengutus atau menerima duta, menetapkan
keamanan umum dan mempersiapkan untuk melawan invasi. Dengan kekuasaan
yudikatif, ia menghukum penjahat, atau memutuskan pertikaian antar individu-
individu.
Konsep trias politica dari montesquieu ini kemudian banyak diadopsi oleh
negara-negara yang menganut konsep negara demokrasi seperti halnya di negara
Indonesia. Pada kekuasaan legislatif di Indonesia dipegang oleh lembaga yang
terdiri dari MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat), DPR (Dewan Perwakilan
Rakyat), dan DPD (Dewan Perwakilan Daerah), ketiganya memiliki tugas, dan
wewenang yang berbeda satu sama lainnya, namun dalam lembaga legislatif atau
lembaga perwakilan rakyat memiliki fungsi utama yakni :
1. Fungsi Legislasi
Menurut teori-teori yang berlaku tugas utama lembaga legislatif terletak
di bidang perundang-undangan atau membuat peraturan, untuk itu
lembaga legislatif diberi hak inisiatif, hak untuk mengadakan
amandemen terhadap rancangan undang-undang yang disusun
pemerintah
2. Fungsi Pengawasan
Tidak hanya dibidang legislasi, fungsi kontrol lembaga legislatif di
bidang pengawasan dan kontrol terhadap lembaga eksekutif
(pemerintah). Pengawasan dilakukan lembaga legislatif melalui hak –
hak kontrol yang khusus, seperti hak bertanya (interpelasi), maupun hak
angket.
3. Fungsi Anggaran
Lembaga legislatif berhak menetapkan anggaran pendapatan dan
belanja negara melalui DPR bersama presiden dengan melihat
pertimbangan DPD
Terkait dengan kedudukan Polri di dalam trias politica yang ada di Indonesia
maka kita harus melihat dari dasar hukum Organisasi Kepolisian itu sendiri. Pada
Pasal Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia menyatakan bahwa fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi
pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Pada Pasal 8 (1) menyatakan bahwa kepolisian Negara Republik Indonesia berada
di bawah Presiden. Dari kedua pasal tersebut sangat jelas terlihat kedudukan Polri
sebagai bagian dari sistem pemerintahan dari kekuasaan eksekutif yang
bertanggung jawab dalam hal pemeliharaan keamanan dalam negeri.
Akan tetapi, Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana menempatkan Polri sebagai bagian dari
Criminal Justice System bersama dengan Kejaksaan dan Pengadilan. Selain itu,
Pada Pasal Pasal 29 (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia menyatakan anggota Polri tunduk pada kekuasaan
peradilan umum. Berdasarkan kedua aturan tersebut, secara tidak langsung
menempatkan Polri juga sebagai dari bagian kekuasaan Yudikatif.
Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 89 Tahun 2000 tentang
Kedudukan Kepolisian Negara Republik Indonesia tertanggal 1 Juli 2000
menyatakan secara jelas bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan
lembaga pemerintah yang mempunyai tugas pokok menegakkan hukum, ketertiban
dan memeliharan keamanan dalam negeri serta berkedudukan langsung di bawah
Presiden. Selain itu, Kepolisian Negara Republik Indonesia dipimpin oleh Kepala
Kepolisian Republik Indonesia yang dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung
jawab langsung kepada Presiden. Terkait dengan hubungannya dengan lembaga
Kejaksaan, Kepolisian Negara Republik Indonesia berkoordinasi dengan Kejaksaan
Agung dalam urusan yustisial dan dengan Deperteman Dalam Negeri dalam urusan
ketentraman dan ketertiban umum.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kedudukan organisasi Polri
dalam konsep trias politica yang ada di Indonesia secara struktur organisasi berada
di bawah ruang lingkup kekuasaan eksekutif sedangkan secara kewenangannya
berada di ruang lingkup kekuasaan yudikatif.